Anda di halaman 1dari 20

PEMBUATAN SUSU KACANG HIJAU(Phaseolus radiatus L.

) INSTAN DENGAN
METODE UHT (Ultra High Temperature)

OLEH

MAYA PRIHASTINI 05121003011


DEBORAH 05121003035
ZAMZAMI YAHYA 051210030

JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN


FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDRALAYA
2014
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang kaya akan produk bahan pangan jenis kacang-
kacangan (leguminosae) seperti kedelai, kacang tanah, kacang hijau, kacang merah,
kacang panjang. Kandungan protein kacang-kacangan berkisar antara 20-35% juga
mengandung karbohidrat, lemak, vitamin, mineral dan serat. Kacang hijau (Phaseolus
radiatus L.) banyak tumbuh hampir di semua tempat di Indonesia. Luas tanaman tanaman
kacang hijau di Indonesia pada tahun 2008 mencapai 276,892.00 ha (Deptan, 2009) dengan
jumlah produksi kacang hijau menduduki urutan ketiga setelah kacang kedelai dan kacang
tanah.
Selain dimanfaatkan sebagai pangan tradisional, kacang hijau juga dapat diolah
menjadi tepung dan pati kacang hijau. Pati kacang hijau sangat mudah dicerrna sehingga
sangat baik jika digunakan sebagai bahan pangan sedangkan protein yang berasal dari
kacang-kacangan agak sulit dicerna karena kandungan zat antigizi (Astawan, 2009).
Disamping mengandung protein tinggi, kacang hijau juga mengandung kalsium dan fosfor
yang bermanfaat untuk tulang. Kandungan asam lemak tak jenuh pada kacang hijau
menjadikan kacang ini baik jika dikonsumsi bagi mereka yang menderita obesitas untuk
menurunkan berat badan. Kacang hijau juga banyak mengandung Vitamin B1. Vitamin B1
merupakan bagian dari koenzim yang berperan penting dalam oksidasi karbohidrat untuk
diubah menjadi energi. Vitamin B2 yang terkandung pada kacang hijau dapat membantu
penyerapan protein di dalam tubuh. Melihat kandunga gizi yang terdapat pada kacang
hijau, dengan adanya produk susu kacang hijau diharapkan dapat menjadi alternatif
subsitusi bagi susu hewani dan diharapkan dari susu kacang hijau dapat ditingkatkan dan
dikembangkan nilai fungsionalnya melalui pengembangan produk lain misalnya produk
probiotik yoghurt susu kacang hijau.

1.2. Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui cara pembuatan susu kacang
hijau (Phaseolus radiatus L.) instan dengan metode UHT (ultra high temper
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kacang Hijau

Kacang hijau merupakan tanaman tropis yang berumur pendek dan dapat
tumbuh di daerah yang curah hujannya rendah. Kacang hijau merupakan sumber
protein nabati. Protein biji kacang hijau mengandung 8 asam amino esensial, yaitu
Valine, Leucine, Isoleucine, Methionine, Venyl Alanine, Lycine dan Tryptophane. Selain
itu juga terdapat lemak, karbohidrat serta mineral yang dibutuhkan tubuh (Soeprapto,
1992).
Zat gizi yang terkandung dalam kacang hijau tergolong lengkap. Mulai dari kalori,
karbohidrat, lemak, protein, serat makanan, aneka jenis vitamin. Mulai dari vitamin A
sampai vitamin K, air, dan aneka jenis mineral semacam boron, cobalt, besi, fosfor, kalium,
magnesium, kalsium, seng terkandung didalamnya. Lengkapnya kandungan gizi dalam
kacang hijau dapat dilihat pada Tabel 2. Berikut:
Tabel 2. Komposisi Kimia Kacang Hijau Dalam 100 gr Bahan.
Komponen Jumlah
Air (ml) 10
Kalori (kal) 345
Protein (gr) 22,2
Lemak (gr) 1,26
Karbohidrat (gr) 62,9
Kalsium (mg) 125
Fosfor (mg) 320
Zat Besi (mg) 6,7
Vitamin A (RE) 10
Vitamin B1 (mg) 0,64
Vitamin C (mg) 6,0
% BDD (Bagian dapat dikonsumsi) 100

Sumber : (BPS, 2008 dalam Wawan 2010)

Susu kacang hijau merupakan hasil ekstraksi biji kacang hijau dengan
penambahan air. Protein susu terbagi menjadi dua, yaitu casein yang dapat
diendapkan oleh asam dan rennin, serta protein whey yang dapat mengalami
denaturasi oleh panas pada suhu 65 ᵒC. Casein dalam susu mencapai 80 % dari total
protein. Pengasaman susu oleh aktivitas bakteri menyebabkan mengendapnya casein.
(Buckle, 1985)
2.2. Metode UHT (Ultra High Temperature)
Hadirnya teknologi ultra high temperature (UHT) dalam pengolahan susu
sebenarnya menjadi solusi paling tepat. Teknologi ini memungkinkan kerusakan zat pada
susu bisa diminimalkan selama proses sterilisasi susu berlangsung. Ini bisa terjadi karena
dalam proses sterilisasi menggunakan teknologi UHT, produk susu dipanaskan hanya
dalam waktu antara 2- 3 detik pada suhu antara 135 hingga 150 derajat celcius dan
berlanjut dengan proses pendinginan segera pada suhu rendah antara 4-5 derajat celcius.
“Proses sterilisasi yang sangat singkat dengan suhu pemanasan tinggi dan suhu
pendinginan yang sangat rendah membuat peluang kerusakan zat gizi susu bisa
diminimalisir,” ( Purwiyatno Hariyadi,).
Proses sterilisasi menggunakan teknologi UHT hanya menimbulkan kerusakan
nilai gizi 25 persen vitamin C, 10 persen asam folat dan nol persen biotin. Bandingkan
dengan sterilisasi pada susu cair menggunakan botol yang mengalami kerusakan zat gizi
hingga 90 persen vitamin C, 50 persen asam folat dan nol persen biotin. Bandingkan pula
dengan strerilisasi susu yang menggunakan metode pengeringan drum dimana kerusakan
vitamin C mencapai 30 persen, asam folat 10 persen dan biotin 10 persen. Selain minimnya
tingkat kerusakan zat gizi, teknologi UHT juga lebih memberikan jaminan keamanan
konsumsi pada susu. Sebab proses sterilisasi UHT mampu membunuh segala jenis mikroba
maupun bakteri berbahaya tanpa mengubah mutu dan kandungan zat gizi yang terdapat
pada susu.

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan adalah: 1) kacang hijau (Phaseolus radiatus L), 2) gula,
3) CMC, 4) kalsium-laktat. Alat-alat yang digunakan adalah: 1) mesin pelecet kulit ari
kacang kedelai, 2) penggiling, 3) penyaring, 4) pemanas, 5) peralatan sterilisasi.

3.2. Parameter
Parameter analisa yang meliputi : analisa proksimat (protein, lemak, padatan terlarut,
pH, dan uji penerimaan (organoleptik)

3.5. Cara Kerja

Proses pembuatan susu kacang hijau (Triyono et al., 2009)


1. Pemilihan atau sortasi biji kacang hijau untuk memisahkan pengotor dan bahan yang
rusak.
2. Biji kacang hijau ditimbang sebanyak 100 gram.
3. Biji kacang hijau dicuci sampai bersih. Kotoran dan biji yang mengapung harus
dibuang.
4. Biji yang telah dicuci direndam di dalam air selama 6 jam. Setelah itu, kacang
hijau ditiriskan.
5. Kacang hijau dimasukkan ke dalam air mendidih. Atur besar api sehingga suhu
bertahan sekitar 80°C. Perendaman dalam air panas ini berlangsung selama 10
menit. Setelah itu, kacang hijau diangkat dan didinginkan dengan air mengalir,
kemudian ditiriskan.
6. Air bersih disiapkan sebanyak 8 kali berat kacang hijau kering. Suhu air ini
dipertahankan selama pekerjaan berlangsung.
7. Biji kacang hijau dihaluskan dengan blender sambil ditambahkan air panas sedikit-
sedikit.
8. Bubur kacang hijau disaring dan diperas dengan kain saring.
9. Susu kacang hijau mentah ditambahkan gula 12%, garam 1% dan daun pandan 2
lembar.
10. Kemudian dipanaskan lagi selama 8−10 menit dengan suhu 95°C.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil
1. Hasil pengukuran volume spesifik bawang merah

Tabel 1.1 Pengukuran volume spesifik bawang merah

sampel Berat (g) Diameter (cm) Volume (cmᵌ) Volume spesifik (cmᵌ/g)
P1S1 5,37 2,37 6,966 1,297
P1S2 5,18 2,35 6,791 1,311
P1S3 5,03 2,35 6,791 1,350
P2S1 5,29 2,37 6,966 1,316
P2S2 5,09 2,06 4,574 0,898
P2S3 4,75 2,03 4,377 0,921
P3S1 5,29 2,37 6,966 1,316
P3S2 4,94 1,95 3,880 0,785
P3S3 4,28 1,68 2,481 0,579
P4S1 5,28 2,28 6,202 1,174
P4S2 4,23 1,64 2,308 0,545
P4S3 3,54 1,34 1,259 0,355

2. Hasil pengukuran tekstur bawang merah


Tebel 2.1. Pengukuran tekstur bawang merah dengan alat texture analyzer

Sampel Peak load (g) Final Load (g) Trigger (g) Distance (mm) Speed (m/s)
P1S1 170,6 132,6 3 3 6
P1S2 231,8 116,6 3 3 6
P1S3 39,2 39,0 3 3 6
P2S1 225,4 126,8 3 3 6
P2S2 150,8 116,8 3 3 6
P2S3 11,8 10,4 3 3 6
P3S1 160,0 145,6 3 3 6
P3S2 190,6 140,6 3 3 6
P3S3 28,6 4,4 3 3 6
P4S1 116,6 109,2 3 3 6
P4S2 172,0 125,6 3 3 6
P4S3 17,2 16,4 3 3 6

3. Hasil uji hedonik terhadap warna, tekstur, dan bau bawang merah

Tabel 3.1. Hasil rekapitulasi parameter warna, tekstur, rasa dan aroma bawang merah
1. Data hasil uji hedonic atribut Warna Bawang

Tabel 1.1 Hasil Rekapitulasi Penilaian Terhadap Kesukaan Warna Bawang


Penilaian kesukaan warna bawang
Panelis p2s1 p2s2 p2s3 p3s1 p3s2 p3s3 p4s1 p4s2 p4s3
1 2 2 5 3 3 5 3 5 5
2 3 2 5 3 2 5 3 2 5
3 5 4 1 5 4 1 5 4 1
4 3 3 1 2 3 1 2 3 4
5 2 2 4 2 3 4 2 3 4
6 4 2 4 4 3 4 4 4 4
7 3 3 5 4 4 5 3 4 5
8 5 1 2 5 2 2 5 3 4

rata-rata 3.375 2.375 3.375 3.5 3 3.375 3.375 3.5 4


jumlah 27 19 27 28 24 27 27 28 32

Tabel 1.2 hasil penjenjangan uji hedonik terhadap atribut warna bawang
Penilaian kesukaan warna bawang
Panelis p2s1 p2s2 p2s3 p3s1 p3s2 p3s3 p4s1 p4s2 p4s3
1 1.5 1.5 7.5 4 4 7.5 4 7.5 7.5
2 5 2 8 5 2 8 5 2 8
3 8 5 2 8 5 2 8 5 2
4 6.5 6.5 1.5 3.5 6.5 1.5 3.5 6.5 9
5 2.5 2.5 8 2.5 5.5 8 2.5 5.5 8
6 6 1 6 6 2 6 6 6 6
7 2 2 8 3 3 8 2 3 8
8 8 1 3 8 3 3 8 5 6

Rata2 4.9375 2.6875 5.5 5 3.875 5.5 4.875 5.0625 6.8125


Jumlah 39.5 21.5 44 40 31 44 39 40.5 54.5

Tabel 1.3 Hasil Pemangkatan Uji Hedonik Terhadap Atribut Warna Bawang
Penilaian kesukaan warna bawang
Panelis p2s1 p2s2 p2s3 p3s1 p3s2 p3s3 p4s1 p4s2 p4s3
1 2.25 2.25 56.25 16 16 56.25 16 56.25 56.25
2 25 4 64 25 4 64 25 4 64
3 64 25 4 64 25 4 64 25 4
4 42.25 42.25 2.25 12.25 42.25 2.25 12.25 42.25 81
5 6.25 6.25 64 6.25 30.25 64 6.25 30.25 64
6 36 1 36 36 4 36 36 36 36
7 4 4 64 9 9 64 4 9 64
8 64 1 9 64 9 9 64 25 36
Rata-rata 24.378 7.22 30.25 25 15.01 30.25 23.76 25.62 46.41
Jumlah 1560.25 462.25 1936 1600 961 1936 1521 1640.25 2970.25

A =(ƩP2)= 2161

B= )

B = 1823,37
F Tabel 5% = 3,308

T=

T = 8-1 ( )

T = 0.48
T < F tabel, maka terima Ho, tidak ada pengaruh tiap sampel perlakuan terhadap warna
Bawang.
2. Data hasil uji hedonic atribut Tekstur Bawang

Tabel 2.1 Hasil rekapitulasi uji hedonik atribut Tekstur Bawang

Penilaian kesukaan tekstur bawang


Panelis p2s1 p2s2 p2s3 p3s1 p3s2 p3s3 p4s1 p4s2 p4s3
1 3 3 5 2 3 4 2 4 5
2 3 3 5 3 2 5 3 3 5
3 5 4 3 5 4 3 5 4 3
4 3 3 5 3 3 5 2 3 4
5 2 2 4 2 3 4 2 3 4
6 3 2 3 3 3 3 3 4 4
7 4 4 5 4 4 5 4 4 5
8 5 3 1 5 2 2 4 3 4
rata-rata 3.5 3 3.875 3.375 3 3.875 3.125 3.5 4.25
jumlah 28 24 31 27 24 31 25 28 34

Tabel 2.2 hasil penjenjangan nilai uji hedonik atribut tekstur bawang

Penilaian kesukaan tekstur bawang


Panelis p2s1 p2s2 p2s3 p3s1 p3s2 p3s3 p4s1 p4s2 p4s3
1 4 4 8.5 1.5 4 6.5 1.5 6.5 8.5
2 4 4 8 4 1 8 4 4 8
3 8 5 2 8 5 2 8 5 2
4 4 4 8.5 4 4 8.5 1 4 7
5 2.5 2.5 8 2.5 5.5 8 2.5 5.5 8
6 4.5 1 4.5 4.5 4.5 4.5 4.5 8.5 8.5
7 3.5 3.5 8 3.5 3.5 8 3.5 3.5 8
8 8.5 4.5 2 8.5 2 2 6.5 4.5 6.5
Rata2 4.875 3.5625 6.1875 4.5625 3.6875 5.9375 3.9375 5.1875 7.0625
Jumlah 39 28.5 49.5 36.5 29.5 47.5 31.5 41.5 56.5

Tabel 2.3 Hasil pemangkatan nilai uji hedonik atribut Tekstur Bawang
Penilaian kesukaan tekstur bawang
Panelis p2s1 p2s2 p2s3 p3s1 p3s2 p3s3 p4s1 p4s2 p4s3
1 16 16 72.25 2.25 16 42.25 2.25 42.25 72.25
2 16 16 64 16 1 64 16 16 64
3 64 25 4 64 25 4 64 25 4
4 16 16 72.25 16 16 72.25 1 16 49
5 6.25 6.25 64 6.25 30.25 64 6.25 30.25 64
6 20.25 1 20.25 20.25 20.25 20.25 20.25 72.25 72.25
7 12.25 12.25 64 12.25 12.25 64 12.25 12.25 64
8 72.25 20.25 4 72.25 4 4 42.25 20.25 42.25
rata2 23.76 12.69 38.28 20.81 13.59 35.25 15.50 26.91 49.87
Jumlah 1521 812.25 2450.25 1332.25 870.25 2256.25 992.25 1722.25 3192.25

A = ( ƩP2 )
A = 2199.5

B= )

B= 1893.625

F Tabel 5% = 3,308

T=

T=

T = 2.144

T < F tabel, Ho diterima, tidak ada perbedaan pengaruh tiap sampel perlakuan terhadap
tekstur bawang.
3. Data hasil uji hedonic atribut aroma Bawang

Tabel 3.3 Hasil rekapitulasi penilaian terhadap kesukaan aroma bawang


Penilaian kesukaan Aroma bawang
Panelis p2s1 p2s2 p2s3 p3s1 p3s2 p3s3 p4s1 p4s2 p4s3
1 4 4 5 4 4 5 3 4 5
2 3 3 5 3 3 5 3 3 5
3 5 5 3 5 5 3 5 5 3
4 3 4 5 2 3 5 3 4 5
5 2 4 3 2 4 3 2 4 3
6 3 3 4 3 3 3 3 3 4
7 5 5 5 5 5 5 5 5 5
8 2 1 5 2 3 5 3 3 5
rata-rata 3.375 3.625 4.375 3.25 3.75 4.25 3.375 3.875 4.375
jumlah 27 29 35 26 30 34 27 31 35

Tabel 3.3 Hasil penjenjangan nilai uji hedonik atribut aroma bawang
penilaian kesukaan Aroma bawang
panelis p2s1 p2s2 p2s3 p3s1 p3s2 p3s3 p4s1 p4s2 p4s3
1 4 4 8 4 4 8 1 4 8
2 3.5 3.5 8 3.5 3.5 8 3.5 3.5 8
3 6.5 6.5 2 6.5 6.5 2 6.5 6.5 2
4 3 5.5 8 1 3 8 3 5.5 8
5 2 8 5 2 8 5 2 8 5
6 4 4 8.5 4 4 4 4 4 8.5
7 5 5 5 5 5 5 5 5 5
8 2.5 1 8 2.5 5 8 5 5 8
rata2 3.81 4.6875 6.5625 3.5625 4.875 6 3.75 5.1875 6.5625
Jumlah 30.5 37.5 52.5 28.5 39 48 30 41.5 52.5
tabel 3.3 Hasil pemangkatan nilai uji hedonik atribut aroma bawang
Nilai kesukaan aroma bawang
Panelis p2s1 p2s2 p2s3 p3s1 p3s2 p3s3 p4s1 p4s2 p4s3
1 16 16 64 16 16 64 1 16 64
2 12.25 12.25 64 12.25 12.25 64 12.25 12.25 64
3 42.25 42.25 4 42.25 42.25 4 42.25 42.25 4
4 9 30.25 64 1 9 64 9 30.25 64
5 4 64 25 4 64 25 4 64 25
6 16 16 72.25 16 16 16 16 16 72.25
7 25 25 25 25 25 25 25 25 25
8 6.25 1 64 6.25 25 64 25 25 64
RATA2 14.53516 21.97266 43.06641 12.69141 23.76563 36 14.0625 26.91016 43.06641
JUMLAH 930.25 1406.25 2756.25 812.25 1521 2304 900 1722.25 2756.25
.

A = ( ƩP2 )
A = 2125.5

B= )

B= 1888.56

F Tabel 5% = 3,308

T=

T=

T = 2.62

T < F tabel, Ho diterima, tidak ada perbedaan tiap sampel perlakuan terhadap aroma
Bawang.
A. Pembahasan

Praktikum yang dilakukan menggunakan sampel bawang merah. Bawang merah sendiri
menggunakan lapisan terluar yaitu berupa kulit yang berlapis-lapis untuk melindungi
bagian dalam bawang tersebut awet. Oleh karena itu, untuk mengamati perubahan aroma,
tekstur, dan warna diberikan 3 (tiga) perlakuan dengan tiga sampel terhadap bawang merah
tersebut selama 3 (tiga) hari. Perlakuan pertama pada sampel pertama adalah menggunakan
bawang merah utuh tanpa dikupas lapisan kulit bagian luarnya. Perlakuan kedua pada
sampel kedua menggunakan bawang merah yang sudah dikupas habis. Perlakuan ketiga
pada sampel ketiga menggunakan bawang merah yang sudah diiris sesuai ukuran yang
sudah ditetapkan sebelumnya.
Pengamatan yang dilakukan terhadap pengaruh struktur kulit bawang merah terhadap
keawetannya ini yaitu volume spesifik bawang, tekstur, dan uji organoleptik terhadap
warna, tekstur, dan aroma. Volume spesifik bawang merah menurun selama penyimpanan.
Penurunan ini terlihat jelas pada perlakuan bawang yang dikupas kulitnya serta bawang
yang diberi perlakuan diiris-iris. Namun penurunan volume yang paling signifikan pada
sampel yang diiris-iris yaitu 1,350 pada penyimpanan hari ke-0 dan 0,355 pada penyimpanan
hari ke-4. Hal ini terjadi karena bawang banyak mengalami kehilangan bobot selama
penyimpanan dengan tanpa adanya kulit serta dilakukan pengirisan. Kehilangan air selama
penyimpanan serta terjadi kerusakan struktur bawang akibat pembusukan.
Pengukuran terhadap tekstur bawang merah dilakukan dengan menggunakan texture
analyzer menunjukkan hasil yang berbeda pada setiap perlakuan yang dilakukan. Pada
sampel P2S3 yaitu bawang yang dikupas kulitnya pada penyimpanan hari ke-2 memiliki
tekstur yang paling lunak dengan nilai peak load yang paling kecil yaitu 11,8 jika
dibandingkan dengan sampel yang lainnya. Semakin lama penyimpanan bawang merah
maka semakin kecil nilai PL maupun FL nya pada pengujian tekstur. Hal ini menunjukkan
bahwa terjadi perubahan tekstur berupa kerusakan pada bawang tanpa kulit. Dengan
demikian terlihat jelas pengaruh struktur kulit bawang pada keawetannya. Bawang tanpa
kulit memiliki tingkat kerusakan dibandingkan dengan bawang dengan kulit utuh. Struktur
kulit pada bawang merah memiliki fungsi sebagai pengawet alami pada bawang karena
dapat mejaga tekstur bawang yang tetap seperti pada perlakuan penyimpanan bawang utuh.
Uji organoleptik pada sampel bawang dilakukan untuk menguji warna, tekstur, dan
aroma bawang dengan meggunakan delapan panelis. Hasil uji hedonik mendapatkan
kesimpulan bahwa T < F tabel, maka terima Ho, tidak ada pengaruh tiap sampel perlakuan
terhadap warna, aroma, dan tekstur bawang. Pengujian ini tidak melibatkan uji lanjut dari
hasil organoleptik panelis. Hasil dengan uji organoleptik berbeda dengan pengukuran
menggunakan alat ukur. Pada pengukuran dengan alat ukur setiap perlakuan menunjukkan
perbedaan pada hasilnya sedangkan uji organoleptik tidak demikian. Hal ini terjadi
diakibatkan oleh beberapa kemungkinan faktor yang mempengaruhi selama pengujian
dengan menggukanan panelis, baik kesalahan pada panelis seperti kurangnya tingkat
kepekaan atau kesalahan penulisan data selama dilakukan uji organoleptik. Struktur kulit
pada bawang merah sangat berpengaruh terhadap keawetan bawang merah. Pada sampel
tanpa kulit dan sampel yang diiris terjadi pembusukan pada pengamatan hari ke-3. Terjadi
perubahan tekstur, warna, dan aroma yang nyata. Kulit bawang merah memiliki fungsi
yang sangat penting untuk pengawetannya. Ini merupakan fenomena pengawetan alami
yang terjadi.
V. KESIMPULAN

1. Perubahan tekstur terjadi pada bawang tanpa kulit dan diiris dengan uji texture
analyzer.
2. Tidak ada perbedaan pada warna, tekstur, dan aroma pada uji organoleptik
keawetan bawang merah.
3. Struktur kulit bawang merah berpengaruh terhadap keawetan bawang merah.
4. Penurunan nilai volume spesifik terjadi pada bawang merah yang dikupas kulitnya
dan diirs-iris.
5. Terjadi perubahan berupa kebusukan pada bawang merah tanpa kulit dan yang
diiris.

DAFTAR PUSTAKA
Anneahira. 2013. Pengenalan Berbagai Jenis Tanaman Bawang Mera. (online)
(http://www.anneahira.com/tanaman-bawang-merah.htm, diakses pada tanggal 25
September 2014).

Ambarwati E. 2003. Keragaan Stabilitas Hasil Bawang Merah The Performance Of Yield
Stability Of Shallot. Vol. 10 No. 2.
(http://agrisci.ugm.ac.id/vol10_2/1_erlin_bwmrh.pdf., diakses pada tanggal 25
September 2014).

Festiani, Resti Ariesta. 2011. Dampak perubahan iklim terhadap pendapatan dan faktor-
faktor penentu adaptasi petani terhadap perubahan iklim: studi kasus di Desa
Kemukten, kecamatan Kersana, kabupaten Brebes. (online)
(http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/51297, diakses pada tanggal 25
September 2014).

Hermanto. 2001. Rangkuma Bahan Responsi Perancangan Percobaan. Universitas


Sriwijaya. Inderalaya.
Isniah, Umi Sallamatul. Eksplorasi Fusarium Non-Patogenik dalam Pengendalian Penyakit
Busuk Pangkal Batang (Fusarium oxysporum f.sp. cepae) pada Bawang Merah.
(online) (http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/57236, diakses pada tanggal
25 September 2014).

Manik, Lusiana. 2012. Faktor-faktor yang Memengaruhi Aliran Perdagangan Impor


Bawang Merah dan Kentang Indonesia (Periode Tahun 2001-2010). (online)
(http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/58135, diakses pada tanggal 25
September 2014).

Marpaung, Eva. 2012. Makalah Diskusi Eva Anggraini Marpaung. (Online)


(http://id.scribd.com/doc/131256740/Makalah-Diskusi-Eva-Anggraini-Marpaung)
diakses pada tanggal 17 Maret 2014
Pratama, Filli. 2013. Evaluasi Sensoris. Unsri Press. Palembang.

Sungadionto. 2006. Studi ekspermental performa mesin pengkondisian udara (AC)


Mc Quay dengan Refrigeran-22. (http://id.scribd.com/doc/76560160 /Doc diakses
pada 25 September 2014).

Syahmi, Riyadh. 2013. Manfaat dan Kandungan Gizi pada bawang Merah. (online)
(http://www.teruskan.com/16931/manfaat-dan-kandungan-gizi-pada-bawang-
merah.html#_, diakses pada tanggal 25 September 2014).

Lampiran

Grafik 1.1 hasil uji hedonic atribut warna


P2s1 = disimpan selama 3 jam, berkulit P3s3 = disimpan selama 48 jam, diiris

P2s2 = disimpan selama 3 jam, tanpa P4s1 = disimpan selama 72 jam,


kulit berkulit

P2s3 = disimpan selama 3 jam, diiris P4s2 = disimpan selama 72 jam, tanpa
kulit

P3s1 = disimpan selama 48 jam, P4s3 = disimpan selama 72 jam, diiris


berkulit

P3s2 = disimpan selama 48 jam, tanpa


kulit

Semakin tinggi angka penilaian semakin tidak disukai.

F Tabel 5% = 3,308

T = 0.48

T < F tabel, maka terima Ho, tidak ada pengaruh tiap sampel perlakuan terhadap warna Bawang.

Grafik 1.2 Hasil uji hedonic atribut tekstur


P2s1 = disimpan selama 3 jam, berkulit P3s3 = disimpan selama 48 jam, diiris

P2s2 = disimpan selama 3 jam, tanpa P4s1 = disimpan selama 72 jam,


kulit berkulit

P2s3 = disimpan selama 3 jam, diiris P4s2 = disimpan selama 72 jam, tanpa
kulit

P3s1 = disimpan selama 48 jam, P4s3 = disimpan selama 72 jam, diiris


berkulit

P3s2 = disimpan selama 48 jam, tanpa


kulit

Semakin tinggi angka penilaian semakin tidak disukai.

F Tabel 5% = 3,308

T = 2.144

T < F tabel, Ho diterima, tidak ada perbedaan pengaruh tiap sampel perlakuan terhadap tekstur
bawang.

Grafik 1.3 Hasil uji hedonic atribut aroma


P2s1 = disimpan selama 3 jam, berkulit P3s3 = disimpan selama 48 jam, diiris

P2s2 = disimpan selama 3 jam, tanpa P4s1 = disimpan selama 72 jam,


kulit berkulit

P2s3 = disimpan selama 3 jam, diiris P4s2 = disimpan selama 72 jam, tanpa
kulit

P3s1 = disimpan selama 48 jam, P4s3 = disimpan selama 72 jam, diiris


berkulit

P3s2 = disimpan selama 48 jam, tanpa


kulit

Semakin tinggi angka penilaian semakin tidak disukai.

F Tabel 5% = 3,308

T = 2.62

T < F tabel, Ho diterima, tidak ada perbedaan tiap sampel perlakuan terhadap aroma Bawang.

Grafik perubahan volume spesifik bawang merah

Anda mungkin juga menyukai