Anda di halaman 1dari 83

POTENSI LIMBAH ABU TERBANG (FLY ASH)

BATUBARA SEBAGAI BAHAN SUBSTITUSI DAN


BAHAN PENGISI (FILLER) PADA PEMBUATAN
BETON

SKRIPSI

oleh

USMAN
130405035

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
JANUARI 2018

Universitas Sumatera Utara


POTENSI LIMBAH ABU TERBANG (FLY ASH)
BATUBARA SEBAGAI BAHAN SUBSTITUSI DAN
BAHAN PENGISI (FILLER) PADA PEMBUATAN
BETON

SKRIPSI

oleh

USMAN
130405035

SKRIPSI INI DIAJUKAN UNTUK MELENGKAPI SEBAGIAN


PERSYARATAN MENJADI SARJANA TEKNIK

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
JANUARI 2018

Universitas Sumatera Utara


i
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
ii
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
iii
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat
dan karunia-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Tulisan ini merupakan Skripsi
dengan judul “Potensi Limbah Abu Terbang (Fly Ash) Batubara Sebagai Bahan
Substitusi Dan Bahan Pengisi (Filler) Pada Pembuatan Beton”, berdasarkan hasil
penelitian yang penulis lakukan di Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik
Universitas Sumatera Utara. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk
mendapatkan gelar sarjana teknik.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi gambaran kepada dunia industri
tentang pemanfaatan limbah fly ash dengan metode solidifikasi/stabilisasi yang
memiliki potensi untuk dijadikan sebagai bahan substitusi dan bahan filler pada
pembuatan beton.
Selama melakukan penelitian sampai penulisan skripsi ini, penulis banyak
mendapat bantuan dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih
dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada :
1. Ibu Dr. Ir. Fatimah, M.T selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan
bimbingan dan dukungannya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
2. Bapak Dr. Eng. Rondang Tambun, S.T selaku Dosen Penguji yang telah
memberikan saran dan masukan yang membangun dalam penulisan skripsi ini.
3. Ibu Prof. Dr. Ir. Rosdanelli Hsb, M.T selaku Dosen Penguji yang telah
memberikan saran dan masukan yang membangun dalam penulisan skripsi ini.
4. Ibu Maya Sarah, S.T, M.T, Ph.D, IPM selaku Ketua Departemen Teknik Kimia,
Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.
5. Ibu Dr. Erni Misran, S.T, M.T selaku Sekretaris Departemen Teknik Kimia,
Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.
6. Bapak Ir. Bambang Trisakti, M.T selaku Koordinator Penelitian Departemen
Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.
7. Bapak Dr. Eng. Irvan, M.Si selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah
membimbing penulis dalam hal akademik selama kuliah di Teknik Kimia
Universitas Sumatera Utara.

iv
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
8. Bapak Andy Fachrizal, S.T yang telah memberikan bantuan dalam pengambilan
sampel di PT. SOCI MAS.
9. Seluruh Dosen/Staf Pengajar Departemen Teknik Kimia Universitas
Sumatera Utara, yang telah mendidik dan membagikan ilmu kepada penulis
selama perkuliahan
10. Pegawai Administrasi Departemen Teknik Kimia Universitas Sumatera
Utara, yang telah membantu penulis dalam hal administrasi selama perkuliahan.
11. Novita Sari Nasution selaku partner penelitian penulis yang telah memberikan
bantuan dan dukungan yang sebesar-besarnya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
12. Sahabat-sahabat “B.e.S.T” yang tak ada hentinya dalam memberikan dukungan
dan semangat kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna oleh karena itu
penulis mengharapkan saran dan masukan demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga
skripsi ini memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan.

Medan, 22 Januari 2018

Penulis
Usman

v
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
DEDIKASI

Penulis mendedikasikan skripsi ini kepada Ayahanda Mukhlis, Ibunda


Yulmainar, Abangda Kardinal, Zulfadli, Arya Beni dan Adinda Angga Andriansyah
yang telah banyak memberikan dukungan moril dan materil selama pelaksanaan studi
di Universitas Sumatera Utara.

vi
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Nama: Usman
NIM: 130405035
Tempat/tgl lahir: Medan, 14 Oktober 1995
Nama Orang Tua: Muchlis dan Yulmainar
Alamat Orang Tua:
Bromo Ujung, Jalan Selamat Gg. Empat Lima No.2, Kelurahan
Binjai, Kecamatan Medan Denai, 20228 Medan.

Asal Sekolah:
 SD Muhammadiyah 08 tahun 2002-2007
 SMP Negeri 23 Medan tahun 2007-2010
 MA Negeri 1 Medan tahun 2010-2013
Pengalaman organisasi/kerja:
1. Covalen Study Group (CSG) periode 2015-2016 sebagai Pengurus Bidang
Pendidikan dan Literatur.
2. Himpunan Mahasiswa Teknik Kimia (HIMATEK) FT USU periode 2015-
2016 sebagai Pengurus Bidang Kaderisasi dan Pendidikan
3. Himpunan Mahasiswa Teknik Kimia (HIMATEK) FT USU periode 2016-
2017 sebagai Pengurus Bidang Literatur dan Pengembangan.
4. Kerja Praktek di PT. SOCI MAS Juli-Agustus 2016.

vii
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji potensi penggunaan fly ash pembakaran
batubara sebagai bahan substitusi dan bahan filler pada pembuatan beton.
Karakterisasi fly ash menunjukkan adanya kandungan oksida yang terkandung identik
dengan yang ditemukan pada semen portland serta terdapat logam-logam berbahaya.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah limbah fly ash PT. SOCI MAS,
semen Portland tipe I, pasir, kerikil dan air. Penggunaan fly ash sebagai bahan
substitusi dilakukan dengan variasi persentase 0%, 10%, 20%, 30%, 40% dan 50%
dari berat kebutuhan semen yang digunakan dan penggunaan fly ash sebagai bahan
filler dilakukan penambahan variasi persentase 0%, 10%, 20%, 30%, 40% dan 50%
dari berat kebutuhan semen yang digunakan. Parameter uji terhadap beton adalah
beban maksimum, kuat tekan, penyerapan air yang dilakukan untuk melihat kualitas
beton yang dihasilkan, uji TCLP yang dilakukan untuk melihat jumlah konsentrasi
logam yang lepas setelah dilakukannya solidifikasi/stabilisasi. Hasil terbaik
penggunaan fly ash sebagai bahan substitusi didapat pada substitusi 10% yang
menghasilkan beban maksimum sebesar 671,667 kN dan kuat tekan sebesar 32,178
MPa yang cocok digunakan untuk beton bertulang, sedangkan sebagai bahan filler
hasil terbaik didapat pada filler 50% yang menghasilkan beban maksimum sebesar
790,667 kN dan kuat tekan sebesar 37,879 MPa yang cocok digunakan untuk beton
prategang. Selain itu, semakin besar penambahan komposisi persentasefly ash sebagai
bahan substitusi maupun bahan filler maka penyerapan air yang dihasilkan semakin
menurun. Hasil uji TCLP menunjukkan konsentrasi logam yang didapat jauh berada
di bawah baku mutu sehingga dapat disimpulkan bahwa fly ash dapat digunakan
sebagai campuran pada pembuatan beton yang memenuhi standar dan bebas logam
berbahaya sehingga aman bagi lingkungan.

Kata kunci: fly ash, logam, solidifikasi/stabilisasi, substitusi, filler

viii
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
POTENTIAL OF COAL FLY ASH WASTE AS A SUBSTITUTE
MATERIAL AND FILLER MATERIAL IN CONCRETE
MAKING

ABSTRACT

The purpose of this research was to assess the potential use of fly ash coal combustion
as a substitute material and filler material on the manufacture of concrete.
Characterization of fly ash indicates there was an oxide content contained
inidenticalwith what was found inportland cement and there are harmful metals. The
materials used in this research was fly ash waste PT. SOCI MAS, Portland cement type
I, sand, gravel and water. The use of fly ash as a substitute material was carried out
with variation of percentage 0%, 10%, 20%, 30%, 40% and 50% of the weight of
cement requirement used and the use of fly ash as filler material was added by 0%,
10% 20%, 30%, 40% and 50% of the weight of cement requirement used. The
parameters test for concrete are the maximum load, compressive strength, water
absorption to see the quality of the concrete produced, TCLP test conducted to see the
amount of metal concentration released after solidification / stabilization. The best
result of the use of fly ash as substitute material was obtained in substitute of 10%
which resulted in a maximum load of 671,667 kN and a compressive strength of 32.178
MPa suitable for reinforced concrete, while as filler material the best result was
obtained at 50% filler resulting maximum load 790,667 kN and compressive strength
of 37.879 MPa suitable for prestressed concrete. In addition, the greater the addition
of the composition of the percentage of fly ash as a substitution material or filler
material, the resulting water absorption decreases. The TCLP test results show that the
metal concentrations obtained are well below the standard so that it can be concluded
that fly ash can be used as a mixture on the manufacture of concrete that meets the
standards and is harmless metal free so it is safe for the environment.

Keywords: fly ash, metal, solidification / stabilization, substitution, filler

ix
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI

Halaman
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI i
PENGESAHAN ii
LEMBAR PERSETUJUAN iii
PRAKATA iv
DEDIKASI vi
RIWAYAT HIDUP PENULIS vii
ABSTRAK viii
ABSTRACT ix
DAFTAR ISI x
DAFTAR GAMBAR xiii
DAFTAR TABEL xv
DAFTAR LAMPIRAN xvi
DAFTAR SINGKATAN xvii
DAFTAR ISTILAH/SIMBOL xviii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 LATAR BELAKANG 1
1.2 PERUMUSAN MASALAH 6
1.3 TUJUAN PENELITIAN 6
1.4 MANFAAT PENELITIAN 6
1.5 RUANG LINGKUP PENELITIAN 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8
2.1 BATUBARA 8
2.2 FLY ASH 10
2.2.1 Klasifikasi Fly ash 11
2.2.2 Pemanfaatan Fly ash 12
2.3 SOLIDIFIKASI/STABILISASI 13
2.4 BETON 14
2.5 MATERIAL PENYUSUN BATA BETON 15

x
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
2.5.1 Semen Portland 15
2.5.2 Air 16
2.5.3 Agregat 17
2.6 CARA PEMBUATAN BETON 18
2.7 KELAS DAN MUTU BETON 19
2.8 ANALISA YANG DILAKUKAN 20
2.8.1 Analisa Karekterisasi fly ash dengan Metode X-Ray 20
Flourescence (XRF) Thermo ARL 9900 20
2.8.2 Beban Maksimum dan Kuat Tekan 20
2.8.3 Penyerapan Air 20
2.8.4 Toxicity Characteristic Leaching Procedure (TCLP) 21
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 22
3.1 LOKASI PENELITIAN 22
3.2 BAHAN DAN PERALATAN 22
3.2.1 Bahan Penelitian 22
3.2.2 Peralatan Penelitian 22
3.3 VARIASI PENELITIAN 23
3.4 PROSEDUR PENELITIAN 24
3.4.1 Analisa Karekterisasi fly ash dengan Metode X-Ray
Flourescence (XRF) Thermo ARL 9900 24
3.4.2 Prosedur Pembuatan Bata Beton 25
3.4.3 Prosedur Pengujian Beban Maksimum dan Kuat Tekan 27
3.4.4 Prosedur Pengujian Penyerapan Air 28
3.4.6 Uji Analisa Konsentrasi Logam 29
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 31
4.1 ANALISA KAREKTERISASI FLY ASH DENGAN METODE
X-RAY FLOURESCENCE (XRF) THERMO ARL 9900 31
4.2 UJI BEBAN MAKSIMUM 33
4.2.1 Pengaruh Persentase Fly ash Sebagai Bahan Substitusi terhadap
Beban Maksimum Beton 33
4.2.2 Pengaruh Persentase Fly ash Sebagai Bahan Filler terhadap
Beban Maksimum Beton 34

xi
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
4.3 UJI KUAT TEKAN 35
4.3.1 Pengaruh Persentase Fly ash Sebagai Bahan Substitusi terhadap
Kuat Tekan Beton 35
4.3.2 Pengaruh Persentase Fly ash Sebagai Bahan Filler terhadap
Kuat Tekan Beton 37
4.4 UJI PENYERAPAN AIR 39
4.3.1 Pengaruh Persentase Fly ash Sebagai Bahan Substitusi terhadap
Penyerapan Air Beton 39
4.3.2 Pengaruh Persentase Fly ash Sebagai Bahan Filler terhadap
Penyerapan Air Beton 40
4.5 ANALISA KONSENTRASI LOGAM BERAT DENGAN
METODE AAS (ATOMIC ABSORPTION APECTROSCOPY) 41
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 44
5.1 KESIMPULAN 44
5.2 SARAN 45
DAFTAR PUSTAKA 46
LAMPIRAN 52

xii
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 2.1 Rumus Bangun Batubara 8
Gambar 2.2 Ukuran Fisik Fly ash 11
Gambar 2.3 Fly ash (a) Kelas C (b) Kelas F 12
Gambar 2.4 Proses Terjadinya Beton 19
Gambar 3.1 Flowchart Pengujian X-Ray Flourescence (XRF) 25
Gambar 3.2 Flowchart Pembuatan Beton 26
Gambar 3.3 Flowchart Pengujian Beban Maksimum dan Kuat Tekan 28
Gambar 3.4 Flowchart Pengujian Penyerapan Air 29
Gambar 3.5 Flowchart Uji Analisa Konsentrasi Logam 30
Gambar 4.1 Grafik Pengaruh Persentase Fly Ash sebagai Bahan Substitusi
terhadap Beban Maksimum Beton 33
Gambar 4.2 Grafik Pengaruh Persentase Fly Ash sebagai Bahan Filler
terhadap Beban Maksimum Beton 34
Gambar 4.3 Grafik Pengaruh Persentase Fly Ash sebagai Bahan Substitusi
terhadap Kuat Tekan Beton 36
Gambar 4.4 Grafik Pengaruh Persentase Fly Ash sebagai Bahan Filler
terhadap Kuat Tekan Beton 37
Gambar 4.5 Grafik Pengaruh Persentase Fly Ash sebagai Bahan Substitusi
terhadap Penyerapan Air Beton 39
Gambar 4.6 Grafik Pengaruh Persentase Fly Ash sebagai Bahan Filler
terhadap Penyerapan Air Beton 40
Gambar 4.7 Grafik Konsentrasi Logam Zn 42
Gambar 4.8 Grafik Konsentrasi Logam Cu 42
Gambar 4.9 Grafik Konsentrasi Logam Ba 42
Gambar L.3.1 Fly Ash Pembakaran Batubara 61
Gambar L.3.2 Semen Portland Tipe I 61
Gambar L.3.3 Agregat Kasar (Kerikil) 61
Gambar L.3.4 Agregat Halus (Pasir) 61

xiii
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Gambar L.3.5 Proses Pencampuran Bahan 62
Gambar L.3.6 Proses Pencetakan Benda Uji 62
Gambar L.3.7 Proses Perendaman Benda Uji 62
Gambar L.3.8 Proses Pengeringan Benda Uji 62
Gambar L.3.9 Proses Perendaman untuk Uji TCLP 63
Gambar L.3.10 Proses Penimbangan Beton Kering untuk Uji Penyerapan
Air 63
Gambar L.3.11 Proses Penimbangan Beton Basah untuk Uji Penyerapan
Air 63
Gambar L.3.12 Proses Pengujian Beban Maksimum dan Kuat Tekan 64
Gambar L.3.13 Proses Uji TCLP dengan Alat AAS 64

xiv
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 1.1 Data Produksi Batubara Nasional 1
Tabel 1.2 Jumlah Produksi Fly ash oleh PLTU di Indonesia 2
Tabel 1.3 Perbandingan Sifat Fisika dan Kimia Fly ash dan Semen 2
Tabel 1.4 Rangkuman Penelitian Terdahulu 3
Tabel 2.1 Unsur Kimia Fly ash PT. SOCI MAS 12
Tabel 2.2 Kandungan Bahan-Bahan Kimia dalam Bahan Baku Semen 15
Tabel 2.3 Sifat Fisika Bahan Baku Semen 16
Tabel 2.4 Klasifikasi Beton Bedasarkan Kuat Tekan 19
Tabel 2.5 Baku Mutu tentang Persyaratan Teknis Pengolahan Limbah
Bahan Berbahaya dan Beracun 21
Tabel 3.1 Komposisi Campuran Substitusi Fly ash 25
Tabel 3.2 Komposisi Campuran Penambahan Fly ash 25
Tabel 4.1 Kandungan Bahan-Bahan Kimia dalam Fly Ash 32
Tabel 4.2 Hasil Analisa Konsentrasi Logam Zn, Cu dan Ba 42
Tabel L.1.1 Kandungan Bahan-Bahan Kimia dalam Fly Ash 53
Tabel L.1.2 Data Hasil Penyerapan Air pada Beton Dengan Penggunaan
Fly Ash sebagai Bahan Substitusi 54
Tabel L.1.3 Data Hasil Penyerapan Air pada Beton Dengan Penggunaan
Fly Ash sebagai Bahan Filler 55
Tabel L.1.4 Data Hasil Beban Maksimum dan Kuat Tekan pada Beton
Dengan Penggunaan Fly Ash sebagai Bahan Substitusi 56
Tabel L.1.5 Data Hasil Beban Maksimum dan Kuat Tekan pada Beton
Dengan Penggunaan Fly Ash sebagai Bahan Filler 57
Tabel L.1.6 Hasil Analisa Konsentrasi Logam Zn, Cu dan Ba 58

xv
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
Lampiran 1 Data Penelitian 52
1.1 Data Hasil Karakteristik Fly Ash 52
1.2 Data Hasil Penyerapan Air 53
1.3 Data Hasil Beban Maksimum Dan Kuat Tekan 55
1.4 Data Hasil Uji Konsentrasi Logam 57
Lampiran 2 Contoh Perhitungan 58
2.1 Kuat Tekan Beton 58
2.2 Penyerapan Air Beton 59
Lampiran 3 Gambar Percobaan 61
3.1 Penyiapan Bahan Baku 61
3.2 Pembuatan Benda Uji 62
3.3 Pengujian Sifat Mekanik 63

xvi
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR SINGKATAN

ACI American Concrete Institute


ASTM American Society for Testing and Materials
B3 Bahan Beracun dan Berbahaya
BAPEDAL Badan Pengendalian Dampak Lingkungan
SNI Standar Nasional Indonesia
S/S Solidifikasi/Stabilisasi
SPM Suspended Particulate Matter
TCLP Toxicity characteristic leaching procedure
VHC Volatine Hydrocarbon
XRF X-Ray Flourescence

xvii
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISTILAH/SIMBOL

Simbol Keterangan Dimensi


P beban maksimum kg
A luas penampang mm2
Bo berat benda uji kering kg
B berat benda uji setelah direndam kg

xviii
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Batubara merupakan sumber energi yang paling banyak di dunia. Terbukti
ada lebih dari 892 milyar ton cadangan batubara di seluruh dunia [1]. Batubara
dijadikan salah satu sumber energi alternatif di samping minyak dan gas bumi.
Batubara menjadi sumber energi alternatif yang potensial, khususnya di Indonesia
yang mememiliki sumber batubara yang sangat melimpah [2]. Indonesia memiliki
cadangan batubara yang sangat besar dan menduduki posisi ke-2 dunia sebagai
negara pengekspor batubara dan posisi ke-6 sebagai negara penghasil batubara
[3]. Produksi batubara nasional terus mengalami perkembangan yang sangat
signifikan. Pada tahun1997 tercatat sebesar 55,982 juta ton, naik menjadi 435,742
juta ton pada tahun 2014 [4]. Peningkatan produksi batubara dari tahun ke tahun
dapat dilihat pada tabel 1.1
Tabel 1.1 Data Produksi Batubara Nasional [4]
Produksi Batubara Produksi Batubara
Tahun Tahun
(Juta ton) (Juta ton)
1997 55,982 2006 162,294
1998 58,504 2007 188,663
1999 62,108 2008 178,930
2000 67,105 2009 228,806
2001 71,072 2010 325,325
2002 100,553 2011 415,765
2003 113,525 2012 466,307
2004 128,479 2013 458,625
2005 149,665 2014 435,742
Jika diasumsikan proyeksi untuk tahun-tahun mendatang mengikuti
kecenderungan di atas, maka kondisi pada tahun 2025, produksi akan meningkat
menjadi sekitar 628 juta ton [2].
Di samping potensinya sebagai sumber energi alternatif yang relatif murah,
penggunaan batubara ini menghasilkan limbah yang dapat mencemari lingkungan
yaitu limbah gas seperti COx, NOx, SOx, hidrokarbon dan limbah padat. Limbah
padat tersebut berupa abu, yaitu abu terbang (fly ash) dan abu dasar (bottom ash)

1
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
[5]. Fly ash batubara adalah limbah industri yang dihasilkan dari pembakaran
batubara dan terdiri dari partikel halus. Partikel fly ash umumnya padat atau
berongga dan berbentuk bulat. Partikel-partikel bulat berongga disebut sebagai
cenospheres. Kehalusan fly ash berukuran 1 mikron sampai 1 mm [6].
Penanganan fly ash saat ini masih terbatas pada penimbunan di lahan kosong.
Hal ini berpotensi bahaya bagi lingkungan dan masyarakat sekitar. Abu ini
berbahaya untuk kesehatan khususnya pada sistem pernafasan dan kulit. Oleh
sebab itu menurut peraturan PP85/1999, limbah abu ini dikategorikan sebagai
limbah B3 (Bahan Beracun dan Berbahaya) [5]. Itu sebabnya, perlu difikirkan
berbagai upaya untuk menangani dan memanfaatkan limbah fly ash batubara.
Untuk dapat memanfaatkan limbah fly ash batubara, perlu diketahui sifat fisik
dan kimianya. Karena fly ash dihasilkan dari transformasi, pelelehan atau
gasifikasi dari material anorganik yang terkandung dalam batubara, maka abu
yang dihasilkan batubara tersebut ringan dan berwarna coklat muda [8]. Fly ash
hasil pembakaran batubara memiliki kandungan Si dan Al yang dominan dan juga
mengandung logam beracun dan logam berat. Logam-logam tersebut antara lain
Zn, Ni, Zr, Cu, Sr, As, V, Cr, Co, Mn, Ba, Rb, Ga, Sb dan Se [9].
Fly ash memiliki sifat fisika dan kimia yang hampir sama dengan semen.
Perbandingan sifat fisika dan kimia antara fly ash dan semen dapat dilihat pada
tabel 1.3
Tabel 1.3 Perbandingan Sifat Fisika dan Kimia Fly ash dan Semen [10]:
Komposisi Kimia Komposisi Fisika
Blaine
Bahan Densitas Specific
SiO2 Al2O3 Fe2O3 CaO MgO SO3 Finensess
(kg/m3) Grafity
(cm2/g)
Semen 18,72 4,44 3,22 62,79 2,97 3,28 3500 1367 3,15
Fly ash 48,76 17,17 2,18 1,66 0,39 0,24 3000 1155 2,06
Mineralogi fly ash anortit, gahlenit, akermanit yang memiliki Ca serta
berbagai silikat kalsium dan aluminat kalsium idientik dengan yang ditemukan
dalam semen Portland [11]. Fly ash tidak memiliki kemampuan mengikat seperti
halnya semen, namun silika oksida (SiO2) yang terkandung di dalam fly ash
bereaksi secara kimia dengan kalsium hidroksida yang terbentuk dari proses
hidrasi semen dan menghasilkan zat yang memiliki kemampuan mengikat [12].

2
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Hasil analisa komposisi logam fly ash PLTU Labuhan Angin yang telah
dilakukan oleh Julianto Lubis (2016) menunjukkan bahwa logam V dan Co yang
terkandung didalam fly ash melewati baku mutu Keputusan mentri Lingkungan
Hidup No.140 tahun 2010 [9] sedangkan hasil analisa komposisi fly ash PLTU
Nagan Raya yang telah dilakukan oleh Melisa (2014) menunjukkan bahwa logam
V, Co dan Ni yang terkandung dalam fly ash juga melewati baku mutu Keputusan
mentri Lingkungan Hidup No.140 tahun 2010 [13]. Melihat kandungan-
kandungan yang ada dalam fly ash berupa logam berat dan logam beracun, maka
perlu adanya penanganan terhadap limbah abu ini agar tidak berbahaya bagi
lingkungan. Stabilisasi/Solidifikasi (S/S) bisa digunakan untuk menstabilkan
logam berat dan beracun.
S/S limbah menggunakan semen merupakan salah satu alternatif pengolahan
limbah dengan tujuan untuk mengurangi pencemaran lingkungan. Tujuan dari S/S
adalah membentuk padatan yang mudah penanganannya dan tidak akan
meluluhkan kontaminan ke lingkungan. Produk dari proses S/S merupakan produk
yang aman dan dapat diarahkan untuk pembuatan produk yang bermanfaat,
misalnya beton paving block, batako, dan tiang listrik berbahan dasar limbah [14].
Setelah dilakukan S/S, selanjutnya terhadap hasil olahan tersebut dilakukan uji
Toxicity characteristic leaching procedure (TCLP). TCLP adalah metode
ekstraksi sampel untuk analisis kimia digunakan sebagai metode analisis untuk
mensimulasikan pencucian melalui tempat pembuangan akhir. Hasil uji TCLP
kadarnya tidak boleh melewati nilai ambang batas sebagaimana yang telah
ditetapkan [15].
Penanganan fly ash dengan metode S/S telah banyak dilakukan oleh peneliti-
peneliti sebelumnya yang disajikan pada Tabel 1.4 :

3
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Tabel 1.4 Rangkuman Penelitian Terdahulu
No. Peneliti / Judul Metode Hasil
1. Tang Qiang, Yang Liu, Fan Gu Solidifikasi/stabilisasi fly ash sebagai substitusi  Penambahan fly ash mengakibatkan peningkatan
dan Ting Zhou (2016) / semen porland. Perbandingan semen dan fly ash kuat tekan dan waktu curing. Kuat tekan tertinggi
“Solidification/Stabilization of adalah 4:6; 5:5; 6:4; 7:3 dan 8:2 dengan umur 2,5 MPa yang didapat pada perbandingan 8:2 pada
Fly Ash from a Municipal Solid pengujian kuat tekan 3, 7, 14, 28 dan 56 hari. umur 56 hari.
Waste Incineration Facility Parameter uji yang dilakukan adalah kuat tekan  Untuk uji TCLP menunjukkan bahwa kandungan
Using Portland Cement“ [16] dan TCLP. logam berat (Cr, Cd, Pb, Ni, Cu, dan Mn)
mengalami penurunan.

2. Arif Hamidi; Ir. Aman, MT.; Pembuatan batako ramah lingkungan dengan  Substitusi 10% fly ash menghasilkan nilai kuat tekan
Dra. Drastinawati, M.Si (2014) / mensubstitusi fly ash dengan variasi 10%, 20%, tertinggi yaitu 155 kg/cm2.
“Pemanfaatan Abu Terbang 30% dan 40%. Parameter uji yang dilakukan  Sebagian besar nilai TCLP di bawah baku mutu (PP
Batubara (Fly Ash) Sebagai adalah kuat tekan dan TCLP. 85 Thn 1999)
Bahan Batako Yang Ramah
Lingkungan” [17]

3. Julianto Lubis, (2016) / “Kajian Penggunaan fly ash sebagai bahan substitusi  Nilai kuat tekan beton mengalami peningkatan
Eksperimental Pemanfaatan (40% dan 80%) dan bahan tambahan (20% dan sebesar 26,05% yaitu pada penambahan fly ash 40%.
Limbah Abu Terbang (Fly Ash) 40%) pada pembuatan beton. Parameter uji yang  Logam yang lepas dari uji TCLP jauh berada
PLTU Labuhan Angin Sibolga dilakukan adalah kuat tekan, massa jenis dan diambang batas yang telah ditetapkan.
Sebagai Campuran Beton.” [9] TCLP.

4. Abdul Kadir Aeslina, Mohd Penelitian ini difokuskan untuk menyelidiki  Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar
Ikhmal Haqeem Hassan dan pelindian logam berat dari beton SCC yang logam berat berada di bawah batas yang
Mohd Mustafa Al Bakri digabungkan dengan fly ash dan bottom ash diperbolehkan Environmental Protection Agency
Abdullah (2016) / “Investigation sebagai pengganti pasir dengan rasio 10% sampai Amerika Serikat dan Organisasi Kesehatan Dunia.
on Leaching Behaviour of Fly 30%. Parameter uji yang dilakukan adalah Pencucian minimal dari logam berat dari
Ash and Bottom Ash Toxicity Characteristic Leaching Procedure, penggabungan fly ash dan bottom ash pada beton

6 4
Universitas Sumatera Utara
UniversitasSuamtera
Universiras Sumatera Utara
Utara
Replacement in Self-Compacting Synthetic Precipitation Leaching Procedure dan SCC ditemukan pada 20% fly ash dan 20% bottom
Concrete“ [18] Static Leaching Test. ash.

5. Ritesh Mall, Sharda Sharma dan Pembuatan paver block grade M35 dengan  Kuat tekan tertinggi yang didapat sebesar 42,14
Prof. R.D.Patel (2014) /“Studies mensubstitusi fly ash variasi 5%, 10%, 15%, N/mm2 pada umur uji 25 hari dengan substitusi fly
of the Properties of Paver block 20%, 25% dan 30% dari berat semen. Ukuran ash 25%
benda uji 200 x 160 x 80 mm dan umur pengujian  Kuat tarik tertinggi yang didapat sebesar 6,6 N/mm2
using Fly Ash“ [19]
paver block 7, 14 dan 25 hari. Parameter uji pada umur uji 25 hari dengan substitusi fly ash 5%
penelitian ini adalah kuat tekan, kuat tarik dan  Penyerapan air tertinggi yang didapat sebesar 3,81%
penyerapan air paver block. dengan substitusi fly ash 30%

6. Firman Ganda Saputra (2016) / Pembuatan paving stone/paving block dengan Hasil dari benda uji kuat tekan yang paling baik adalah
”Pemanfaatan Abu Terbang penambahan limbah fly ash batubara dengan benda uji paving berpori dengan bahan tambah fly ash
Limbah Batu Bara Terhadap komposisi 10%, 20%, 30%, 40% dan 50% dari 10% yaitu dengan nilai kuat tekan rata-rata 14.44 MPa
berat semen. Ukuran benda uji 21 x 10,5 x 5,8 cm
Kuat Tekan dan Tingkat pada umur 28 hari, untuk nilai porositas yang paling
dengan umur pengujian 7,14 dan 28 hari.
Porositas Paving Stone Berpori” Parameter uji penelitian ini adalah nilai porositas baik adalah benda uji paving berpori dengan bahan
[20]. dan kuat tekan. tambah fly ash 40% dan 50% dengan nilai porositas
rata-rata 25.30%.

7 5
Universitas Sumatera Utara
UniversitasSuamtera
Universiras Sumatera Utara
Utara
Peneliti terdahulu menunjukkan bahwa fly ash dapat dimanfaatkan sebagai bahan
tambahan pembuatan beton. Isu dalam penelitian ini ialah mereduksi limbah fly ash
dalam pembuatan beton. Namun masih perlu dikaji hubungan penggunanan variasi
persentase fly ash untuk mendapatkan produk S/S yang bermanfaat dan aman
terhadap lingkungan.

1.2 PERUMUSAN MASALAH


Permasalahan yang ditimbulkan dari pemakaian batubara sebagai sumber energi
adalah abu yang dihasilkan dari pembakaran batubara tersebut yaitu menghasilkan
sekitar 5% limbah padat berupa fly ash 80%-90% dan bottom ash 10%-20%.
Seiring dengan meningkatnya produksi limbah fly ash yang merupakan limbah
berbahaya bagi lingkungan maka perlu adanya pereduksian limbah tersebut atau
memanfaatkannya menjadi bentuk yang berguna dengan cara solidifikasi/stabilisasi
(S/S). Pada penelitian ini ingin dihasilkan produk S/S yang berbahan baku fly ash
sebagai bahan substitusi dan bahan filler yang mempunyai sifat mekanik yang
memenuhi standar SNI serta bebas logam berbahaya.

1.3 TUJUAN PENELITIAN


Adapun penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengkarakterisasi kandungan oksidan dan logam yang terdapat pada limbah
fly ash.
2. Menghasilkan produk S/S berbahan baku fly ash sebagai bahan substitusi
parsial yang mempunyai sifat mekanik yang memenuhi standar SNI.
3. Menghasilkan produk S/S berbahan baku fly ash sebagai bahan filler yang
mempunyai sifat mekanik yang memenuhi standar SNI.
4. Menghasilkan produk S/S yang bebas logam berbahaya yang terkandung
dalam fly ash.

1.4 MANFAAT PENELITIAN


Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah:
1. Memberikan solusi masalah penanganan limbah fly ash dengan menerapkan
metode S/S.

6
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
2. Mereduksi limbah fly ash yang yang merupakan limbah berbahaya bagi
lingkungan menjadi bentuk yang bermanfaat.

1.5 RUANG LINGKUP PENELITIAN


Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Beton, Departemen Teknik Sipil,
Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara. Pengujian bahan baku dan produk
dilakukan di Laboratorium Pusat Survei Geologi Bandung, Laboratorium Beton,
Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara dan
Laboratorium Penelitian Balai Riset dan Standardisasi Industri (BARISTAN) Medan.
Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bahan penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi:
a. Limbah fly ash PT. SOCI MAS
b. Semen Portland Tipe I
c. Pasir atau agregat halus
d. Krikil atau agregat kasar
e. Air
2. Variabel Penelitian:
a. Variabel tetap
i. Ukuran benda uji : 15 cm x 30 cm [21]
ii. Mix Design : IS-10262-2009 [22]
b. Variabel bebas
i. Komposisi campuran fly ash sebagai bahan substitusi dan filler : 10%,
20%, 30%, 40% dan 50% dari berat kebutuhan semen yang digunakan.
ii. Waktu Perendaman : 7, 14, 28 hari
3. Analisa yang dilakukan adalah :
a. Analisa karekterisasi fly ash dengan metode X-Ray Flourescence
b. Pengujian sifat mekanis beton meliputi :
- Uji beban maksimum
- Uji kuat tekan
- Penyerapan air
c. Analisa Konsentrasi Logam.

7
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 BATUBARA
Indonesia adalah negara yang kaya sumber daya alam, salah satunya
batubara dengan jumlah melimpah mencapai 120.34 miliar ton [23]. Indonesia
memiliki cadangan batubara yang sangat besar dan menduduki posisi ke-2 dunia
sebagai Negara pengekspor batubara dan posisi ke-6 sebagai Negara penghasil
batubara [3]. Batubara adalah bahan bakar hidrokarbon padat yang terjadi dari
tumbuh-tumbuhan dalam kondisi bebas oksigen yang berlangsung pada tekanan
serta temperatur tertentu pada waktu yang cukup lama [24]. Di masa yang akan
datang batubara menjadi salah satu sumber energi alternatif potensial untuk
menggantikan potensi minyak dan gas bumi yang semakin menipis.
Unsur pembentuk batubara terdiri dari : unsur utama (C,H, O, N, S, kadang-
kadang Al, Si), unsur kedua (Fe,Ca, Mg, Fe, K, Na, P, Ti), dan unsur sangat kecil
(trace) berupa logam-logam berat (heavy metals) dengan berat jenis di atas 5 g/cm3
dan masing-masing berkadar sangat rendah yang dinyatakan dalam ppm (bagian
per sejuta) serta jumlahnya ada sekitar 40 unsur yang dapat merusak lingkungan
dan kesehatan manusia. Dari sejumlah logam berat tersebut, yang biasa
dipertimbangkan hanya 10 unsur logam berat yaitu seperti As, Ba, Cd, Cr, Cu, Pb,
Hg, Se, Zn, Ag [25].

Gambar 2.1. Rumus Bangun Batubara [26]

8
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Reaksi pembentukan batubara dapat diperlihatkan sebagai berikut [26]:
5(C6H10O5) C20H22O4 + 3CH4 + 8H2O + 6CO2 + CO
Cellulosa lignit metana air
Menurut Sugiyono, dari keseluruhan pembangkit listrik yang ada di
Indonesia, batubara memiliki peranan yang cukup tinggi yakni sebesar 34,5%
disusul gas bumi sebesar 30,4%. Batubara sebagai bahan bakar akan menimbulakan
efek berupa emisi pencemar. Emisi-emisi yang dihasilkan dapat berupa SOx, NOx,
COx, VHC (Volatine Hydrocarbon) dan SPM (Suspended Particulate Matter).
Berikut adalah dampak yang dihasilkan oleh polutan tersebut [27]:
 SOx adalah sumber gangguan paru-paru dan berbagai penyakit pernapasan.
 NOx, yang bersama SOx menyebabkan fenomena hujan asam. Fenomena
hujan asam ini berakibat buruk bagi industri peternakan dan pertanian.
 COx membentuk lapisan yang menyelebungi permukaan bumi dan
menimbulkan efek rumah kaca (green house effect). Efek rumah kaca
menyebabkan pergeseran keadaan cuaca.
 Partikel debu yang mengandung unsur radioaktif yang berbahaya jika
terhisap masuk ke paru-paru.
Fly ash dan bottom ash merupakan limbah padat yang dihasilkan dari
pembakaran batubara. Partikel abu yang terbawa gas buang disebut fly ash,
sedangkan abu yang tertinggal dan dikeluarkan dari bawah tungku disebut bottom
ash. Sistem pembakaran batubara umumnya terbagi 2 yakni sistem unggun
terfluidakan (fluidized bed system) dan unggun tetap (fixed bed system atau grate
system). Disamping itu terdapat sistem ke-3 yakni spouted bed system atau yang
dikenal dengan unggun pancar. Fluidized bed system adalah sistem dimana udara
ditiup dari bawah menggunakan blower sehingga benda padat di atasnya
berkelakuan mirip fluida. Teknik fluidisasi dalam pembakaran batubara adalah
teknik yang paling efisien dalam menghasilkan energi. Pasir atau corundum yang
berlaku sebagai medium pemanas dipanaskan terlebih dahulu. Pemanasan biasanya
dilakukan dengan minyak bakar. Setelah temperatur pasir mencapai temperatur
bakar batubara (300oC) maka diumpankanlah batubara. Sistem ini menghasilkan fly
ash dan bottom ash yang turun di bawah alat [28]. Dari pembakaran batubara

9
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
tersebut yaitu menghasilkan sekitar 5% limbah padat berupa fly ash 80%-90% dan
bottom ash 10%-20% [29].

2.2 FLY ASH


Menurut American Society for Testing and Materials (ASTM) C.618-12a
fly ash didefinisikan sebagai butiran halus residu pembakaran batubara atau bubuk
batubara [30]. Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) 03-6414-2002
mendefinisikan pengertian fly ash batubara adalah limbah hasil pembakaran
batubara pada tungku pembangkit listrik tenaga uap yang berbentuk halus, bundar
dan bersifat pozolanik [31].
Fly ash sangat mirip dengan abu vulkanik yang digunakan dalam produksi
semen hidrolik sekitar 2.300 tahun yang lalu. Semen tersebut dibuat dekat kota kecil
di Italia yang bernama Pozzuoli yang kemudian memberi nama untuk istilah
"pozzolan". Pozzolan adalah sebuah bahan berupa alumina atau silika yang bila
dicampur dengan kapur dan air akan membentuk senyawa semen. Fly ash
merupakan pozzulan terbaik dan terkenal dan salah satu yang paling umum
digunakan di dunia. Fly ash dikenal mempunyai efek buruk pada lahan pertanian,
polusi air sub-permukaan, tanah, dan polusi udara [32].
Partikel fly ash umumnya padat atau berongga dan berbentuk bulat.
Kehalusan fly ash berukuran 1 mikron sampai 1 mm [6]. Menurut ACI (American
Concrete Institute) 116 R karena kehalusan dan bentuk bulat butiran fly ash, maka
pemakaian fly ash pada adukan beton dapat menambah kelecakan pada adukan
beton. Jika beton memiliki kelecakan yang baik maka beton lebih mudah
dipadatkan sehingga tidak menimbulkan banyaknya rongga udara pada cetakan
beton dan tidak menyebabkan terjadinya segregasi (terpisahnya komponen-
komponen beton segar dari adukan) [33].

10
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.2. Ukuran Fisik Fly ash [33]
Fly ash yang memiliki kadar silikat dan aluminat yang reaktif dapat
dimanfaatkan untuk mengikat kapur bebas (Ca(OH)2) dari hasil sampingan antara
air dan semen menjadi tobermorite, dengan bentuk reaksi sebagai berikut [34] :
3Ca(OH)2 + 2SiO2 + H2O 3CaO.2SiO2.3H2O
3Ca(OH)2 + 2Al2O3 + H2O 3CaO + 2Al2O3 + 3H2O
Menurut peraturan PP85/1999, limbah fly ash dikategorikan sebagai limbah
B3 (Bahan Beracun dan Berbahaya) [5], karena mengandung logam beracun dan
logam berat. Logam-logam tersebut antara lain Zn, Ni, Zr, Cu, Sr, As, V, Cr, Co,
Mn, Ba, Rb, Ga, Sb dan Se [9].

2.2.1 Klasifikasi Fly ash


Menurut ASTM C618 fly ash dibagi menjadi dua kelas yaitu fly ash kelas F
dan kelas C. Perbedaan utama dari kedua fly ash tersebut berdasarkan banyaknya
kadar kalsium, silika, aluminium dan besi di fly ash tersebut. SiO2 (35%-60%),
Al2O3 (10%-30%), Fe2O3 (4%-20%), CaO (1%-35%). Apabila jumlah kadar oksida
(SiO2 + Al2O3 + Fe2O3) > 70%, diklasifikasikan kedalam kelas F sedangkan jika
jumlah kadar oksida (SiO2 + Al2O3 + Fe2O3) > 50% diklasifikasikan kedalam fly
ash kelas C. Fly ash kelas C mengandung CaO lebih dari 20% dan fly ash kelas F
mengandung CaO kurang dari 10% [35].

11
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
(a) (b)
Gambar 2.3. Fly ash (a) Kelas C dan (b) Kelas F [33]

Sejak tahun 2008 PT. SOCI MAS telah resmi menggunakan batubara
sebagai bahan bakar. Berikut ini adalah hasil analisa yang dilakukan terhadap
komposisi yang terkandung dalam fly ash PT. SOCI MAS
Tabel 2.1 Unsur Kimia Fly ash PT. SOCI MAS

No Componen Unit Data

1 SiO2 % 82.2
2 Al2O3 % 9.7
3 Fe2O3 % 1.8
4 CaO % 1.2
5 MgO % 0.4
6 Na2O % 1.9
7 K2 O % 2.8
8 H2 O % 0.1
9 Density % 1500
10 Softening point Deg C 1200
(Sumber: PT. SOCI MAS)

2.2.2 Pemanfaatan Fly ash


Keberadaan fly ash yang semula masih dianggap sebagai polutan, kini telah
mengalami pergeseran fungsi. Pada era modern ini fly ash banyak diteliti baik sifat
fisik maupun kimiawi untuk dapat dimanfaatkan keberadaanya. Berikut beberapa
pemanfaatan fly ash [36]:

12
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
a. Fly ash sebagai bahan pengisi
Penggunaan fly ash sebagai bahan pengisi dapat diaplikasikan pada :
1. Pengganti bahan lain dan bersaing langsung dengan bahan tersebut.
2. Salah satu karakteristik fly ash sebagai bahan pengisi adalah kekuatannya
yang dapat mendukung atau menambah kekuatan pada bangunan.
b. Fly ash dalam beton
Keberadaan fly ash dalam beton memberikan keuntungan dalam hal:
1. Meningkatkan waktu pemakaian dari beton.
2. Menurunkan penggunaan energi dan efek gas rumah kaca dan emisi udara
lainnya.
c. Fly ash dalam beton semen portland
Fly ash dapat digunakan dalam beton semen Portland untuk peningkatan
performa beton.
d. Fly ash untuk jalan
Fly ash dapat digunakan untuk konstruksi jalan dan embankment.
e. Briket Fly ash
Produk fly ash bersifat ramah lingkungan. Salah satunya penggunaannya
sebagai briket. Pembuatan briket secara konvensional membutuhkan
banyak clay. Sedangkan penggunaan fly ash sebagai briket tidak
membutuhkan clay.

2.3 SOLIDIFIKASI/STABILISASI (S/S)


S/S adalah proses yang melibatkan pencampuran limbah dengan zat
pengikat untuk mengurangi pelepasan kontaminan baik secara fisik maupun kimia
dan mengkonversi atau mengubah limbah berbahaya ke dalam bentuk yang
bersahabat dengan lingkungan untuk keperluan konstruksi atau penimbunan tanah
[37]. Proses S/S telah digunakan dalam penanganan limbah lebih dari 20 tahun, dan
beberapa istilah diberikan pada langkah penanganan yang berbeda yang termasuk
dalam proses S/S,
1. Solidifikasi adalah suatu penanganan yang menghasilkan padatan limbah
yang memiliki identitas struktural yang tinggi. Proses solidifikasi
menyebabkan kontaminan tidak dapat berinteraksi dengan reagen

13
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
solidifikasi. Hal ini terjadi karena secara mekanik, kontaminan dikunci atau
dijebak dalam padatan yang terbentuk dari proses solidifikasi.
2. Stabilisasi adalah suatu teknik yang didesain untuk meminimalkan
mobilitas atau kelarutan kontaminan baik dengan atau tanpa terjadi
perubahan sifat fisik dari limbah. Proses stabilisasi biasanya melibatkan
penambahan material ke dalam limbah berbahayadan menciptakan produk
yang lebih tidak berbahaya.
3. Pengikat (binder), biasanya semen atau material seperti semen, atau resin
yang digunakan untuk mengikat partikel secara bersama-sama. Penambahan
air atau bahan aditif lain sangat dimungkinkan. Pengikat akan menciptakan
bentuk limbah yang terstabilkan. Semen Portland merupakan pengikat yang
paling umum digunakan dalam proses S/S.
4. Bahan aditif adalah material yang ditambahkan ke dalam binder untuk
meningkatkan keberhasilan proses S/S. Bahan aditif, seperti silika dapat
memperlambat proses pengerasan, lempung dapat meningkatkan ketahanan
terhadap air atau kontaminan, dan surfaktan dapat meningkatkan penyatuan
senyawa organik. Bahan aditif biasanya ditambahkan hanya dalam jumlah
kecil [38].

2.4 BETON
Menurut SNI 1847:2013 beton didefinisikan sebagai material yang dibuat
dari campuran agregat halus (pasir), agregat kasar (kerikil), air dan semen portland
atau bahan pengikat hidrolis yang lain yang sejenis dengan menggunakan atau tidak
menggunakan bahan tambahan yang lain [39].
Beton merupakan kontruksi yang sangat penting dan paling dominan
digunakan pada struktur bangunan. Berbagai bangunan didirikan dengan
menggunakan beton sebagai bahan kontruksi utama, baik bangunan gedung,
bangunan air, bangunan sarana, transportasi dan bangunan-bangunan yang lainnya.
Beton merupakan konstruksi yang mempunyai banyak kelebihan antara lain, kuat
menahan gaya tahan, tahan terhadap perubahan cuaca, lebih tahan terhadap suhu
tinggi, mudah dibentuk sesuai dengan kebutuhan dan mudah dikerjakan dengan
mencampurkan semen, agregat, air, dan bahan-bahan tambahan lain bila

14
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
diperlukan. Material pembentukan beton tersebut dicampur merata dengan
komposisi tertentu menghasilkan suatu campuran yang homogen sehingga dapat
dituang dalam cetakan untuk dibentuk sesuai keinginan. Campuran tersebut bila
dibiarkan akan mengalami pengerasan sebagai akibat reaksi kimia antara semen dan
air yang berlangsung selama jangka waktu atau dengan kata lain campuran beton
akan bertambah keras sejalan dengan umurnya.
Kualitas atau mutu dari suatu beton sangat bergantung pada komponen
penyusun atau bahan dasar beton, bahan tambahan, cara penambahan dan alat yang
digunakan. Semakin baik bahan yang digunakan, campuran direncanakan dengan
baik, proses pembuatan dilaksanakan dengan baik, dan alat-alat yang digunakan
baik maka akan menghasilkan kualitas beton yang baik pula [40].

2.5 MATERIAL PENYUSUN BETON


2.5.1 Semen Portland
Semen Portland adalah semen hidrolis yang dihasilkan dengan cara
menggiling terak semen portland terutama yang terdiri atas kalsium silikat yang
bersifat hidrolis dan digiling bersama-sama dengan bahan tambahan berupa satu
atau lebih bentuk kristal senyawa kalsium sulfat dan boleh ditambah dengan bahan
tambah lainnya [41]. Bahan penyusun semen Portland adalah kapur, silika, alumina,
dan besi oksida. Kapur adalah hasil dari batu berkapur dan limbah industri alkali.
Alumina, silica dan besi oksida diperoleh dari clays dan shales atau fly ash dari
pembakaran batubara [42].
Kandungan bahan kimia dan sifat fisika semen dapat dilihat dalam Tabel
2.2 dan Tabel 2.3
Tabel 2.2 Kandungan Bahan-Bahan Kimia dalam Bahan Baku Semen [10]
Oksida Persen (%)
Kapur, CaO 62,79
Silika, SiO2 18,72
Alumina, Al2O3 4,44
Besi, Fe2O3 3,22
Magnesia, MgO 2,97
Sulfur, SO3 3,28

15
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.3 Sifat Fisika Bahan Baku Semen [10]
Blaine
Finensess Densitas (kg/m3) Specific Grafity
(cm2/g)
3500 1367 3,15
3000 1155 2,06

Standar Nasional Indonesia membagi semen porland menjadi 5 jenis, yaitu


[41]:
 Jenis I yaitu semen portland untuk penggunaan umum yang tidak
memerlukan persyaratan-persyaratan khusus seperti yang disyaratkan pada
jenis-jenis lain.
 Jenis II yaitu semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan
ketahanan terhadap sulfat atau kalor hidrasi sedang.
 Jenis III semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan kekuatan
tinggi pada tahap permulaan setelah pengikatan terjadi.
 Jenis IV yaitu semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan
kalor hidrasi rendah.
 Jenis V yaitu semen portland yang dalam penggunaanya memerlukan
ketahanan tinggi terhadap sulfat.
Yang paling sering digunakan sebagai perekat pada bangunan adalah semen
portland jenis I. Keunggulan dari semen Portland ini adalah dapat meningkatkan
kekuatan dan mengeras melalui suatu reaksi kimia dengan air yang disebut hidrasi
[43].
2.5.2 Air
Air merupakan salah satu unsur dalam pembuatan mortar. Air sangat
mempengaruhi atau mempunyai peranan penting pada prilaku campuran mortar,
karena campuran dengan kadar air tinggi dapat mengurangi kekuatan tekan pada
sampel beton. Jumlah air dalam pembuatan beton harus cukup supaya terjadi
rekatan yang benar-benar kuat antara partikel di dalam campuran.
Air yang digunakan dalam pembuatan beton tidak boleh mengandung
minyak, asam alkali, bahan padat sulfat, klorida dan bahan lainnya yang dapat
merusak beton. Dengan kata lain air harus memiliki kotoran-kotoran yang rendah,

16
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
tidak berasa, tidak berbau dan tidak berwarna, karena hal ini dapat mempengaruhi
kualitas beton [43].
2.5.3 Agregat
Agregat ialah butiran mineral alami yang berfungsi sebagai bahan pengisi
dalam campuran beton. Kandungan agregat dalam campuran beton biasanya sangat
tinggi, yaitu berkisar 70-75% dari volume beton, terdiri dari 60-67% agregat kasar
dan 33-40% agregat halus [44].
a. Agregat Kasar
Agregat kasar adalah kerikil sebagai hasil desintegrasi alami dari batu atau
berupa batu pecah yang diperoleh dari industri pemecah batu dan mempunyai
ukuran butir antara 5 mm – 40 mm [45].
Syarat-syarat yang hharus dipenuhi oleh agregat kasar menurut spesifikasi
bahan bangunan bagian A SK.SNI S-04-1989 [46] adalah sebagai berikut ini:
1. Agregat kasar untuk beton dapat berupa kerikil alam atau bahan-bahan yang
diperoleh dari pecahan-pecahan batu pada umumnya.
2. Agregat kasar harus terdiri dari butir-bitir yang keras dan tidak berpori,
agregat kasar yang pipih diperbolehkan jika butir-butiran yang pipih tidak
lebih dari 20% dari berat agregat seluruhnya, agregat kasar harus kokoh ,
tidak boleh hancur dan bersifat kekal.
3. Agregat kasar tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1% terhadap berat
kering dan juga bebas dari bahan-bahan yang dapat merusak seperti zat-zat
reaktif.
4. Besar butiran agregat maksimum tidak boleh lebih dari seperlima jarak
terkecil antara bidang samping dari cetakan, sepertiga dari tebal plat atau
berkas-berkas tulangan. Penyimpangan dari perbatasan ini diizinkan apabila
menurut pengawas ahli.
b. Agregat Halus
Agregat halus adalah pasir alam sebagai hasil desintegrasi secara alami dari
batu atau pasir yang dihasilkan oleh industri pemecah batu dan mempunyai ukuran
butir terbesar 5,0 mm [45].

17
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh agregat halus menurut spesifikasi
bahan bangunan bagian A (SK SNI S-04-1989-F) adalah sebagai berikut ini [46]:
1. Agregat halus harus terdiri dari butir-butir yang tajam dan keras dengan
indeks kekerasan ± 2,2.
2. Butir-butir agregat halus harus bersifat kekal, artinya tidak pecah atau
hancur oleh pengaruh-pengaruh cuaca seperti terik matahari dan hujan.
3. Sifat kekal, apabila diuji dengan larutan jenuh garam sulfat sebagai berikut:
 Jika dipakai Natrium Sulfat, bagian yang hancur maksimal 12 %
 Jika dipakai Magnesium Sulfat, bagian yang hancur maksimal 10 %
4. Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih besar dari 5 %
5. Agregat halus tidak boleh mengandung bahan-bahan organis terlalu banyak
yang harus dibuktikan dengan percobaan warna dari Abrams-Harder.
6. Susunan besar butir agregat halus harus memenuhi modulus kehalusan
antara 1,5 – 3,8 dan harus terdiri dari butir-butir yang beraneka ragam
besarnya.
7. Untuk beton dengan tingkat keawetan yang tinggi, reaksi pasir dengan alkali
harus negatif.
8. Pasir laut tidak boleh dipakai sebagai agregat halus untuk semua mutu
beton, kecuali dengan petunjuk-petunjuk dari lembaga pemeriksaan bahan-
bahan yang diakui.
9. Agregat halus yang digunakan untuk maksud spesi plesteran dan spesi
terapan harus memenuhi persyaratan di atas (pasir pasang).

2.6 CARA PEMBUATAN BETON


Proses terjadinya beton adalah pasta semen yaitu proses hidrasi antara air
dan semen. Selanjutnya jika ditambahkan dengan agregat halus menjadi mortar dan
jika ditambahkan dengan agregat kasar menjadi beton. Adapun proses terbentuknya
beton dapat dilihat pada Gambar 2.4.

18
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Semen
Portland Dengan atau tidak
Pasta Semen
menggunakan
bahan tambah
Air
Agregat Mortar

Agregat Kasar Beton

Ditambahkan:

Tulangan, Serat, Agregat


Jenis Beton
Kasar, Prestress, Precast, dll

Gambar 2.4 Proses Terjadinya Beton [47]

2.7 KELAS DAN MUTU BETON


Berdasarkan kuat tekan (SNI 03-6468-2000, ACI 318, ACI 363R-92) dari
benda uji silinder beton dibedakan dalam 3 mutu yaitu [48]:
1. Beton mutu rendah (low strength concrete) : fc’ < 20 Mpa
2. Beton mutu sedang (medium strength concrete) : fc’ = 21 MPa – 40 MPa
3. Beton mutu tinggi (hight strength concrete) : fc’ >41 MPa.
Berdasarkan Departemen PU (Puslitbang Prasarana Transportasi, Divisi 7-
2005) beton dibedakan dalam 3 mutu yaitu [48] :
Tabel 2.4 Klasifikasi Beton Berdasarkan Kuat Tekan
Jenis Fc’ Σbk’
Uraian
Beton (MPa) (kg/cm2)
Umumnya digunakan untuk beton
prategang seperti tiang pancang beton
Mutu
36 - 65 K400-K800 pratengang, gelegar beton prategang,
Tinggi
pelat beton prategang dan sejenisnya.

Umumnya digunakan untuk beton


bertulang seperti pelat lantai jembatan,
gelagar beton bertulang, diafragma,
Mutu
20 - < 35 K250 - <K400 kerb beton pracetak, gorong-gorong
Sedang
beton bertulang, bangunan bawah
jembatan.

19
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.4 Lanjutan
Jenis Fc’ Σbk’
Uraian
Beton (MPa) (kg/cm2)
Umumnya digunakan untuk struktur
beton tanpa tulangan seperti beton
siklop, trotoar dan pasangan batu
15 - < 20 K175 - <K250
Mutu kosong yang diisi adukan, pasangan
Rendah batu.

Digunakan sebagai lantai kerja,


10 - < 15 K125 - <K175
penimbunan kembali dengan beton

2.8 KARAKTERISASI PRODUK S/S


2.8.1 Kuat Tekan
Menurut SNI 03-1974-1990 yang dimaksud dengan kuat tekan beton adalah
kuat tekan beban beton adalah besarnya beban per satuan luas, yang menyebabkan
benda uji beton hancur bila dibebani dengan gaya tekan tertentu, yang dihasilkan
oleh mesin tekan [49]. Pengujian kuat tekan beton dilakukan dengan cara memberi
gaya tekan aksial secara bertahap terhadap benda uji, sampai benda uji mengalami
keruntuhan. Besarnya kuat tekan betondapat dihitung dengan cara membagibeban
maksimum pada saat benda uji hancur dengan luas penampang benda uji. Kuat
tekan beton tersebut dapat dicari dengan menggunakan persamaan:
P
kuat tekan  (2.1)
A
Keterangan:
P = beban maksimum, kg
A = luas penampang, mm2
2.8.2 Penyerapan Air
Daya serap air adalah ukuran kemampuan suatu beton berpori (reservoir)
untuk mengalirkan fluida permeabilitas berpengaruh terhadap besarnya
kemampuan produksi (laju alir) pada sumur-sumur penghasilnya. Berdasarkan SNI
03-6433-2000, perhitungan besarnya penyerapan air menggunakan Persamaan
berikut [50]:

Penyerapan air 
B - Bo  x 100% (2.2)
Bo

20
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Keterangan :
Bo : berat benda uji kering (kg)
B : berat benda uji setelah direndam (kg)
2.8.3 Toxicity Characteristic Leaching Procedure (TCLP)
Uji TCLP merupakan uji perlucutan yang digunakan sebagai penentuan
salah satu sifat berbahaya atau beracun suatu limbah dan juga dapat digunakan
dalam mengevaluasi produk pretreatment limbah sebelum di landfill (ditimbun
dalam tanah) dalam proses S/S. Setelah dilakukan solidifikasi, selanjutnya terhadap
hasil olahan tersebut dilakukan uji TCLP untuk mengukur kadar/konsentrasi
parameter dalam lindi (extract/eluate) [51].
Tabel 2.4 menunjukkan baku mutu menurut (Keputusan Kepala Badan
Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor : KEP-03/BAPEDAL/09/1995 tentang
Persyaratan Teknis Pengolahan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun)
Tabel 2.5 Baku Mutu tentang Persyaratan Teknis Pengolahan Limbah
Bahan Berbahaya dan Beracun [52]
Bahan Pencemar Konsentrasi maksimum (mg/L)
Arsenic 5,0
Barium 100,0
Benzene 0,5
Boron 500,0
Cadmium 1,0
Chlordane 0,03
Chlorobenzene 100,0
Chromium 5,0
Copper 10,0
Cresol 200,0
Endrin 0,02
Lead 0,5
Lindane 0,4
Mercury 0,2
Pyridine 5,0
Selenium 1,0
Silver 5,0
Zinc 50,0

21
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3. 1 LOKASI PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Beton, Departemen Teknik
Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara. Pengujian bahan baku dan
produk dilakukan di Laboratorium Pusat Survei Geologi Bandung, Laboratorium
Beton, Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara
dan Laboratorium Penelitian Balai Riset dan Standardisasi Industri (BARISTAN)
Medan.

3. 2 BAHAN DAN PERALATAN


3.2.1 Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Semen Portland
Semen yang digunakan adalah tipe I
2. Agregat halus (pasir)
Pasir yang digunakan dalam penelitian adalah pasir di daerah Medan.
3. Agregat kasar (kerikil)
Kerikil yang digunakan dalam penelitian adalah kerikil di daerah Medan.
4. Fly ash batubara
Fly ash batubara yang digunakan dalam penelitian diambil dari PT. SOCI
MAS.
5. Air
Air yang digunakan dalam penelitian diambil dari jaringan air bersih dari
Laboratorium Beton Teknik Sipil Universitas Sumatera Utara.
3.2.2` Peralatan Penelitian
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Satu set saringan ASTM.
Satu set saringan ASTM digunakan untuk mengukur distribusi/gradasi,
agregat dan penyaringan fly ash.

22
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
2. Timbangan analitis
Digunakan untuk menentukan berat bahan (semen, agregat halus, agregat
kasar) pada saat pengujian material.
3. Oven.
Digunakan untuk mengeringkan agregat halus dan agregat kasar yang
digunakan pada pengujian material dan untuk pengujian penyerapan air.
4. Mesin molen
Digunakan untuk mengaduk campuran bahan pengisi beton.
5. Cetakan persegi ukuran 15 cm x 30 cm
Digunakan untuk mencetak benda uji.
6. Mesin uji kuat tekan hancur (compression strength)
Digunakan untuk menentukan kuat tekan benda uji.
7. Bak penampung air
Digunakan sebagai alat perendapan beton sebelum dilakukannya pengujian
kuat tekan beton.
8. Seperangkat alat AAS
Digunakan sebagai alat uji TLCP.
9. X-Ray Flourescence (XRF) Thermo ARL 9900
Digunakan sebagai alat untuk analisa karakterisasi fly ash
10. Alat bantu lainnya.

3.3 VARIASI PENELITIAN


Penelitian ini dilakukan dengan variabel tetap dan variabel berubah:
a. Variabel tetap
i. Ukuran benda uji : 15 cm x 30 cm [21]
ii. Mix Design : IS-10262-2009 [22]
b. Variabel bebas
i. Komposisi campuran fly ash sebagai bahan substitusi dan filler : 10%,
20%, 30%, 40% dan 50% dari berat kebutuhan semen yang digunakan.
ii. Waktu Perendaman : 7, 14, 28 hari

23
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
iii. Komposisi penggunaan fly ash sebagai bahan substitusi terlihat pada tabel
3.1 berikut:
Tabel 3.1 Komposisi Campuran Fly ash sebagai Bahan Substitusi
Persentase Fly Komposisi Bahan Susun (kg)
Ash (%) Fly ash Semen Pasir Kerikil
0 0 0,83
10 0,083 0,747
20 0,249 0,581
1,67 2,5
30 0,415 0,415
40 0,581 0,166
50 0,747 0,083

iv. Komposisi penggunaan fly ash sebagai bahan filler terlihat pada tabel 3.2
berikut:
Tabel 3.2 Komposisi Campuran Fly ash sebagai Bahan Filler
Persentase Fly Komposisi Bahan Susun (kg)
Ash (%) Fly ash Semen Pasir Kerikil
0 0
10 0,083
20 0,249
0,83 1,67 2,5
30 0,415
40 0,581
50 0,747

3. 4 PROSEDUR PERCOBAAN
3.4.1 Analisa Karekterisasi fly ash dengan Metode X-Ray Flourescence
(XRF) Thermo ARL 9900 [9]
Analisa karakteristik fly ash dilakukan dengan metode XRF yang
dilakukan dilaboratorium pengujian Lembaga Kajian Survey Geologi Bandung.
Adapun prosedur pengujian metode ini:
1. Sampel fly ash sebanyak 5 gram dimasukkan kedalam botol lalu
ditimbang.
2. Sebanyak 5 gram binder/Carboxy Metil Cellulose ditambahkan ke dalam
sampel fly ash.
3. Sempel fly ash dan binder dimasukkan ke dalam penggerus (ball mill)
Herzog dan digerus selama 40 detik.

24
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
4. Hasil penggerusan dikeluarkan/dituangkan ke dalam nampan alumunium
dan ball mill dibersihkan dengan kuas.
5. Sampel hasil penggerusan dimasukkan ke dalam ring stainless steel dan
dipres dengan tekanan 120 KN selama 40 detik.
6. Ring stainless steel diambil dan sampel dimasukkan kedalam alat/mesin
Thermo ARL 9900.
Diagram alur (flowchart) Analisa komposisi fly ash dengan metode XRF
Thermo ARL 9900 dapat dilihat pada gambar 3.1 sebagai berikut:

Mulai

Sampel fly ash ditimbang ±5 gram

Binder/Carboxy Metil Cellulose sebanyak ±5 gram


dicampur dengan sampel fly ash lalu digerus
dengan ball mill Harzoe selama ±40 detik

Hasil penggerusan dimasukkan ke dalam mesin ring stainless


stell dan dipres dengan tekanan 120 KN selama ±40 detik

Dianalisa dengan alat/mesin Thermo ARL 9900

Jumlah Kandungan Unsur kimia didalam fly ash

Selesai

Gambar 3.1 Flowchart Pengujian X-Ray Flourescence (XRF)

25
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
3.4.2 Prosedur Pembuatan Beton [21]:
Pembuatan benda uji dilakukan dengan mengikuti prosedur yang telah
ditetapkan dalam SNI 2493:2011 “Tata Cara Pembuatan dan Perawatan Benda Uji
Beton di Laboratorium”
Adapun prosedur pembuatan bata beton ini:
1. Menyiapkan limbah padat fly ash yang telah dianalisa dan dikeringkan.
2. Dicampurkan limbah fly ash, pasir, semen, kerikil dan air hingga rata.
Dengan variasi komposisi campuran disajikan pada tabel 3.1 dan tabel 3.2.
3. Setelah tercampur dengan rata, kemudian bahan campuran tersebut
dimasukkan ke dalam mesin penggilingan yang bertujuan untuk
memadatkan campuran bahan.
4. Hasil campuran yang telah rata, dimasukkan ke dalam cetakan.
5. Setelah beton dicetak kemudian dikeringkan selama 24 jam dalam ruangan
terbuka untuk memperoleh kondisi pengerasan optimum.
6. Kemudian beton direndam selama 28 hari.
Diagram alur (flowchart) pembuatan beton dapat dilihat pada gambar 3.2
sebagai berikut:
Mulai

Dicampurkan limbah fly ash, pasir,


semen, kerikil dan air hingga rata.

Bahan campuran dimasukkan ke dalam


mesin penggilingan

Dikeringkan selama 24 jam dalam ruangan terbuka untuk


memperoleh kondisi pengerasan optimum

Kemudian beton direndam selama 28 hari

Selesai
Gambar 3.2 Flowchart Pembuatan Beton

26
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
3.4.3 Prosedur Pengujian Beban Maksimum dan Kuat Tekan [45]:
Pengujian kuat tekan beton dilakukan pada umur 28 hari untuk setiap
variasi beton. Sehari sebelum pengujian benda uji dikeluarkan dari bak
perendaman.
Adapun prosedur pengujian kuat tekan ini:
1. Benda uji yang telah siap, ditentukan kuat tekannya dengan mesin tekan
yang dapat diatur kecepatan penekanannya.
2. Kecepatan penekanan dari mulai pemberian badan sampai benda uji
hancur diatur sehingga tidak kurang dari 1 (satu) menit dan tidak lebih dari
2 (dua) menit.
3. Kuat tekan benda uji dihitung dengan membagi beban maksimum pada
waktu benda uji hancur, dengan luas bidang tekan bruto,dinyatakan dalam
kg/cm2.
4. Percobaan diulang untuk setiap benda uji.
Kuat tekan dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai
berikut:
P
kuat tekan 
A
Keterangan:
P = beban maksimum, kg
A = luas penampang, mm2
Diagram alur (flowchart) Pengujian kuat tekan dapat dilihat pada gambar
3.3 sebagai berikut:

Mulai

Benda uji yang telah siap, ditentukan kuat tekannya dengan


mesin tekan yang dapat diatur kecepatan penekanannya

Kecepatan penekanan dari mulai pemberian badan sampai benda uji hancur diatur
sehingga tidak kurang dari 1 (satu) menit dan tidak lebih dari 2 (dua) menit

27
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
A

Kuat tekan benda uji dihitung dengan membagi beban maksimum pada waktu
benda uji hancur, dengan luas bidang tekan bruto

Percobaan diulang untuk setiap benda uji

Selesai

Gambar 3.3 Flowchart Pengujian Beban Maksimum dan Kuat Tekan

3.4.4 Prosedur Pengujian Penyerapan Air [50]:


Pengujian penyerapan air beton dilakukan dengan melakukan perendaman
sampel beton selama 24 jam setelah beton berumur lebih dari 28 hari (SNI 03-
6433-2000):
Adapun prosedur pengujian penyerapan air ini adalah:
1. Benda uji dalam keadaan utuh direndam dalam air hingga jenuh (24 jam),
ditimbang beratnya dalam keadaan basah.
2. Kemudian benda uji dikeringkan dalam oven selama kurang lebih 24 jam,
pada suhu kurang lebih 105°C sampai beratnya pada dua kali
penimbangan berselisih tidak lebih dari 0,2% penimbangan yang
terdahulu.
3. Perhitungan besarnya penyerapan air menggunakan persamaan:

Penyerapan air 
B - Bo  x 100%
Bo
Keterangan :
Bo : berat benda uji kering (kg)
B : berat benda uji setelah direndam (kg)
Diagram alur (flowchart) Pengujian penyerapan air dapat dilihat pada
gambar 3.5 sebagai berikut:

28
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Mulai

Benda uji dalam keadaan utuh direndam dalam air hingga jenuh
(24 jam), ditimbang beratnya dalam keadaan basah

Kemudian benda uji dikeringkan dalam oven selama


kurang lebih 24 jam, pada suhu kurang lebih 105°C

Perhitungan penyerapan air

Selesai

Gambar 3.4 Flowchart Pengujian Penyerapan Air

3.4.5 Uji Analisa Konsentrasi Logam [52]:


1. Sampel dalam bentuk larutan di ambil sebanyak 50 ml dimasukkan
kedalam beaker glass.
2. Ditambahkan ± 30 ml asam klorida (HCl) pekat dan 10 ml asam nitrat
(HNO3) pekat.
3. Ditutup dengan kaca arloji.
4. Dipanaskan hingga mendidih ± 30 menit diatas penangas air.
5. Dibuka kaca arloji penutup, evaporasi larutan hingga kering diatas water
bath.
6. Ditambahkan sedikit asam klorida (HCl), ulangi evaporasi hingga kering
dan biarkan dingin.
7. Ditambahkan ± 25 ml HCl.
8. Dipanaskan hingga larut semua dan didinginkan.
9. Dipindahkan kedalam labu 100 ml sambil dibilas dengan aquades.
10. Tepatkan hingga tanda batas dengan aquades dan bila perlu disaring.
11. Larutan siap diukur dengan alat AAS.

29
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Diagram alur (flowchart) Uji TCLP dapat dilihat pada gambar 3.6 sebagai
berikut:

Mulai

Sampel dalam bentuk larutan di ambil sebanyak 50 ml


dimasukkan kedalam beaker glass

Ditambahkan ± 30 ml asam klorida (HCl) pekat


dan 10 ml asam nitrat (HNO3) pekat

Dipanaskan hingga mendidih ± 30 menit diatas penangas air

evaporasi larutan hingga kering diatas water bath

Ditambahkan sedikit asam klorida (HCl), ulangi


evaporasi hingga kering dan biarkan dingin

Ditambahkan ± 25 ml HCl, dipanaskan


hingga laurut semua dan didinginkan

Dipindahkan kedalam labu 100 ml sambil dibilas dengan aquades.

Tepatkan hingga tanda batas dengan


aquades dan bila perlu disaring

Larutan siap di ukur dengan AAS

Selesai

Gambar 3.5 Flowchart Uji Analisa Konsentrasi Logam

30
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 ANALISA KARAKTERISASI FLY ASH DENGAN METODE X-RAY


FLOURENCENCE (XRF) THERMO ARL 9900
Hasil analisa karakterisasi fly ash yang dilakukan di Laboratorium Pusat
Survei Geologi Bandung dapat dilihat pada tabel 4.1 sebagai berikut:
Tabel 4.1 Kandungan Bahan-Bahan Kimia dalam Fly Ash
Baku
Jumlah Jumlah Jumlah
Oxida Elemen Mutu
(%) (%) (ppm)
(ppm)
SiO2 52,75 Si 24,66 - -
TiO2 0,590 Ti 0,354 - -
Al2O3 24,11 Al 12,76 - -
Fe2O3 6,27 Fe 4,37 - -
MnO 0,0785 Mn 0,0608 - -
CaO 4,15 Ca 2,97 - -
MgO 2,54 Mg 1,54 - -
Na2O 0,900 Na 0,667 - -
K2O 0,762 K 0,633 - -
P2O5 0,276 P 0,121 - -
SO3 1,22 S 0,487 - -
LOI 5,42 - - - -
ZnO 0,0118 Zn 0,0095 95 50
ZrO2 0,0321 Zr 0,0238 238 -
CuO 0,0044 Cu 0,0035 35 10
SrO 0,626 Sr 0,0529 529 -
V2O5 0,0176 V 0,0099 99 -
BaO 0,0529 Ba 0,0474 474 100
Ga2O3 0,0036 Ga 0,0027 27 -
Y2O3 0,0073 Y 0,0057 57 -
La2O3 0,0085 La 0,0072 72 -
Dari tabel 4.1 hasil analisa karakterisasi fly ash dengan metode XRF
didapat bahwa besar kandungan oksida yang terkandung dalam fly ash dalam
penelitian ini adalah:
a. Kadar CaO sebesar 4,15%
b. Kadar SiO2 sebesar 52,75%
c. Kadar Al2O3 sebesar 24,11%
d. Kadar Fe2O3 sebesar 6,27%

31
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Kadar oksida SiO2 + Al2O3 + Fe2O3= 83,13 %
Dengan kadar oksida yang dihasilkan menunjukkan bahwa fly ash
pembakaran batubara ini masuk dalam kategori fly ash kelas F. Menurut ASTM
C618 dijelaskan bahwa fly ash untuk kelas F adalah fly ash yang mempunyai
kandungan oksida CaO lebih kecil dari 10% dan jumlah kadar oksida (SiO2 +
Al2O3 + Fe2O3) > 70% [35]. Rendahnya kandungan kalsium yang ada, fly ash
kelas F sering digunakan pada beton sebagai bahan dalam campuran semen
dengan tujuan untuk memperbaiki sifat-sifat beton. Fly ash tidak memiliki
kemampuan mengikat seperti halnya semen, namun silika oksida (SiO2) yang
terkandung didalam fly ash bereaksi secara kimia dengan kalsium hidroksida yang
terbentuk dari proses hidrasi semen dan menghasilkan zat yang memiliki
kemampuan mengikat [12].
Reaksinya :
3Ca(OH)2 + 2SiO2 + H2O 3CaO.2SiO2.3H2O
3Ca(OH)2 + 2Al2O3 + H2O 3CaO+2Al2O3+3H2O
Selain terdapat oksida, dari tabel 4.1 juga terdapat beberapa logam berat
yang melebihi baku mutu (Keputusan Kepala Bapedal No.3 Tahun 1995) yaitu
Zink (Zn) = 95 ppm, Cooper (Cu) = 35 ppm dan Barium (Ba) = 474 ppm. Logam-
logam ini menyebabkan fly ash pembakaran batubara menjadi limbah B3. Salah
satu metode yang digunakan untuk mengolah limbah B3 adalah stabilisasi/
solidifikasi (S/S).
S/S merupakan metode yang banyak digunakan untuk mengimobilisasi zat
anorganik di dalam limbah B3. Semen merupakan salah satu bahan pengikat yang
paling banyak digunakan dalam metode tersebut [54]. Proses S/S yang dilakukan
dalam penelitian ini adalah dengan mencampurkan fly ash dengan semen, agregat
halus (pasir), agregat kasar (kerikil) dan air dengan tujuan pembuatan beton
sebagai bahan substitusi dan bahan filler.

32
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
4.2 UJI BEBAN MAKSIMUM
4.2.1 Pengaruh Persentase Fly ash Sebagai Bahan Substitusi terhadap Beban
Maksimum Beton
Benda uji berbentuk silinder dengan diameter 15 cm dan panjang 30 cm
yang diletakkan berdiri pada mesin kompres elektrik, kemudian ditekan secara
perlahan-lahan sampai benda uji hancur. Untuk setiap variasi persentase dibuat 3
benda uji. Kemudian dari 3 kali pengujian benda uji diambil nilai beban
maksimum rata-rata. Hasilnya dapat dilihat pada gambar 4.1 pengaruh persentase
fly ash sebagai bahan substitusi terhadap beban maksimum beton.

0 10 20 30 40 50

Gambar 4.1 Grafik Pengaruh Persentase Fly Ash sebagai Bahan Substitusi
terhadap Beban Maksimum Beton

Pada grafik gambar 4.1 menunjukkan bahwa komposisi campuran dengan


fly ash sebanyak 0% (tanpa substitusi fly ash) menunjukkan beban maksimum
561,333 kN. Nilai beban maksimum tertinggi didapat pada penggunaan fly ash
sebagai substitusi 10% dengan hasil 671,667 kN atau naik sekitar 19,65% jika
dibandingkan dengan tidak ada substitusi fly ash. Sementara substitusi fly ash
diatas 10% beban maksimum cenderung menurun. Beban maksimum terendah
yaitu pada substitusi fly ash 50% yaitu sekitar 424,667 kN atau turun sekitar
24,34% jika dibandingkan dengan tidak ada substitusi fly ash.
Semakin banyak substitusi fly ash yang ditambahkan tidak akan
meningkatkan beban maksimum beton, namun akan mengurangi beban

33
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
maksimum yang diterima oleh beton. Widodo dan Kelvin (2016) menyatakan
dalam penilitiannya jumlah Si pada sempel kandungan 15% fly ash lebih besar
bila dibandingkan dengan hasil sampel kandungan 40% fly ash, yang
menunjukkan bahwa reaksi pozzolanic terjadi pada sampel kandungan 15% fly
ash, sehingga terbentuklah C-S-H. Sampel dengan kandungan fly ash 15%
memiliki unsur Ca pada beton lebih sedikit dari pada unsur Si pada beton
sehingga memungkinkan bahwa reaksi pozzolanic terjadi dengan baik, namun
berbeda dengan sampel kandungan 40% fly ash yang unsur Ca-nya lebih besar
dari pada unsur Si didalam beton tersebut sehingga rekasi pozzolanic yang tetap
berlangsung, namun terdapat sisa dari unsur Ca yang memungkinkan untuk
bereaksi dengan unsur lain seperti sulfat sehingga dapat memperlemah beton [55].

4.2.2 Pengaruh Persentase Fly ash Sebagai Bahan Filler terhadap Beban
Maksimum Beton
Penggunaan fly ash sebagai bahan filler dapat mempengaruhi beban
maksimum yang dapat ditahan oleh beton. Gambar 4.2 menampilkan grafik
pengaruh persentase fly ash sebagai bahan filler terhadap beban maksimum beton.

0 10 20 30 40 50

Gambar 4.2 Grafik Pengaruh Persentase Fly Ash sebagai Bahan Filler
terhadap Beban Maksimum Beton

34
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Pada grafik gambar 4.2 terlihat bahwa semakin besar penambahan
persentase fly ash semakin tinggi beban maksimum yang dihasilkan. Komposisi
campuran dengan fly ash sebanyak 0% (tanpa penambahan fly ash) menunjukkan
beban maksimum 561,333 KN dan terus meningkat seiring dengan bertambahnya
penggunaan fly ash sebagai filler. Peningkatan signifikan terjadi pada persentase
10%-40%. Namun pada persentase 50% hanya terjadi peningkatan beban
maksimum yang sedikit dari persentase 40% yaitu dari 787,333 kN sampai
790,667 kN atau naik 0,42%.
Hal ini disebabkan karena dengan menambahkan fly ash kedalam semen
sebagai bahan filler dan tanpa mengurangi persentase semen akan meningkatkan
unsur pengikat dalam semen yaitu silika (SiO2) sehingga beban maksimum yang
dihasilkan meningkat [56].
Jackson (1977) dalam Misbachul Munir (2008) mengatakan fungsi fly ash
sebagai filler mampu menambah internal kohesi dan mengurangi porositas
sebagai daerah transisi yang merupakan daerah terkecil dalam beton, sehingga
beton menjadi lebih kuat. Disamping itu fly ash akan memberikan konstribusi
terhadap perubahan kekuatan yang terjadi pada beton pada umur 7 sampai dengan
28 hari, penambahan kekuatan beton merupakan akibat dari kombinasi antara
hidrasi semen dan reaksi pozzolan [57].

4.3 UJI KUAT TEKAN


4.3.1 Pengaruh Persentase Fly ash Sebagai Bahan Substitusi terhadap Kuat
Tekan Beton
Pengujian kuat tekan beton dilakukan pada hari ke-28, karena pada hari ke-
28 diyakini telah selesai proses hidrasi semen. Dengan berakhirnya proses hidrasi
kekuatan tekan beton akan bertambah sejalan dengan bertambahnya umur [9].
Untuk setiap variasi persentase dibuat 3 benda uji. Kemudian dari 3 kali pengujian
benda uji diambil nilai kuat tekan rata-rata. Hasilnya dapat dilihat pada gambar
4.3 pengaruh persentase fly ash sebagai bahan substitusi terhadap kuat tekan
beton.

35
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
0 10 20 30 40 50

Gambar 4.3 Grafik Pengaruh Persentase Fly Ash sebagai Bahan Substitusi
terhadap Kuat Tekan Beton

Pada grafik gambar 4.3 menunjukkan bahwa komposisi campuran dengan


fly ash sebanyak 0% (tanpa substitusi fly ash) menunjukkan kuat tekan 26,892
MPa. Nilai kuat tekan tertinggi didapat pada penggunaan fly ash sebagai substitusi
10% dengan hasil 32,178 MPa atau naik sekitar 19,65% jika dibandingkan dengan
tidak ada substitusi fly ash. Sementara substitusi fly ash diatas 10% kuat tekan
cenderung menurun. Kuat tekan terendah yaitu pada substitusi fly ash 50% yaitu
sekitar 20,345 Mpa atau turun sekitar 24,34% jika dibandingkan dengan tidak ada
substitusi fly ash.
Adanya fly ash dalam campuran semen dapat meningkatkan kekuatan beton,
hal ini dikarenakan adanya SiO2 reaktif yang ada dalam fly ash yang bereaksi
dengan kapur sisa yang dibebaskan pada reaksi antara senyawa semen dengan air
dan membentuk CaO.SiO2 atau senyawa kalsium silikat hidrat (C-S-H) yang
memiliki sifat keras dan mempunyai sifat kelarutan yang rendah [57].
Substitusi fly ash 10 % ternyata mampu meningkatkan kuat tekan beton
dibandingkan dengan beton tanpa penambahan fly ash. Namun demikian,
substitusi fly ash pada pembuatan beton secara berlebih justru akan menurunkan
kekuatan tekan beton itu sendiri. Hal ini disebabkan karena semakin besar jumlah
fly ash yang ditambahkan berarti semakin sedikit jumlah semennya, sehingga
trikalsium silikat (C3S)dan dikalsium silikat (C2S) yang merupakan senyawa yang
bertanggung jawab terhadap kekuatan beton akan menurunkan dan daya ikatan

36
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
(setting) atau proses pengikatan antar agregat/pasir tidak berjalan dengan
sempurna [57]. Adanya penurunan daya ikat ini mengakibatkan kekuatan tekan
beton yang dihasilkan menjadi berkurang. Hasil yang sama juga didapatkan oleh
Mardiono (2012) dan Detwiler (2016) yang menunjukkan bahwa semakin
tingginya persentase substitusi fly ash menyebabkan kuat tekan akan menurun
[58] [59].
Dari hasil percobaan, diperoleh kondisi mulai adanya penurunan pada
substitusi diatas 10%. Walaupun terjadi penurunan kuat tekan beton tersebut, bila
dilihat dari aspek mutunya ternyata sampai pada substitusi 50% kekuatan tekan
yang dihasilkan masih sama dengan tanpa penambahan fly ash yaitu mutu sedang
(kuat tekan 20 MPa - < 35 MPa) cocok digunakan untuk beton bertulang seperti
pelat lantai jembatan, gelagar beton bertulang, diafragma, kerb beton pracetak,
gorong-gorong beton bertulang, bangunan bawah jembatan.

4.3.2 Pengaruh Persentase Fly ash Sebagai Bahan Filler terhadap Kuat
Tekan Beton
Penggunaan fly ash sebagai bahan filler dapat mempengaruhi kuat tekan
beton yang dihasilkan. Gambar 4.4 menampilkan grafik pengaruh persentase fly
ash sebagai bahan filler terhadap kuat tekan beton.

0 10 20 30 40 50

Gambar 4.4 Grafik Pengaruh Persentase Fly Ash sebagai Bahan Filler
terhadap Kuat Tekan Beton

37
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Pada grafik gambar 4.4 menunjukkan bahwa komposisi campuran dengan
fly ash sebanyak 0% (tanpa penambahan fly ash) menunjukkan kuat tekan 26,892
Mpa dan terus meningkat seiring dengan bertambahnya penggunaan fly ash
sebagai filler. Peningkatan signifikan terjadi pada persentase 10%-40%. Namun
pada persentase 50% hanya terjadi peningkatan kuat tekan yang sedikit dari
persentase 40% yaitu dari 37,719 Mpa menjadi 37,879MPa atau naik 0,42%.
Hasil yang sama juga didapatkan oleh Suarnita (2012), Lubis (2016) dan Detwiler
(2016) yang menunjukkan bahwa semakin tingginya persentase fly ash sebagai
filler menyebabkan kuat tekan akan meningkat [56] [9] [59].
Pengaruh fly ash sebagai bahan filler mengakibatkan terjadi reaksi
pengikatan kapur bebas yang dihasilkan dalam proses hidrasi semen oleh silika
yang terkandung dalam fly ash. Selain itu, butiran fly ash yang jauh lebih kecil
membuat beton lebih padat karena rongga antara butiran agregat diisi oleh fly ash
sehingga dapat memperkecil pori-pori yang ada dan memanfaatkan sifat pozzolan
dari fly ash untuk memperbaiki mutu beton. Fly ash merupakan bahan tambah
yang bersifat aktif bila dicampur dengan kapur atau semen, dan beton dengan
campuran fly ash memiliki kuat tekan lebih tinggi dari pada beton tanpa
penambahan fly ash. Penggunaan fly ashsebagai filler memperlihatkan dua
pengaruh di dalam beton yaitu sebagai agregat halus dan sebagai pozzolan [60].
Lebih lanjut Lea (1970); Mehta (1986) dalam I Made Alit (2015)
mengatakan dengan adanya sifat pozzolan pada fly ash yang mengandung silika
reaktif dapat berfungsi untuk mereduksi kapur bebas (Ca(OH)2) hasil hidrasi
trikalsium silikat (C3S) dan dikalsium silikat (C2S) dan sekaligus menghasilkan
produk hidrasi tambahan yang bersifat “perekat.” Adanya tambahan bahan
“perekat” ini akan mengisi rongga-rongga kapiler besar yang terbentuk pada
proses hidrasi semen portland pada umumnya. Hal ini mengakibatkan porositas
dari pasta semen hidrat maupun daerah transisi antara pasta semen hidrat dan
agregat akan berkurang secara signifikan. Konsekuensinya secara simultan
kualitas beton akan meningkat [61].
Berdasarkan Departemen PU (Puslitbang Prasarana Transportasi, Divisi 7-
2005) beton dengan bahan filler 10%, dan 20% termasuk dalam beton dengan
mutu sedang, sedangkan untuk beton dengan bahan filler 30%, 40% dan 50%

38
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
termasuk dalam beton dengan mutu tinggi yang cocok digunakan untuk beton
prategang seperti tiang pancang beton pratengang, gelegar beton prategang, pelat
beton prategang dan sejenisnya.

4.4 UJI PENYERAPAN AIR


4.4.1 Pengaruh Persentase Fly ash Sebagai Bahan Substitusi terhadap
Penyerapan Air Beton
Pengujian penyerapan air beton dilakukan dengan melakukan perendaman
sampel beton selama 24 jam setelah beton berumur lebih dari 28 hari. Uji
penyerapan air bertujuan untuk mengetahui seberapa besar penyerapan air oleh
beton. Berdasarkan hasil uji penyerapan air diperoleh kecenderungan makin besar
komposisi limbah maka makin menurun penyerapan airnya. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat Gambar 4.5 grafik pengaruh persentase fly ash sebagai bahan
substitusi terhadap penyerapan air beton

0 10 20 30 40 50

Gambar 4.5 Grafik Pengaruh Persentase Fly Ash Sebagai Bahan Substitusi
terhadap Penyerapan Air Beton
Berdasarkan grafik gambar 4.5 dapat dilihat bahwa persentase variasi fly ash
dalam campuran komponen yang semakin banyak akan menyebabkan persentase
penyerapan air (porositas) beton semakin kecil. Nilai penyerapan air benda uji
berkisar antara 0,768 % hingga 1,991 %.Daya serap air terbaik sebesar 0,768 %
terjadi pada penggunaan fly ash sebagai bahan substitusi 50 %.

39
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Hubungan penyerapan air dengan variasi fly ash adalah linier, semakin besar
variasi limbah fly ash, maka penyerapan air semakin kecil. Hal tersebut
disebabkan dari sifat fisika fly ash yang memiliki butiran lebih lembut dari semen
[6] hal ini memungkinkan fly ash mampu mengisi pori yang lebih kecil. Dengan
demikian beton yang dihasilkan lebih padat dan solid. Hal ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Alfred dkk (2014) bahwa bentuk partikel fly ash
yang lebih halus memberikan keuntungan, penggunaannya dapat memperkecil
porositas beton. Siram, K.B., (2012) dikatakan penggunaan fly ash pada beton
ringan, dapat meningkatkan sifat baiknya seperti kuat tekan dan kadar penyerapan
air [62].

4.4.2 Pengaruh Persentase Fly ash Sebagai Bahan Filler terhadap


Penyerapan Air Beton
Penggunaan fly ash sebagai bahan filler dapat mempengaruhi penyerapan air
beton yang dihasilkan. Gambar 4.6 menampilkan grafik pengaruh persentase fly
ash sebagai bahan filler terhadap Penyerapan air beton.

0 10 20 30 40 50

Gambar 4.6 Grafik Pengaruh Persentase Fly Ash Sebagai Bahan Filler terhadap
Penyerapan Air Beton

Berdasarkan grafik gambar 4.6 dapat dilihat bahwa persentase variasi fly ash
dalam campuran komponen yang semakin banyak akan menyebabkan persentase
penyerapan air (porositas) beton semakin kecil. Nilai penyerapan air benda uji

40
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
berkisar antara 0,438 % hingga 1,991 %. Daya serap air terbaik sebesar 0,438 %
terjadi pada penggunaan fly ash sebagai filler 50 %.
Hubungan penyerapan air dengan variasi fly ash adalah linier, semakin besar
variasi limbah fly ash, maka penyerapan air semakin kecil. Hal tersebut
disebabkan dari sifat fisika fly ash yang memiliki butiran lebih lembut dari semen
yang menambah internal kohesi dan mengurangi porositas sebagai daerah transisi
yang merupakan daerah terkecil dalam beton [57]. Hasil penyerapan air ini sejalan
dengan apa yang didapatkan oleh Agus Maryoto (2009) dalam penelitiannya yang
menyatakan nilai absorbsi dan abrasi menurun dengan adanya fly ash [63]

4.5 ANALISA KONSENTRASI LOGAM BERAT DENGAN METODE


AAS (ATOMIC ABSORPTION SPECTROSCOPY)
Pada penelitian ini, difokuskan terhadap logam Zn, Cu dan Ba yang
memiliki komposisi kadar logam masing-masing sebesar 95 ppm, 35 ppm dan 474
ppm yang didapat dari hasil analisa karekterisasi fly ash dengan metode XRF.
Ketiga logam tersebut telah melebihi baku mutu yang telah ditetapkam oleh
Menteri Negara Lingkungan Hidup. Pengujian logam untuk Zn, Cu dan Ba ini
dilakukan setelah perendaman selama 7, 14, 28 hari.
Air hasil perendaman kemudian diuji konsentrasi logam beratnya dengan
menggunakan metode AAS yang dilakukan di Laboratorium Penelitian Balai
Riset dan Standardisasi Industri Medan. Analisa konsentrasi ini dimaksudkan
untuk mengetahui seberapa besar logam Zn, Cu dan Ba yang masih terlepas ke
lingkungan atau terpapar ke lingkungan setelah fly ash dimanfaatkan menjadi
campuran beton.
Hasil analisa konsentrasi logam Zn, Cu dan Ba pada campuran beton dapat
dilihat pada tabeldan gambar dibawah.
Tabel 4.2 Hasil Analisa Konsentrasi Logam Zn, Cu dan Ba
Hasil Pengujian Baku Mutu Konsentrasi (ppm)
Logam
XRF (ppm) (ppm) Hari ke-7 Hari ke-14 Hari ke-28
Zn 95 50 <0,003 <0,003 <0,003
Cu 35 10 <0,006 <0,006 <0,006
Ba 474 100 <0,14 <0,14 <0,14

41
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
7 14 28

Gambar 4.7 Grafik Konsentrasi Logam Zn

7 14 28

Gambar 4.8 Grafik Konsentrasi Logam Cu

7 14 28

Gambar 4.9 Grafik Konsentrasi Logam Ba

42
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan grafik gambar 4.7;4.8 dan 4.9 konsentrasi logam Zn, Cu dan
Ba yang lepas, tidak ada perubahan dengan bertambahnya hari perendaman.
Konsentrasi Logam Zn, Cu dan Ba masing-masing adalah <0,003 ppm; <0,006
ppm dan <0.14 ppm untuk 7 hari, 14 hari dan 28 hari.
Logam terkungrung dengan ikatan semen - pasir dan terjebak di bagian
dalam beton dan susah terhidrolisis oleh air. Jika kuat tekan yang dimiliki suatu
beton meningkat akibat penambahan limbah maka ikatan antara semen limbah
semakin kuat sehingga kadar Zn, Cu dan Ba sulit untuk keluar. Kekuatan beton
tergantung kekuatan ikat semen dengan limbah dan sifat reaktif dari permukaan
limbah dalam berikatan dengan semen [61].
Menurut Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan
Nomor : KEP-03/BAPEDAL/09/1995 tentang Persyaratan Teknis Pengolahan
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun menyebutkan bahwa kadar maksimum Zn,
Cu dan Bahasil S/S masing-masing sebesar 95 ppm, 35 ppm dan 100 ppm.
Dengan demikian konsentrasi logam berat yang lepas dari perendaman beton
sampai 28 hari : Zn = < 0,003 ppm, Cu = <0.006 ppm dan Ba = <0.14 ppm masih
jauh dibawah baku mutu.

43
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut:
1. Hasil analisa karekteristik fly ash dengan metode XRF thermos ARL
9900 jumlah oksida (SiO2, Al2O3, Fe2O3) yang terkandung didalam fly
ash sebesar 83,13%, menurut ASTM C618 masuk kedalam kategori fly
ash kelas F dan terdapat tiga logam yang melebihi baku mutu yaitu
logam Zn = 95 ppm, Cu = 35 ppm dan Ba = 474 ppm.
2. Penggunaan fly ash sebagai bahan substitusi, beban maksimum tertinggi
sebesar 671,667 kN dan kuat tekan tertinggi sebesar 32,178 MPa pada
substitusi 10% fly ash. Semakin besar persentase penggunaan fly ash
sebagai bahan substitusi menyebabkan menurunnya nilai penyerapan air
beton.
3. Penggunaan fly ash sebagai bahan filler, beban maksimum tertinggi
sebesar 790,667 kN dan kuat tekan tertinggi sebesar 37,879 MPa pada
filler 50% fly ash. Semakin besar persentase penggunaan fly ash sebagai
bahan filler menyebabkan menurunnya nilai penyerapan air beton.
4. Konsentrasi logam berat yang lepas dari perendaman beton sampai 28
hari : Zn = 0,003 ppm, Cu = 0.006 ppm dan Ba = 0.14 ppm masih jauh
dibawah baku mutu.

44
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
5.2 SARAN
Adapun saran yang dapat diberikan ialah pada pengujian mobilisasi logam
berat disarankan adanya penambahan waktu perendaman lebih dari 28 hari. Hal
itu dilakukan untuk memastikan logam berat yang lepas masih memenuhi baku
mutu. Jika melihat dari segi ekonomi dan lingkungan penggunaan fly ash sebagai
bahan substitusi lebih menguntungkan jika dibandingkan dengan penggunaan fly
ash sebagai bahan filler.

45
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA

[1] Anonim. 2015. National Coal Council “Coal = Reliable Energy”. Diakses 14
Oktober 2016.
http://www.nationalcoalcouncil.org/Documents/Energy-Education/4-Coal
Reliable-Energy-Final.pdf

[2] Anonim. 2006. Kajian Batubara Nasional “Batubara Indonesia”. Pusat Litbang
Teknologi Mineral dan Batubara (tekMIRA). Diakses Tangal 14 Oktober 2016.
www.pusdiklat-minerba.esdm.go.id/

[3] Anonim. 2009. International Energy Agency “Key World Energy Statistic”.
Head of Communication and Information Office 9 rue de la Fédération, 75739 Paris
Cedex 15, France. Diakses Tangal 14 Oktober 2016.
https://www.iea.org/publications/freepublications/publication/KeyWorld2017.pdf

[4] Anonim. 2014. Badan Pusat Statistik “Publikasi Statistik Pertambangan Non
Minyak dan Gas Bumi”. Diakses 14 Oktober 2016.
https://bps.go.id/publikasi/view/id/1172

[5] Ayu Lasryza, dan Dyah Sawitri. 2012. “Pemanfaatan Fly Ash Batubara sebagai
Adsorben Emisi Gas CO pada Kendaraan Bermotor”. Jurnal Teknik Pomits. Vol.
1. No. 1. Hal : 1-6.

[6] Ash Utilization Division. 2007. ”Fly Ash for Cement Concrete”. Ash Utilization
Division. NTPC Limited. Formerly National Thermal Power Corporation Ltd.
Diakses 14 Oktober 2016.
http://www.ntpc.co.in/ash-download/1674/0/fly-ash-cement-concrete-resource-
high-strength-and-durability-structure-lower-cost

[7] Muchtar Aziz ; Ngurah Ardha dan Lili Tahli. 2006. ”Karakterisasi Abu Terbang
PLTU Suralaya dan Evaluasinya untuk Refraktori COR”. Jurnal Teknologi Mineral
dan Batubara. ISSN 0854-7890.

[8] Juniawan Setiaka. 2011. “Adsorpsi Ion Logam Cu (II) dalam Larutan pada Abu
Dasar Batubara Menggunakan Metode Kolom”. Skripsi. Institut Teknologi
Sepuluh November : Surabaya.

[9] Julianto Lubis. 2016. “Kajian Eksperimental Pemanfaatan Limbah Abu


Terbang (Fly Ash) PLTU Labuhan Angin Sibolga Sebagai Campuran Beton”.
Tesis. Universitas Sumatera Utara : Medan.

[10] Sivakumar Naganathan ; Shojaeddin Jamali ; Sonny Silvadanan : Tang Yew


Chung ; dan Mark Francis Nicolasselvam. 2016. “Use of Bottom Ash and Fly Ash
in Masonry Mortar”. Journal of Construction and Building Material. Volume 01
Issue 01. Hal: 52–57.

46
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
[11] Snellings, R.; Martens G.; dan Elsen J. 2012. “Supplementary Cementitious
Materials”. Reviews in Mineralogy and Geochemistry 74:211-278

[12] Oscar Ortiz, Francesc Castells dan Guido Sonnemann. 2009. “Sustainability
in the Contruction Industry: A Review of Recent Development Basen on LCA”.
Journal Contruction and Building Materials. Volume 23, No. 1, Hal 28-39.

[13] Melisa. 2014. ”Karekterisasi Limbah Abu Batubara (Fly Ash dan Bottom Ash)
untuk Pemanfaatan dalam Bidang Pertanian”. Skripsi. Institut Pertanian Bogor :
Bogor.

[14] M. Pranjoto Utomo dan Endang Widjajanti Laksono. 2007. “Kajian Tentang
Proses Solidifikasi/Stabilisasi Logam Berat dalam Limbah dengan Semen
Portland”. Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan
MIPA. ISBN: 978-979-99314-2-9.

[15] Riyanto. 2013. “Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (Limbah B3)”. Ed.1,
Cet. 1. Yogyakarta: Deepublish.

[16] Tang Qiang, Yang Liu, Fan Gu dan Ting Zhou. 2016. Solidification/
Stabilization of Fly Ash from a Municipal Solid Waste Incineration Facility Using
Portland Cement”. Hindawi Publishing Corporation Advances in Materials Science
and Engineering.

[17] Arif Hamidi, Ir. Aman, MT.; Dra. Drastinawati, Msi . 2014. “Pemanfaatan
Abu Terbang Batubara (Fly Ash) Sebagai Bahan Batako Yang Ramah
Lingkungan”. ISSN:2355-6870. Vol.1 No.1.

[18] Aeslina Abdul Kadir, Mohd Ikhmal Haqeem Hassan dan Mohd Mustafa Al
Bakri Abdullah. 2016 “Investigation on Leaching Behaviour of Fly Ash and Bottom
Ash Replacement in Self-Compacting Concrete” International Conference on
Innovative Research

[19] Ritesh Mall, Sharda Sharma dan Prof.R.D. Patel. 2014. “Studies of the
Properties of Paver Block using Fly Ash”. International Journal for Scientific
Research & Development. Vol. 2, Issue 10, 2014. ISSN : 2321-0613.

[20] Firman Ganda Saputra. 2016. “Pemanfaatan Abu Terbang Limbah Batu Bara
Terhadap Kuat Tekan dan Tingkat Porositas Paving Stone Berpori”. Jurnal
Rekayasa Teknik Sipil Vol. 03 Nomor 03. Hal: 9-12.

[21] Anonim. 2011. Standar Nasional Indonesia “Tata Cara Pembuatan dan
Perawatan Benda Uji Beton di Laboratorium”. Jakarta: Badan Standarisasi
Nasional. SNI 2493:2011.

[22] Raj Mohammad Khan. 2009. “M-25 Mix Designs as per IS-10262-2009”.
Civil Engineering Portal.

47
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
[23] Adam Rinaldi, Suharyati ; Nunung Ajiwihanto ; R.R. Fifi Indarwati ; Feri
Kurniawan ; Agung Kurniawan dan Vony Mela Suzanti. 2012. “Handbook of
Energy & Economic Statistics of Indonesia”. Center for Data and Information on
Energy and Mineral Resources. Ministry of Energy and Mineral Resources.

[24] Siti Zullaikah, Zigmawiko dan Shohibul Wafa. 2015. “Co-Pyrolysis


Characteristic of Indonesia Low Rank Coal and Oil Palm Empty Fruit Bunch”.
Prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia Kejuangan. ISSN : 1693-4393.

[25] Tatang Satria. 2015. “Pembuatan Karbon Aktif dari Batubara Subbituminus
sebagai Bahan Penyera Kadar Ion Besi (Fe) dan Tembaga (Cu) pada Limbah Cair
Kimia Politeknik Negeri Sriwijaya”. Skripsi. Politeknik Negeri Sriwijaya :
Palembang.

[26] Rianza Rizqi. 2012. ”Pengaruh Nilai Kalori Batubara terhadap Nilai Steam
Boiler yang Dihasilkan oleh Boiler Jenis Pipa Air”. Skripsi. Universitas Sumatera
Utara : Medan.

[27] Iswan. 2010. “Penanggulangan Limbah Batubara”. Dinamika Jurnal Teknik


Mesin. Vol. 1. No. 2. ISSN : 2085-8817.

[28] Dewi Rara Wiyati Syaka. 2013. “Pembuatan Beton Normal dengan Fly Ash
Menggunakan Mix Desain yang Dimodifikasi”. Skripsi. Universitas Jember :
Jember.

[29] Ninis Hadi Haryanti. 2014. Uji Abu Terbang Pltu Asam Asam Sebagai Bahan
Pembuatan Bata Ringan. Jurnal Fisika FLUX. Vol. 11 No. 2, Agustus 2014 (129 –
139).

[30] Anonim. 1998. ASTM International. “Standard Specification for Coal Fly Ash
and Raw or Calcined Natural Pozzolan for Use in Concrete”. Designation: C618 −
12a.

[31] Anonim, 2002. Standar Nasional Indonesia “Pengertian dan Manfaat Fly
Ash”. Jakarta: Badan Standarisasi Nasional. SNI 03-6414-2002.

[32] Patil ; Kale dan Suman. 2012. “Fly Ash Concrete : A Technical Analysis for
Compressive Strength”. International Journal of Advanced Engineering Research
and Studies. ISSN 2249–8974.

[33] Widodo Kushartomo dan Nico Hendrawan. 2016. “Pengaruh Perpaduan


Copper dan Abu Terbang terhadap Sifat Mekanis Reactive Powder Concrete”.
Seminar Nasional Teknologi dan Sains.

[34] Rangga Rosa Ramadhan. 2016. “Pengaruh Penambahan Glenium ACE 8590
dan Fly Ash terhadap Sifat Mekanik Beton Ringan dengan Agregat Kasar Batu
Apung”. Skripsi. Universitas Atma Jaya Yogyakarta : Yogyakarta.

48
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
[35] Anonim. 1996. American Concrete Institute “Use of Fly Ash in Concrete”.
ACI 232.2R-96. Diakses tanggal 28 Oktober 2016.
http://civilwares.free.fr/ACI/MCP04/2322r_96.pdf

[36] Suhas Patil, Suryakant C. Nawle dan Sunil J. Kulkarni. 2013.”Industrial


Applications of Fly ash: A Review”. International Journal of Science, Engineering
and Technology Research. Volume 2. Issue 9. ISSN: 2278-7798.

[37] Caijun Shi and Jimenez, A. Fernandez 2006, “Stabilization/Solidification of


Hazardous and Radioactive Wastes With Alkali-Activated Vements". Journal of
Hazardous Materials B137, hal. 1656-1662

[38] Rizky B.O Rumahorbo. 2016. “Solidifikasi/Stabilisasi Limbah Slag yang


Mengandung Chrom (Cr) dan Timbal (Pb) dari Industri Baja Sebagai Campuran
Dalam Pembuatan Concrete (Beton)”. Skripsi. Universitas Sumatera Utara : Medan

[39] Anonim. 2013. Standar Nasional Indonesia “Persyaratan Beton Strruktural


untuk Bangunan Gedung”. Jakarta: Badan Standarisasi Nasional. SNI 2847-2013.

[40] Yufiter Silas Kandi. 2012. “Substitusi Agregat Halus Beton Menggunakan
Kapur Alam dan Menggunakan Pasir Pada Campuran Beton“. Jurusan Teknik
Sipil.vol.1.No.4

[41] Anonim. 2004. Standar Nasional Indonesia “Semen Portland”. Jakarta: Badan
Standarisasi Nasional. SNI 15-2049-2004.

[42] Michaux Michel, Erik Nelson dan Benqit Vidick. “Cement Chemistry and”.
Well Completion. Vol. 1. No.1

[43] Sri Muliyasih. 2010. “Pembuatan Paving Block dengan Menggunakan Limbah
Las Karbit sebagai Bahan Aditif dengan Perekat Limbah Padat Abu Terbang
Batubara (Fly Ash) PLTU Labuhan Angin Sibolga”. Tesis. Universitas Sumatera
Utara : Medan.

[44] Tushar Sonawane dan Sunil Pimplikar. “Use of Recycled Aggregate


Concrete”. IOSR Journal of Mechanical and Civil Engineering. ISSN : 2278-1684.

[45] Anonim. 2000. Standar Nasional Indonesia “Tata Cara Pembuatan Rencana
Campuran Beton Normal”. Jakarta: Badan Standarisasi Nasional. SNI 03-2834-
2000.

[46] Anonim. 1989. Standar Nasional Indonesia “Spesifikasi Bahan Bangunan A


(Bukan Logam). Jakarta: Badan Standarisasi Nasional . SK.SNI S-04-1989 F.

[47] Roy Adi Chandra. 2013. “Kajian Kuat Desak dan Modulus Elastisitas Beton
dengan Penambahan Abu Bonggol Jagung sebagai Zat Additive” Skripsi.
Universitas Atma Jaya Yogyakarta: Yogyakarta.

49
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
[48] Anonim. 2005. Departemen PU (Puslitbang Prasarana Transportasi,).
“Pelaksanaan Pekerjaan Beton untuk Jalan dan Jembatan”. Pd. T07-2005-B.

[49] Anonim. 1990. Standar Nasional Indonesia “Metode Pengujian Kuat Tekan
Beton”. Jakarta: Badan Standarisasi Nasional. SNI 03-1974-1990.

[50] Anonim. 2000. Standar Nasional Indonesia “Metode Pengujian Kerapatan dan
Rongga dalam Beton yang Telah Mengeras”. Jakarta: Badan Standarisasi Nasional.
SNI 03-6433-2000.

[51] Nindya Rossavina Dewi, Denny Dermawan dan Moch. Luqman Ashari. “Studi
Pemanfaatan Limbah B3 Karbit dan Fly Ash sebagai Bahan Campuran Beton Siap
Pakai (BSP) (Studi Kasus : PT. Varia Usaha Beton)”. Jurnal Presipitasi. Vol. 13.
No. 1.

[52] Anonim. 1995. Badan Pengendalian Dampak Lingkungan “Persyaratan


Teknis Pengolahan Limbah Berbahaya dan Beracun” Nomor Kep-
03/BAPEDAL/09/1995. Diakses tanggal 11 November 2016.
http://palembang.bpk.go.id/wp-content/uploads/2012/10/kepbapedal_3_1995.pdf

[53] Anonim. 2005. Standar Nasional Indonesia “Pupuk Tripel Super Fosfat”.
Jakarta: Badan Standarisasi Nasional. SNI 02-0086-2005.

[54] Karamalidis, A.K. dan Voudrias, E.A. 2007. “Cement-based


Stabilization/solidification of Oil Refinery Sludge: Leaching Behavior of Alkanes
and PAHs”, Journal of Hazardous Material, Vol. 148, hal. 122-135

[55] Widodo Kushartomo dan Kelvin Tandio. 2016. “Pengaruh Penggunaan Abu
Terbang terhadap Sifat Mekanis Reactive Powder Concrete”. Konverensi Nasional
Teknik Sipil 10. Universitas Atmajaya. ISBN : 978-602-60286-0-0. Hal 119-126.

[56] I Wayan Suarnita. 2011. “Kuat Tekan Beton dengan Aditif Fly Ash ex. PLTU
Mpanau Tavaeli”. Jurnal SMARTek, Vol. 9 No. 1. Pebruari 2011: 1 – 10.

[57] Misbachul Munir. 2008. ”Pemanfaatan Abu Batubara (Fly Ash) untuk Hollow
Block yang Bermutu dan Aman Bagi Lingkungan” Tesis. Universitas Diponegoro :
Semarang.

[58] Mardiono. 2011. “Pengaruh Pemanfaatan Abu Terbang (Fly Ash) Dalam
Beton Mutu Tinggi”. Skripsi. Universitas Gunadarma : Jakarta.

[59] Rachel J Detwiler. 2016. “Substitution of Fly Ash for Cement or Aggregate in
Concrete: Strength Development and Suppression of ASR”. Research and
Development Bulletin RD127. ISBN 0-89312-216-5.

[60] Aswin Budhi Saputro. 2008. “Kuat Tekan dan Kuat Tarik Beton Dengan Fly
Ash Sebagai Pengganti Semen dengan f’c 45 MPa”, Skripsi. Universitas Islam
Indonesia : Yogyakarta.

50
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
[61] I Made Alit K., 2015. “Penggunaan Akselerator pada Beton yang
Menggunakan Perekat Berupa Campuran Semen Portland Tipe I dan Abu Terbang.
Prosiding Seminar Nasional Teknik Sipil. Universitas Udayana : Bali.

[62] Agung Budiarto dan Agus Purwanto. 2016. “Pemanfaatan Seritan Karet
Ban Bekas sebagai Substitusi Pasir Silika pada CLC (Cellular Lightweight
Concrete)”. Jurnal Riset Teknologi Pencegahan Pencemaran Industri. ISSN 2503-
5010.

[63] Agus Maryoto 2009. ”Penurunan Nilai Absorbsi dan Abrasi Beton dengan
Penambahan Calcium Stearate dan Fly Ash”. Media Teknik Sipil. Volume IX. ISSN
1412-0976.

51
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
LAMPIRAN I
DATA PENELITIAN

1.1 DATA HASIL KARAKTERISTIK FLY ASH


Tabel L.1.1 Kandungan Bahan-Bahan Kimia dalam Fly Ash
Baku
Jumlah Jumlah Jumlah
Oxida Elemen Mutu
(%) (%) (ppm)
(ppm)
SiO2 52,75 Si 24,66 - -
TiO2 0,590 Ti 0,354 - -
Al2O3 24,11 Al 12,76 - -
Fe2O3 6,27 Fe 4,37 - -
MnO 0,0785 Mn 0,0608 - -
CaO 4,15 Ca 2,97 - -
MgO 2,54 Mg 1,54 - -
Na2O 0,900 Na 0,667 - -
K2O 0,762 K 0,633 - -
P2O5 0,276 P 0,121 - -
SO3 1,22 S 0,487 - -
LOI 5,42 - - - -
ZnO 0,0118 Zn 0,0095 95 50
ZrO2 0,0321 Zr 0,0238 238 -
CuO 0,0044 Cu 0,0035 35 10
SrO 0,626 Sr 0,0529 529 -
V2O5 0,0176 V 0,0099 99 -
BaO 0,0529 Ba 0,0474 474 100
Ga2O3 0,0036 Ga 0,0027 27 -
Y2O3 0,0073 Y 0,0057 57 -
La2O3 0,0085 La 0,0072 72 -

52
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
1.2 DATA HASIL PENYERAPAN AIR
Tabel L.1.2 Data Hasil Penyerapan Air pada Beton Dengan Penggunaan
Fly Ash sebagai Bahan Substitusi
Berat Benda Uji (Kg) Penyerapan
Benda Penyerapan
Persentase Sebelum Setelah Air Rata-
Uji Air (%)
Direndam Direndam Rata (%)
I 12,504 12,809 2,439
0% II 12,745 12,936 1,499 1,991
III 12,482 12,736 2,035
I 12,707 12,963 2,015
10% II 12,673 12,912 1,886 1,979
III 12,914 13,177 2,037
I 12,224 12,453 1,873
20% II 12,153 12,302 1,226 1,767
III 12,404 12,677 2,201
I 12,857 12,993 1,058
30% II 12,677 12,912 1,854 1,639
III 12,614 12,867 2,006
I 12,604 12,889 2,261
40% II 12,495 12,701 1,649 1,378
III 12,962 12,991 0,224
I 13,198 13,230 0,242
50% II 13,113 13,247 1,022 0,768
III 13,078 13,214 1,040

53
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Tabel L.1.3 Data Hasil Penyerapan Air pada Beton Dengan Penggunaan Fly
Ash sebagai Bahan Filler
Berat Benda Uji (Kg) Penyerapan
Benda Penyerapan
Persentase Sebelum Setelah Air Rata-
Uji Air (%)
Direndam Direndam Rata (%)
I 12,504 12,809 2,439
0% II 12,745 12,936 1,499 1,991
III 12,482 12,736 2,035
I 12,727 12,993 2,090
10% II 12,654 12,743 0,775 1,634
III 12,914 13,177 2,037
I 12,727 12,963 1,854
20% II 12,613 12,943 2,616 1,609
III 12,920 12,966 0,356
I 12,661 12,802 1,114
30% II 12,613 12,942 2,608 1,382
III 12,484 12,537 0,425
I 12,707 12,863 1,228
40% II 12,672 12,822 1,184 0,976
III 12,934 13.001 0,518
I 12,707 12,763 0,441
50% II 12,673 12,772 0,387 0,438
III 12,914 12,977 0,488

54
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
1.3 DATA HASIL BEBAN MAKSIMUM DAN KUAT TEKAN
Tabel L.1.4 Data Hasil Beban Maksimum dan Kuat Tekan pada Beton
Dengan Penggunaan Fly Ash sebagai Bahan Substitusi

Beban Kuat
Beban Kuat
Benda Maksimum Tekan
Persentase Maksimum Tekan
Uji Rata-Rata Rata-Rata
(kN) (MPa)
(kN) (MPa)
I 562 26,924
0% II 564 561,333 27,020 26,892
III 558 26,732
I 670 32,098
10% II 665 671,667 31,859 32,178
III 680 32,557
I 600 28,745
20% II 612 609,333 29,319 29,192
III 616 29,551
I 542 25,966
30% II 554 540,333 26,541 25,886
III 525 25,152
I 480 22,996
40% II 430 476,000 20,600 22,804
III 518 24,816
I 430 20.600
50% II 402 424,667 19,259 20,345
III 442 21,175

55
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Tabel L.1.5 Data Hasil Beban Maksimum dan Kuat Tekan pada Beton
Dengan Penggunaan Fly Ash sebagai Bahan Filler

Beban Kuat
Beban Kuat
Benda Maksimum Tekan
Persentase Maksimum Tekan
Uji Rata-Rata Rata-Rata
(kN) (MPa)
(kN) (MPa)
I 562 26,924
0% II 564 561,333 27,020 26,892
III 558 26,732
I 648 31,044
10% II 602 632,667 33,344 30,310
III 648 32,577
I 696 33,919
20% II 680 694,667 34,110 33,280
III 708 37,368
I 712 36,697
30% II 780 752,667 37,943 36,058
III 766 37,464
I 792 37,751
40% II 782 787,333 38,039 37,719
III 788 37,751
I 794 38,039
50% II 788 790,667 37,751 37,879
III 790 37,847

56
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
1.4 DATA HASIL UJI KONSENTRASI LOGAM
Tabel L.1.6 Hasil Analisa Konsentrasi Logam Zn, Cu dan Ba
Hasil Pengujian Baku Mutu Konsentrasi (ppm)
Logam
XRF (ppm) (ppm) Hari ke-7 Hari ke-14 Hari ke-28
Zn 95 50 <0,003 <0,003 <0,003
Cu 35 10 <0,006 <0,006 <0,006
Ba 474 100 <0,14 <0,14 <0,14

57
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
LAMPIRAN II
CONTOH PERHITUNGAN

2.1 KUAT TEKAN BETON


Perhitungan kuat tekan dihitung dengan menggunakan persamaan (SNI
03-2834-2000)
P
kuat tekan 
A
Keterangan:
P = beban maksimum, kg
A = luas penampang, mm2
Faktor silinder = 0,83
Contoh perhitungan kuat tekan beton persentase substitusi 0% pada benda
uji I (d = 15 cm ; r = 7,5 cm) dengan beban tekan 562,000 kN:
Dik : Beban Tekan = 562,000 kN
A (luas benda uji) = πr2
= 22/7 x (7,5)2
= 176,79 cm2
Faktor koreksi = 0,83

P
kuat tekan 
A
562,000

176,79
= 324,387 kg/cm2
= 32,439 MPa
Faktor Koreksi = 32,439 x 0,83
= 26,924 MPa
Data selanjutnya dianalogikan untuk persentase substitusi 0% pada benda
uji II dan III
 Kuat tekan benda uji II = 27,020 MPa
 Kuat tekan benda uji III = 26,732 MPa

58
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
26,924  27,020  26,732
kuat tekan rata  rata 
3
= 26,892 MPa

2.2 PENYERAPAN AIR BETON


Perhitungan penyerapan air beton dihitung dengan menggunakan
persamaan (SNI 03-6433-2000) :

Penyerapan air 
B - Bo  x 100%
Bo
Keterangan :
Bo: berat benda uji kering (kg)
B: berat benda uji setelah direndam (kg)
Contoh perhitungan penyerapan air beton persentase substitusi 0% pada
benda uji I:
Dik : Berat kering (Bo) = 12,504 kg
Berat basah (B) = 12,809 kg

Penyerapan Air =
B - Bo  x 100%
Bo

=
12,809 - 12,504  x 100%
12,504
= 2,439 %
Data selanjutnya dianalogikan untuk persentase substitusi 0% pada benda
uji II dan III
 Penyerapan air benda uji II = 1,499%
 Penyerapan air benda uji III = 2,035%

2,439  1,499  2,035


Penyerapan air rata  rata 
3
= 1,991%

59
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
LAMPIRAN III
GAMBAR PERCOBAAN

3.1 PENYIAPAN BAHAN BAKU

Gambar L.3.1 Fly Ash Pembakaran Gambar L.3.2 Semen Portland Tipe
Batubara I

Gambar L.3.3 Agregat Kasar Gambar L.3.4 Agregat Halus


(Kerikil) (Pasir)

60
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
3.2 PEMBUATAN BENDA UJI

Gambar L.3.5 Proses Pencampuran Gambar L.3.6 Proses Pencetakan


Bahan Benda Uji

Gambar L.3.7 Proses Perendaman Gambar L.3.8 Proses Pengeringan


Benda Uji Benda Uji

61
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Gambar L.3.9 Proses Perendaman
untuk Uji TCLP

3.3 PENGUJIAN SIFAT MEKANIK

Gambar L.3.10 Proses Gambar L.3.11 Proses


Penimbangan Beton Kering untuk Penimbangan Beton Basah untuk
Uji Penyerapan Air Uji Penyerapan Air

62
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Gambar L.3.12 Proses Pengujian Gambar L.3.13 Proses Uji TCLP
Beban Maksimum dan Kuat Tekan dengan Alat AAS

63
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai