Dalam pendekatan ini perhitungan laba per unit dilakukan dengan membandingkan antara
biaya produksi rata-rata (AC) dengan harga jual output (P) kemudian laba total dihitung. Laba
total adalah laba per unit dikalikan dengan jumlah output yang terjual. Dapat dijelaskan secara
matematis
π=(P-AC).Q.
Dari persamaan ini, perusahaan akan mencapai laba bila harga jual per unit output (P) lebih
tinggi dari biaya rata-rata (AC). Perusahaan akan mencapai angka impas bila P sama dengan AC.
Keputusan untuk memproduksi atau tidak didasarkan perbandingan besarnya P dengan AC. Bila
P lebih kecil atau sama dengan AC, perusahaan tidak mau memproduksi. Implikasi pendekatan
rata-rata adalah perusahaan atau unit usaha harus menjual sebanyak-banyaknya (maximum
selling) agar laba (π) makin besar
CONTOH KASUS
1. PT Tani Makmur ingin menanam singkong di Lampung. Produk singkong akan dibeli di
lahan oleh produsen tapioca seharga Rp 150,00/kg. setiap hektar diperkirakan
menghasilkan singkong minimal 25 ton. Berdasarkan studi pendahuluan, biaya produksi
seperti di bawah ini :
a) Biaya persiapan lahan: Rp 500.000,00/hektar
b) Biaya penanaman dan perawatan serta tenaga kerja: Rp 1.000.000,00/hektar
c) Biaya panen (pencabutan,pemotongan): Rp 10,00/kg\
Jika perusahaan menargetkan keuntungan sebesar Rp 1.000.000.000,00 pada musim
tanam menatang, berapa hektar singkong yang harus ditanam
Jawab :
Dari data-data diatas diketahui bhwa biaya persiapan lahan, penanaman dan perawatan
adalah Rp 1.500.000,00/hektar. Jika perhektar lahan menghasilka 25 ton singkong, maka
biaya rata-rata persiapan, penanaman dan perawatan adalah Rp 60,00/kg. sehingga biaya
rata-rata per kg (AC) adalah Rp 60,00 + Rp 10,00 = Rp 70,00
𝜋 = (P – AC ).Q
Q = (1000.000.000 : 80) kg
= 12.500.000kg
12.500 ton
Jumlah singkong yang harus dihasilkan untuk mencapai laba Rp 1 miliar adalah 12.500 ton.
Karena per hektar menghasilakn 25 ton, maka jumlah yang harus ditanam adalah 500 hektar