Anda di halaman 1dari 6

ELDI YUNIAN

PUTRA
40010817060068
Kelompok 6 MUP B

LEMBAR KERJA 1 : ANATOMI AMBING

Materi Metode
Praktikum Dasar Ternak Perah anatomi ambing dilaksanakan pada hari
Selasa 30 Oktober 2018 pukul 17.00-20.30 WIB di Kamar Susu Fakultas
Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro Semarang.

Materi yang digunakan adalah ambing yang sudah diawetkan dengan


formalin yang berfungsi sebagai media belajar praktikan dan alat tulis yang
berguna untuk mencatat hasil praktikum.
Metode yang dilakukan adalah materi yang telah dijelaskan oleh asisten
didengar dan dicatat dengan alat tulis, preparat ambing diamati dan di
dokumentasikan

Gambar Eksterior Gambar Interior

Catatan :
Ambing merupakan kelenjar kulit yang tertutup oleh bulu kecuali
putingnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Schmidt (1971) yang menyatakan
bahwa ambing adalah kelenjar susu yang ditumbuhi bulu, kecuali pada putting nya.
Fungsi ambing adalah memproduksi susu dan tempat menampung susu. Ambing
seekor sapi dibagi menjadi empat kuartir dan masing masing kuartir memiliki satu
puting.
Eksterior pada ambing meliputi outer wall, medial suspensory ligament,
lateral suspensory ligament . Eksterior pada ambing sapi perah terdapat outer wall
yang berfungsi sebagai dinding luar ambing dan mencegah penyakit masuk
kedalam ambing. Medial suspensory ligament yang berfungsi sebagai pembatas
antar kuartir kanan dan kiri. Menurut Soetarno (1999) kuartir sebelah kanan dan
sebelah kiri dipisahkan oleh membrane yang tebal yang disebut tenunan penyakit
“septum media” (median susupensory) yang menjulur keatas bertautan pada
dinding perut, sehingga merupakan alat penggantung bagi ambing. Lateral
suspensory ligament pada ambing berfungsi sebagai penyangga ambing, dan
terdapat puting yang berfungsi untuk mengeluarkan susu .

Interior pada ambing terdapat milk duct yang berfungsi sebagi saluran susu..
Lumen yang berfungsi untuk menyerap zat darah dan diubah menjadi susu.
Alveolus mempunyai bentuk seperti anggur yang berguna untuk mensintesis susu.
Alveolus akan menghasilkan susu yang tinggi jika ambing kosong dan akan sedikit
jika ambing sudah penuh. Kumpulan alveoli dinamakan lobuli dan beberapa lobuli
bersatu menjadi lobus. Gland cistern berfungsi sebagai panampung susu. Hal ini
sesuai dengan pendapat Frandson et al., (2009) yang menyatakan bahwa gland
cistern berfungsi untuk ditampung sebelum nantinya dikeluarkan melalui puting
Susu yang telah di tamping akan mengalir menuju teat cistern melewati annular fold
yang didalamnya terdapat otot sfingter yang berfungsi sebagai penahan susu dalam
ambing. Teat meatus pada ambing berfungsi untuk mencegah masuknya virus
kedalam ambing. Interior terakhir pada ambing adalah steak canal yang berfungsi
sebagai saluran keluarnya susu dari ambing.

DAFTAR PUSTAKA

Frandson, R. D., W. L. Wilke and A. D. Fails. 2009. Anatomy and


Physiology of Farm Animals.Wiley-Blckwell, Lowa.
Sutarno, T. 1999. Manajemen Ternak Perah. Fakultas Peternakan UGM. Jogjakarta.
Schmidt. 1971. Biology of Lactation. W. H. Freeman and Co, San Francisco.

LEMBAR KERJA 5 : PENGUKURAN BERAT JENIS

Materi dan Metode

Praktikum Dasar Ternak Perah pengukuran berat jenis susu dilaksanakan


pada Senin 29 Oktober 2018 WIB di Laboratorium Produksi Ternak Perah
Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro Semarang.
Materi yang digunakan adalah 500ml sampel susu segar dan susu basi,
alkohol 70%, H2SO4 dan data total produksi susu sapi. Alat yang digunakan dalam
praktikum adalah jas lab, laktodensimeter, gelas ukur, tabung reaksi, tabung
buhratometer, pengaduk dan kalkulator.

Metode yang digunakan adalah berat jenis susu dihitung menggunakan


rumus berat jenis.

Rumus Berat Jenis: BJ Terukur – (27,5-T) x 0,0002

Kualitas Susu

Parameter Sapi 7

Berat Jenis Susu 1,0272

Uji Kualitas 3%

Kadar Lemak 4%

Perhitungan BJ Susu

Produksi Pagi
Pagi = X 500ml Sore = 500ml – Pagi
Produksi Total
9,4 L
= X 500ml = 500ml – 364,34ml
12,9 L

= 364,34 ml = 135,66ml

Berat Jenis = Berat Jenis Terukur – (27,5 – T) x 0,0002


= 1,027 – (27,5 – 28,5) x 0,0002
= 1,0272

Catatan
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilaksanakan didapatkan hasil berat
jenis susu pada sapi no 7 sebesar 1,0272. Berat jenis tersebut lebih sedikit tinggi
dari standart. Menurut SNI (2011) menyatakan bahwa standart berat jenis susu
adalah 1,0270 g/ml. Beberapa factor yang menyebabkan kenaikan berat jenis susu
antara lain terdapat pelepasan CO2 dan N2 yang terdapat dalam susu serta pemberian
pakan pada ternak. Hal ini sesuai dengan pendapat Eckles et.al (1957) yang
menyatakan bahwa faktor yang mampu mempengaruhi berat jenis susu adalah
pakan yang dikonsumsi ternak, pakan merupakan sumber nutrient yang dibutuhkan
dalam proses biosintesis susu yang meliputi lemak, laktosa dan protein.
Pengujian alkohol pada susu bertujuan untuk menentukan kualitas susu
layak dikonsumsi atau tidak. Hal ini sesuai dengan pendapat Bakcle et.al (1987)
yang menyatakan bahwa uji alkohol bertujuan untuk memeriksa dengan cepat
kelayakan susu dari tingkat keasaman. Pada uji alkohol susu yang tidak baik akan
pecah atau menggumpal jika ditambahkan alkohol dengan konsentrasi 70%.
Menurut Sudarwanto et al (2005) menyatakan bahwa alkohol memiliki daya
dehidrasi yang akan menarik gugus H+ dari ikatan protein, sehingga protein dapat
melekat satu dengan yang lain.
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilaksanakan didapatkan hasil
kadar lemak sebesar 3%. Kadar lemak tersebut sesuai dengan standart. Menurut
SNI (1998) menyatakan bahwa standart kadar lemak susu segar minimum 3%.
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kadar lemak susu yaitu antara lain jenis
sapi, umur sapi, keadaan iklim dan ransum yang diberikan. Hal ini sesuai dengan
pendapat Sori Basya (1983) yang menyatakan bahwa berbagai faktor yang
mempengaruhi kadar lemak susu sapi yaitu jenis sapi, umur sapi, jenjang laktasi,
keadaan iklim dan ransum yang diberikan kepada ternak.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Standartisasi Nasional. 2011. SNI 3141.1.2011. Badan Standartisasi


Nasional. Jakarta
Buckle, KA., TA.Edwards, G.H. Gleet Dan M. Wolton. 1987. Ilmu Pangan.
Terjemahan Hari Purnomo Dan Adiono . Universitas Indonesia Press,
Jakarta.
Eckles, C.H., W.R. Combs and H. Macy. 1957. Milk and Milk Product. Mc.Graw-
Hill Book Co. New York.
Sudarwanto M,. 2005 Bahan Kuliah Hygiene Makanan. Bagian Penyakit Hewan
Dan Kesehatan Masyarakat Vetreiner FKH IPB. Bogor.
SNI (Standar Nasional Indonesia). 1998. SNI 01-3141-1998. Tentang Syarat Mutu
Susu Segar. Dewan Standarisasi Nasional-DSN, Jakarta.
Sori Basya. 1983. Berbagai Faktor Yang Mempengaruhi Kadar Lemak Susu Sapi
Perah. Balai Penelitian Ternak. Bogor

Anda mungkin juga menyukai