Anda di halaman 1dari 13

IKTERUS NEONATORUM

PENDAHULUAN
Ikterus merupakan suatu gejala yang sering ditemukan pada bayi baru lahir.
Beberapa penulis barat menyebutkan bahwa ikterus 50 % terjadi pada bayi cukup
bulan dan 75 % pada bayi prematur. Angka kejadian lebih sering terjadi pada bayi
pria daripada bayi wanita. Ikterus biasanya bermanifestasi pada kadar yang lebih
rendah pada orang yang berkulit putih dan lebih tingi pada orang yang berkulit
berwarna.
UTLEY (1974) menyatakan bahwa ikterus baru terlihat kalau kadar bilirubin
mencapai 2mg %. BROWN ( 1973) menyatakan bahwa ikterus baru terlihat bila
kadar bilirbun >5mg %. Pengamatan Meonintja DKK. Di RSCM Jakarta ialah ikterus
baru terlihat bila kadar bilirubin > 6mg %.
Penetapan penyebab ikterus tidak selamanya mudah dan membutuhkan
pemerisaan yang lebih lanjut. Dengan mengetahui penyebabnya, maka untuk
menurunkan angka kejadian ikterus pada bayi maka dapat dilakukan:
1. Pengawasan antenatal yang baik
2. Menghindari obat ang dapat meningkatkan pada bayi pada masa kelahiran dan
kehamilan. Misal: Sulfaforasole, oksitosin
3. Pencegahan dan mengobati hipoksia paada janin dan neonatus
4. Penggunaan venobarbital pada ibu 1-2 hari sebelum partus
5. Pemberian minuman yang dini pada bayi
6. Pencegahan infeksi

1
I. PENGERTIAN

 Ikterus adalah salah satu keadaan yang menyerupai


penyakit hati, yang terdapat pada bayi baru lahir, yaitu terjadinya
hiperbirubinemia, yang merupakan salah satu kegawatan pada BBL
karena dapat menjadi penyebab gangguan tumbang bayi. (Perawatan
anak sakit, hal. 197)
 Ikterus adalah suatu gejala yang sering ditemukan pada
BBL yang menjadi ikterus fisologis dan ikterus patologis. (asuhan
kesehatan anak dalam kontek keluarga hal 83)
Ikterus ada 2 macam:
1. IKTERUS FISIOLOGIS
Yaitu kterus yang timbul pada hari kedua dan ketiga serta tidak mempunyai
potensi untuk menjadi kern ikterus. Kern ikterus yaitu kerusakan otak karena
pelengketan bilirubin indirek pada otak yang ditandai dengan mata berputar,
letargi, tak mau mengisap, tonus otot meningkat, leher kaku, opstotomus.
Tanda - tanda ikterus fisologi:
a. Warna kuning timbul pada hari kedua dan ketiga, mengilang pada 10
hari pertama.
b. Kadar bilirubin indirec tidak melebihi 10 mg % pada neonatus cukup
bulan dan 12,5 mg% pada prematur.
c. Kadar bilirubindirec tidak melebihi 1 mg %
d. Kecepatan peningkatan kadar bilirubin tidak melebihi 5 mg % perhari
e. Bayi tampak sehat dan minum baik

2. IKTERUS PATOLOGIS
Yaitu ikterus yang mempunyai dasar patologi atau kadar bilirubin mencapai
lebih dari normal (hiperbilirubinemia)
Tanda-tanda:
a. Ikterus timbul dalam 24 jam pertama kehidupan.
b. Peningkatan konsentrasi bilirubin 5 mg % atau lebih setiap 24 jam
c. Konsentrasi bilirubin serum melebihi 10 mg % pada bayi kurang bulan dan
12,5 mg % pada bayi cukup bulan
d. Disertai hemolisis
e. Bilirubin direc > 1mg / dl
f. Ikterus menetap sesudah bayi berumur 10 hari pada bayi cukup bulan dan 14
hari pada prematur.

Menilai kira-kira kadar bilirubin


Pengamatan ikterus kadang-kadang agak sulit apalagi dalam cahaya buatan.
Paling baik pengamatan dilakukan dalam cahaya matahari dan dengan menekan
sedikit kulit yang akan diamati untuk menghilangkan warna karena pengaruh
sirkulasi darah.

2
Ada beberapa cara ntuk menentukan derajat ikterus yang merupakan resiko
terjadinya kern-ikterus, misalnya kadar bilirubin bebas; kadar bilirubin 1 dan 2
dilakukan dibawah sinar biasa ( day light)
Sebaiknya penilaian ikterus dilakukan secara laboratoris, apalagi fasilitas tidak
memungkinkan dapat dilakukan secara klinis.

Gambar 1: Daerah kulit bayi yang berwarna kuning untuk penerapan rumus
kramer.
Tabel 1: Rumus kramer
Daerah (lihat gambar) Luas ikterus Kadar bilirubin (mg%)
1 Kepala dan lehar 1
Daerah 1
2 (+) 9
baan bagian atas
Daerah 1, 2
(+) 11
3 badan bagian bawah dan
tungkai
Daerah 1, 2, 3
4 (+) 12
lengan dan kaki dibawah
dengkul
Daerah 1, 2, 3, 4

3
5 (+) 16
tangan dan kaki
Contoh 1. kulit bayi kuning dikepala, leher dan badan bagian atas, berarti
bilirubin kira-kira 9 mg%.
Contoh 2. Kulit bayi kuning seluruh badan sampai kaki dan tangan, berarti
jumlah bilirubin >/= 15 mg%
Pada kern ikterus, gajala klinik pada permulaan tidak jelas, antara lain dapat
disebutkan yaitu bayi tidak mau menghisap, letargi, mata berputar, gerakan tidak
menentu ( involuntary movements), kejang, tonus otot meninggi, leher kaku dan
akirnya opistotonus.

II. PATOFISIOLOGI

Sepsis, hemolitik Gang. Fx.hepar, Obstruksi hepar Defisiensi


hipoksia, asidosis albumin
Produksi bilirubin
Tak terkonjugasi Gang. Dlm Gang. Dlm gg. transportasi
prosesuptake & exresi bilirubin
konjugasi
Diikat oleh albumin
dihepar Kadar bilirubin
Kadar indirec tdk Kadar bilirubin
bilirubinindirec mengalami indirec
Proses konjugasi
Tak sempurna reabsorbsi

Kadar bilirubin
tak terkonjugasi Kadar bilirubin
(indirec ) indirec

Melekat pada
sel otak

Kern ikterus
Bersirkulasi
kedarah

IKTERUS

4
III. ETIOLOGI
a. Produksi bilirubin yang berlebihan, sehingga bayi tak mampu
mengeluarkannya. Misal: pada hemolisis meningkat.
b. Gangguan dalam proses up-take dan konjugasi hepar hal ini disebabkan
gangguan fungsi hepar, hipoksia, asidosis, kurangnya substrat untuk
mengkonjugasikan bilirbun
c. Ganguan transportasi
Transporasi bilirubin oleh ikatan albumin dapat dipengaruhi oleh obat
misalnya salisilat, sulfa forasole. Defisiensi albumin menyebabkan
menumpuknya bilirubin indirec dalam darah.
d. Gangguan dalam exresi
Dapat terjadi akibat obstruksi hepar sehingga bilirubin indirec yang
dikonjugasikan tidak dapat mengexresikan dengan cepat ke sistem empedu.

IV. TANDA DAN GEJALA


Gejala pada awalnya tidak jelas tetapi kemudian tampak.
- Mata berputar-putar
- Letargi atau lemas
- Kejang
- Tak mau menghisap
- Malas minum
- Tonus otot meningi, leher kaku dan akirnya opistotonus
- Bila bayi hidup pada umur lebih lanjut dapat terjadi spasme otot,
opistotonus, kejang, atetosis yang disertai ketegangan otot, tuli, gangguan
bicara dan retardasi mental.

V. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan pada bayi ikterus:
b. Fisiologis
Perawatan bayi sehari- hari (memandikan , perawatan tali pusat, pemberian
ASI yang adekuat, jemur dengan sinar matahari kurang lebih 1/2 jam
c. Patologis
1. Mempercepat proses konjugasi sehingga metabolisme dan pengeluaran
bilirubin dapat dipercepat yaitu dengan pemberian fenoperbitol dan
pemberian minum yang adekuat untuk meningkatkan peristaltik usus.
2. Memberikan substrat, untuk transportasi atau konjugasi. Misal dengan
pemberian albumin, sehingga mempercepat pengeluaran bilirubin dari
extrafaskuler.
3. Mengubah bilirubin menjadi tidak toksik dan dapat dikeluarkan
dengan sempurna melalui ginjal dan traktus digistius, yaitu dengan terapi
sinar. Terapi sinar dapat diberikan nelalui:
- berjemur atau menjemur bayi pada jam 7, 8, 9 pagi kira-kira ½ jam.

5
- Dengan terapi sinar isomerisasi yaitu bilirubin diubah menjadi
fotoisomer atau bilirubin isomer yang mudah larut dalam air.
4. Transfusi tukar dilakukan dengan indikasi sbb:
- Pada ikterus patologik dengan kadar bilirubin indirec > 20 mg%
- Kenaikan kadar bilirubin indirec yang cepat, yaitu 0,3 – 1mg%/jam
- Anemia yang berat dengan gagal jantung
- Bayi dengan kadar Hb tali pusat <14 mg %

TABEL 2. PEDOMAN PENGELOLAAN IKTERUS MENURUT WAKTU


TIMBULNYA DAN KADAR BILIRUBIN

Bilirubin (mg%) < 24 jam 24-48 jam 49-72 jam >72 jam
<5 Pemberian makanan yang dini
5-9 Terapi sinar bila Kalori
hemolisis cukup
10-14 Transfusi tukar Terapi sinar
*bila hemolisis
15-19 Transfusi tukar* Transfusi Terapi
tukar bila sinar+ +
hemolisis
>20 Transfusi tukar+
* sebelum dan sesudah transfusi tukar beri terapi sinar
+ bila tak berhasil transfusi tukar
bil < 5 mg% selalu observasi
Bil > 5 mg% penyebab ikterus perlu diselidiki

6
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN IKTERUS
NENATORUM

I. PENGKAJIAN
a. Identitas
Banyak terjadi pada bayi praterm, bayi kecil untuk usia gestasi (SGA), bayi
dengan retardasi pertumbuhan intra ikterus (IUGR), bayi besar usia gestasi
jenis kelamin: lebih sering terjadi pada bayi pria daripada wanita
b. Keluhan Utama
Letargi (lemas) dan malas untuk minum
c. Riwayat penyakit sekarang
Bayi kejang, tonus otot meninggi, leher kaku, tidak mau menghisap.
d. Riwayat penyakit keluarga
Keturunan etnik, riwayat hiperbilirubinea pada sibling, penyakit hepar.
e. Pola aktivitas sehari-hari
 pola nutrisi
Reflek moro lemah (menangs lirih) , BB sulit naik.
 Neurosensori : fontanel menonjol, kejang.
 Eliminasi: bising usus hipoaktif, urin gelap, feses lunak berwarna coklat
 Sirkulasi: mungkin pucat atau anemia
 Pernafasan: adanya asfiksia
 Aktivitas bayi tampak lemah
f. Riwayat psikologis dan tingkat pengetahuan
Mengkaji tentang pemahaman keliarga terhadap kondisi bayi, prognosis
dan cara perawatan atau prosedur tindakan pada bayi
g. Pemeriksaan Fisik
 KU : lemah
 TTV: Suhu meningkat
 Kepala dan wajah: kekuningan
 Mata: mata berputar, sklera ikterus
 Mulut: reflek menghisap jelek
 Leher: terjadi kekakuan
 Abdomen: kadang terdapat pembesaran hepar
 Extremitas mengalami kekuningan (jika kadar bilirubin 16 mg%)
h. Pemeriksaan Penunjang
 Tes coomb pada tali pusat bayi baru lahir
 Golongan darah bayi dan ibu: mengidentifikasi incompabilitas ABO
 Bilirubin total
 Protein serum total
 Hitung darah lengkap : HB < 14 gr/dl karena hemolisis
 Ht> 65 % pada polisitemia
 Ht< 45 % pada hemolisis dan anemia

7
 Glukosa
 Bilirubin total

II. ANALISA DATA

Pengelompokan Data Kemungkinan Masalah


penyebab
1. - Reflek menghisap Intake oral yang Gangguan
lemah adekuat pemenuhan nutrisi
- BB turun kurang dari keb.
- Bayi malas minum tubuh
- Bayi terlihat lemah
2. – Gangguan Efek tindakan Resti cidera
penglihatan fototerapi
- Kenaikan suhu
- Frekwensi defekasi
meningkat

3. - Lemah atau lemas Komplikasi transfusi Resti cidera


– Urtikaria tukar
– Suhu
meningkat

4. – Keluarga kurang Kurang terpaparnya Kurangnya


kooperatif informasi pengetahuan
- keluarga sering menanyakan tentang kondisi,
tentang kondisi klien prognosis dan
tindakan

III. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. DX: Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari


kebutuhan tubuh sehubungan dengan intake oral yang tidak
adekuat
Kriteria hasil:
 Reflek menghisap kuat
 Bayi tidak lemah dan segar
 Bayi suka minum
 BB tetap atau meningkat
NO INTERVENSI RASIONAL
1 Kaji tingkat reflek menghisap Untuk menentukan metode yang tepat
bayi dalam pemberian ASI dan bayi siap
untuk minum
2 Auskultasi terhadap adanya Pemberian makan pertama pada bayi

8
bising usus stabil yang memiliki peristaltik dapat
dimulai 6-12 jam pertama kehidupan.
3. Mulai pemberian makan Pemberian makan pertama perselang
sementara atau denan mungkin perlu untuk memberikan
mengunakan selang sesuai nutrisi yang adekuat pada bayi yang
indikasi telah memiliki refle hisap yang buruk
4. Masukkan ASI / Formula dengan Pemasukan makanan kedalam lambung
perlahan selama 20 mnt pada yang terlalu cepat menyebabkan respon
kecepatan 1ml/mnt balik cepat dengan regurgitasi
5. Kaji tingkat energi dan Penggunaan energi berlebihan akan
penggunaannya dan derajat menurunkan ketersediaan energi
kelelahan
6. Perhatikan adanya diare, Menandakan kerusakan fungsi
muntah, regurgitasi lambung
7. Pertahankan suhu lingkungan Suhu dingin dapat meningkatkan laju
dan oksigenasi jaringan yang metabolisme dan kebutuhan kalori bayi
tepat
8. Catat BB setiap hari Pengukuran BB adalah kriteria untuk
kebutuhan kalori

2. DX: Resiko tinggi b.d efek tindakan fototerapi


Kriteria Hasil:
 Mempertahankan suhu tubuh dan keseimbangan cauiran dalam batas
normal
 Menunjukkan kadar bilirubin turun

INTERVENSI
Mandiri:
1. Perhatikan adanya perkembangan bilier atau obstruksi usus.
R: Fototerapi dikontraindikasikan pada kondisi ini karena fotoisomer bilirubin
yang diproduksi dalam kulit dan jaringan subkutan dg pemajangan pd terapi
sinar dapat diexresikan
2. Dokumentasikan tipe lampu fluoresen, jumlah jam total sejak bola lampu
R: ditempatkan dan pengukuran jarak antara permukaan lampu dan bayi.
Emisi sinar dapat berkurang dengan berjalannya lamp. Bayi harus ditempatkan
kira2 18-20 inci dari sumber lampu untuk hasil maximum.
3. Berikan tameng untuk menutup mata, inspeksi mata setiap 2 jam bila tameng
dilepaskan untuk pemberian makan. Sering pantau posisi tameng.
R: Mencegah kemungkinan kerusakan retina dan konjungtiva dari sinar.
Pemasangan yang tidak tepat dapat menyebabkan iritasi, abrasi kornea dan
konjungtivitis.
4. Tutup testis dan penis bayi pria.
R: Mencegah kemungkinan kerusakan testis dari panas.
5. pasang lapisan plexigas diantara bayi dan sinar.

9
R: Menyaring radiasi sinar ultraviolet dan melindungi bayi bila bola lampu pecah.

Kolaborasi
1. Pantau pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi:
- kadar bilirubin setiap 12 jam
R: Penurunan pada kadar bilirubin menandakan keefektifan fototerapi.
Peningkatan kadar bilirubin menandakan hemolisis yang kontinyu dan
menandakan kebutuhan terhadap transfusi tukar.
- Kadar HB
R: Hemolisis lanjut dimanifestasikan oleh penurunan kontinu pada kadar HB
- Trombosit dan sel darah putih
R: Trombositopenia selama fototerapi telah dilaporkan pada beberapa bayi .
Penurunan SDP menunjukkan kemungkinan efek pada limfosit perifer.
2. Berikan cairan parental sesuai indikasi
R: Mungkin perlu untuk memperbaiki atau mencegah dehidrasi berat.

3. DX: Resti thp cedera (komplikasi dari transfusi tukar) b.d prosedur invasif.
KRITERIA HASIL:
 Menyelesaikan transfusi tukar tanpa komplikasi
 Menunjukkan penurunan kadar bilirubin serum

INTERVENSI:
Mandiri
1. Perhatikan Auskultasi terhadap adanya bising usus hatikan kondisi tali pusat
bayi sebelum transfusi bila vena umbilikal digunakan. Bila tali pusat kering,
berikan pencucian saline selama 30-60 menit sebelum prosedur.
R: Pencucian mungkin perlu untuk melunakkan tali pusat dan vena umbilikus
sebelu transfusi untuk akses IV dan memudahkan pasase kateter umbilikal.
2. Pertahankan puasa selama 4 jam sebelum prosedur atau spirat isi lambung.
R: Menurunkan resiko kemungkinan regurgitasi dan aspirasi selama prosedur.
3. Jaminan ketersediaan alat resusitatif.
R: Untuk memberikan dukungan segera bila perlu.
4. Pertahankan suhu tubuh sebelum, selama, dan setelah prosedur. Tempatkan
bayi dibawah tempat hangat. Hangatkan darah sebelum penginfusan dengan
menempatkan didalam inkubator, hangatkan baskom berisi air.
R: Membantu mencegah hipotermi dan vasospasme, menurunkan resiko
fibrilasi ventrikel dan menurunkan vikositas darah.
5. Pastikan golongan darah serta faktor RH bayi dan ibu dengan darah yang akan
ditukar (darah tukar akan sama golongannya dengan darah bayi, tetapi darah
Rh negatif / golongan O negatif yang telah dicocokkan silang dengan darah
ibu sebelumnya).
R: Dengan menggunakan darah Rh O positif akan hanya meningkatkan
hemolisis dan kadar bilirubin, karena antibodi pada sirkulasi bayi akan
merusak SDM yang baru.

10
6. Jamin kesegaran darah ( tidak lebih dari 2 hari usianya)> Darah yang diberi
heparin lebih disukai.
R: Darah yang lama, lebih mungkin mengalami hemolisis, karenanya
meningkatkan kadar bilirubin. Darah yang diberi heparin selalu baru, tetapi
harus dibuang bila tidak digunakan dalam 24 jam.
7. Kaji terhadap perdarahan berlebihan dari lokasi IV setelah transfusi.
R: Penginfusan darah yang diberi heparin mengubah koagulasi selama 4-6
jam setelah transfusi tukar dan dapat mengakibatkan perdarahan.

Kolaborasi
8. Pantau pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi:
- Kadar Hb/Ht sebelum dan setelah transfusi.
R: Bila Ht < 40 % sebelum transfusi. Pertukaran sebagian dengan SDM
kemasan dapat mendahului pertukaran penuh.
- Kadar bilirubin segera setelah prosedur kemudian setiap 4-8 jam.
R: Kadar bilirubin dapat menurun sampai setengah segera setelah prosedur,
tetapi dapat meningkat dg cepat setelahnya, memerlukan pengulangan
tansfusi.
- Protein serum total.
R: Mengalikan kadar engan 3,7 menentukan derajat peningkatan bilirubin
yang memerlukan transfusi tukar.
9. Berikan obat-obatan sesuai indikasi :
- Protamin sulfat
R: Mengimbangi efek2 antikoagulan dari darah yang diberi heparin.

4. DX: Kurang pengetahuan mengenai kondisi,prognosis dan kebutuhan


tindakan b.d kurang terpaparnya informasi.
Kriteria hasil:
 Keluarga mampu mengungkapkan pemahaman tentang penyebab,
tindakan dan kemungkinan hasil.
 Mendemonstrasikan perawatan bayi yang tepat.

INTERENSI:
Mandiri:
1. Berikan informasi tentang tipe ikterik dan faktor2 patofisiologi dan anjurkan
mengajukan pertanyaan dan penjelas informasi sesuai kebuituhan.
R: Memperbaiki kesalahan konsep meningkatkan pemahaman dan
menurunkan rasa takut dan perasaan bersalah. Ikterus neonatus mungkin
fisiologis akibat ASI atau patologis tergantung penyebabnya.
2. Tinjau ulang maksud dari mengkaji bayi terhadap peningkatan kadar bilirubin
dan pentingnya melaporkan peningkatan ikterik.
R: Memungkinkan orangtua menganai tanda2 peningkatan kadar bilirubin dan
mencari evaluasi medis tepat waktu.
3. Diskusikan penatalaksanaan dirumah dan ikterik ringan atau

11
sedang.termasuk peningkatan pemberian maka, pemajanan langsung pada
sinar matahai dan progaram tindak lanjut tes serum.
R: Pemahaman orangtua membantu mengembangkan kerjasama mereka bila
bayi dipulangkan. Informasi membantu orangtua melaksanakan
penatalaksanaan dengan aman dan tepat.
4. Berikan informasi tentang pentingnya mempertahankan suplai ASI melalui
pompa payusara dan tentang kembali menyusui ASI bila ikterik memerlukan
pemutusan menyusui.
R: Membantu ibu untuk mempertahankan pemahaman pentingnya terapi. Dan
meningkatkan keputusa berdasarkan informasi.
5. Kaji situasi keluarga dan sistem pendukung. Berikan orang tua penjelasan
tertulis yang tepat tentang fototerapi dirumah.
R: Fototerapi dirumah dianjurkan hanya untuk bayi cukup bulan, dimana
kadar bilirubin seru antara 14 dan 18 mg/dl tanpa peningkatan konsentrasi
bilirubin reaksi langsung.
6. Berikan rujukan yang tepat untuk program fototerapi dirumah, bila perlu.
R: Kurang ketersediaan sistem pendukung dan pendidikan memerlukan
pengguanaan perawat berkunjung memantau program fototerapi dirumah.
7. Diskusikan kemungkinan efek2 jangan panjang dari hiperbilirubinemia dan
kebutuhan terhaap intervensi diri.
R: Kerusakan neurologis dihubungkan dengan kernikterus meliputi retardasi
mental, perlambatan bicara, kesulitan pembelajaran, warna gigi hijau
kekuningan, kematian.

12
13

Anda mungkin juga menyukai