Anda di halaman 1dari 4

FALSAFAH DASAR PENGENDALIAN MUTU

IRFAN RAHMAD FITRIAWAN – 21070116120039


Departemen Teknik Industri Universitas Diponegoro
Email: Irfan.rahmad48@gmail.com

ABSTRAK

Kata Kunci:

PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Dewasa ini kecepatan suatu perusahaan untuk menciptakan suatu produk tidak bisa
menjadi jaminan bahwa konsumen akan memilih produk tersebut. Banyak faktor yang
mempengaruhi keputusan konsumen dalam memilih produk dimulai dari variasi, kecepatan
produksi, layanan, hingga kualitas produk. Bagaimana cara menghasilkan kualitas produk yang
baik dan senantiasa menjaga kualitas produk tersebut menjadi salah satu daya saing perusahaan
dalam menarik hati konsumen. Kualitas atau sering juga disebut mutu buka faktor yang dapat
berdiri sendiri dalam perusahaan. Dalam praktiknya, mutu ini memiliki berbagai keterkaitan dari
awal bahan baku dikirim hingga sampai ke tangan konsumen. Sehingga mutu bisa dikatakan
berhubungan erat deengan seluruh aspek produksi seperti supplier, produsen, distributor, dan
konsumen. Perkermbangan mutu pun telah menjadi aspek dalam produksi yang senantiasa harus
ditingkatkan dan peningkatan tersebut berkembang menjadi sebuah konsep yang kini dikenal
dengan pengendalian kualitas.

PEMBAHASAN
PENGERTIAN
Mutu memiliki beragam definisi. Secara sederhana mutu dapat dikatakan sebagai
kesesuaian produk untuk memenuhi keinginan konsumen. Menurut Garvin (1987) Kualitas
adalah suatu kondisi dimana produk, manusia, proses, tugas dan lingkungan seimbang yang
memenuhi bahkan melebihi harapan konsumen.Definisi lain yang diungkapkan oleh Juran dan
Gryna adalah fitness for use (kepuasan guna). Bagi konsumen mutu berarti kemudahan dalam
memperoleh barang, keamanan dan kenyamanan dalam mempergunakan serta dapat memenuhi
selera (Juran and Gyrna, 1980: 1-2).
Definisi yang hampir serupa diungkapkan oleh Arrmand V. Feigenbaum serta Supriono.
Menurut Armand V. Feigenbaum (1989: 7) mutu adalah keseluruhan gabungan karakteristik
produk dan jasa dari pemasaran rekayasa, pembikinan dan pemeliharaan yang membuat produk
dan jasa yang digunakan untuk memenuhi harapan-harapan pelanggan.
Tidak ada definisi mutu yang universal. Namun, dari definisi-definisi tersebut terdapat
kesamaan yaitu mutu adalah sebagai nilai toak ukur konsumen dari segala dimensi apakah suatu
produk sudah dapat memenuhi kebutuhan, tujuan, dan keinginan konsumen.

DIMENSI MUTU
Mutu suatu produk dapat dilihat dan dievaluasi dengan beragam cara dan sudut pandang.
Seringkali kali mutu produk dibedakan dari apa yang direpresentasikannya pada tiap aspek. Aspek
ini dikenal dengan dimensi mutu produk. Menurut Garvin (dalam Montgomery, 2009) ada 8
dimensi yang merepresentasikan suatu produk yaitu:
1. Performance
Mutu produk dilihat dari bagaimana kinerja dan performansinya dalam memenuhi
ekspektasi konsumen
2. Reliability
Produk dapat digunakan berkali-berkali dalam rentang dan periode waktu tertentu tanpa
mengalami kerusakan.
3. Durability
Mutu produk dilihat dari ketahanannya atau umur ekonomisnya.
4. Serviceability
Dimensi ini melihat produk dari kemudahan dalam melakukan perawatan dan perbaikan.
5. Aesthetics
Kualitas produk dilihat dari nilai estetikanya yaitu daya tarik secara visual.
6. Features
Semakin beragam dan canggih fitur dari suatu produk juga menjadi salah satu tolak ukur
kualitasnya.
7. Perceived Quality
Reputasi produk atau perusahaan menjadi aspek yang dipertimbangkan oleh konsumen.
Jika reputasi kualitas produk/perusahaan sebelumnya rendah, maka akan sulit untuk
menarik konsumen baru.
8. Conformance for Standards
Selain aspek yang berkaitan dengan spesifikasi, kenyamanan dan keamanan dalam
penggunaan juga merupakan salah satu dimensi yang merepresentasikan kualitas.
Dimensi di atas merupakan dimensi mutu untuk merepresentasikan mutu suatu produk.
Sementara dalam industri jasa terdapat dimensi lain yang digunakan yaitu:
a. Responsiveness (Daya Tanggap)
Merupakan kecepatan dan kepekaan suatu instansi perusahaan dalam memberikan
layanan jasa kepada pelanggan.
b. Profesionalism (Profesinalisme)
Adalah bagaimana suatu penyedia jasa memberikan layanan secara professional terhadap
pelanggannya.
c. Attentiveness (Perhatian)
Hal kecil seperti salam, terima kasih, dan segala bentuk perhatian yang diberikan oleh
penyedia layanan juga menjadi salah satu tolak ukur mutu layanan tersebut.

SEJARAH DAN LINIMASA PERKEMBANGAN MUTU


Tahun Peristiwa
1700 – 1900 Kualitas sangan ditentukan oleh usaha pengrajin individu. Eli Whitney
memperkenalkan bagian standar dan saling dipertukarkan untuk
mempermudah perakitan
1875 Frederick W. Taylor memperkenalkan prinsip “Scientific Management”
untuk membagi pekerjaan menjadi lebih kecil, lebih mudah. Pendekatan
pertama untuk menangani produk dan proses yang lebih kompleks.
kemudian yang melanjutkan adalah Frank Gilbreth dan Henry Gantt.
1900 – 1930 Henry Ford mengenalkan jalur perakitan untuk meningkatkan
prodktivitas dan kualitas
1901 Standar pertama laboratorium yang didirikan di Ingrris Raya
1907 – 1908 AT&T memulai pemeriksaan dan pengujian sistematis terhadap ptoduk
material
1919 W. S. Gosset (menulis sebagai "Pelajar") memperkenalkan distribusi-t.
Hasil dari karyanya tentang kendali mutu
di Guinness Brewery.
1920s Laboratorium AT & T-Bell membentuk kualitas departemen yang
mengutamakan mutu, inspeksi dan pengujian, dan keandalan produk.
1922 – 1923 Henry Ford Bersama Samuel Crowtha menerbitkan My Life and Work
yang mana mengeliminasi dari waste dan meningkatkan proses efisiensi.
1931 W. A. Shewhart menerbitkan Economic Control of Quality of
Manufactured Product-menguraikan metode statistik untuk digunakan
dalam metode bagan produksi dan pengendalian.
1944 Industrial Quality Control mulai terbit.
1946 Organisasi Standar Internasional (ISO) didirikan
1969 Industrial Quality Control berhenti terbit, digantikan oleh Quality
Progress dan Journal of Quality Teknologi
1984 American Statistical Association (ASA) membentuk Komite Ad Hoc
untuk Kualitas dan Produktivitas
1987 ISO menerbitkan standar sistem kualitas pertama. Inisiatif enam sigma
Motorola dimulai.
1988 The Malcolm Baldrige National Quality Award didirikan oleh Kongres
A.S..Yayasan Eropa untuk Manajemen Mutu didirikan; Organisasi ini
mengelola
1990s Kegiatan sertifikasi ISO 9000 meningkat di industri A.S.; Pelamar untuk
penghargaan Baldrige tumbuh dengan mantap; Banyak negara
mensponsori penghargaan kualitas berdasarkan kriteria Baldrige.
1998 American Society for Quality Control menjadi American Society for
Quality, mencoba untuk menunjukkan aspek-aspek yang lebih luas dari
bidang peningkatan mutu
2000s Standar ISO 9000: 2000 dikeluarkan. Manajemen rantai pasokan dan
kualitas pemasok menjadi faktor yang lebih penting dalam kesuksesan
bisnis. Kegiatan peningkatan kualitas berkembang melampaui pengaturan
industri tradisional ke banyak bidang lainnya termasuk layanan keuangan,
perawatan kesehatan, asuransi, dan utilitas

Anda mungkin juga menyukai