Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap orang membutuhkan kesegaran jasmani dalam beraktivitas. Olehnya itu, kita
dianjurkan untuyk berolahraga paling kurang dua kali dalam seminggu. Olahraga sangat
bermanfaat untuk kesehatan system kardiovaskuler.

Menurut WHO (1947) Sehat itu sendiri dapat diartikan bahwa suatu keadaan yang
sempurna baik secara fisik, mental dan sosial serta tidak hanya bebas dari penyakit atau
kelemahan (WHO, 1947). Definisi WHO tentang sehat mempunyai karakteristik berikut yang
dapat meningkatkan konsep sehat yang positif (Edelman dan Mandle. 1994) :

1. Memperhatikan individu sebagai sebuah sistem yang menyeluruh.

2. Memandang sehat dengan mengidentifikasi lingkungan internal dan eksternal.

3. Penghargaan terhadap pentingnya peran individu dalam hidup.

Sedangkan menurut depkes pada UU No.23,1992 tentang Kesehatan menyatakan


bahwa : Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan
hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Dalam pengertian ini maka kesehatan harus
dilihat sebagai satu kesatuan yang utuh terdiri dari unsur –unsur fisik, mental dan sosial dan
di dalamnya kesehatan jiwa merupakan bagian integral kesehatan. Definisi sakit: seseorang
dikatakan sakit apabila ia menderita penyakit menahun (kronis), atau gangguan kesehatan
lain yang menyebabkan aktivitas kerja/kegiatannya terganggu. Walaupun seseorang sakit
(istilah sehari -hari) seperti masuk angin, pilek, tetapi bila ia tidak terganggu untuk
melaksanakan kegiatannya, maka ia di anggap tidak sakit

Kadang-kadang dalam kehidupan sehari-hari kita membandingkan bagaimana


kesanggupan kita melakukan aktivitas dengan orang lain. Misalnya ketika menaiki gedung
dengan tangga bersama teman, ada yang merasa sangat lelah dan adapula yang terlihat biasa
saja. Hal ini mempengaruhi oleh kebugaran jasmani setiap orang. Orang yang sering
berolahraga, tubuhnya akan terbiasa atau beradaptasi sehingga ketika melakukan aktivitas
yang berat cadangan kekuatannya lebih banyak dibandingkan dengan yang jarang

1
berolahraga. Selain itu, orang rajin berolahraga juga memiliki kerja jantung yang baik dan
berujung pada lebih rendahnya tekanan darah disbanding yang jarang berolahraga.

Kebugaran tubuh dapat diukur dengan jumlah oksigen yang dikonsumsi selama
berolahraga pada kapisitas maksimum. Jumlah oksigen maksimal dalam tubuh ini juga
dijadikan sebagai ukuran kebugaran tubuh. VO2 max adalah jumlah maksimum oksigen
dalam mililiter, satu dapat digunakan dalam satu menit per kilogram berat badan. Mereka
yang sesuai memiliki nilai VO2max lebih tinggi dan dapat melaksanakan lebih kuat daripada
mereka yang tidak juga AC. Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa Anda dapat
meningkatkan VO2max Anda dengan bekerja keluar pada intensitas yang meningkatkan
Anda detak jantung menjadi antara 65 dan 85% dari maksimum setidaknya selama 20 menit
tiga sampai lima kali seminggu. Nilai rata-rata VO2max untuk atlet laki-laki adalah sekitar
3,5 liter / menit dan untuk atlet perempuan itu adalah sekitar 2,7 liter / menit.

Faktor-faktor yang mempengaruhi VO2max

Fisik keterbatasan yang membatasi tingkat di mana energi yang dapat dilepaskan aerobik
tergantung pada:

 kemampuan kimia dari sistem jaringan otot selular untuk menggunakan oksigen
dalam mengurai bahan bakar
 kemampuan gabungan sistem jantung dan paru untuk mengangkut oksigen ke sistem
jaringan otot

Ada berbagai faktor fisiologis yang menggabungkan untuk menentukan VO2max yang ada
dua teori: Pemanfaatan Teori dan Presentasi Teori.

2
Pemanfaatan Teori berpendapat bahwa VO2max ditentukan oleh kemampuan tubuh untuk
menggunakan oksigen yang tersedia sedangkan Presentasi Teori mempertahankan itu adalah
kemampuan sistem kardiovaskular tubuh untuk mengantarkan oksigen ke jaringan aktif.

Sebuah studi [4] oleh Saltin B, Rowell LB. menyimpulkan bahwa itu adalah mengantarkan
oksigen ke jaringan aktif yang merupakan faktor pembatas utama untuk VO2max. Sebuah
studi [5] oleh Gollnick et al PD. menunjukkan hubungan yang lemah antara kemampuan
tubuh untuk menggunakan oksigen yang tersedia dan VO2max.

VO2max untuk berbagai kelompok

Tabel di bawah ini, diadaptasi dari detail data normatif untuk VO2max (ml / kg / menit)
dalam berbagai kelompok populasi.

Non Atlet

Laki-
Umur Perempuan
laki

10-19 47-56 38-46

20-29 43-52 33-42

30-39 39-48 30-38

40-49 36-44 26-35

50-59 34-41 24-33

60-69 31-38 22-30

70-79 28-35 20-27

Atlet

Olahraga Umur Laki-laki Perempuan

Baseball 18-32 48-56 52-57

Bola basket 18-30 40-60 43-60

Bersepeda 18-26 62-74 47-57

Kano 22-28 55-67 48-52

3
Football (USA) 20-36 42-60

Olahraga senam 18-22 52-58 35-50

Hoki es 10-30 50-63

Orienteering 20-60 47-53 46-60

Teguran 20-35 60-72 58-65

Ski alpine 18-30 57-68 50-55

Ski nordic 20-28 65-94 60-75

Sepak bola 22-28 54-64 50-60

Speed skating 18-24 56-73 44-55

Renang 10-25 50-70 40-60

Track & Field - Discus 22-30 42-55

Track & Field - Menjalankan 18-39 60-85 50-75

Track & Field - Menjalankan 40-75 40-60 35-60

Track & Field - Shot 22-30 40-46

Bola voli 18-22 40-56

Angkat besi 20-30 38-52

Gulat 20-30 52-65

table diadaptasi dari : Wilmore JH dan DL Costill. (2005) Fisiologi Olahraga dan Latihan:
3rd Edition.Champaign, IL: Human Kinetics

Di dalam berbagai jenis olahraga baik olahraga dengan gerakan-gerakan yang bersifat
konstan seperti jogging, marathon dan bersepeda atau juga pada olahraga yang melibatkan
gerakangerakan yang explosif seperti menendang bola atau gerakan smash dalam olahraga
tenis atau bulutangkis, jaringan otot hanya akan memperoleh energy dari pemecahan molekul
adenosine triphospate atau yang biasa disingkat sebagai ATP.
Melauli simpanan energi yang terdapat di dalam tubuh yaitu simpanan
phosphocreatine (PCr), karbohidrat, lemak dan protein, molekul ATP ini akan dihasilkan
melalui metabolisme energi yang akan melibatkan beberapa reaksi kimia yang kompleks.

4
Pengunaan simpanan-simpanan energy tersebut beserta jalur metabolisme energi yang akan
digunakan untuk menghasilkan molekul ATP ini juga akan bergantung terhadap jenis
aktivitas serta intensitas yang dilakukan saat berolahraga.
Inti dari semua proses metabolisme energi di dalam tubuh adalah untuk menresintesis
molekul ATP dimana prosesnya akan dapat berjalan secara aerobik maupun anearobik.
Proses hidrolisis ATP yang akan menghasilkan energi ini dapat dituliskan melalui persamaan
reaksi kimia sederhana sebagai berikut:
ATP + H O ---> ADP + H + Pi -31 kJ per 1 mol ATP
Di dalam jaringan otot, hidrolisis 1 mol ATP akan menghasilkan energi sebesar 31 kJ
(7.3 kkal) serta akan menghasilkan produk lain berupa ADP (adenosine diphospate) dan Pi
(inorganik fosfat). Pada saat berolahraga, terdapat 3 jalur metabolisme energi yang dapat
digunakan oleh tubuh untuk menghasilkan ATP yaitu hidrolisis phosphocreatine (PCr),
glikolisis anaerobik glukosa serta pembakaran simpanan karbohidrat, lemak dan juga protein.
Pada kegiatan olahraga dengan aktivitas aerobik yang dominan, metabolisme energi
akan berjalan melalui pembakaran simpanan karbohdrat, lemak dan sebagian kecil (±5%) dari
pemecahan simpanan protein yang terdapat di dalam tubuh untuk menghasilkan ATP
(adenosine triphospate). Proses metabolisme ketiga sumber energi ini akan berjalan dengan
kehadiran oksigen (O2) yang 2 diperoleh melalui proses pernafasan. Sedangkan pada aktivitas
yang bersifat anaerobik, energi yang akan digunakan oleh tubuh untuk melakukan aktivitas
yang membutuhkan energy secara cepat ini akan diperoleh melalui hidrolisis phosphocreatine
(PCr) serta melalui glikolisis glukosa secara anaerobik. Proses metabolisme energi secara
anaerobik ini dapat berjalan tanpa kehadiran oksigen (O2).
Proses metabolisme energi secara anaerobik dapat menghasilkan ATP dengan laju
yang lebih cepat jika dibandingkan dengan metabolisme energi secara aerobik. Sehingga
untuk gerakan-gerakan dalam olahraga yang membutuhkan tenaga yang besar dalam waktu
yang singkat, proses metabolisme energi secara anaerobik dapat menyediakan ATP dengan
cepat namun hanya untuk waktu yang terbatas yaitu hanya sekitar ±90 detik. Walaupun
prosesnya dapat berjalan secara cepat, namun metabolisme energi secara anaerobik ini hanya
menghasilkan molekul ATP yang lebih sedikit jika dibandingkan dengan metabolisme
energi secara aerobik (2 ATP vs 36 ATP per 1 molekul glukosa).
Proses metabolisme energi secara aerobik juga dikatakan merupakan proses yang
bersih karena selain akan menghasilkan energi, proses tersebut hanya akan menghasilkan
produk samping berupa karbondioksida (CO ) dan air (H O). Hal ini berbeda dengan proses
metabolisme secara anaerobik yang juga akan menghasilkan produk samping berupa asam

5
laktat yang apabila terakumulasi dapat menghambat kontraksi otot dan menyebabkan rasa
nyeri pada otot. Hal inilah yang menyebabkan mengapa gerakangerakan bertenaga saat
berolahraga tidak dapat dilakukan secara kontinu dalam waktu yang panjang dan harus
diselingi dengan interval istirahat.
Tekanan sistolik dan diastolic dalam keadaan istirahat dan dalam keadaan setelah
beraktivitas (misalnya olahraga) akan berbeda karena saat olahraga terjadi peningkatan aliran
balik vena.

Efek aktivitas otot rangka selama berolahraga adalah salah satu cara untuk
mengalirkan simpanan darah di vena ke jantung. Penekanan vena eksternal ini menurunkan
kapasitas vena dan meningkatkan tekanan vena. Peningkatan aktivitas otot mendorong lebih
banyak darah keluar dari vena masuk ke jantung.

Oleh karena itu dalam percobaan ini, kita akan mempelajari bagaimana pengaruh
aktivitas terhadap kerja jantung dan perubahan fisiologis para atlit sehingga berbeda dengan
yang bukan atlit.

I.2 Rumusan Masalah

Pada laporan ini, masalah yang akan dibahas adalah:

1. Apa yang dimaksud dengan Harvard Test?


2. Apa saja kelebihan dan kekurangan dari Test Harvard?
3. Bagaimana adaptasi akut dari cardiovascular pada kerja fisik?

I.3 Tujuan

Tujuan laporan ini adalah:

1. Menganalisa tingkat kebugaran jantung paru.


2. Mengetahui metode kebugaran jantung paru.
3. Mengetahui manfaat pengukuran kebugaran jantung paru.

1.4 Manfaat
Manfaat dari penulisan laporan Praktikum I ini, yaitu : Mahasiswa dapat mengetahui
bagaimana mengukur tingkat kebugaran seseorang dan bagaimana frekuensi denyut
jantung seseorang sebelum melakukan exercise maupun sesudah exercise.

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Tes Harvard

Tes Harvard adalah salah satu jenis tes stress jantung untuk mendeteksi atau
mendiagnosa penyakit kardiovaskuler. Tes ini juga baik digunakan dalam penilaian
kebugaran, dan kemampuan untuk pulih dari kerja berat. Semakin cepat jantung berdaptasi
(kembali normal), semakin baik kebugaran tubuh.

Tes Harvard merupakan tes ketahanan terhadap kardiovaskuler. Tes ini menghitung
kemampuan untuk berolahraga secara terus-menerus dalam jangka waktu yang lama tanpa
lelah. Subjek (orang yang meelakukan tes) melangkah naik dan turun pada papan setinggi 45
cm. jumlah langkah yaitu 30 langkah permenit dalam 5 menit atau sampai subjek kelelahan.
Kelelahan adalah ketikaa saat subjek tidak mampu lagi mempertahankan langkahnya dalam
15 detik. Subjek didudukkan dan merupakan akhir dari tes, dan denyut jantungnya kemudian
dihitung dalam 1 sampai 1,5, 2 sampai 2,5, dan 3 sampai 3,5 menit

2.2 Kelebihan dan Kekurangan Tes Harvad

 Kelebihan Tes Harvard


1. Peralatannya sederhana
2. Mudah untuk dilakukan
3. Dapat dikelola sendiri
 Kekurangan Tes Harvard
1. Tingkat stres tinggi
2. Tidak dapat dilakukan untuk anak-anak
3. Dipengaruhi oleh variasi maksimum detak jantung (HR)

2.3 Adaptasi Akut Cardiovaskuler Pada Kerja Fisik

Adaptasi fisiologik terhadap kerja fisik dapat dibagi dalamadaptasi akut dan kronik.
Adaptasi akut merupakan penyesuaian tubuh yang terjadi pada saat kerja dilakukan dan
adaptasikronik merupakan hasil perubahan pada tubuh oleh suatu periode program latihan
fisik. Adanya kerja fisik berarti terdapat suatu pembebanan bagi tubuh dan hal ini akan
mengakibatkan teijadinya mekanisme penyesuaian dari alat/organ tubuh bergantung kepada

7
usia, suhu lingkungan, berat ringan beban, lamanya, cara melakukan dan jumlah organ yang
terlibat selama kerja fisik tersebut.

Fungsi utama sistem kardiovaskuler selama kerja fisik adalah menghantar darah ke
jaringan yang aktip termasuk oksigen dan nutrien, dan mengangkut produk metabolit dari
jaringan tersebut ke alat ekskresi. Untuk melakukan tugas tersebut beberapa parameter tubuh
mengalami perubahan, antara lain :

1. Frekuensi denyut jantung


2. Curah jantung
3. Volume sekuncup (Stroke Volume)
4. Arus darah
5. Tekanan darah

Frekuensi denyut jantung

Frekuensi denyut jantung merupakan parameter sederhana dan mudah diukur serta
cukup informatip untuk faal cardiovaskuler. Pada keadaan istirahat frekuensi denyut jantung
berkisar antara 60 - 80 per menit. Hal ini mudah dideteksi dengan cara palpasi maupun
dengan menggunakan alat seperti pulse meter, cardiac monitoring dan sebagainya. Tempat
pengukuran dapat di arteri radialis, arteri carotis dan pada apeks jantung itu sendiri. Frekuensi
denyut jantung terendah diperoleh pada keadaan istirahat berbaring. Pada posisi duduk sedikit
meningkat dan pada posisi berdiri meningkat lebih tinggi dariposisi duduk. Hal ini
disebabkan oleh efek grafitasi yang mengurangi jumlah arus balik vena ke jantung yang
selanjutnya mengurangi jumlah isi sekuncup. Untuk menjaga agar curah jantung tetap maka
frekuensi denyut jantung meningkat. Sebelum seseorang melakukan kerja fisik, frekuensi
denyut jantung pra-kerja meningkat di atas nilai pada keadaan istirahat. Makin baik kondisi
seseorang akan diperoleh frekuensi denyut jantung yang lebih rendah untuk beban kerja yang
sarna. Pada suatu saat meskipun beban ditambah tetapi frekuensi denyut jantung tetap.
Frekuensi denyut jantung pada keadaan tersebut disebut frekuensi maksimal. Tiap orang
mempunyai frekuensi maksimal denyut jantung yang tampaknya mempunyai hubungan erat
dengan faktor usia. (Frekuensi maksimal denyut jantung =220 - usia dengan standar deviasi ±
10 denyut).

Curah Jantung

8
Curah jantung adalah volume darah yang dipompa oleh jantung, khususnya oleh
ventrikel selama satu menit. Satuannya dalam dm3 min-1 (1 dm3 sebanding dengan 1000 cm3
atau 1 liter).

Variasi produksi curah jantung dapat disebabkan oleh perubahan dari denyut jantung
dan volume sekuncup. Denyut jantung terutama dikontrol oleh persarafan jantung,
rangsangan simpatis meningkatkan denyut jantung dan perangsangan parasimpatis
menurunkannya. Volume sekuncup juga tetap pada bagian yang dipersarafi, perangsangan
simpatis membuat serabut otot jantung berkontraksi dengan kuat ketika diberikan
perangsangan yang lama dan parasimpatis akan member rangsangan balik (bertolak
belakang). Ketika kekuatan kontraksi naik tanpa peningkatan serabut yang lama, maka darah
banyak yang tertinggal di dalam ventrikel, dan peningkatan fase ejeksi dan akhir dari fase
sistol yaitu volume darah dalam ventrikel berkurang.

Total volume darah dalam sistem peredaran darah dari rata-rata orang adalah sekitar 5
liter (5000 mL). According to our calculations, the entire volume of blood within the
circulatory sytem is pumped by the heart each minute (at rest). Menurut perhitungan, seluruh
volume darah dalam system peredaran darah akan dipompa oleh jantung setiap menit (di
istirahat). During vigorous exercise, the cardiac output can increase up to 7 fold (35
liters/minute)Latihan (aktivitas fisik) dapat meningkatkan output jantung hingga 7 kali lipat
(35 liter / menit).

Volume sekuncup (Stroke Volume)

Volume sekuncup adalah jumlah darah yang dipompa setiap kontraksi dari ventrikel
kiri dan diukur dalam ml/kontraksi. Volume sekuncup meningkat sebanding dengan aktivitas
fisik. Pada keadaan normal (tidak dalam aktivitas lebih) setiap orang memilki volume
sekuncup rata-rata 50-70ml/kontraksi dan dapat meningkat menjadi 110-130ml/kontraksi
scara intensif, ketika melakukanaktivitas fisik. Pada atlet dalam keadaan istirahat memiliki
stroke volume rata-rata 90-110 ml/ kontraksi dan meningkat setara dengan 150-
220ml/kontraksi.

Arus Darah

Sistem pembuluh darah bisa membawa darah kembali ke jaringan yang membutuhkan
dengan cepat dan berjalan pada daerah yang hanya membutuhkan oksigen. Pada keadaan
istirahat 15-20% uplai darah di sirkulasi pada otot skeleton. Selama melakukan aktivitas fisik,

9
ini bisa meningkat menjadi 80-85% dari curah jantung. Darah akan dialirkan dari organ besar
seperti ginjal, hati, perut, dan usus. Ini akan meneruskan aliran ke kulit untuk memproduksi
panas.

Arus darah dari jantung ke jaringan tubuh bervariasi sesuai dengan kebutuhan
masing-masing jaringan baik dalam keadaanistirahat maupun pada kerja fisik. Jumlah absolut
darah yang ke otak selalu tetap/konstan, ke otot dan jantung jumlah darah akan meningkat
sesuai dengan bertambahnya beban kerja sedangkan yang ke ginjal, lambung dan usus akan
berkurang pada beban kerja yang meningkat. Peningkatan arus darah ke otot yang aktif
merupakan kerja persarafan vasodilator dan peningkatan metabolisme yang menimbulkan
penurunan pH atau peningkatan derajat keasaman dan pada tingkat lokal akan terlihat lebih
banyak kapiler dan arteriol yang membuka. Faktor lain yang berperan dalam pengaturan arus
darah adalah siklus jantung. Telah diketahui bahwa dengan bertambahnya beban kerja, akan
terjadi peningkatan frekuensi denyut jantung dan hal ini mengakibatkan lebih singkatnya
waktu yang digunakan untuk satu siklus jantung termasuk fase diastole. Sedangkan pengisian
pembuluh darah koroner yang terbanyak adalah padafase diastole. Dengan berkurangnya fase
diastole maka arus darah koroner juga akan berkurang.

Tekanan Darah

Dalam keadaan istirahat,, sistole tipikal individu (normal) adalah 110-140 mmHg dan
60-90 mmHg untuk tekanan darah diastol. Selama aktivitas fisik tekanan sistol, tekanan
selama kontraksi jantung (disebut sistol) bisa meningkat sampai 200 mmHg dan maksimum
pada 250 mmHg yang bisa terjadi pada atlet. Tekanan diastolrelaif tidak berubah secara
signifikan ketika melakukan latihan intensif. Faktanya kenaikannya lebih dari 15 mmHg
sehingga latihan intensif bisa mengidentifikasi penyakit jantung koroner dan digunakan
sebagai penilaian untuk tes toleransi latihan.

Tekanan darah selama kerja fisik memperlihatkan hubungan antara keseimbangan


peningkatan curah jantung dan penurunan tahanan perifer dengan adanya vasodilatasi pada
pembuluh darah otot yang bekerja. Terlihat bahwa tekanan sistolik akan meningkat secara
progresiv sedangkan pada tekanan diastolik tetap atau sedikit menurun.

Berbagai penelitian sekarang ini telah menunjukkan bahwa orang yang


mempertahankan kebugaran tubuh yang sesuai, menggunakan beragam latihan secara
bijaksana dan melakukan pengaturan berat badan, memilkiki keuntungan tambahan, yaitu

10
hidup lebih panjang. Khususnya antara usia 50-70 tahun, penelitian telah membuktikan
bahwa kematian menjadi berkurang tiga kali lipat pada orang yang bugar daripada orang
yang tidak bugar.

Kebugaran dapat memperpanjang kehidupan karena dua alasan:

1. Kebugaran tubuh dan pengaturan berat badan sangat mengurangi penyakit


kardiovaskuler.
Hal ini disebabkan oleh (1) pengaturan tekanan darah yang cukup rendah dan
(2) pengurangan kolesterol darah dan lipoprotein densitas rendah bersamaan dengan
peningkatan lipoprotein densitas tinggi. Perubahan-perubahan ini semua bekerja
sama mengurangi jumlah serangan jantung dan stroke otak.
2. Orang sehat secara atletik memiliki cadangan kebugaran jasmani yang lebih
banyak bila ia sedang sakit.
Sebagai contoh, orang yang berusia 80 tahun, yang tidak bugar mengkin
memilki system pernapasan yang membatasi pengantaran oksigen ke jaringan tubuh
tidak lebih dari 1L/menit. Hal ini berarti bahwa cadangan pernapasan tidak lebih dari
tiga sampai empat kali lipat. Namun, seorang yang berusia tua yang secara atletik
bugar mungkin memiliki cadangan dua kali lipat. Keadaan ini khususnya penting
dalam mempertahankan kehidupan bila orang yang tua tersebut menderita penyakit
seperti pneumonia yang dapat dengan cepat memakai semua cadangan pernapasan
yang ada. Selain itu, kemampuan untuk meningkatkan curah jantung pada waktu
dibutuhkan sering lebih dari 50 persen pada orang tua yang bugar daripada yang
tidak bugar.

11
BAB III

METODELOGI

3.1 Tujuan

Menganalisa tingkat kebugaran jantung paru

3.2 Alat dan Bahan

1. Bangku Harvard modifikasi (17 Inci)


2. Pengukur waktu (arloji/stopwatch
3. Metronome ketukan 120x/menit
4. Sfigmomanometer dan stetoskop

3.3 Cara Kerja : (Lakukan terhadap minimal 3 peserta laki-laki dan 3 perempuan)

1. Lakukan pemanasan ringan selama 5 menit sebelum mulai.


2. Naracoba berdiri menghadap bangku sambil mendengarkan detakan metronome
berfrekuensi 120x/menit.
3. Pada detakan 1, naracoba menempatkan salah satu kaki (dominan) di atas bangku.
4. Pada detakan ke-2, kaki yang lain naik k eats bangku sehingg naracoba telah
berdiri tegak diats bangku.
5. Pada detakan ke-3, kaki yang pertama naik diturunkan.
6. Pada detakan ke-4, kaki kedua diturunkan sehingga naracoba telah kembali di atas
lantai.
7. Tepat pada detakan berikutnya (ke-5) kaki yang pertama kembali naik k eats
bangku, demikian seterusnya.
8. Siklus tersebut diulang terus menerus sampai naracoba tidak kuat lagi, namun
tidak lebih dari 5 menit. Catat waktu berapa lama naracoba bertahan
(arloji/stopwatch).
9. Segera setelah itu naracoba disuruh duduk. Segera hitung dan catat frekuansi
denyut nadi selama 30 detik sebanyak 3x, yaitu : dari 1’-1’. 30” (N1), dan 2’-2’.3“
(N2), dan 3’-3’.30” (N3) setelah duduk.

Hitung indeks kesanggupan dengan cara berikut ;

Cara lambat :

12
lama naik turun (detik)x 100
indeks kesanggupan ∶
2 x (N1 + N2 + N3)

Nilai normal :

< 55 : kurang

55-64 : sedang

65-79 : cukup

80-89 : baik

> 89 : sangat baik

Cara cepat :

a. dengan rumus :

lama naik turun (detik)x 100


indeks kesanggupan ∶
5,5 x N1

Lama naik- Denyut nadi 1 menit – 1 menit.30 detik (N1)


turun 40-44 45-49 50-54 55-59 60-64 65-69 70-74 75-79 80-84 85-89 >89
0.00-0.29 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
0.30-0.59 20 15 15 15 15 10 10 10 10 10 10
1.00-1.29 30 30 25 25 20 20 20 20 15 15 15
1.30-1.59 45 40 40 35 30 30 25 25 25 20 20
2.00-2.29 60 50 45 45 40 35 35 30 30 30 25
2.30-2.59 70 65 60 55 50 45 40 40 35 35 35
3.00-3.29 85 75 70 60 55 55 50 45 45 40 40
3.30-3.59 100 85 80 70 65 60 55 55 50 45 45
4.00-4.29 110 100 90 80 75 70 65 60 55 55 50
4.30-4.59 125 110 100 90 85 75 70 65 60 60 55
5.00 130 115 105 95 90 80 75 70 65 65 60
Nilai norma :

< 50 : kurang 50-80 : sedang >80 : baik

13
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Percobaan

Denyut Metode
Jenis
No Nama Umur Durasi nadi N1 N2 N3 Nilai Kriteria
Kelamin
basal
1 Wendra 18 L 276 72 99 68 56 61,6 S
2 Fabiola 18 P 113 104 75 75 60 26,9 K
3 Eksaka 18 L 300 78 102 61 60 59,4 S
4 Lisa 17 P 99 78 62 60 66 26,3 K
5 Zaki 20 L 167 90 48 36 45 54,7 S
6 Yolanda 19 P 89 100 90 80 60 19,3 K
7 Cendi 18 P 70 96 53 60 53 16,2 K
8 Aulia 19 L 300 90 90 78 76 62,5 S
9 Indria 18 P 125 110 72 90 90 26,8 K
10 Sitikus 18 P 117 114 66 - - - -
11 Rista 19 P 97 114 90 80 98 16,9 K
12 Indah 20 P 93 96 42 33 50 44,2 K
13 monika 19 P - - - - - - -
14 Agus 18 L 266 114 63 78 81 59,9 S
15 Risma 16 P 150 110 78 75 69 33,8 K
16 Imam 18 L 130 84 60 52 69 46,9 K
17 Dera 18 P 77 102 84 54 39 21,7 K
18 Hendra 18 L 253 114 75 69 75 57,7 S
19 Geta 18 P 94 120 96 90 84 17,4 K
20 Aldieo 18 L 170 104 81 90 51 44,2 K
21 Puri 19 P 144 108 90 72 54 33,3 K
22 Putra 20 L 190 114 60 54 48 40,1 K
23 Rachmi 18 P 108 76 54 60 48 23,4 K
24 Nursin 18 L 248 90 84 84 81 49,7 K
25 Poppy 19 P 60 126 75 57 57 15,8 K
26 Perda 19 P 59 138 69 72 42 13,8 K
27 Fajar 19 L 300 102 70 63 57 78,9 C
28 Santi 19 P 120 138 87 81 66 25,6 K
29 Fadil 20 L 127 102 105 72 63 26,1 K
30 Erika 19 P 113 138 81 75 72 25,8 K
31 Eldi 19 L 215 120 84 78 87 45,9 K
32 Rika 18 P 148 96 108 90 78 25,9 K
33 Suci 18 P 85 79 84 78 72 16,8 K
34 Ika 19 P 88 68 60 54 48 20,9 K
35 Evi 19 P 96 99 81 72 69 22,3 K
36 Anisa 19 P 135 85 102 96 93 17,6 K
37 Dian 18 P 92 102 99 78 72 18,4 K
38 Anggun 19 P 71 90 66 48 33 24,1 K
39 Andreas 18 L 300 96 90 60 48 75,7 C
40 Umi 18 P 98 110 100 80 60 20,4 K
41 Irvan 18 L 84 96 60 52 50 25,8 K
42 marmah 18 P 147 98 80 70 60 35,0 K
43 Vira 18 P 84 100 69 51 45 24,0 K
44 Ira 18 P 98 84 84 75 72 35,4 K

14
45 Ridwan 17 L 260 102 78 78 72 54,1 K
46 yulisti 18 P 118 86 63 98 87 26,5 K
47 Imanudin 18 L 300 78 75 75 75 66,6 C
48 Aprilia 19 P 112 86 60 51 45 35,8 K
49 Andi 18 L 243 78 66 66 63 62,8 S
50 Destrianti 18 P 69 82 61 69 57 16,6 K
51 Utin 18 P 75 86 45 42 40 29,5 K
52 ani 18 P 110 86 48 42 33 44,7 K
53 tantric 18 P 97 86 48 45 42 35,9 K
54 Anet 18 P 53 86 45 42 39 21,0 K
55 Lilia 18 P 42 120 42 39 36 17,9 K
56 Masita 18 P 41 131 39 36 33 18,9 K
57 Sulastri 18 P 76 92 45 39 33 32,4 K
58 Febri 18 L 102 102 78 75 69 25,2 K
59 Meri 18 P 120 120 99 87 81 22,4 K
60 Maya 18 P 82 114 81 69 69 18,7 K
61 Veronica 18 P 81 90 90 75 66 17,5 K
62 Selina 19 P 110 96 99 75 75 26,2 K
63 Ayu 19 P 78 126 102 78 75 13,5 K
64 nurhabib 18 L 226 80 84 81 84 45,4 K
65

C : cukup

k : kurang

s : sedang

4.2 Pembahasan
Dari percobaan Harvard Step Test, kita dapat menentukan indeks kesanggupan badan
seseorang dalam melakukan aktivitas otot. Melalui cara penghitungan yang telah dijelaskan
diatas, terlihat dengan jelas bahwa indeks kesanggupan badan sangat bergantung dari
lamanya seseorang untuk terus-menerus naik-turun bangku dan fekuensi denyut jantung yang
diukur segera setelah ia melakukan aktivitas tersebut. Semakin lama ia mampu bertahan naik-
turun bangku dan semakin cepat frekuansi denyut jantungnya pulih ke frekuensi normal,
maka semakin baik pula kesanggupannya.
Pada prinsipya olahraga diharapkan dapat meningatkan kapasitas fungsional individu
dan menurunkan kebutuhan oksigen otot jantung yang diperlukan pada tingkatan latihan fisik,
baik pada orang sehat atau orang sakit. Pada latihan fisik akan terjadi dua perubahan pada

15
system cardiovascular yaitu peningkatan curah jantung dan redisstribusi aliran darah dari
organ yang kurang aktif ke organ yang aktif.
Kesanggupan badan seseorang dinyatakan dengan Indeks Kesanggupan Badan (IKB)
yang dapat dihitung dengan menggunakan rumus diatas. Semakin besar nilai dari IKB
seseorang makan kesanggupan badannya semakin baik.

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

16
Bedasarkan hasil praktikum daya tahan kardiovaskuler dan pulmonal, tingkat
kebugaran jantung paru seseorang dapat diukur dengan menggunakan Harvard Step Test.
Kesanggupan badan seseorang dapat dinyatakan dengan Indeks Kesanggupan Badan (IKB).
Semakin besar nilai IKB, semakin baik kesanggupan badan seseorang. Semakin sering
jantung dilatih, maka jantung akan beradaptasi untuk bekerja lebih cepat.
Tetapi hal ini belum tentu menunjukkan bahwa kesanggupan badan seseorang kurang
karena mungkin terdapat beberapa faktor misalnya beban kerja yang diberikan tidak terlalu
berat, frekuensi naik turun Harvard kurang maksimum, atau standar yang dipakai pada rumus
ini merupakan standar dari luar negeri dimana orang barat dominan memiliki kapasitas kerja
lebih dibandingkan kita orang Indonesia, misalnya karena faktor pemenuhan gizi atau
perbedaan pola hidup dalam pekerjaan sehari-hari.

5.2 Saran

Seperti kita ketahui bahjwa Harvard test ini berfungsi untuk mengetahui tingkat
kebugaran jasmani seseorang. Jadi kita sebagai calon dokter diharapkan lebih giat
berolahraga sehingga bias menjadi contoh bagi masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

1. Sherwood, Lauealee. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem : Edisi ke-2. EGC:Jakarta

2. Irfannuddin. 2008. Fisiologi Untuk Paramedis : Edisi ke-3. Fakultas Kedokteran

17
Universitas Sriwijaya : Palembang.

3. Guyton, Arthur. Fisiologi Kedokteran. 2010. Jakarta : EGC

4. Irawan, Anwari. 2007. “Metabolisme Energi Tubuh dan Olahraga”. Polton Sports Science

And Performance Lab, 1(7): 1-8.

5. Doohan, James. 2000. “The Cardiovscular System and Exercise”. http://www.biosbcc.net/.

Diakses 11 Mei 2011

6. Panduan Praktikum I Blok 6.2011.FK UMP: Palembang.

7.

LAMPIRAN

Pretest

Pertannyaan :

18
1. Jelaskan perjalanan O2 mulai dari saluran pernafasan sampai ke tingkat seluler?
2. Sebutkan dan jelaskan dengan singkat 3 mekanisme pembentukan ATP pada
manusia?
3. Terangkan pengaruh system saraf otonom terhadap fungsi jantung dan pembuluh
darah?
4. Terangkan respon tubuh terhadap stress?
5. Terangkan respon tubuh yang mempengaruhi tekanan darah?

Jawaban

1. Perjalanan Oksigen mulai dari saluran pernafasan sampai ketingkat seluler :


Pada kondisi normal, hampir seluruh oksigen diikat oleh hemoglobil (Hb) yang
berada didalam eritrosit (RBC) untuk dihantarkan ke suluruh tubuh. Eritrosit
bersama cairan plasma dipompa oleh jantung ke seluruh sel di tubuh. Sebagian O2
(3%) langsung larut dalam plasma dalam bentuk oksigen bebas. Setelah sampai
dikapiler organ, O2 lepas dari Hb dan berdifusi ke jaringan interstisial dan
selanjutnya masuk ke dalam sel. Dengan berikatan dengan Hb, transportasi O2
ditingkatkan sampai 60x lipat.

2. Tiga mekanisme pembentukan ATP :


ATP adalah molekul yang besar sehingga tidak dapat disimpan lama dalam sel.
Oleh karena itu ATP harus selalu dibentuk setiap saat. ATP dapat dibentuk di
dalam sel melalui 3 rangkain metabolism yaitu :
a. Konversi keratin-posfat
Konversi keratin posfat mampu menghasilkan ATP melalui reaksi yang sangat
tingkat. Keratin-posfat dipecah oleh enzim keratin kinase menjadi keratin dan
posfat inorganic. Saat dipecah keratin-posfat menghasilkan energy dan dipakai
untuk memnsintesis ATP yang berasal dari adenosine di-posfat ADP dan
posfat inorganic, lihat reaksi berikut :

Kreatinkinase
Keratin-posfat à Kreatin + Pi + Energi
ADP + Pi à 1 ATP
ATP yang berasal dari konversi keratin posfat, dapat dibentuk dalam waktu
singkat. Umumnya, ATP dari keratin posfat dibentuk di sel-sel otot rangka.

19
ATP dari keratin posfat dipakai sebagai energy awal dari kontraksi otot.
Meskipun dapat dihasilkan dalam waktu singkat, ATP ini tidak dapat dipakai
lama karena cepat habis.
b. Glikolisis Anaerobik
Glikolisis adalah rangkaian reaksi kimia/ metabolism glukosa yang berubah
menjadi as. Piruvat. Sebelum menjadi asam piruvat, glukosa mengalami 10
kali reaksi kimia yang berlangsung di sitosol. Sesungguhnya proses glikolisis
menghasilkan 4 molekul ATP, namun proses tersebut menguraikan 2 molekul
ATP, sehingga ATP yang terbentuk adalah 2 molekul ATP untuk setiap 1
molekul glukosa. Proses glikolisis tidak memerlukan oksigen sehingga sering
disebut sebagai reaksi anaerobic.
c. Posforilasi Oksidatif
Posforilasi Oksidatif adalah metabolism lanjutan dari glikolisis anaerobic yang
berlangsung di dalam mitokondria. Proses ini baru terjadi bila oksigen tersedia
dalam jumlah yang cukup di dalam sel. Bila O2, asam piruvat akan masuk ke
dalam mitokondria. Asam piruvat akan berubah menjadi asetil co-A. asetil co-
A akan menjalani rangkaian siklus reaksi kimia yang disebut dengan siklus
asam sitrat atau sering disebut siklus kreb. Siklus as. Sitrat menghasilkan
sejumlah karier hydrogen yang kaya electron dan energy (NADH dan FADH).
Dengan bantuan O2, karier hydrogen ini akan menjalani rangkaian system
transport electron sehingga energy akan bebas dan ditangkap membentuk
ATP. AYP yang dihasilkan yaitu 32-34 molekul ATP.

3. Pengaruh system saraf otonom terhadap fungsi jantung dan pembuluh darah:
System saraf autonom yang mengatur fungsi organ individual dan homeostasis,
dan sebagian besar bukan merupakan kerja volunteer. (system saraf autonom
adalah bagian susunan saraf tepi yang mengurus semua proses badaniah yang
involuntary dan homeostasis yang timbul secara reflektorik, seperti vasodilitasi-
kontriksi, bronkhodilatasi-bronkhokontriksi, peristaltic, berkeringat, merinding,
dan seterusny, sehingga pasien dapat beradaptasi dengan lingkungannya.
Jantung :
Saraf simpatik (receptor β1) : mempercepat Heart Rate dan kontraksi jantung
Saraf parasimpatik (receptor β1) : menurunkan Heart Rate dan kontraksi jantung

20
Jantung disarafi oleh saraf simpatis dan saraf parasimpatis.
a. secara fisologis, system parasimpatis lebih digunakan pada penyimpanan dan
pemulihan energy, oleh karena itu, maka pada jantung dan pembuluh darah
berfungsi untuk mengurangi frekuansi detak jantung dan tekanan darah,
menghambat lancarnya penghantaran implus melalui jaras arterioventikular,
melebarkan pembuluh darah.
b. aktifitas simpatik pada jantung berfungsi untuk meningkatkan denyut jantung,
mempelancar penyaluran implus melalui jaras atrioventrikuler, penyempitan
lumen (kontriksi) hampir semua pembuluh darah, terutama yang menuju ke kulit
dan viscera abdominal, tetapi melebarkan lumen (dilatasi) arteri koronaria.

Pembuluh darah :
Saraf simpatis
Reseptor α : vasokontiksi
Reseptor β : dilatasi otot dan arteri koroner
Saraf parasimpatis
Receptor α : dilatasi

4. Respon tubuh terhadap stress :

Bila sebagian besar daerah system saraf simpatis melepaskan impuls pada saat
bersamaan yakni,yang disebut pelepasan impuls secara missal – dengan berbagai
cara,keadaan ini akan meningkatkan kemampuan tubuh untuk melalukan aktivitas
otot yang besar.

1. Peningkatan tekanan arteri


2. Peningkatan aliran darah untuk mengaktipkan otot-otot bersamaan dengan
penurunan aliran darah ke organ-organ, seperti tractus gastrointestinal dan
ginjal, yang tidak diperlukan untuk aktifitas motorik yang cepat.
3. Peningkatan kecepatan metabolisme sel diseluruh tubuh.
4. Peningkatan konsentrasi glukosa darah.
5. Peningkatan proses glikolisis di hati dan otot.
6. Peningkatan kekuatan otot.
7. Peningkatan aktivitas mental
8. Peningkatan kecepatan koaguasi darah.

21
Seluruh efek diatas menyebabkan orang tersebut dapat melaksanakan aktifitas
fisik yang jauh lebih besar daripada bila tidak ada efek diatas.oleh karena baik
stress fisik maupun mental dapat menggiatkan system simpatis,seringkali keadaan
tersebut dianggap merupakan tujuan dari system simpatis untuk menyediakan
aktifitas tambahan pada saat stress ; keadaan ini seringkali disebut respons strees
simpatis.

System simpatis terutama teraktifasi dengan kuat pada berbagai keadaan emosi.
Contohnya,pada keadaan marah (rage). Yeng lebih ditibulkan oleh perangsangan
hipotalamus,sinyal-sinyalnya dijalarkan kebawah melalui formasio retikluaris otak
dan masuk kemedula spinalis untuk menyebabkan pelepasan impuls yang massif;
dan peristiwa simpatis yang disebut paling awal timbul dengan segera. Keadaan
ini disebut reaksi tanda bahaya(alarm reaction) dari serabut simpatis. Keadaan ini
juga disebut reaksi menghadapi atau menghindar(fight or flight reaction).pada
kedua peristiwa tersebut, reaksi tanda bahaya dari serabut simpatis membuat
seseorang itu melakukan serangkaian aktifitas besar.

5. Factor-faktor yanhg mempengaruhi tekanan darah :


 Curah jantung
 Tekanan pembuluh darah tepi
 Volume darah total
 Viskositas darah
 Kelenturan didnding arteri

Post test.

1. Menurut analisis anda, faktor-faktor yang mempengaruhi hasil harvard test? Jelaskan
(alat?,naracoba?)
Faktor-faktor berikut mungkin memiliki dampak pada hasil tes (uji reliabilitas):
a. Naracoba :

22
 Jumlah tidur sesorang itu sebelum pengujian berpengaruh terhadap konsumsi
oksigen naracoba, orang yang kurang tidur berpotensi kekurangan asupan oksigen dalam
tubuhnya.
 Tingkat emosional
 Obat yang mungkin dipakai untuk meningkatkan kerja jantung (biasanya atlet).
Obat yang digunakan untuk meningkatkan kinerja otot, seperti misalnya dopamine
atau kafein, sangat mempengaruhi, karena jika naracoba mengkonsumsinya,
kelelahan yang ia dapat bisa datang lebih lama, sehingga hasil tes dapat berbeda
dengan keadaan normal. Ini disebabkan karena obat tersebut membuat staminanya
lebih baik dan memaksa otot dan otak serta kerja jantung lebih berat.
 Waktu sejak makan terakhir naracoba
 Pemanasan
 Berat badan dan tinggi badan (fisik)

b. Alat
 Ketinggian alat (kursi). Semakin tinggi kursi yang di pakai, maka dibutuhkan
energi yang lebih besar untuk melakukan uji coba.

c. Cara kerja :
 Ritme atau intensitas naik turun yang dilakukan naracoba. Semakin cepat ritme nya
dan tidak beraturan, maka kerja otot pun akan lebih tinggi, sehingga kebutuhan
akan oksigen meningkat, sehingga cepat lelah.

2. Mengapa Harvard step test dianggap menggambarkan kemampuan kardiopulmonal


/aerobik?
Karena saat bekerja otot membutuhkan energi, energi didapat dari ATP yang
dhasilkan dari pemecahan glukosa dengan bantuan oksigen sebagai alat yang
berkerjasama dengan darah dalam transportasi energi. Dan harvard step test adalah
Sebuah cara yang akurat untuk menilai kebugaran, tes aerobik maksimal yang mencatat
dan mengukur denyut jantung dan konsumsi oksigen dan pengeluaran karbondioksida.
Oleh karena itu, Harvard step test dapat dipakai untuk mengukur kemampuan
aerobik seseorang yang dapat menggambarkan apakah kerjanya baik atau tidak dilihat
dari perhitungan nadinya yang merupakan pembuluh darah sebagai transportasi

23
pertukaran oksigen dan karbondioksida dalam sistem kardiovaskular tubuh. Karena
oksigen yang sangat dibutuhkan saat melakukan tes ini, aerobic itu sendiri akan
meningkatkan jumlah nutrisi dan oksigen yang sampai ke otot untuk memfasilitasi
pemulihan.

3. Mengapa frekuensi nadi yang menjadi nilai ukur?


Kerja tubuh (aktivitas otot) dapat mempengaruhi metabolisme seluruh
tubuh,karena oksigen sangat penting untuk oksidasi karbohidrat dan lemak yang
diperlukan untuksintesis ATP normal. Pengurangan kadar oksigen arteri dapat
menyebabkan peningkatan denyut jantung untuk mengkompensasi defisit pasokan
oksigen untuk seluruh tubuh (Lee etal.1990)

Darah sebagai transportasi yang memasok oksigen dan asam amino bagi kerja
otot. Menggandakan aliran darah berarti Anda mendapatkan dua kali jumlah nutrisi ke
otot Anda. Ketika Anda telah menyelesaikan sesi aerobic, proses pemulihan berlanjut
lama setelah Anda selesai. "Tingkat metabolisme" Anda tetap di atas tingkat normal
untuk beberapa waktu (waktu yang tepat didasarkan pada tingkat intensitas latihan).
Bahkan kerja aerobik tingkat rendah (detak jantung 50 sampai 65% dari max) itu akan
tetap tinggi selama30 menit sampai satu jam, membutuhkan pemulihan tambahan.

Ketika Anda konsisten melakukan latihan aerobik dalam jangka panjang, tubuh
Anda akan menambahkan lebih banyak kapiler yang membawa nutrisi ke otot-otot
sehingga membantu pemulihan bahkan pada saat istirahat. Kerja Aerobik meningkatkan
massa volumetrik (ukuran ruang) dalam ventrikel kiri,yang pada gilirannya akan
meningkatkan output jantung. Setiap kali pompa jantung andaAnda mendapatkan lebih
banyak "darah per pompa" dan pemulihan yang lebih cepat.Kembali ke pentingnya
peningkatan aliran darah. Aliran darah meningkat dari pelatihan aerobik membantu
ligamen dan tendon lebih cepat pulih. Ligamen dan tendon "non-porous" relatif terhadap
jaringan otot. Ini berarti bahwa ligamen dan tendon Anda tidak memiliki hampir jumlah
kapiler (jalur darah terkecil yang membawa darah kaya nutrisi) yangmemiliki jaringan
otot. Ini lah mengapa denyut nadi yang diukur, karena nadi sebagai jalan beredar nya
oksigen dalam tubuh yang diikat oleh darah.

4. Apakah ada perbedaan hasil step test diantara jenis kelamin? Mengapa demikian?

24
Ada, karena laki-laki cenderung memiliki ketahanan fisik lebih tinggi dibandingkan
perempuan, sehingga laki-laki dapat bertahan lebih lama saat melakukan harvard step test.

5. Menurut anda, mengapa sampai timbul 3 metode perhitungan harvard step test?
Adanya perbedaan perhitungan ini disebabkan oleh penggunaan waktu dengan metode
lambat jelas kita perhitungan memakan waktu lebih lama dibandingkan dengan metode
cepat, apalagi dengan melihat tabel. Pada perhitungan lambat pun kita harus mengukur N2
(jumlahdenyut nadi dari menit ke 2-2.30) dan N3 (jumlah denyut nadi dari menit ke 3-
3.30) ,pemakaian N2, dan N3 ini pada perhitungan indeks kesanggupan akan
mempengaruhi hasil karena pada menit ke 2 bahkan lebih lama, kondisi semakin kembali
memulih, sehingga aktivitas kerja otot jantung dan paru-paru pun semakin menuju normal.
Ini lah yang menjadi pertimbangan adanya perhitungan lain yang hanya mengukur jumlah
denyut nadi selama 1.30 detik sesaat setelah naracoba berhenti melakukan tes.

6. Apa perbedaan metode perhitungan cepat dan lambat pada harvard step test?
Perbedaan ini terdapat pada penyebut dalam pembagian indeks kesanggupan, pada metode
lambat digunakan perhitungan dari jumlah N1, N2, dan N3. Sedangkan pada metode
cepat,hanya digunakan perhitungan nadi pada N1 saja. Pada metode lambat perhitungan
memakan waktu lebih lama, dan penggunaan perhitungan dengan N1, N2, dan N3 dapat
memberikan hasil yang berbeda, karena semakin lama istirahat naracoba, maka lebih
cepat pulih aktivitas kerja otot jantung dan paru-parunya, sehingga hasi perhitungan
denyut nadi pun berbeda, perbedaan ini harus diperhitungkan juga

25

Anda mungkin juga menyukai