Anda di halaman 1dari 19

Case

SCALP TUMOR

Disusun oleh :
Achmad Iskandar 1102005001
Taswan Setiawan 1102005268
Sisca Angela 1102006250

PEMBIMBING:

Dr. Herry Setya Yudha Utama, Sp.B, MHKes, FInaCS

KEPANITERAAN KLINIK ILMU


BEDAH RSUD ARJAWINANGUN
NOVEMBER 2011
1
PRESENTASI KASUS II

I. IDENTITAS
Nama : An. T
Umur : 13 tahun.
Jenis kelamin : Laki-laki.
Agama : Islam.
Pendidikan : Pelajar
Pekerjaan :-
Alamat : Cangkring, Kab. Cirebon.
Masuk RSMS : 22 November 2011

II. ANAMNESA
1. Keluhan Utama : Benjolan pada kepala.

2. Keluhan Tambahan : Sakit kepala.

3. Riwayat Penyakit Sekarang :


Pasien datang ke Poliklinik Bedah RSUD Arjawinangun dengan
keluhan terdapat benjolan pada kepala. Benjolan dirasakan semakin
membesar sejak ± 3 bulan SMRS. Benjolan teraba lunak dan sulit
digerakkan. Pasien juga mengeluhkan sakit kepala. Keluhan nyeri pada
benjolan, pucat, penurunan berat badan yang cepat, dan nafsu makan
yang menurun disangkal.

4. Riwayat Penyakit Dahulu :


Riwayat diabetes mellitus disangkal.
Riwayat hipertensi tidak diketahui.
Riwayat penyakit paru-paru disangkal.
Riwayat trauma sebelumnya disangkal.

5. Riwayat Penyakit Keluaraga :

2
Tidak ada anggota keluarga yang mengalami keluhan yang sama seperti
pasien.

III. PEMERIKSAAN FISIK


A. Status Generalis
1. Keadaan Umum: Tampak sakit sedang.
2. Kesadaran Umum : Compos mentis.
3. Vital Sign : T : 120/70 mmHg.
N : 88 x/menit.
R : 24 x/menit.
S : 36,6 ºC .
4. Kepala : Normocephal.
5 Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-),
pupil isokor (+/+), reflek cahaya (+/+).
6. Hidung : Deviasi septum (-), discharge (-), epistaksis (-).
7. Telinga : Tidak ada kelainan.
8. Mulut : Kering (-), anemis (-).
9. Leher : Pembesaran KGB (-).
10. Thorak :
PARU-PARU
Inspeksi : Simetris, ketinggalan gerak (-), retraksi
interkostal (-).
Palpasi : Fokal fremitus kanan=kiri.
Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru.
Auskultasi : Suara dasar vesikuler kanan-kiri, Ronkhi (-/-)
Wheezing (-/-).
JANTUNG
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak.
Palpasi : Tidak ada thriil, ictus cordis teraba.
Perkusi : Batas jantung dalam batas normal.
Auskultasi : BJ I-II reguler, Murmur (-), Gallop (-).
11. Abdomen

3
Inspeksi : Datar, hematom (-), venektasi (-).
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-).
Perkusi : Timpani pada semua regio abdomen.
Auskultasi : Bising usus (+) normal.
12. Ekstremitas
Superior : Akral hangat, edema (-/-), sianosis (-/-).
Inferior : Akral hangat, edema (-/-), sianosis (-/-).

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hb : 13,4 g/dl.
Leukosit : 7600/µl.
Hematokrit : 43,5 %.
Trombosit : 320.000/µl.
Monosit : 0,7
Granulosit : 3,6
MCV : 90,3
MCH : 28,9
MCHC : 31,9

V. DIAGNOSIS KERJA

Scalp tumor a/r parietal.

VI. DIAGNOSIS BANDING


-.

VII. PENATALAKSANAAN
Medikamentosa:
- Ceftazidin 3×1 g.
- Ketorolac 3×1 amp.
- Ranitidin 3×1 amp.

4
Operatif:
- Eksisi.

IX. PROGNOSIS
Quo ad vitam : Dubia ad bonam.
Quo ad functionam : Dubia ad bonam.

5
PEMBAHASAN SCALP TUMOR

Anatomi
Berdasarkan ATLS (2004), anatomi kepala antara lain:
1. Kulit Kepala (Scalp)
Kulit kepala terdiri dari 5 lapisan yang disebut sebagai SCALP yaitu :
a. Skin atau kulit.
b. Connective Tissue atau jaringan penyambung.
c. Aponeurosis atau galea aponeurotika atau jaringan ikat berhubungan
langsung dengan tengkorak
d. Loose areolar tissue atau jaringan penunjang longgar.
e. Perikranium.
Jaringan penunjang longgar memisahkan galea aponeurotika dari perikranium
dan merupakan tempat tertimbunnya darah (hematoma subgaleal).
Kulit kepala memiliki banyak pembuluh darah sehingga bila terjadi
perdarahan akibat laserasi kulit kepala akan menyebabkan banyak kehilangan
darah, terutama pada bayi dan anak-anak.

Lapisan Kranium
2. Tulang Tengkorak

6
Tulang tengkorak terdiri dari kubah (kalvaria) dan basis kranii. Kalvaria
khususnya di bagian temporal adalah tipis, namun disini dilapisi oleh otot
temporal. Basis kranii berbentuk tidak rata sehinga dapat melukai bagian
dasar otak saat bergerak akibat proses akselerasi dan deselerasi. Rongga
tengkorak dasar dibagi atas 3 fosa yaitu: fosa anterior, fosa media, dan fosa
posterior. Fosa anterior adalah tempat lobus frontalis, fosa media adalah
tempat lobus temporalis, dan fosa posterior adalah ruang bagian bawah batang
otak dan serebelum.

3. Meningen
Selaput meningen menutupi seluruh permukaan otak dan terdiri dari 3 lapisan
yaitu: duramater, araknoid dan piamater.
Duramater adalah selaput yang keras, terdiri atas jaringan ikat fibrosa yang
melekat erat pada permukaan dalam dari kranium. Karena tidak melekat pada
selaput araknoid di bawahnya, maka terdapat suatu ruang potensial (ruang
subdural) yang terletak antara duramater dan araknoid, dimana sering
dijumpai perdarahan subdural.
Pada cedera otak, pembuluh-pembuluh vena yang berjalan pada permukaan
otak menuju sinus sagitalis superior di garis tengah atau disebut Bridging
Veins, dapat mengalami robekan dan menyebabkan perdarahan subdural.
Sinus sagitalis superior mengalirkan darah vena ke sinus transversus dan sinus
sigmoideus. Laserasi dari sinus-sinus ini dapat mengakibatkan perdarahan
hebat.

7
Arteri-arteri meningea terletak antara duramater dan permukaan dalam dari
kranium (ruang epidural). Adanya fraktur dari tulang kepala dapat
menyebabkan laserasi pada arteri-arteri ini dan dapat menyebabkan
perdarahan epidural. Yang paling sering mengalami cedera adalah arteri
meningea media yang terletak pada fosa temporalis (fosa media).
Dibawah duramater terdapat lapisan kedua dari meningen, yang tipis dan
tembus pandang disebut lapisan araknoid. Lapisan ketiga adalah piamater
yang melekat erat pada permukaan korteks serebri. Cairan serebrospinal
bersirkulasi dalam ruang subaraknoid.
4. Otak
Otak manusia terdiri dari serebrum, serebelum, dan batang otak.
Serebrum terdiri atas hemisfer kanan dan kiri yang dipisahkan oleh falks
serebri yaitu lipatan duramater dari sisi inferior sinus sagitalis superior. Pada
hemisfer serebri kiri terdapat pusat bicara manusia. Hemisfer otak yang
mengandung pusat bicara sering disebut sebagai hemisfer dominan.
Lobus frontal berkaitan dengan fungsi emosi, fiungsi motorik, dan pada sisi
dominan mengandung pusat ekspresi bicara. Lobus parietal berhubungan
dengan fungsi sensorik dan orientasi ruang. Lobus temporal mengatur fungsi
memori. Lobus oksipital bertanggung jawab dalam proses penglihatan.
Batang otak terdiri dari mesensefalon (mid brain), pons, dan medula
oblongata. Mesensefalon dan pons bagian atas berisi sistem aktivasi retikular
yang berfungsi dalam kesadaran dan kewaspadaan. Pada medula oblongata
terdapat pusat kardiorespiratorik, yang terus memanjang sampai medulla
spinalis dibawahnya. Lesi yang kecil saja pada batang otak sudah dapat
menyebabkan defisit neurologis yang berat.
Serebelum bertanggung jawab dalam fungsi koordinasi dan keseimbangan,
terletak dalam fosa posterior, berhubungan dengan medula spinalis, batang
otak, dan juga kedua hemisfer serebri.

8
5. Cairan Serebrospinal
Cairan serebrospinal (CSS) dihasilkan oleh pleksus khoroideus dengan
kecepatan produksi sebanyak 20 ml/jam. CSS mengalir dari ventrikel lateral
melalui foramen monro menuju ventrikel III kemudian melalui aquaductus
sylvii menuju ventrikel IV. Selanjutnya CSS keluar dari sistem ventrikel dan
masuk ke dalam ruang subaraknoid yang berada di seluruh permukaan otak
dan medula spinalis. CSS akan direabsorbsi ke dalam sirkulasi vena melalui
vili araknoid.
Tekanan Intra kranial meningkat karena produksi cairan serebrospinal
melebihi jumlah yang diabsorpsi. Ini terjadi apabila terdapat produksi cairan
serebrospinal yang berlebihan, peningkatan hambatan aliran atau peningkatan
tekanan dari venous sinus. Mekanisme kompensasi yang terjadi adalah
transventricular absorption, dural absorption, nerve root sleeves absorption
dan unrepaired meningocoeles. Pelebaran ventrikel pertama biasanya terjadi
pada frontal dan temporal horns, seringkali asimetris, keadaan ini
menyebabkan elevasi dari corpus callosum, penegangan atau perforasi dari
septum pellucidum, penipisan dari cerebral mantle dan pelebaran ventrikel III
ke arah bawah hingga fossa pituitary (menyebabkan pituitary disfunction).

9
6. Tentorium
Tentorium serebelli membagi rongga tengkorak menjadi ruang supra tentorial
(terdiri atas fossa kranii anterior dan fossa kranii media) dan ruang
infratentorial (berisi fosa kranii posterior).
Mesensefalon (midbrain) menghubungkan hemisfer serebri dan batang otak
(pons dan medulla oblongata) berjalan melalui celah tentorium serebeli
disebut insisura tentorial. Nervus okulomotorius (N.VII) berjalan sepanjang
tentorium, bila tertekan oleh masa atau edema otak akan menimbulkan
herniasi. Serabut-serabut parasimpatik untuk kontraksi pupil mata berada pada
permukaan Nervus okulomotorius. Paralisis serabut ini disebabkan penekanan
mengakibatkan dilatasi pupil. Bila penekanan berlanjut menimbulkan deviasi
bola mata kelateral dan bawah.
Dilatasi pupil ipsilateral disertai hemiplegi kontralateral dikenal sindrom
klasik herniasi tentorium. Umumnya perdarahan intrakranial terdapat pada sisi
yang sama dengan sisi pupil yang berdilatasi meskipun tidak selalu.

SOFT TISSUE TUMOR

Pendahuluan
Tumor adalah benjolan atau pembengkakan abnormal dalam tubuh, tetapi
dalam artian khusus tumor adalah benjolan yang disebabkan oleh neoplasma.
Secara klinis, tumor dibedakan atas golongan neoplasma dan nonneoplasma
misalnya kista, akibat reaksi radang atau hipertrofi.
Neoplasma dapat bersifat ganas atau jinak. Neoplasma ganas atau kanker
terjadi karena timbul dan berkembang biaknya sel secara tidak terkendali sehingga
sel-sel ini tumbuh terus merusak bentuk dan fungsi organ tempat tumbuhnya. Kanker,
karsinoma, atau sarkoma tumbuh menyusup (infiltratif) ke jaringan sekitarnya sambil
merusaknya (destruktif), dapat menyebar ke bagian lain tubuh, dan umumnya fatal
jika dibiarkan. Neoplasma jinak tumbuh dengan batas tegas dan tidak menyusup,
tidak merusak, tetapi membesar dan menekan jaringan sekitarnya (ekspansif), dan
umumnya tidak bermetastasis, misalnya lipoma.

10
Klasifikasi patologik tumor dibuat berdasarkan hasil pemeriksaan
mikroskopik pada jaringan dan sel tumor. Dari pemeriksaan mikroskopik ini
tampak gambaran keganasan yang sangat bervariasi, mulai dari yang relatif jinak
sampai ke yang paling ganas. Pada satu organ dapat timbul satu atau lebih
neoplasma yang sifatnya berlainan.
Sel tumor ialah sel tubuh yang mengalami transformasi dan tumbuh secara
autonom lepas dari kendali pertumbuhan sel normal sehingga sel ini berbeda dari
sel normal dalam bentuk dan strukturnya. Perbedaan sifat sel tumor bergantung
pada besarnya penyimpangan dalam pertumbuhan, dan kemampuannya
mengadakan infiltrasi danmenyebabkan metastasis.

Definisi
Soft Tissue Tumor (STT) adalah suatu benjolan atau pembengkakan abnormal
yang disebabkan oleh pertumbuhan sel baru.

Etiologi
Etiologi Soft Tissue Tumor, antara lain:
1. Kondisi genetik
Ada bukti tertentu pembentukan gen dan mutasi gen adalah faktor predisposisi
untuk beberapa tumor jaringan lunak, dalam daftar laporan gen yang
abnormal, bahwa gen memiliki peran penting dalam diagnosis.
2. Radiasi
Mekanisme yang patogenic adalah munculnya mutasi gen radiasi-induksi
yang mendorong transformasi neoplastic.
3. Lingkungan karsinogenik
Sebuah asosiasi antara eksposur ke berbagai carcinogens dan setelah itu
dilaporkan meningkatnya insiden tumor jaringan lunak.
4. Infeksi
Infeksi virus Epstein-Barr dalam orang yang kekebalannya lemah juga akan
meningkatkan kemungkinan tumor pembangunan jaringan lunak.

11
5. Trauma
Hubungan antara trauma dan Soft Tissue Tumors nampaknya kebetulan.
Trauma mungkin menarik perhatian medis ke pra-luka yang ada.

Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala tumor jaringan lunak tidak spesifik, tergantung pada
lokasi dimana tumor berada, umumnya gejalanya berupa adanya suatu benjolan
dibawah kulit yang tidak terasa sakit. Hanya sedikit penderita yang mengeluh
sakit, yang biasanya terjadi akibat perdarahan atau nekrosis dalam tumor, dan bisa
juga karena adanya penekanan pada saraf-saraf tepi.
Dalam tahap awal, tumor jaringan lunak biasanya tidak menimbulkan
gejala karena jaringan lunak yang relatif elastis, tumor dapat tumbuh lebih besar,
mendorong samping jaringan normal, sebelum mereka merasa atau menyebabkan
masalah. kadang gejala pertama biasanya gumpalan rasa sakit atau bengkak. Dan
dapat menimbulkan gejala lainnya, seperti sakit atau rasa nyeri, karena dekat
dengan penekanan saraf dan otot. Jika di daerah perut dapat menyebabkan rasa
sakit abdominal, umumnya menyebabkan sembelit.

Tumor dan Kanker Jaringan Lunak


Bila kulit diatas benjolan masih baik dan tidak ada luka berupa borok,
kemungkinan benjolan tersebut berasal dari bawah kulit yaitu dari jaringan lunak
yang ada dibawah kulit atau bisa juga dari tulang iga, namun kemungkinan paling
besar adalah dari jaringan lunak bila pembesarannya relatif cepat dalam waktu
yang singkat.
Jaringan lunak adalah bagian dari tubuh yang terletak antara kulit dan
tulang serta organ tubuh bagian dalam. Yang tergolong jaringan lunak antara lain
adalah otot, tendon, jaringan ikat, lemak dan jaringan synovial (jaringan di sekitar
persendian). Otot ialah jaringan yang mempunyai kemampuan khusus yaitu
berkontraksi bergerak. Otot terdiri atas serabut silindris yang mempunyai sifat
yang sama dengan jaringan yang lain, semua ini diikat menjadi berkas-berkas
serabut kecil oleh sejenis jaringan ikat yang mengandung unsur kontraktil.
Tendon adalah pengikat otot pada tulang, tendon ini berupa serabut-serabut

12
simpai yang berwarna putih, berkilap, dan tidak elastis. Jaringan ikat melengkapi
kerangka badan, dan terdiri dari jaringan areolar dan serabut elastik.
Tumor jaringan lunak dapat terjadi diseluruh bagian tubuh mulai dari
ujung kepala sampai ujung kaki. Tumor jaringan lunak ini ada yang jinak dan ada
yang ganas.
Tumor ganas atau kanker pada jaringan lunak dikenal sebagai sarcoma
jaringan lunak atau Soft Tissue Sarcoma (STS), yang berasal dari jaringan
mesenchym extraskeletal, terletak antara epidermis dan jaringan parenchym
organ. Tumor yang berasal dari sistem lymphoid dan jaringan spesifik organ tidak
termasuk Soft Tissue Tumor. STS terdiri dari berbagai jenis kelompok tumor.

Kanker jaringan lunak termasuk kanker yang jarang ditemukan,


insidensnya hanya sekitar 1% dari seluruh keganasan yang ditemukan pada orang
dewasa dan 7-15 % dari seluruh keganasan pada anak. Bisa ditemukan pada

13
semua kelompok umur. Pada anak-anak paling sering pada umur sekitar 4 tahun
dan pada orang dewasa paling banyak pada umur 45-50 tahun.
Lokasi yang paling sering ditemukan adalah pada anggota gerak bawah
yaitu sebesar 46% dimana 75%-nya ada di atas lutut terutama di daerah paha. Di
anggota gerak atas mulai dari lengan atas, lengan bawah hingga telapak tangan
sekitar 13%. 30% di tubuh bagian di bagian luar maupun dalam, seperti pada
dinding perut, dan juga pada jaringan lunak di dalam perut maupun dekat ginjal
atau yang disebut daerah retroperitoneum. Pada daerah kepala dan leher sekitar
9% dan 1% di tempat lainnya, antara lain di dada.
Penyebaran atau metastasis kanker ini paling sering melalui pembuluh
darah ke paru-paru (paling sering), ke liver, tulang. Jarang menyebar melalui
kelenjar getah bening.
Gejala dan tanda kanker jaringan lunak tidak spesifik, tergantung pada
lokasi dimana tumor berada, umumnya gejalanya berupa adanya suatu benjolan
dibawah kulit yang tidak terasa sakit. Hanya sedikit penderita yang mengeluh
sakit, yang biasanya terjadi akibat perdarahan atau nekrosis dalam tumor, dan bisa
juga karena adanya penekanan pada saraf-saraf tepi.
Tumor jinak jaringan lunak biasanya tumbuh lambat, tidak cepat
membesar, bila diraba terasa lunak dan bila tumor digerakan relatif masih mudah
digerakan dari jaringan disekitarnya dan tidak pernah menyebar ke tempat jauh.
Kanker jaringan lunak umumnya pertumbuhannya relatif cepat membesar,
berkembang menjadi benjolan yang keras, bila digerakkan agak sukar bergerak
dan dapat menyebar ke tempat jauh ke paru-paru, liver maupun tulang. Kalau
ukuran kanker sudah begitu besar, dapat menyebabkan borok dan perdarahan
pada kulit diatasnya.
Metode diagnosis yang paling umum selain pemeriksaan klinis, adalah
dengan pemeriksaan biopsi, bisa dapat dengan biopsi aspirasi jarum halus
(FNAB) atau biopsi dari jaringan tumor langsung berupa biopsi insisi yaitu biopsi
dengan mengambil jaringan tumor sebagian sebagai contoh bila ukuran tumornya
besar.
Bila ukuran tumor kecil, dapat dilakukan biopsi dengan pengangkatan seluruh
tumor. Jaringan hasil biopsi diperiksa oleh dokter patologi anatomi, dan dapat

14
diketahui apakah tumor jaringan lunak yang jinak atau ganas. Bila ganas, dapat
juga dilihat dan ditentukan jenis subtipe histologis tumor tersebut, yang sangat
berguna untuk menentukan tindakan selanjutnya.
Bila diagnosis sudah ditegakkan, maka penanganannya tergantung pada
jenis tumor jaringan lunak itu sendiri. Bila jinak, maka cukup hanya benjolannnya
saja yang diangkat dan tidak ada tindakan tambahan lainnya. Bila tumor jaringan
lunak hasilnya ganas atau kanker, maka pengobatannya bukan hanya tumornya
saja yang diangkat, namun juga dengan jaringan sekitarnya sampai bebas tumor
menurut kaidah yang telah ditentukan, tergantung dimana letak kanker ini.
Tindakan pengobatannya adalah berupa operasi eksisi luas.
Penggunaan radioterapi dan kemoterapi hanyalah sebagai pelengkap,
namun responsnya kurang begitu baik, kecuali untuk jenis kanker jaringan lunak
yang berasal dari otot yang disebut embrional rhabdomyosarcoma. Untuk kanker
yang ukurannya besar, setelah operasi, ditambah dengan radioterapi. Pada kanker
jaringan lunak yang sudah lanjut, dengan ukuran yang besar, resiko kekambuhan
setelah dilakukan tindakan operasi masih dapat terjadi. Oleh karena itu setelah
operasi biasanya penderita harus sering kontrol untuk memonitor ada tidaknya
kekambuhan pada daerah operasi ataupun kekambuhan ditempat jauh berupa
metastasis di paru, liver atau tulang.
Berikut adalah salah satu contoh tumor jaringan lunak (Soft Tissue Tumor):

LIPOMA
1. Definisi
Lipoma merupakan tumor mesenkim jinak (benign mesenchymal tumors)
yang berasal dari jaringan lemak (adipocytes).
2. Variant Lipoma
a. Adenolipoma, variasi lipoma di payudara. Seringkali memiliki komponen
marked fibrotic. Biasanya dianggap sebagai hamartoma.
b. Angiolipoma mengandung banyak pembuluh darah kecil.
c. Lipoma jantung (cardiac lipomas) dapat mengapur mengikuti nekrosis
lemak.

15
3. Patofisiologi
Pada umumnya tumor-tumor jaringan lunak (soft tissue tumors [STTs]) adalah
proliferasi masenkimal yang terjadi di jaringan nonepitelial ekstraskeletal
tubuh, tidak termasuk visera, selaput otak, dan sistem limforetikuler. Dapat
timbul di tempat di mana saja, meskipun kira-kira 40% terjadi di ekstermitas
bawah, terutama daerah paha, 20% di ekstermitas atas, 10% di kepala dan
leher, dan 30% di badan dan retroperitoneum. Parameter-parameter yang
penting untuk menentukan penatalaksanaan klinisnya adalah:
a. Ukuran makin besar massa tumor, makin buruk hasil akhirnya.
b. Klasifikasi histologi dan penentuan stadium (grading) yang akurat
(terutama di dasarkan pada derajat diferensiasinya), dan perkiraan laju
pertumbuhan yang didasarkan pada mitosis dan perluasaan nekrosis.
c. Staging.
d. Lokasi tumor. Makin superfisial, prognosis makin baik.
4. Manifestasi Klinis
Lipoma seringkali tidak memberikan gejala (asymptomatic). Gejala yang
muncul tergantung dari lokasi, misalnya:
a. Pasien dengan lipoma kerongkongan (esophageal lipoma) dapat disertai
obstruction, nyeri saat menelan (dysphagia), regurgitation, muntah
(vomiting), dan reflux. Esophageal lipomas dapat berhubungan dengan
aspiration dan infeksi saluran pernapasan yang berturutan (consecutive
respiratory infections).
b. Lipoma di saluran napas utama (major airways) dapat menyebabkan gagal
napas (respiratory distress) yang berhubungan dengan gangguan bronkus
(bronchial obstruction). Pasien datang dengan lesi parenkim (parenchymal
lesions) atau endobronchial.
c. Lipoma juga sering terjadi pada payudara, namun tak sesering yang
diharapkan mengingat luasnya jaringan lemak.
d. Lipoma di usus (intestines), misalnya: duodenum, jejunum, colon dapat

menyebabkan nyeri perut (abdominal pain) dari obstruksi atau

16
intussusception, atau dapat menjadi jelas melalui perdarahan
(hemorrhage).
e. Lipoma jantung (cardiac lipomas) terutama berlokasi di subendocardial,
jarang intramural, dan normalnya tidak berkapsul (unencapsulated).
Terlihat sebagai suatu massa kuning di kamar/bilik jantung (cardiac
chamber).
f. Lipoma juga dapat muncul di jaringan subkutan vulva. Biasanya
pedunculated dan dependent.
5. Indikasi
Lipoma dihilangkan dengan alasan sebagai berikut:
a. Kosmetika (jenis subcutaneous lipomas).
b. Untuk evaluasi jaringan (histology).
c. Bila disertai gejala.
d. Saat tumbuh, membesar, lebih dari 5 cm.
6. Terapi Medis
Terapi medis termasuk eksisi endoskopik tumor di traktus gastrointestinal
bagian atas (misalnya: esophagus, perut (stomach), dan duodenum) atau
colon. 7. Terapi Pembedahan (Surgical Therapy)
Pembedahan (complete surgical excision) dengan kapsul sangatlah penting
untuk mencegah kekambuhan setempat (local recurrence). Terapi tergantung
lokasi tumor. Pada lokasi yang tidak biasanya, pemindahan lipoma
menyesuaikan tempatnya.
a. Pemindahan setempat diindikasikan pada lipoma di dekat saluran nafas
utama (major airways). Lipoma paru-paru memerlukan resection parenkim
paru-paru atau saluran pernafasan yang terlibat (the involved airway).
b. Pemindahan setempat (Local removal) diindikasikan pada lipoma usus
(intestinal lipomas) yang menyebabkan obstruction.
c. Jika lipoma esophagus tidak dapat dipindahkan dengan endoskopi, maka
diperlukan pembedahan (surgical excision).
d. Lipoma pada payudara (breast lipomas) dihilangkan jika pada dasarnya

meragukan.

17
e. Lipoma usus, khususnya duodenum, sebaiknya dihilangkan baik secara
endoskopi maupun pembedahan karena dapat menyebabkan obstruction,
jaundice, atau perdarahan (hemorrhage).
f. Lipoma pada vulva dapat dihilangkan di tempat (locally excised).
8. Catatan
a. Lipoma terjadi pada 1% populasi.
b. Lipoma merupakan tumor jaringan lunak (soft tissue tumor) yang paling
umum dijumpai.
c. Liposuction dapat dikerjakan pada lipoma kecil di wajah (small facial
lipomas) karena alasan estetika.
d. Liposuction diindikasikan untuk perawatan lipoma sedang atau medium
(misalnya, 4-10 cm) dan besar (large) (misalnya, >10 cm). Pada lipoma
yang kecil, tidak ada keuntungan yang dilaporkan karena tumor dapat
diekstraksi (extracted) melalui irisan kecil (small incisions).

18
DAFTAR PUSTAKA

1. Anonymous. Soft Tissue Sarcoma. Makassar: Sub Bagian Bedah Tumor,

Bagian Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin. 2007, Hal.

2. Rasjad C. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Jakarta: Yarsif Watampone.

2007, Hal. 301-303.

3. Reksoprodjo S. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Jakarta: Binarupa Aksara.

1995, Hal. 331-340.

4. Sjamsuhidajat R, Wim de Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah, edisi 2. Jakarta:

EGC. 2005, Hal. 933-934.

5. http://emedicine.medscape.com

6. http://en.wikipedia.org/wiki/Soft_tissue_tumor

7. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21501/4/Chapter
%20II.pdf

8. http://www.dinkes.kalbar.go.id/

9. http://www.iditangerang.or.id/artikel/detail_artikel.php?recordid=39

19

Anda mungkin juga menyukai