Anda di halaman 1dari 4

Reaksi CFC dengan Ozon(O3)

CFC(Chloroflourocarbon) terbentuk dari atom chlor, flour, dan carbon menurut


perbandingan/komposisi tertentu. Komposisi ini memberikan nama dagang tertentu yang biasanya
menerapkan aturan-90. Ketiga atom ini termasuk atom yang memiliki jumlah elektron valensi yang relatif
kurang stabil atau mudah terikat oleh atom lainnya. Saat CFC telah menyebar ke lapisan ozon dan sangat
mudah dipecah dan kemudian bereaksi dengan ozon yang terbentuk dari tiga atom O (oksigen) yang juga
akan terpecah bila ada daya tarik yang lebih kuat dari atom lain di luarnya. Reaksi kimia di antara atom-
atom inilah yang akan menghasilkan molekul-molekul baru, mulai dari O2, O, CO, CO2, dan lain-lain.
Jika 03 sudah terpecah, fungsinya sebagai filter radiasi matahari akan hilang. Dua CFC yang umum
adalah CFC-11(Trichloromonofluoromethane atau freon 11) dan CFC-12(Dichlorodifluoromethane).
CFC merupakan zat-zat yang tidak mudah terbakar dan tidak terlalu toksik. Satu buah molekul CFC
memiliki masa hidup 50 hingga 100 tahun dalam atmosfer sebelum hilang dari atmosfer.

Reaksi penguraian ozon dihasilkan melalui reaksi yang kompleks dengan katalis gas dan radikal,
seperti atom Cl, NO, OH. Reaksi OH dapat terbentuk oleh perusakan uap H2O, gas buangan dari pesawat
supersonik. Radikal Cl dapat berasal dari chloroflurocarbon (CFCl3 atau CFC-11 dan CF2Cl2 atau CFC-
12 ) yang banyak digunakan pada pendingin (refrigerator) dan bahan bakar (propelan). Dekomposisi oleh
sinar ultra violet terbentuk Cl dan ClO. Radikal NO dapat berasal dari tanah (soil) dan air dari sisa
buangan pupuk. Melalui fotodekomposisi dapat terbentuk NO. CFCs dapat digunakan sebagai gas Freon
yang dipakai dalam lemari es, AC, aerosol, dalam produksi busa (foam), dan untuk sterilisasi. Halon
digunakan untuk pemadaman kebakaran. Carbon tetra chlorida digunakan sebagai bahan baku dalam
pembuatan CFC-11 dan CFC-12, untuk pembuatan beberapa jenis pestisida, sebagai pelarut dalam
produksi karet dan zat warna sintesis, sebagai metal dereaser,dry-cleaning agent, pemadam kebakaran,
dan juga untuk fumigasi biji-bijian. CFC yang terdifusi ke stratosfer akan mengalami pemutusan ikatan
kimianya oleh radiasi UV-C menghasilkan khlor-khlor bebas yang bersifat sangat reaktif, kemudian
mengikat sebuah atom oksigen dari molekul ozon (O3) sehingga mengubah ozon tersebut menjadi
molekul oksigen (O2). Reaksi perubahan ozon menjadi molekul oksigen adalah sebagai berikut:

CFCl3 + uv –> CFCl2 + Cl-

Cl- + O3 –> ClO + O2

O2 + uv energi –> 2O

ClO + 2O –>O2 + Cl-

Cl- + O3 –> ClO + O2

Senyawa CFC sangat membahayakan karena berumur panjang. Dampak dari penggunaan CFC
akan berjalan dalam waktu yang panjang. Masuknya CFC ke atmosfer menimbulkan proses reduksi-
oksidasi (redoks) antara ozon dengan unsur-unsur halogen dari senyawa CFC dan yang sejenisnya. Setiap
molekul CFC mampu merusak 100 ribu molekul ozon. Sedangkan senyawa halon (berasal dari unsur
halogen) mampu merusak 10 kali lebih efektif dibandingkan dengan CFC. CFC mengurai ozon menjadi
oksigen dan sebuah oksigen bebas radikal yang menimbulkan suatu lapisan oksigen sehingga lapisan
ozon menjadi semakin tipis yang mudah tertembus sinar ultraviolet dari matahari. Semakin menipisnya
lapisan ozon di atmosfer, bahkan sampai berlubang, dapat menimbulkan bencana. Karena manusia akan
bermandikan sinar ultraviolet dengan intensitas tinggi yang dapat mengundang penyakit kanker kulit,
katarak, serta penurunan sistem kekebalan tubuh. Ketika freon (CFC) terlepas ke atmosfer, maka molekul
CFC akan terurai menjadi atom C sendiri yang sangat reaktif terhadap atom O (rumus molekul ozon
adalah O3). Ketika atom C dari pecahan freon bertemu dengan molekul O3, maka atom C akan menarik
satu atom O dari ozon, yang akan mengakibatkan timbulnya karbon monoksida (CO) dan ozon menjadi
oksigen biasa (O2) karena kehilangan satu atom O-nya, ditambah lagi, ketika CO terbentuk, maka mereka
akan menarik lagi satu atom O dari ozon-ozon (O3) lain sehingga menciptakan CO2, oleh karena itu ozon
sebagai pelindung bumi dari sinar ultraviolet menjadi rusak, sementara CO2 memiliki efek rumah kaca
yang dapat menahan panas di bumi. Dengan demikian bumi akan menjadi semakin panas.

Atom Cl ini merupakan radikal bebas dan sangat reaktif sehingga ketika Cl dipertemukan dengan
molekul ozon maka dapat memecah molekul ozon tersebut menjadi khlorin monoksida dan molekul
oksigen. Inilah awal ozon mengalami penipisan dan lama kelamaan akan membentuk lubang ozon.
Molekul-molekul khlorin monoksida masih reaktif dan bereaksi dengan atom oksigen, yang seharusnya
dapat membentuk ozon, menjadi molekul oksigen dan atom khlor kembali. Atom khlor yang terbebaskan
kembali merusak ozon. Reaksi-reaksi di atas terjadi berulang-ulang sehingga mengakibatkan penipisan
pada lapisan ozon. Jika terjadi secara terus menerus tanpa adanya pengendalian dari manusia akan
menimbulkan dampak yang sangat menghawatirkan terhadap kehidupan di bumi.

HFC:

Freon R22

Refrigeran yang paling umum di masa lalu adalah CFC. Pada 1990-an dan 2000-an, CFC digantikan
dengan HCFC (hydrochlorofluorocarbon) dan HCFC yang paling umum adalah “R-22”. Namun, HCFC
hanya sedikit lebih baik daripada CFC karena mengandung klorin, yang berbahaya bagi lingkungan.

Pemerintah Indonesia melalui Departemen Perindustrian dan Perdagangan (41/M-IND/PER/5/2014)


kemudian (40/M-DAG/PER/7/2014) dan (55/M-DAG/PER/9/2014) menetapkan mulai tahun 2015
diberlakukan implementasi HPMP (HCFC Phase-Out Management Plan). Yang artinya penghapusan
Freon R22 untuk industri ini serta merevisi syarat dan ketentuan impor Bahan Perusak Ozone (BPO) dan
melarang impor produk yang memakai Freon R22. Pihak dealer dan toko masih bisa menjual produk
mereka sampai stock habis, dan melayani purna jual sampai dengan tahun 2030, saat dimana Freon R22
akan dihapus dari Indonesia.

Freon R410A

Untuk menghilangkan klorin dari refrigeran, produsen menciptakan satu set pendingin lain yang disebut
HFC (atau Hydro Fluro Carbons). Meskipun mereka juga memiliki potensi pemanasan global, tapi tetap
mereka lebih baik daripada HCFC karena mereka tidak menguras lapisan ozon. HFC yang paling umum
digunakan di AC adalah R-410A. Refrigeran ini lebih baik dari R-22 dalam hal potensi “Penipisan Ozon”
dan efisiensi energi, tetapi masih menyebabkan pemanasan global.

Freon R32

Freon R32 ditemukan oleh Daikin Jepang dan digunakan di produk mereka mulai tahun 2013. Freon R-32
lebih baik dari R-410A dalam hal potensi pemanasan global, akan tetapi masih merupakan HFC.

Sebagai perbandingan, berikut adalah tabel untuk beberapa jenis Freon yang ada di Indonesia:
Jenis Freon ODP GWP Cooling Index Flammability

R220.05 0.05 1810 100 Tidak

R410A 0 2090 92 Tidak

R32 0 675 160 Rendah

Catatan istilah :

 ODP adalah Ozone Depletion Potential alias Potensi Perusakan Ozone


 GWP adalah Global Warming Potential alias Potensi Pemanasan Global
 Cooling Index adalah angka index pendinginan
 Flammability adalah Tingkat mudah terbakar.

Dari data diatas bisa disimpulkan bahwa Freon R32 lebih ramah lingkungan karena GWP nya yang lebih
rendah dan angka index pendinginan yang lebih tinggi. Walaupun masih memiliki potensi bisa terbakar
(flammable), penelitian membuktikan bahwa tingkat ini masih rendah dan cenderung aman dipakai.

HFC Tetap Berbahaya

Zat pendingin pengganti CFC ini ternyata lebih aktif membentuk efek rumah kaca jika dibandingkan
dengan karbon dioksida. Sejak penerapan protocol Montreal tentang Bahan Perusak Ozon (BPO) pada
1989, penggunaan Chlorofluorocarbon (CFC) terus ditekan. Zat yg biasa digunakan sebagai pendingin (
refrigerant ) pada AC dan kulkas hingga sebagai propelan aerosol itu merupakan musuh ozon. Sejak saat
itupun para peneliti terus mencari pengganti CFC. Pilihan terbaik jatuh pada hidrofluoro carbon (HFC).
Zat itu mirip dengan (CFC) tapi tidak mengandung klorin sehingga tidak merusak ozon. Namun dari
penelitian – penelitian lebih lanjut, HFC nyatanya tidak sepenuhnya ramah lingkungan .HFC juga
merupakan gas yg dapat menghasilkan efek rumah kaca. Dalam Konvensi PBB tentang Perubahan Iklim
atau disebut juga Protokol Kyoto, HFC sebenarnya telah dikategorikan sebagai zat penghasil efek rumah
kaca. Namun , dalam Konvensi yg mulai berlaku pada 2005 itu tidak diatur batas produksi dan konsumsi
HFC. HFC 134a yang juga di kenal sebagai R – 134a dan sering digunakan untuk AC mobil ternyata
lebih aktif dalam membentuk efek rumah kaca jika dibandingkan dengan gas karbon dioksida (CO2).
Penggunaan HFC bisa berdampak buruk pada upaya perbaikan lingkungan yang telah dihasilkan lewat
Protokol Montreal. Dampak buruk HFC telah diteliti tim peneliti internasional yg dipimpin peneliti
Belanda Guss Velders dan termasuk peraih Nobel Kimia Mario Molina dan peneliti Empa, Stefan
Reimann. Peneliti menemukan bahwa pada 2010 pelarangan penggunaan CFC telah mencegah sekitar 10
miliar ton CO2 dipancarkan ke atmosfer. Jumlah itu sudah lima kali lebih besar daripada target
pengurangan emisi tahunan yg ditetapkan Protokol Kyoto (dibuka penandatanganan pada 1998). Namun ,
Valders dan Reimann takut efek positif itu akan segera menjadi negative dengan adanya emisi HFC yg
saat ini meningkat 10% sampai 15 % per tahun . Tim peneliti itu menyatakan kontribusi HFC terhadap
perubahan iklim dapat dilihat sebagai efek samping negative yg tidak diinginkan Protokol Montreal. Saat
ini jumlah emisi dari semua pengganti CFC itu masih relative kecil , yakni sekitar 0,012 W/m2 ( watt/per
meter persegi ). Namun , para peneliti yakin bahwa radiasi karena HFC akan meningkat secara signifikan
dimasa depan sebagai akibat dari meningkatnya permintaan dan produksi untuk zat itu , terutama di
Negara berkembang. Para ilmuwan memperkirakan bahwa nilai emisi itu akan meningkat menjadi 0,25 –
0,4 W/m2 pada 2050. Dengan begitu, potensi jangka panjang pemanasan global lebih tinggi 4.000 kali
daripada CO2.

Anda mungkin juga menyukai