I.1 Definisi
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan
atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh ruda paksa (Mansjoer,
2000).
Fraktur antebrachii adalah terputusnya kontiniutas tulang radius ulna,
gambaran klinis fraktur antebrachii pada orang dewasa biasanya tampak
jelas karena fraktur radius ulna sering berupa fraktur yang disertai dislokasi
fragmen tulang (Manjoer Arif et all, 2000).
I.3.12 Krepitasi
I.4 Patofisiologi
Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya pegas
untuk menahan. Tapi apabila tekanan eksternal yang datang lebih besar dari
yang dapat diserap tulang, maka terjadilah trauma pada tulang yang
mengakibatkan rusaknya atau terputusnya kontinuitas tulang. Setelah terjadi
fraktur, periosteum dan pembuluh darah serta saraf dalam korteks, marrow,
dan jaringan lunak yang membungkus tulang rusak. Perdarahan terjadi
karena kerusakan tersebut dan terbentuklah hematoma di rongga medula
tulang. Jaringan tulang segera berdekatan ke bagian tulang yang patah.
Jaringan yang mengalami nekrosis ini menstimulasi terjadinya respon
inflamasi yang ditandai dengan vasodilatasi, eksudasi plasma dan leukosit,
dan infiltrasi sel darah putih. Kejadian inilah yang merupakan dasar dari
proses penyembuhan tulang nantinya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi fraktur:
I.4.1 Faktor Ekstrinsik
Adanya tekanan dari luar yang bereaksi pada tulang yang tergantung
terhadap besar, waktu, dan arah tekanan yang dapat menyebabkan
fraktur.
I.4.2 Faktor Intrinsik
Beberapa sifat yang terpenting dari tulang yang menentukan daya
tahan untuk timbulnya fraktur seperti kapasitas absorbsi dari tekanan,
elastisitas, kelelahan, dan kepadatan atau kekerasan tulang.
I.7 Penatalaksanaan
I.7.1 Dilakukan reposisi tertutup dengan anestesi umum,
kemudian imobilisasi dengan gips (long arm cast). Posisi antebrachii
tergantung letak fraktur, pada fraktur antebrachii 1/3 proksimal
diletakkan dalam posisi supinasi 1/3 tengah dalam posisi netral, dan
1/3 distal dalam posisi pronasi. Gips supinasi gips dipertahankan 4-6
minggu.
I.7.2 Bila reposisi tertutup tidak berhasil (angulasi lebih dari 100
pada semua arah) maka dilakukan internal fiksasi.
I.7.3 Pada fraktur terbuka terlebih dahulu dilakukan “debridement”
kemudian dilakukan tindakan seperti diatas. Sedangkan pada fraktur
terbuka derajat III dilakukan eksternal fiksasi.
I.8 Pathway
II. Recana asuhan klien dengan fraktur radius ulna
II.1 Pengkajian
II.1.1Riwayat keperawatan
a. Keluhan utama
Nyeri akibat dari post operasi fraktur femur dan fraktur antebrachii
b. Riwayat penyakit sekarang
Biasanya klien datang dengan keluhan jatuh atau trauma lain
c. Riwayat penyakit dahulu
Penyakit-penyakit tertentu seperti kanker tulang dan penyakit
Paget menyebabkan fraktur patologis sehingga tulang sulit
menyambung. Selain itu, klien diabetes dengan luka dikaki sangat
beresiko mengalami osteomilitis akut dan kronis dan penyakit
diabetes menghambat proses penyembuhan tulang.
d. Riwayat penyakit keluarga
Penyakit keluarga yang berhubungan dengan patah tulang adalah
faktor predisposisi terjadinya fraktur, seperti osteoporosis yang
sering terjadi pada beberapa keturunan dan kanker tulang yang
diturunkan secara genetik.
II.1.3Pemeriksaan penunjang
a. Radiografi pada dua bidang (untuk mencari lusensi dan
diskuntinuitas pada korteks tulang)
b. Tomografi, CT scan, MRI (jarang dilakukan)
c. Ultrasonografi dan scan tulang dengan radioisotop (scan tulang
terutama berguna ketika radiografi/ Ct scan memberikan hasil
negatif pada kecurigaan fraktur secara klinis)
d. Pemeriksaan Laboratorium
1) Hitung darah lengkap : HB mungkin meningkat/menurun.
2) Kreatinin : trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk
ginjal.
3) Profil koagulasi : perubahan dapat terjadi pada kehilangan
darah, transfusi multiple, atau cedera hati.
II.2.5Batasan karakteristik
Penurunan waktu reaksi
Kesulitan membolak-balik posisi
Melakukan aktivitas lain sebagai pengganti pergerakan
Dispnea setelah beraktivitas
Perubahan cara berjalan
Gerakan bergetar
Keterbatasan melakukan keterampilan motorik halus
Keterbatasan melakukan keterampilan motorik kasar
Keterbatasan rentang pergerakan sendi
Tremor akibat pergerakan
Ketidakstabilan postur
Pergerakan lambat
Pergerakan tidak terkoordinasi
II.2.6 Faktor yang berhubungan
Intoleransi aktivitas
Perubahan metabolism selular
Ansietas
Gangguang kognitif
Konstraktur
Fisik tidak bugar
Penurunan ketahanan tubuh
Penurunan kendali otot
Penurunan massa otot
Malnutrisi
Pemasangan ORIF
Gangguan muskuloskeletal
Gangguan neuromuskular
Kerusakan integritas struktur tulang
Program pembatasan gerak
II.3 Perencanaan
Diagnosa 1 : Nyeri akut
II.3.1Tujuan dan Kriteria hasil
a. Nyeri terkontrol
b. Klien melaporkan nyeri berkurang
II.3.2Intervensi dan Rasional
1. Beri penjelasan tentang penyebab nyeri
R/ Akibat pembedahan terjadi trauma jaringan sehingga terjadi
pelepasan mediator kimia yaitu prostaglandin, bradikinin dan histamin
yang kemudian berikatan dengan nosiceptor sehingga menimbulkan
sensasi nyeri.
2. Ajarkan teknik relaksasi dan distraksi
R/ Relaksasi: meningkatkan sekresi endorphin dan enkafelin pada sel
inhibitor kornu dorsalis medulla spinalis yang dapat menghambat
transmisi nyeri. Distraksi: meningkatkan aktifitas dalam sistem
kontrol pada tulang untuk mencegah transmisi terus menerus stimulus
nyeri ke otak.
3. Berikan posisi yang nyaman
R/Merelaksasikan semua jaringan sehingga mengurangi nyeri
4. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgesik
R/ Analgesik menekan sistem syaraf pusat pada talamus dan korteks
cerebri.
5. Observasi keluhan nyeri, tensi, nadi, respirasi, skala nyeri
R/Nyeri merupakan respon subyektif yang dapat dikaji dengan
menggunakan skala nyeri, tanda, tanda vital dapat meningkat dengan
adanya nyeri.