Anda di halaman 1dari 3

Pertanyaan1.

Apa yang harus dikuasai sorang guru untuk dapat mencoching siswanya? untuk siswa SD kelas 4
misalanya.. bgaimana menerapkan hal ini? Bagian apa yang harus kita sampaikan untuk sampai pada
suksesnya sementara anak SD adalah yang kita bentuk bukan? jika ada anak yan membutuhkan
perhatian khusus karena terlambat dalam belajar, sdikit nakal, dsb. apakah kita menerapakan
coching atau konseling?

Jawaban:

Apa yang harus dikuasai sorang guru untuk dapat mencoching siswanya?

Yang harus dikuasai adalah 11 kompetesi yang saya sampaikan jika mau menggunakan metode
coaching atau paling tidak kompetensi utama.

untuk siswa SD kelas 4 misalanya.. bgaimana menerapkan hal ini? Bagian apa yang harus kita
sampaikan untuk sampai pada suksesnya sementara anak SD adalah yang kita bentuk bukan?

Berdasarkan pengalaman coach yang berkecimpung untuk anak-anak SD masih tetap bisa dilakukan.
Karena pada dasarnya mereka memiliki potensi yang bisa dikembangkan mereka meskipun akhirnya
mereka mengakui sebenarnya siswa SD masih perlu banyak mentor bukan seorang coach.

Terlepas dari itu paling tidak prinsip coaching ini berguna bagi guru di jenjang apapun dia. Contoh
sederhana bagaimana seorang coach bertanya jika melihat siswanya telat tentu berbeda dengan
guru pada umumnya, misal:

Mengapa kamu terlambat? Besok jangan terlambat lagi ya?

Bagaimana caranya agar kamu tidak terlambat lagi? Siapa yang bisa membantumu agar tidak
terlambat lagi?

Dua Pertanyaan terakhir adalah pertanyaan yang sesuai dengan teknik coaching. Tentu guru akan
bisa memperkrakan proses dan apa yang akan dijawab siswa. Powerfull bukan?

Nah paling tidak prinsip-prinsip coaching yang diterapkan. Meski ini bukan proses coaching murni.
Selain itu masih banyak prinsip-prinsip yang bisa diterapkan.

Saya sepakat jika siswa SD dibentuk pengetahuannya apalagi dalam hal nilai dan karakter. kalau ilmu
pengetahuan saat ini siswa kita sudah bisa mengakses dengan mudah, maka guru harus
mempersiapkan pembelajaran yang mengembangkan mereka bukan sekedar menyuapi.

jika ada anak yan membutuhkan perhatian khusus karena terlambat dalam belajar, sdikit nakal, dsb.
apakah kita menerapakan coching atau konseling?

Pada dasarnya coaching akan efektif jika coachee mengerti apa tujuannya di coaching. Maka seperti
yang saya sampaikan latarbelakang orang yang di coachee haruslah pada titik normal bukan dalam
kondisi kurang sehat baik itu mental, psikis, fungsi organ atau sarafnya. Intinya selagi anak itu tau
tujuan coachingnya maka InsyaAllah bisa. Berarti harus ada perlakuan awal terdahulu. Mau ia dicap
nakal atau tidak, punya keterlambatan atau tidak. Jadi kuncinya dua ya... pertama Dia tau tujuannya,
kedua ia tidak dalam kondisi sakit (kejiwaan, psikis).

Pertayaan 2
- Bisakah proses coaching diterapkn dlm proses pembelajaran d kelas?

- Atau proses coaching hanya dipakai untuk masalah2 tertentu yg berhubungan dgn siswa?

-Adakah pembatasan jumlah chochee dlm proses choacing?

Jawaban

Bisakah proses coaching diterapkn dlm proses pembelajaran d kelas?

- Atau proses coaching hanya dipakai untuk masalah2 tertentu yg berhubungan dgn siswa?

Proses coaching dan pembelajaran adalah dua hal yang berbeda guru, jadi tidak bisa. Hanya saja
priinsip-prinsip coaching masih bisa diterapkan, seperti yang saya jelaskan sebelumnya.

-Adakah pembatasan jumlah chochee dlm proses choacing?

Coching itu prosesnya private namun bisa juga group dengan tetap menjaga keprivasian dan
menghargai coachee nya. Para pakar coaching membatasi 12 orang maksimal untuk group atau team
coaching. Bahkan proses coaching biasanya tidak terlalu lama dalam satu sesi maksimal 2 jam jika
personal.

Pertanyaan 3

berkaitan dengan coach dulu waktu kuliah kami diberikan coaching sebelum terjun ke masyarakt
untuk praktek ngajar dan KKN namun kami dikumpulkan dalam sebuah gereja yg besar karena
jumlah kami yg banyak.srhingga menurut sy kurang efektif.Apakah sama dengan coach sekarang?

Jika melihat pemapparan guru, kemungkinan ini bukan proses coaching namun arahan dan
bimbingan. Bisa jadi mentoring .

Coaching seperti yang saya sampaikan maksimal 12 orang agar coaching berjalan efektif dengan alur
yang sudah ada seperti Model FIRA, PROCESS, GROW dll.

Contoh: FIRA

Fokus pada Tujuan : menggali tujuan yang sesungguhnya dalam coaching berdasarkan perspektif
coachee

Identifikasi : identifikasi masalah si coachee dengan melihat gap, serta mencari alternatif2 dari solusi

Rencana Aksi : menysun rencana aksi dengan stimulus pertanyaan tentunya

Akuntabilitas: menumbuhkan komitmen dan akuntabilitas coachee

Pertanyaan berikutnya saat ini kami agak kesulitan dlm menangani beberapa siswa kami selain
waktu yg kurang untuk melakulan pendekatan karna padat kegiatan, siswa kami cenderung diam
saat dipanggil secara individu dan coba untuk ajak bicara dari hati ks hati sehingga saya tahu harus
ngapain dengan bbrp siswa bermsalah tersebut..namun jika dikumpulkn dlm waktu bersamaan
mereka akan sngat sulit diatasi.mereka cenderung merusak dan tdk taat aturan.Kami para guru
setong kewalahan.Terlebih saya sebagai guru PKn dan pembina OSIS yg punya tanggung jawab
besar terhadap mereka sehingga bisa jd manusia yg berakhlak mulia.

Waah tanggung jawab luar biasa memang menjadi seorang guru itu. Coaching yang paling efektif
juga dilakukan hanya dengan personal dan coachee diberi pengertian dan keyakinan akan
kerahasiaannya, sehingga tidak heran siswa nanti akan banyak yang curhat jika guru sudah
menerapkannya. Di SGI kami ada sesi coaching personal dan group sehingga bahasannya bisa
disesuaikan bergantung coacheenya. Dan kami merasakan dengan demikian kami bisa mengerti
mereka dan juga mereka tahu apa yang harus dilakukan dan merasa tercerahkan jika setelah
coaching meski kami hanya melontarkan pertanyaan ke mereka.

Ini jawaban saya .. semoga kita bisa sharing kembali

Best Regard

@asepIhsanuddin

Anda mungkin juga menyukai