Anda di halaman 1dari 4

MATA KULIAH PSIKOLOGI KONSELING

Disusun oleh:
M. Wahyu Nizar 1400013360
Bella Angelia 1400013172
Irbah Syahni 1600013001
Agung Supenki 1600013013
Saktika Binuka P 1600013064
Najla Salsabila 1600013052

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN
YOGYAKARTA
2018
Model konseling direktif ini memecahkan masalah klien secara
intelektual, logis, dan rasional. Maka konseling seperti ini disebut dengan
konseling yang rasional, dalam hal konseling seperti ini digunakan untuk
mendiagnosis mencari tahu masalah dari kliennya dan oleh karenanya
konseling yang seperti ini disebut dengan konseling klinis. Konseling yang
bercirikan seperti ini dan beberapa faktornya juga sering disebut direktif(
directive counseling), mengapa demikian? Sebab secara langsung klient
tersebut aktif membantu mengarahkan perilaku-perilaku menuju solusi
pemecahan masalah. Dalam konseling ini kendali pemecahan masalah
dalam pengawasan dan kendali konselor, maka konseling ini sering
disebut konseling yang berpusat pada konselor (counselor centered).
Teori ini dipelopori oleh E.G. Williamson dan J.G.Darley, serta pendukung
yang lainnya seperti Bingham, Doanld, G.paterson, Thurstone, Eysenk
dan Cattel.

Dasarnya teori ini mulai dikenalkan oleh Donald G.paterson tahun


1920an. Studi beliau berpusat pada perbedaan individu dan
pengembangan tes, namun demikian istilah konseling trait and factor
sering dihubungkan dengan nama Edmund Griffith Williamson. William
mengembangkan konsep konseling dan konseling jabatan pertama-tama
diperkenalkan oleh frank parson (1909) ada tiga aspeknya yaitu:

1. Pemahaman bakat yang jelas tentang bakat, kecakapan, umum,


minat, kekuatan dan kelemahan individu.
2. Pengetahuan tentang syarat, kondisi, kesempatan dan prospek
berbagai bidang pekerjaan.
3. Penyesuaian yang tepat antara kedua hal tersebut diatas.

Konsep dasar ini mereka maksudkan untuk mengembangkan


pendekatan empiris dalam konseling dengan cara menyajikan hubungan
nyata antara karakter klien dengan dengan jenis pendidikan dan
pekerjaan, oleh karena itu dalam konseling trait and factor digunakan alat
ukur yang objektif. Dengan kata lain pendekatan trait and factor mengacu
kepada modelnya yang bersifat rasionalisme dan kognitif serta
mengarahkan pada tindakan nyata namun menurut cara memecahkan
masalahnya pendekatan trait and factor dapat digolongkan kedalam
kelompok directive counseling.

Pendekatan eklektif didefinisikan secara simple dalam bentuk


penggunaan lebih dari satu pendekatan untuk menangani masalah
konseling, meski konselor memiliki rasional yang jelas untuk
menggunakan pendekatan eklektif, namun beberapa konselor nampak
asal dan tidak sistematis. Ada beberapa golongan eklektif seperti
golongan yang kedua disebut eklektif malas (lazy eclectism), yaitu
menggunakan metode intervensi secara bersama-sama tanpa logika yang
benar. Dalam kondisi ini dapat disebut penyatuan aliran atau sinkretisme
(syncretism). Sinkretisme merefleksikan program perlakuan yang tidak
profesional, tidak kompatibel dengan masalah dan mengabaikan
akuntabilitas. Untuk memerangi lazy eclectism atau syncretism para ahli
kemudian mengembangkan pendekatan integrative,yakni semacam
pendekatan eklektik yang sistematis dan logis. Diantara pendekatan ini
adalah:
1. Teori multimodal dari lazarus
2. Konseling perkembangan (DCT) dari ivey
3. Konseling adaptif (ACT)
4. Konseling model TFA (pikiran, perasaan, tindakan)
5. Konseling sistematis dari Beutler & consoli
6. Konseling perilaku-psikodinamik integratif oleh watchel

Norcross (1987) dan Prochaska & Norcross (1999)


mengelompokkan pendekatan konseling elektik ke dalam empat jenis,
yaitu:
1. Eklektik tanpa teori
2. Eklektik dengan pendekatan faktor umum
3. Eklektik tekhnik
4. Eklektik integrasi teoritis.
Sumber:

Adi, Kukuh Jumi .(2013). Buku Esensial Konseling Pendekatan Trait and
Factor dan Client Centered. Diakses 17 oktober 2018, dari google
Scholar. Yogyakarta:Garudhawaca.

Anda mungkin juga menyukai