JURNAL ILMIAH
BIDANG PUBLIKASI
LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT
INSTITUT KESEHATAN HELVETIA
MEDAN
2018
PEDOMAN SISTEMATIKA PENULISAN JURNAL ILMIAH DI INSTITUT
KESEHATAN HELVETIA
1. Naskah berupa hasil penelitian atau karya ilmiah dari bidang Ilmu Kesehatan. Naskah belum
pernah dan tidak akan pernah dipublikasikan pada media lain.
2. Naskah ditulis dalam bahasa Indonesia dan bahasa inggris (abstrak/judul) dengan baik dan
sesuai EYD.
3. Naskah diketik menggunakan komputer dalam bentuk word, dengan jumlah minimal 10
halaman dan maksimal 15 halaman kertas ukuran kuarto (A4) dengan jarak spasi 1,15, font
menggunakan Times new roman (11pt), margin kanan/kiri dan atas bawah 2,5cm.
4. Contoh Jurnal dapat di download di website http://lppm.helvetia.ac.id
5. Redaksi berhak merubah naskah tanpa mengurangi isi dan maksud naskah
6. Redaksi berhak mereview naskah yang masih kurang layak untuk dipublikasikan dan naskah
akan dikembalikan kepada peneliti untuk diperbaiki dan di upload kembali.
7. Peneliti wajib untuk mengupload naskah jurnalnya dalam bentuk Microsoft Word ke
http://ejournal.helvetia.ac.id dan apabila kurang mengerti dengan tata cara upload jurnal
peneliti boleh bertanya ke bagian LPPM Institut Kesehatan Helvetia.
8. Sistematika penulisan disusun sebagai berikut :
a. Judul
1. Dimuat jumlah kata maksimal 16 kata termasuk sub judul.
2. Dimuat dalam bahasa Indonesia dan bahasa inggris. Judul bahasa Indonesia
menggunakan huruf capital sedangkan judul bahasa inggris dituliskan dengan model
italic (miring) dan huruf awal kata capital.
3. Nama lengkap penulis.
4. Departemen dan Institusi sesuai dengan penulis.
5. Alamat email koresponding
b. Abstrak
1. Dicantumkan abstrak dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris.
2. Abstrak Bahasa inggris penulisan Italic (Miring).
3. Abstrak tidak lebih dari 250 kata.
4. Keyword/Kata kunci 3-5 kata
c. Pendahuluan
1. Berisi latar belakang masalah, ditambah literatur pendukung (penelitian pendahulu)
yang relevan sekurang-kurangnya 13 referensi.
2. Data Pendukung model piramida terbalik di mulai dari WHO, Depkes RI, Riskesdas
dan lokasi penelitian (data sekunder).
3. Tujuan penelitian (paragraph akhir)
d. Metode
1. Jenis penelitian.
2. Desain studi yang digunakan, lokasi penelitian
3. Sampel/bahan dan teknik pengambilan sampel.
4. Instrument penelitian.
5. Analisis data mengunakan analisis univariat, bivariate, dan uji multivariate.
e. Hasil
1. Munculkan variabel-variabel yang dianggap penting.
2. Jumlah Tabel minimal 3 buah table dan maksimal 5 buah table serta dapat
dikombinasikan antara grafik dan table.
3. Bentuk tabel terbuka dengan kepala tabel dan penjelasan tabel yang jelas.
f. Pembahasan
1. Jelaskan secara padat/konkrit mengenai variabel yang dimunculkan pada hasil
penelitian.
2. Jumlah penelitian pendukung minmal 3 penelitian setiap variable penelitian.
g. Kesimpulan dan Saran
1. Kesimpulan jelaskan secara singkat dalam bentuk deskripsi.
2. Saran dalam bentuk deskripsi dan saran yang paling penting untuk tampilkan.
h. Ucapan Terima Kasih
1. Masukkan instansi atau lembaga yang memiliki peran dalam penelitian.
2. Apabila penelitian ini disponsori oleh pihak penyandang dana tertentu, misalnya hasil
penelitian yang disponsori oleh DP2M DIKTI.
i. Daftar Pustaka
1. Bagian ini hanya memuat referensi yang benar-benar dirujuk dalam tulisan
menggunakan aplikasi Mendelay, Endnote dan Zotero.
2. Pengutipan setiap referensi di jurnal menggunakan gaya penulisan Vancouver.
CONTOH LAY-OUT HALAMAN NASKAH
Bahan: kertas HVS putih ukuran A4 (21 x 29,7cm)
2,5 cm
2,5 cm
Relationship Factor Enabling Providing Complementary Food Of Breastfeeding With Baby Nutritional
Status In Makassar City
1
Mahasiswa Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat, Institut Kesehatan Helvetia, Medan, Indonesia
2
Dosen Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat, Institut Kesehatan Helvetia, Medan, Indonesia
3
Dosen Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat, Institut Kesehatan Helvetia, Medan, Indonesia
* Penulis Korespondensi
Abstrak
Pendahuluan; Status gizi kurang merupakan masalah gizi utama pada bayi dan berdampak pada gangguan
tumbuh kembang serta merupakan masalah yang perlu ditanggulangi dengan serius, usia 6-18 bulan merupakan masa
yang amat penting sekaligus masa kritis dalam proses tumbuh kembang bayi baik fisik maupun kecerdasan. Karena itu
setiap bayi pada masa ini harus memperoleh asupan gizi sesuai dengan kebutuhannya. Tujuan; untuk membuktikan
hubungan faktor enabling dengan status gizi bayi. Metode; jenis penelitian yang digunakan survey analitik dengan
pendekatan cross sectional study. Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Maccini Sawah Kecamatan Makassar Kota
Makassar. Sampel penelitian ini adalah bayi dengan pengambilan sampel secara exhaustic sampling dengan jumlah 62
sampel. Hasil; penelitian diperoleh bahwa umur mulai pemberian MP-ASI berhubungan dengan status gizi bayi
dengan nilai p (0,000), jenis MP-ASI berhubungan dengan status gizi bayi dengan nilai p (0,015), frekuensi pemberian
MP-ASI berhubungan dengan status gizi dengan nilai p (0,004), dan Variasi pemberian MP-ASI berhubungan dengan
status gizi dengan nilai p (0,001). Kesimpulan; status gizi bayi memiliki hubungan kuat umur mulai pemberian, jenis,
frekuensi dan variasi pemberian MP-ASI.
Kata Kunci : Status Gizi, Makanan Pendamping
Abstract
Background; nutritional status is less a major nutrition problem in infants and affects growth disorders and
is a problem that needs to be addressed seriously, the age of 6-18 months is a very important period as well as a
critical period in the process of growing up both physical and intellectual. Therefore, every baby in this period must
obtain nutrition intake in accordance with their needs. Objectives; to prove the relationship of enabling factors to the
infant's nutritional status. Method; type of research used analytical survey with cross-sectional study approach. This
research was conducted in Maccini Sawah Village, Makassar City. The sample of this research is baby with sampling
by exhaustive sampling with amount 62 sample. Results; the study found that the starting age of providing
complementary food assembly was related to infant's nutritional status with p-value (0.234), type of providing
complementary food assembly was related to infant nutritional status with p-value (0.001), the frequency of providing
complementary food assembly was related to nutritional status with p-value (0.030). Conclusion; baby nutritional
status that there was a strong correlation between age of giving, type, and frequency of complementary food giving of
breastfeeding.
Keywords: Nutritional Status, Complementary Food
Alamat Korespondensi :
Saskiyanto Manggabarani: Institut Kesehatan Helvetia, Jalan Kapten Sumarsono No. 107, Helvetia, Medan,
Indonesia 20124. Hp. 085298638639. Email: zhakymanggabarani@gmail.com
PENDAHULUAN ASI bagi bayi yang mendapatkan ASI eksklusif (8).
Status gizi pada anak sangat penting untuk Manfaat ASI eksklusif terbukti lebih baik
kehidupannya, tumbuh dan berkembang menjadi dari makanan pendamping bayi, namun buruk demi
orang dewasa sehat, produktif yang bermanfaat bagi kelangsungan hidup (9). Kekurangan gizi pada saat
masyarakat, hal ini menjadi prioritas internasional menyusui terutama praktik ASI eksklusif selama 6
untuk meningkatkan status gizi anak (1). bulan setelah lahir merupakan faktor risiko
Perserikatan anak sedunia (UNICEF) dan kesakitan dan kematian bayi dan anak yang dapat
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan diperbaiki dengan pemberian makanan pendamping
bahwa praktik gizi yang baik pada anak meliputi (10). Salah satu intervensi untuk mencegah yang
inisiasi menyusui dini, pemberian ASI eksklusif usia lebih efektif untuk mengurangi 13-15% kematian
0-6 bulan, penambahan gizi yang memadai, aman, anak adalah dengan menerapkan pemberian ASI
dan makanan pendamping yang sesuai dengan masa eksklusif yang dilengkapi dengan makanan
menyusui selama 1 tahun (2). pendamping akan mencegah kematian anak-anak
Masalah gangguan dalam proses 19% (11). Dampaknya pada saat dalam proses
pertumbuhan sangat erat kaitannya dengan masalah belajar anak tidak aktif, gangguan intelektual,
perubahan bentuk, ukuran, jumlah serta dimensi sel, penurunan produktivitas, dan perkembangan
organ maupun tubuh. Tumbuh kembang juga perilaku sosial (10)
berpengaruh dalam struktur dan penggunaan tubuh Perbaikan gizi ibu yang dilakukan sebelum
yang lebih baik dalam pola yang tersusun serta dan pada masa pemberian ASI eksklusif merupakan
dapat disimpulkan sebagai dampak suatu proses salah satu upaya proses perbaikan gizi bayi 0-6
peningkatan fungsi organ tubuh. Pematangan organ bulan. Masalah ini sangat penting dan perlu
dapat memberikan efek terhadap fungsinya, ditanggulangi dengan serius usia 6-18 bulan
meliputi beberapa hal seperti perkembangan merupakan masa kritis akibatnya kekurangan gizi
emosional, kecerdasan dan perilaku sebagai hasil pada usia bawah dua tahun, memiliki dampak
hubungan timbal balik antara lingkungan dengan terhadap penurunan perkembangan otak,
proses diferensiasi dari sebagian sel tubuh, fisiologi pertumbuhan fisik, intelektual, dan produktivitas,
tubuh, beberapa organ dan sistem organ yang dampak dari kurang gizi sebagian besar tidak dapat
berkembang (3). diperbaiki (irreversible). Pemberian makanan
Prevalensi malnutrisi di Indonesia masih pendamping ASI bukan hanya semata untuk
tinggi. Salah satu faktor potensial yang memenuhi kebutuhan biologis dan fisik demi
berkontribusi terhadap tingginya prevalensi mengoptimalkan tumbuh kembang bayi (7).
malnutrisi adalah pola makan komplementer yang Penyebab kekurangan gizi pada bayi dan
tidak tepat dan praktik pemberian ASI (4). anak karena makanan yang diberikan rendah gizi
Konsumsi makanan yg kurang mengandung mineral atau energi. Makanan tambahan untuk bayi pada
Fe dapat menyebab terjadinya anemia pada bayi dan umumnya di negara berkembang terbuat dari
anak (5). serealia atau umbi-umbian cenderung sifatnya
Air susu ibu adalah makanan optimal bagi bubuk. Pada usia satu tahun pemberian MP-ASI
bayi, termasuk bayi yang lahir premature (6). yang tepat diharapkan dapat memenuhi kebutuhan
Konsumsi makanan pada bayi dan balita seharusnya gizi bayi, namun juga dapat mengstimulus perilaku
sesuai dengan jumlah dan kandungan gizi yang makan bayi yang biasanya cair kemudian
dibutuhkan oleh tubuhnya untuk keperluan tumbuh beradaptasi dengan jenis bubur dan biscuit (3).
kembang. Pada saat bayi berusia enam bulan, Makanan pendamping ASI ini juga berpengaruh
kebutuhan energi bayi meningkat sebesar 24-30% dalam peningkatan berat badan bayi dengan berat
dibandingkan dengan kebutuhan saat usia 3-5 bulan badan lahir rendah (12). Bayi prematur berisiko
sedangkan kandungan gizi air susu ibu (ASI) tidak tinggi dan sangat memerlukan gizi yang cukup
lagi mencukupi kebutuhannya (2). Beberapa untuk meningkatkan pertumbuhan yang tepat (13)
penelitian menyebutkan bahwa faktor yang dapat Masyarakat mengenal adanya tiga jenis
mempengaruhi proses tumbuh kembang bayi yaitu makanan pendamping air susu ibu yaitu makanan
terpenuhinya kebutuhan gizi pada saat berusia 0-6 pendamping air susu ibu tradisional, industri
bulan (2,7). Kebutuhan bayi hanya didapatkan dari makanan dan kombinasi (4). Program makanan
pendamping air susu ibu sangat penting untuk sesuaikan index timbangan pada posisi “0”, timbang
diberikan pada bayi dalam menanggulangi tingginya bayi dengan pakaian yang setipis mungkin untuk
gizi kurang, berdasarkan uraian diatas penulis menghindari data bias lebih besar, hasil
merasa tertarik untuk melakukan penelitian penimbangan tertera pada skala kaca baby scale.
mengenai hubungan factor enabling makanan Analisis data menggunakan program SPSS for
pendamping air susu ibu dengan status gizi bayi. windows, analisis univariat digunakan untuk
mendeskripsikan karakteristik responden, sampel,
METODE PENELITIAN distribusi dan frekuensi variable, analisis bivariat
Penelitian ini dilakukan tahun 2017 dengan untuk melihat hubungan variable dengan uji Chi-
sampel dalam penelitian yaitu bayi berusia 6-11 Square, untuk melihat pengaruh variable digunakan
bulan, dengan menggunakan teknik pengambilan Simple Paired Test. Hasil kemudian dilanjutkan
sampel exhaustic sampling sebanyak 62 bayi. Jenis analisis multivariate dengan uji Phi.
penelitian yang digunakan adalah survey analitik
dengan pendekatan hubungan antara variable HASIL
dependen dengan variable independen. Sumber data Karakteristik Sampel: Tabel 1 menunjukkan
makanan pendamping bersumber dari hasil tentang deskripsi jenis kelamin bayi, umur bayi,
wawancara terhadap ibu dan pengasuh bayi dengan tingkat pendidikan dan jenis pekerjaan ibu terhadap
menggunakan kuesioner, data status gizi didapatkan kasus status gizi bayi. Berdasarkan hasil uji
dari penimbangan berat badan bayi menggunakan homogenitas menunjukkan bahwa kelompok
Baby Scale merek GEA dengan tingkat akurasi perlakuan dan kelompok kontrol memiliki
pengukuran 0,05 Kg sampai 0,1 Kg yang persamaan / homogenitas. Hasil uji homogenitas
dilanjutkan dengan perhitungan standar deviasi antara kasus status gizi tidak normal dan status gizi
menggunakan metode antropometri (WHO Antrho normal pada jenis kelamin bayi diperoleh nilai p =
Plus) dan mengacu pada tabel NCHS, Tahapan 0,77, usia rata-rata bayi diperoleh nilai p = 0,87,
dalam proses penimbangannya: Timbangan tingkat pendidikan ibu diperoleh nilai p = 0,44 dan
digunakan harus diletakkan di tempat yang rata, pekerjaan ibu diperoleh nilai p = 0,73.
Faktor Enabling Makanan Pendamping: pada kasus status gizi normal 62,5 ± 77,3. Uji chi-
hubungan faktor enabling dengan status gizi bayi square antara kedua variable diperoleh nilai p =
disajikan pada Tabel 2. Berdasarkan tabel 0,23. Ada hubungan yang signifikan antara
2,kesesuaian umur dalam pemberian makanan konsistensi jenis makanan pendamping yang
pendamping tidak memiliki hubungan yang diberikan dengan status gizi bayi, di mana
signifikan dengan status gizi bayi, kesesuaian umur konsistensi pada kasus status gizi tidak normal
dalam proses pemberian makanan pendamping Air lebih 55,6 ± 14,3 dibandingkan dengan konsistensi
susu ibu pada kasus status gizi tidak normal lebih jenis makanan pada kasus status gizi normal 44,3 ±
37,5 ± 22,7 dibandingkan dengan kesesuaian umur 85,7. Uji chi-square antara kedua variable diperoleh
nilai p = 0,001. ada hubungan yang signifikan antara dengan frekuensi pada kasus status gizi normal 54,8
frekuensi pemberian makanan pendamping dengan ± 80,6. Uji chi-square antara kedua variable
status gizi bayi, di mana frekuensi pada kasus status diperoleh nilai p = 0,03.
gizi tidak normal lebih 45,2 ± 19,4 dibandingkan
Tabel 2. Hubungan Faktor Enabling Makanan Pendamping Air Susu Ibu dengan Status Gizi Bayi
Status Gizi Bayi
Enabling Pemberian
Tidak Normal Normal Jumlah p-Value
MP ASI
n Persentase n Persentase
Kesesuaian Umur
Tidak Sesuai 15 37,5 25 62,5 40 0,234*
Sesusi 5 22,7 17 77,3 22 0,000**
Konsistensi Jenis
Tidak Konsisten 15 55.6 12 44,4 27 0,001*
Konsisten 5 14,3 30 85,7 35 0.090**
Frekuensi
Kurang 14 45,2 17 54,8 31 0,030*
Cukup 6 19,4 25 80,6 31 0,021**
*Chi-Square **Paired Test
Analisis Multivariat: Syarat yang terpenuhi dalam berhubungan. Dari tiga variable terdapat dua
analisis multivariate yaitu semua variabel yang variabel yang signifikan pada analisis bivariat
berhubungan dengan nilai p value < 0,05 (konsistensi jenis makanan, frekuensi pemberian
dimasukkan yang kemudian dianalisis meliputi makanan). Peneliti menemukan variabel mana yang
variable konsistensi jenis makanan pendamping, paling berhubungan. Diindikasikan bahwa
frekuensi pemberian makanan pendamping, konsistensi jenis makanan dan frekuensi dapat
menggunakan metode statistik rasio untuk melihat meningkatkan status gizi.
variable yang lebih berisiko dan paling