Anda di halaman 1dari 14

Keperawatan Gawat Darurat

TRIASE

NAMA – NAMA KELOMPOK :


1. Lihan Parapa (841416022)
2. Wahyuni Kidamu (841416023)
3. Agiet Gusmiarni Saleh (841416025)
4. Nurhayati Ibrahim (841416027)
5. Fitri Mustapa (841416054)
6. Nova Ascinda Putri Yanto (841416113)
7. Ahmad Kai (841416114)
PENGERTIAN TRIASE
Triase adalah suatu sistem pembagian/klasifikasi prioritas klien berdasarkan
berat ringannya kondisi klien atau kegawatannya yang memerlukan tindakan
segera. Dalam triage, perawat dan dokter mempunyai batasan waktu
(response time) untuk mengkaji keadaan dan memberikan intervensi
secepatnya yaitu < 10 menit.

PRINSIP-PRINSIP TRIASE :

 Segera
 Tepat Waktu
KLASIFIKASI TRIASE
berikut klasifikasi triase klasifikasi ini penting untuk menseleksi
korban yang datang sehingga keselamatan korban segera ditolong.
(Hamarno,2016) Klasifikasi triase dibagi menjadi 3 yaitu :
Prioritas 1 (Emergensi) : warna/label : merah

Bila tidak segera Contoh : henti paru dan jantung,


ditangani mengancam Waktu tunggu 0-5 menit obstruksi total saluran nafas, IMA,
jiwa
trauma thorak, syok dan sebagainya

Prioritas 2 (Gawat) : warna/label : kuning


Apabila tidak ditolong
maka korban tidak Perawatan dan pengobatan Contoh : asma bronkiale, hipertensi,
segera terjadi kolap tidak lebih dari 30 menit fraktur ekstremitas tanpa perdarahan
paru dan jantung

Prioritas 3 (Tidak Gawat) : warna / label : hijau

Kondisi korban tidak Membutuhkan perawatan Contoh : pilek, batuk-batuk, khitan,


serius kurang dari 2 jam tindik telinga
PENGKAJIAN DAN SETTING TRIASE

1. Riwayat pasien 2. Tanda

karena sangat penting dan bernilai Tanda, keadaan umum pasien seperti
untuk mengetahui kondisi pasien tingkat kesadaran, sesak, bekas injuri dan
posisi tubuh

5. Perasaan
(Commonsense)

Perasaan (Commonsense),
gunakan perasaan dalam
memutuskan jawaban yang
relevan dengan kondisi pasien
3. Bau pasien 4. Sentuhan (Palpasi)
Bau, tercium bau alcohol, keton dan kulit teraba panas, dingin dan
melena bekeringat, palpasi nadi dan daerah
yang penting untuk dikaji serta
sentuh adanya bengkak
PEMBAGIAN TRIASE
1. Single Patient Triage
Menurut Pusponegoro (2011), triase tipe ini dilakukan
terhadap satu pasien pada fase pra-rumah sakit maupun pada fase
rumah sakit di Instalasi Gawat Darurat dalam day to day emergency
dimana pasien dikategorikan ke dalam pasien gawat darurat (true
emergency) dan pasien bukan gawat darurat (false emergency). Dasar
dari cara triase ini adalah menanggulangi pasien yang dapat
meninggal bila tidak dilakukan resusitasi segera.
Single patient triage dapat juga dibagi dalam kategori berikut:
a. Resusitasi
b. Emergent
c. Urgent
d. Non-urgent
e. False emergency
2. Routine Multiple Casualty Triage
b) Triase bila jumlah pasien sangat banyak
a). Simple triage and rapid treatment (START) SAVE (secondary Assessment of Victim
Prinsip dari START adalah untuk mengatasi ancaman Endpoint). Sistem ini dapat mentriase dan menstratifikasi
nyawa, jalan nafas yang tersumbat dan perdarahan masif arteri. korban bencana. Ini sangat membantu bila dilakukan
START dapat dengan cepat dan akurat tidak boleh lebih dari 60 dilapangan dimana jumlah pasien banyak, sarana
detik perpasien dan mengklasifikasi pasien ke dalam kelompok minimum dan jauh dari fasilitas rumah sakit definitive
terapi: (Depkes, 2007). Kategori triase dalam SAVE dibagi
1) Hijau: pasien sadar dan dapat jalan dipisahkan dari pasien menjadi tiga kategori sebagai berikut:
lain, walking wonded dan pasien histeris 1) Korban yang akan mati tanpa melihat jumlah
2) Kuning/delayed: semua pasien yang tidak termasuk perawatan yang diterimanya.
golongan merah maupun hijau. 2) Korban yang akan selamat tanpa melihat
3) Merah/immediate (10%-20% dari semua kasus): semua langkah perawatan apa yang diberikan.
pasien yang ada gangguan air way, breathing, circulation, 3) Korban yang akan sangat beruntung dari intervensi
disability and exposure. Termasuk pasien-pasien yang di lapangan yang sangat terbatas
bernafas setelah air way dibebaskan, pernafasan > 30
kali permenit, capillary refill > 2 detik.
4) Hitam: meninggal dunia
ALUR PELAKSANAAN TRIASE

True emergency dan False Emergency


(Pusponegoro, 2011)
1. True emergency merupakan
pelayanan medik gawat darurat yang
memberikan pertolongan pertama
mengenai diagnosis dan upaya
penyelamatan jiwa, mengurangi
kecacatan dan kesakitan penderita
dalam keadaan sebelum dirujuk.
2. False Emergency merupakan
pasien yang tidak memerlukan
pemeriksaan dan perawatan segera,
dapat menunggu sesuai antrian sambil
tetap dilakukan
SISTEM TRIASE DI BERBAGAI DUNIA

1. SINGAPURA Patient Acuity Category Scale (PACS)

2. AUSTRALIA Australian Triage Scale (ATS)

3. AMERIKA SERIKAT Emergency Severity Index (ESI)

4. CANADA The Canadian Triage and Acuity Scale (CTAS)

5. INGGRIS Manchester Triage Scale (MTS)


1. Patient Acuity Category Scale (PACS)
Sistem PACS berasal dari singapura dan diadopsi oleh rumah sakit yang
bekerja sama atau berafiliasi dengan Singapore General Hospital. (Hadi, 2014). PACS
terdiri dari 4 skala prioritas yaitu:
1)PAC 1 merupakan kategori pasien-pasien yang sedang mengalami kolaps
kardiovaskular atau dalam kondisi yang mengancam nyawa. Pertolongan pada
kategori ini tidak boleh delay, contohnya antara lain major trauma, STEMI,
Cardiac arrest, dan lain-lain.
2)PAC 2 merupakan kategori pasien-pasien sakit berat, tidur dibrankar atau bed,
dan distress berat, tetapi keadaan hemodinamik stabil pada pemeriksaan awal.
Pasien pada kategori ini mendapatkan prioritas pertolongan kedua dan
pengawasan ketat karena cenderung kolaps bila tidak mendapat pertolongan.
Contohnya anatara lain stroke, fraktur terbuka tulang panjang, serangan asma
dan lain-lain.
3)PAC 3 merupakan kategori pasien-pasien dengan sakit akut, moderate, mampu
berjalan, dan tidak beresiko kolaps. Pertolongan secara efektif di IGD biasa
cukup menghilangkan atau memperbaiki keluhan penyakit pasien. Contohnya
antara lain vulnus, demam, cedera ringan-sedang, dan lain-lain.
4)PAC 4 merupakan kategori pasien-pasien non emergency. Pasien ini dirawat di
poli. Pasien tidak membutuhkan pengobatan segera dan tidak menderita
penyakit yang beresiko mengancam jiwa. Contohnya antara lain acne,
dislipidemia, dan lain-lain.
2. Australia Triage Scale
Australian Triage Scale (ATS) merupakan skala yang digunakan untuk mengukur urgensi klinis sehingga
paten terlihat pada waktu yang tepat, sesuai dengan urgensi klinisnya. (Emergency Triage Education Kit. 2009)
Kategori triase berdasarkan kriteria ATS :

Kategori 1 : mengancam nyawa (contoh : Henti Jantung, Henti nafas, Sumbatan jalan nafas mendadak yang berisiko
menimbulkan henti jantung, Pernafasan < 10x/menit, Distres pernafasan berat Tekanan darah sistole < 80 (dewasa) atau anak dengan
klinis shock berat, Kesadaran tidak ada respon atau hanya berespon dengan )

Kategori 2 : segera Mengancam nyawa (contoh: Jalan nafas : ada stridor disertai distres pernafasan berat,
Gangguan sirkulasi, Akral dingin, Denyut nadi < 50 kali per
menit atau lebih dari 150x/menit pada dewasa, Hipotensi dengan gangguan hemodinamik lain)

Kategori 3 : Potensi mengancam nyawa (contoh : Hipertensi berat, Kehilangan darah moderat, Sesak nafas, Saturasi
oksigen 90-95% Paska kejang, Demam pada pasien immunokompromais (pasien AIDS, pasien onkologi,
pasien dalam terapi steroid)

Kategori 4 : Segera (contoh : Perdarahan ringan, Terhirup benda asing tanpa ada sumbatan jalan nafas dan sesak nafas,
Cedera kepala ringan tanpa riwayat pingsan, Nyeri ringan-sedang, Muntah atau diare tanpa ehidrasi, Radang atau benda
asing di gangguan perilaku)

Kategori 5 : Tidak segera (contoh: Nyeri ringan, Riwayat penyakit tidak berisiko dan saat ini tidak bergejalan, Keluhan
minor yang saat berkunjung masih dirasakan, Luka kecil (luka lecet, luka robek kecil), Kunjungan ulang untuk ganti )
3. Emergency Severity Index (ESI)
Sistem ESI dikembangkan di Amerika Serikat dan Kanada oleh perhimpunan perawat emergensi.
Emergency Severity Index diadopsi secara luas di Eropa, Australia, Asia, dan rumah sakit-rumah sakit di
indonesia. Emergency Severity Index (ESI) memiliki 5 skala prioritas yaitu:
1) Prioritas 1 (label biru) merupakan pasien-pasien dengan kondisi yang mengancam jiwa (impending life/limb
threatening problem) sehingga membutuhkan tindakan penyelematan jiwa yang segera. Parameter prioritas 1
adalah semua gangguan signifikan pada ABCD. Contoh prioritas 1 antara lain, cardiac arrest, status epilptikus,
koma hipoglikemik dan lain-lain.
2) Prioritas 2 (label merah) merupakan pasien-pasien dengan kondisi yang berpotensi mengancam jiwa atau organ
sehingga membutuhkan pertolongan yang sifatnya segera dan tidak dapat ditunda. Parameter prioritas 2 adalah
pasien-pasien haemodinamik atau ABCD stabil dengan penurunan kesadaran tapi tidak sampai koma (GCS 8-12).
Contoh prioritas 2 antara lain, serangan asma, abdomen akut, luka sengatan listrik dan lain-lain.
3) Prioritas 3 (label kuning) merupakan pasien-pasien yang membutuhkan evaluasi yang mendalam dan pemeriksaan
klinis yang menyeluruh. Contoh prioritas 3 antara lain, sepsis yang memerlukan pemeriksaan laboratorium,
radiologis dan EKG, demam tifoid dengan komplikasi dan lain-lain.
4) Prioritas 4 (label kuning) merupakan pasien-pasien yang memerlukan satu macam sumber daya perawatan IGD.
Contoh prioritas 4 antara lain pasien BPH yang memerlukan kateter urine, vulnus laceratum yang membutuhkan
hecting sederhana dan lain-lain.
5) Prioritas 5 (label putih) merupakan pasien-pasien yang tidak memerlukan sumber daya. Pasien ini hanya
memerlukan pemeriksaan fisik dan anamnesis tanpa pemeriksaan penunjang. Pengobatan pada pasien dengan
prioritas 5 umumnya per oral atau rawat luka sederhana. Contoh prioritas 5 antara lain, common cold, acne,
eksoriasi, dan lain-lain. (Hadi, 2014)
4. The Canadian Triage and Acuity Scale (CTAS)
Triase Kanada disebut dengan The Canadian Triage and Acuity Scale
(CTAS). Pertama kali dikembangkan tahun 1990 oleh dokter yang bergerak
dibidang gawat darurat. Konsep awal CTAS mengikuti konsep ATS, dimana
prioritas pasien disertai dengan waktu yang diperlukan untuk mendapatkan
penanganan awal. CTAS juga dilengkapi dengan rangkuman keluhan dan tanda
klinis khusus untuk membantu petugas melakukan identifikasi sindrom yang
dialami pasien dan menentukan level triase
Kategori
Waktu untuk segera ditangani
CTAS
Pasien dengan kategori ini 98% harus segera ditangani oleh dokter
1
Pasien dengan kategori ini 95% harus ditangani oleh dokter dalam waktu 15
2
menit
Pasien dengan kategori ini 90% harus ditangani oleh dokter dalam waktu 30
3
menit
Pasien dengan kategori ini 85% harus ditangani oleh dokter dalam waktu 60
4
menit
Pasien dengan kategori ini 80% harus ditangani oleh dokter dalam waktu 120
5
menit
5. Manchester Triage Scale (MTS)
Triase Inggris disebut juga dengan Manchester Triage Scale (MTS). Metode
ini digunakan terutama di Inggris dan Jerman. Ciri khas MTS adalah identifikasi
sindrom pasien yang datang ke unit gawat darurat diikuti oleh algoritma untuk
mengambil keputusan. Berdasarkan keluhan utama pasien, ditetapkan 52 algoritma
contohnya algoritma trauma kepala, dan algoritma nyeri perut. Dalam tiap algoritma
ada diskriminator yang menjadi landasan pengambilan keputusan, diskriminator
tersebut adalah kondisi klinis yang merupakan tanda vital seperti tingkat
kesadaran, derajat nyeri, dan derajat obstruksi jalan nafas. Ketika ada pasien yang
datang ke unit gawat darurat, petugas triase akan menentukan keluhan utama yang
pasien atau pengantar sampaikan lalu menyesuaikan masalah yang disampaikan dengan
algoritma yang ada, dan melakukan pengambilan keputusan sesuai yang telah
ditetapkan dalam masing-masing algoritma.
Thank You

Anda mungkin juga menyukai