Anda di halaman 1dari 22

BAB I

KONSEP MEDIS

A. Defenisi

Trauma okuli merupakan trauma atau cedera yang terjadi pada mata

yang dapat mengakibatkan kerusakan pada bola mata, kelopak mata, saraf mata

dan rongga orbita, kerusakan ini akan memberikan penyulit sehingga

mengganggu fungsi mata sebagai indra penglihat. Trauma okuli merupakan

salah satu penyebab yang sering menyebabkan kebutaan unilateral pada anak

dan dewasa muda, karena kelompok usia inilah yang sering mengalami trauma

okuli yang parah. Dewasa muda (terutama laki-laki) merupakan kelompok

yang paling sering mengalami trauma okuli. Penyebabnya dapat bermacam-

macam, diantaranya kecelakaan di rumah, kekerasan, ledakan, cedera olahraga,

dan kecelakaan lalu lintas (Ilyas, 2000).

Trauma okuli adalah tindakan sengaja maupun tidak yang

menimbulkan perlukaan mata. Trauma tersebut merupakan kasus gawat darurat

mata. Perlukaan yang ditimbulkan dapat ringan sampai berat atau

menimbulkan kebutaan bahkan kehilangan mata (Syarfudin, 2006).

Menurut Tamsuri (2004), ada 2 jenis trauma okuli, yaitu :

1. Trauma okuli non perforans, yaitu trauma okuli dengan ciri-ciri :

a. Tidak menembus dinding orbital (kornea dan sklera masih utuh)

b. Mungkin terjadi robekan konjungtiva

c. Adanya perlukaan kornea dan sklera

d. Kontaminasi intra okuli dengan udara luar tidak ada


2. Trauma okuli perforans, yaitu trauma okuli dengan ciri-ciri :

a. Adanya dinding orbita yang tertembus

b. Adanya kontaminasi intra okuli dengan udara luar

c. Prolaps bisa muncul, bisa tidak.

B. Etiologi

Menurut Ilyas (2006), trauma mata dapat terjadi secara mekanik dan

non mekanik

1. Mekanik, meliputi :

a. Trauma oleh benda tumpul, misalnya :

1) Terkena tonjokan tangan

2) Terkena lemparan batu

3) Terkena lemparan bola

4) Terkena jepretan ketapel, dan lain-lain

b. Trauma oleh benda tajam, misalnya:

1) Terkena pecahan kaca

2) Terkena pensil, lidi, pisau, besi, kayu

3) Terkena kail, lempengan alumunium, seng, alat mesin tenun.

c. Trauma oleh benda asing, misalnya:

Kelilipan pasir, tanah, abu gosok dan lain-lain

2. Non Mekanik, meliputi :

a. Trauma oleh bahan kimia:

1) Air accu, asam cuka, cairan HCL, air keras

2) Coustic soda, kaporit, jodium tincture, baygon

3) Bahan pengeras bakso, semprotan bisa ular, getah papaya, miyak

putih
b. Trauma termik (hipermetik)

1) Terkena percikan api

2) Terkena air panas

c. Trauma Radiasi

1) Sinar ultra violet

2) Sinar infra merah

3) Sinar ionisasi dan sinar X

C. Patofisiologi

Trauma yang mengenai mata dapat menyebabkan robekan pada

pembuluh darah iris, akar iris dan badan silier sehingga mengakibatkan

perdarahan dalam bilik mata depan iris bagian perifer merupakan bagian paling

lemah suatu yang mengenai mata akan menimbulkan kekuatan hidraulis yang

dapat menyebabkam hifema dan iridodialisis serta merobek lapisan otot

spingter sehingga pupil mnadi evoid dan non teaktri. Tenaga yang timbul dari

suatu trauma di perkirakan akan terus kedalam isi bola mata melalui sumbu

anterior, posterior sehingga menyebabkan kompresi ke posterior sehingga

menegakakkan bola mata ke lateral sesuai dengan garis-garis ekoator lifema

yang terjad dalam beberapa hari oleh karena adanya proses hemostasisi darah

dalam bilik mata depan akan di serap sehingga akan jernih kembali (Pearce,

2009).
D. Tanda dan Gejala

Menurut Ilyas (2006), gejala klinis yang dapat terjadi pada trauma

mata antara lain:

1. Perdarahan atau keluar cairan dari mata atau sekitarnya

Pada trauma mata perdarahan dapat terjadi akibat luka atau robeknya

kelopak mata atau perdarahan yang berasal dari bola mata. Pada trauma

tembus caian humor akueus dapat keluar dari mata.

2. Memar pada sekitar mata

Memar pada sekitar mata dapat terjadi akibat hematoma pada palpebra.

Hematoma pada palpebra juga dapat terjadi pada pasien yang mengalami

fraktur basis kranii.

3. Penurunan visus dalam waktu yang mendadak

Penurunan visus pada trauma mata dapat disebabkan oleh dua hal, yang

pertama terhalangnya jalur refraksi akibat komplikasi trauma baik di

segmen anterior maupun segmen posterior bola mata, yang kedua akibat

terlepasnya lensa atau retina dan avulsi nervus optikus.

4. Penglihatan ganda

Penglihatan ganda atau diplopia pada trauma mata dapat terjadi karena

robeknya pangkal iris. Karena iris robek maka bentuk pupil menjadi tidak

bulat. Hal ini dapat menyebabkan penglihatan ganda pada pasien

5. Mata bewarna merah

Pada trauma mata yang disertai dengan erosi kornea dapat ditemukan

pericorneal injection (PCI) sehingga mata terlihat merah pada daerah

sentral. Hal ini dapat pula ditemui pada trauma mata dengan perdarahan

subkonjungtiva.
6. Nyeri dan rasa menyengat pada mata

Pada trauma mata dapat terjadi nyeri yang disebabkan edema

pada palpebra. Peningkatan tekanan bola mata juga dapat menyebabkan

nyeri pada mata.

7. Sakit kepala

Pada trauma mata sering disertai dengan trauma kepala. Sehingga

menimbulkan nyeri kepala. Pandangan yang kabur dan ganda pun

dapat menyebabkan sakit kepala.

8. Mata terasa Gatal, terasa ada yang mengganjal pada mata

Pada trauma mata dengan benda asing baik pada konjungtiva

ataupun segmen anterior mata dapat menyebabkan mata terasa gatal dan

mengganjal. Jika terdapat benda asing hal ini dapat menyebabkan

peningkatan produksi air mata sebaga salah satu mekanisme

perlindungan pada mata.

9. Fotopobia

Fotopobia pada trauma mata dapat terjadi karena dua penyebab. Pertama

adanya benda asing pada jalur refraksi, contohnya hifema, erosi kornea,

benda asing pada segmen anterior bola mata menyebabkan jalur sinar yang

masuk ke dalam mata menjadi tidak teratur, hal ini menimbulkan silau

pada pasien. Penyebab lain fotopobia pada pasien trauma mata adalah

lumpuhnya iris. Lumpuhnya iris menyebabkan pupil tidak dapat mengecil

dan cenderung melebar sehingga banyak sinar yang masuk ke dalam mata.
E. Pemeriksaan Diagnostik/ Penunjang

Menurut James B. (2005), pemeriksaan yyang dapat dilakukan pada

trauma mata meliputi:

1. Pemeriksaan Umum

Pemeriksaan pada kasus trauma mata dilakukan baik subyektf maupun

obyektif.

a. Pemeriksaan Subyektif

Pemeriksaan ketajaman penglihatan. Hal ini berkaitan dengan

pembutatan visum et repertum. Pada penderita yang ketajamannya

menurun, dilakukan pemeriksaan retraksi untuk mengetahui bahwa

penurunan penglihatan mungkin bukan disebabkan oleh trauma tetapi

oleh kelainan retraksi yang sudah ada sebelum trauma.

b. Pemeriksaan Obyektif

Saat penderita kita inspeksi sudah dapat diketahui adanya kelainan di

sekitar mata seperti adanya perdarahan sekitar mata. Pembengkakan di

dahi, pipi, hidung dan lain-lain yang diperiksa pada kasus trauma mata

ialah: keadaan kelopak mata kornea, bilik mata depan, pupil, lensa dan

tundus, gerakan bola mata dan tekanan bola mata.

Pemeriksaan segmen anterior dilakukan dengan sentotop, loupe slit lamp

dan atlalmoskop.

2. Pemeriksaan Khusus

a. Pembiakan kuman dari benda yang merupakan penyebab trauma untuk

menjadi petunjuk pemberian obat antobiotik pencegah infeksi.


b. Pemeriksaan Radiology Foto Orbita

Untuk melihat adanya benda asing yang radioopak, bila ada dilakukan

pemeriksaan dengan lensa kontak combrang dan dapat ditentukan

apakah benda asing intra okuler atau ektra okuler.

c. Pemeriksaan ERG : untuk mengetahui fungsi retina yang rusak atau

yang masih ada.

d. Pemeriksaan VER : untuk melihat fungsi jalur penglihatan pusat

penglihatan

F. Komplikasi

Beberapa komplikasi yang dapat terjadi akibat trauma okuli adalah

erosi kornea, iridoplegia, hifema, iridosiklitis, subluksasi lensa, luksasi lensa

anterior, luksasi lensa posterior, edema retina dan koroid, ablasi retina, ruptur

koroid, serta avulsi papil saraf optic. Jika komplikasi tersebut keluar maka

terapi yang diberikan juga meliputi penanganan terhadap komplikasi yang

timbul (Ilyas, 2000).

G. Penatalaksanaan

Menurut Ilyas (2006), penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada

trauma mata meliputi:

1. Trauma Mata Benda Tumpul

Penanganan ditekankan pada utama yang menyertainya dan penilaian

terhadap ketajaman penglihatan. Setiap penurunan ketajaman penglihatan

tanda mutlak untuk melakukan rujukan kepada dokter ahli mata. Pemberian

pertolongan pertama berupa:

a. Obat-obatan analgetik : untuk mengurangi rasa sakit. Untuk

pemeriksaan mata dapat diberikan anesteshi local: Pantokain 0,5% atau

tetracain 0,5% - 1,0 %.


b. Pemberian obat-obat anti perdarahan dan pembengkakan

c. Memberikan moral support agar pasien tenang

d. Evaluasi ketajaman penglihatan mata yang sehat dan mata yang terkena

trauma

e. Dalam hal hitema ringan (adanya darah segar dala bilik mata depan)

tanpa penyulit segera ditangani dengan tindakan perawatan:

1) Tutup kedua bola mata

2) Tidur dengan posisi kepala agar lebih tinggi

3) Evaluasi ketajaman penglihatan

4) Evaluasi tekanan bola mata

f. Setiap penurunan ketajaman penglihatan atau keragu-raguan mengenai

mata penderita sebaiknya segera di rujuk ke dokter ahli mata.

2. Trauma mata benda tajam

Keadaan trauma mata ini harus segera mendapat perawatan khusus karena

dapat menimbulkan bahaya; infeksi, siderosis, kalkosis dan atlalmia dan

simpatika.

Pertimbangan tindakan bertujuan :

a. Mempertahankan bola mata

b. Mempertahankan penglihatan

Bila terdapat benda asing dalam bola mata, maka sebaiknya dilakukan usaha

untuk mengeluarkan benda asing tersebut. Pada penderita diberikan:

a. Antibiotik spectrum luas

b. Analgetik dan sedotiva

c. Dilakukan tindakan pembedahan pada luka yang terbuka


3. Trauma mata benda asing

a. Ekstra Okular

1) Tetes mata

2) Bila benda asing dalam forniks bawah, angkat dengan swab.

3) Bila dalam farniks atas, lipat kelopak mata dan angkat

4) Bila tertanam dalam konjungtiva, gunakan anestesi local dan angkat

dengan jarum

5) Bila dalam kornea, geraka anestesi local, kemudian dengan hat-hati

dan dengan keadaan yang sangat baik termasuk cahaya yang baik,

angkat dengan jarum.

6) Pada kasus ulerasi gunakan midriatikum bersama dengan antibiotic

local selama beberapa hari.

7) Untuk benda asing logam yang terlalu dalam, diangkat dengan

jarum, bisa juga dengan menggunakan magnet.

b. Intra okuler

1) Pemberian antitetanus

2) Antibiotic

3) Benda yang intert dapat dibiarkan bila tidak menybabkan iritasi

4. Trauma mata bahan kimia

a. Trauma akali

1) Segera lakukan irigasi selama 30 menit sebanyak 2000 ml; bila

dilakukan irigasi lebih lama akan lebih baik.

2) Untuk mengetahui telah terjadi netralisasi bisa dapat dilakukan

pemeriksaan dengan kertas lokmus; pH normal air mata 7,3

3) Diberi antibiotic dan lakukan debridement untuk mencegah infeksi

oleh kuman oportunie.


4) Diberi sikoplegik karena terdapatnya iritis dan sineksis posterior

5) Beta bloker dan diamox untuk mengatasi glukoma yang terjadi

6) Steroid diberikan untuk menekan radang akibat denoturasi kimia dan

kerusakan jaringan kornea dan konjungtiva namun diberikan secara

hati-hati karena steroid menghambat penyembuhan.

7) Kolagenase intibitor seperti sistein diberikan untuk menghalangi

efek kolagenase.

8) Vitamin C diberikan karena perlu untuk pembentukan jaringan

kolagen.

9) Diberikan bebat (verban) pada mata, lensa kontak lembek.

10) Karataplasti dilakukan bila kekerutan kornea sangat menganggu

penglihatan.

b. Trauma Asam

1) Irigasi segera dengan gara fisiologis atau air.

2) Kontrol pH air mata untuk melihat apakah sudah normal

3) Selanjutnya pertimbangan pengobatan sama dengan pengobatan

yang diberikan pada trauma alkali.

Tindakan pada trauma kimia dapat juga tergantung dari 4 fase peristiwa, yaitu:

1. Fase kejadian (immediate)

Tujuan dari tindakan adalah untuk menghilangkan materi penyebab

sebersih mungkin, yaitu meliputi:

a. Pembilasan dengan segera, denan anestesi tapical terlebih dahulu.

b. Pembilasan dengan larutan non toxic (NaCl 0,9% ringer lastat dan

sebagainya) sampai pH air mata kembali normal.


2. Fase Akut (sampai hari ke-7)

Tujuan tindakan adalah mencegah terjadinya penyulit dengan prinsip

sebagai berikut:

a. Mempercepat proses re-epitelisasi kornea

b. Mengontrol tingkat peradangan

c. Mencegah infeksi sekunder

d. Mencegah peningkatan tekanan bola mata

e. Suplemen / anti oksidan

f. Tindakan pembedahan

3. Fase Pemulihan Dini (early repair : hari ke 7 – 21)

Tujuannya membatasi penyakit setelah fase 2

4. Fase pemulihan akhir (late repair : setelah hari ke 21)

Tujuannya adalah rehabilitasi fungsi penglihatan

5. Trauma Mata Termik (hipertemik)

Daerah yang terkena dicuci dengan larutan steril dan diolesi dengan salep

atau kasa yang menggunakan jel. Petroleum setelah itu ditutup dengan

verban steril.

6. Trauma Mata Radiasi

Bila panas merusak kornea dan konjungtiva maka diberi pada mata

a. Lokal anastesik

b. Kompres dingin

c. Antibiotika lokal

H. Prognosis

Prognosis trauma mata dapat sembuh dengan baik setelah trauma minor

dan jarang terjadi sekuele jangka panjang karena munculnya sindrom erosi

berulang. Namun trauma tembus mata seringkali dikaitkan dengan kerusakan


penglihatan berat dan mungkin membutuhkan pembedahan ekstensif. Retensi

jangka panjang dari benda asing berupa besi dapat merusak fungsi retina

dengan menghasilkan radikal bebas. Serupa dengan hal itu, trauma kimia pada

mata dapat menyebabkan gangguan penglihatan berat jangka panjang dan rasa

tidak enak pada mata. Trauma tumpul dapat menyebabkan kehilangan

penglihatan yang tidak dapat diterapi jika terjadi lubang retina pada fovea.

Penglihatan juga terganggu jika koroid pada makula rusak. Dalam jangka

panjang, dapat timbul glaukoma sekunder pada mata beberapa tahun setelah

cedera awal jika jalinan trabekula mengalami kerusakan. Trauma orbita juga

dapat menyebabkan masalah kosmetik dan okulomotor


BAB II
KONSEP KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1. Identitas Pasien

Aspek yang perlu dikaji jenis pekerjaan, berkaitan dengan tingkat aktivitas

pasien dan status sosial ekonomi pasien. Pendidikan terakhir dikaji

berkaitan dengan tingkat pengetahuan pasien tentang penyakit dan

penatalaksanaannya
2. Keluhan Utama

3. Riwayat Penyakit Sekarang

Digunakan untuk menentukan prioritas utama riwayat cedera, bagaimana

terjadinya, dan gangguan penglihatan yang diakibatkan

4. Riwayat Kesehatan Masa Lalu

Adakah gangguan mata yang diderita sebelumnya

5. Riwayat kesehatan keluarga

Adakah kelainan mata yang diderita oleh anggota keluarga yang lain, atau
penyakit yang dapat mengakibatkan gangguan penglihatan

6. Psikososial

Klien dapat mengalami gangguan konsep diri yang dapat mempengaruhi

harga diri dan mengganggu aspek kehidupan pasien

7. Pola Aktivitas Sehari-hari

8. Pengkajian Fisik

Meliputi pemeriksaan ketajaman penglihatan, mobilitas mata, dan inspeksi

visual struktur luar mata


B. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan utama yang dapat muncul pada pasien dengan

trauma okuli adalah :

1. Nyeri berhubungan dengan inflamasi kornea / peningkatan tekanan

intraokuler

2. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan peningkatan kerentanan

sekunder terhadap interupsi permukaan tubuh.

3. Gangguan sensori dan persepsi visual berhubungan dengan cedera,

inflamasi, dan infeksi

4. Kurang pengetahuan mengenai perawatan praoperasi dan pasca operasi


C. Intervensi Keperawatn

No. DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL

1. Nyeri akut Nyeri berkurang atau a. Lakukan tindakan a. Tindakan

berhubungan hilang. penghilangan nyeri penghilangan nyeri

dengan imflamasi Kriteria hasil : yang non invasif dan yang non invasif

pada kornea atau a. Melaporkan non farmakologi, dan

peningkatan penurunan nyeri seperti berikut nonfarmakologi

tekanan progresif dan memungkinkan


1) Posisi : Tinggikan
intraokular. penghilangan nyeri klien untuk
bagian kepala
setelah intervensi. memperoleh rasa
tempat tidur,
b. Klien tidak gelisah. kontrol terhadap
berubah-ubah antara
nyeri.
berbaring pada

punggung dan pada

sisi yang tidak sakit.


2) Distraksi
3) Latihan relaksasi

b. Bantu klien dalam b. Klien kebanyakan


mengidentifikasi mempunyai
tindakan penghilangan pengetahuan yang
nyeri yang efektif. mendalam tentang

nyerinya dan

tindakan

penghilangan nyeri
yang efektif.

c. Untuk beberapa
c. Berikan dukungan
klien terapi
tindakan penghilangan
farmakologi
nyeri dengan analgesik
diperlukan untuk
yang diresepkan.
memberikan

penghilangan nyeri

yang efektif.
d. Beritahu dokter jika d. Tanda ini
nyeri tidak hilang menunjukkan
setelah 1/2 jam peningkatan
pemberian obat, jika tekanan intraokular
nyeri bertambah.
atau komplikasi
lain.

2. Risiko tinggi Tidak terjadi infeksi. a. Tingkatkan a. Nutrisi dan hidrasi

infeksi Kriteria hasil : Klien penyembuhan luka : yang optimal

berhubungan akan : meningkatkan


1. Berikan dorongan
dengan kesehatan secara
a. Menunjukkan untuk mengikuti
peningkatan keseluruhan, yang
penyembuhan tanpa diet yang
kerentanan meningkatkan
gejala infeksi. seimbang dan
sekunder terhadap penyembuhan luka
b. Nilai asupan cairan
interupsi pembedahan.
Labotratorium: yang adekuat.
permukaan tubuh. Memakai
SDP normal, kultur 2. Instruksikan klien
pelindung mata
negatif. untuk tetap
meningkatkan
menutup mata
penyembuhan
sampai dengan

diberitahukan menurunkan
untuk dilepas kekuatan iritasi.

b. Gunakan tehnik b. Tehnik aseptik

aseptik untuk meminimalkan

meneteskan tetes masuknya

mata : Cuci tangan mikroorganisme


sebelum memulai. dan mengurangi
risiko infeksi.
1. Pegang alat

penetes agak jauh

dari mata.

2. Ketika

meneteskan,

hindari kontak

antara mata,

tetesan dan alat

penetes.

3. Ajarkan tehnik ini

kepada klien dan

anggota
keluarganya.
c. Beritahu dokter c. Drainase abnormal

tentang semua memerlukan

drainase yang terlihat evaluasi medis dan


mencurigakan. kemungkinan

memulai

penanganan

farmakologi.

d. Kolaborasi dengan d. Mengurangi reaksi

dokter dengan radang, dengan


pemberian antibiotika steroid dan
dan steroid.. menghalangi

hidupnya bakteri,
dengan antibiotika.

3. Gangguan sensori Hasil yang diharapkan a. Kaji ketajaman a. Untuk mengetahui

dan persepsi visual / kriteria hasil pasien penglihatan, catat keadaan umum

berhubungan akan : apakah salah satu antara kedua mata,

dengan cedera, mata masih dapat tajam penglihatan


a. Meningkatkan
inflamasi, dan melihat. dan lapang
ketajaman
infeksi pandang.
penglihatan dalam
. b. Anjurkan pasien untuk b. Untuk
batas situasi
bedrest. mengistirahatkan
individu.
mata.
Mengenal

gangguan sensori
c. Bantu pasien dalam c. Meringaankan
dan berkompensasi
melakukan kegiatan pemenuhan
terhadap perubahan sehari-hari. kebutuhan klien

sehari-hari.

d. Kurangi penggunaan d. Mencegah

lampu yang terang. terjadinya

pandangan kabur,

dan iritasi mata.

4. Kurangnya Tujuan: Pasien dan a. Jelaskan kembali a. Agar klien

pengetahuan keluarga memiliki tentang keadaan mengerti tindakan


(perawatan) pengetahuan yang pasien, rencana yang akan

berhubungan memadai tentang perawatan dan dilakukan.

dengan keterbatasan perawatan. Dengan prosedur tindakan

informasi. kriteria hasil : yang akan di lakukan.

a. Klien memahami b. Jelaskan pada pasien b. Untuk memulihkan

prosedur agar tidak mata agar normal

perawatan. menggunakan obat kembali.

b. Klien aktif dalam tets mata secara

melakukan senbarangan.

tindakan yang c. Anjurkan pada pasien c. Upaya pencegahan

diberikan perawat. gara tidak membaca agar trauma tidak

c. Klien mengerti terlebih dahulu, muncul kembali.

tujuan perawatan “mengedan”, “buang

yang diberikan. ingus”, bersin atau

d. Klien mampu merokok.

melakukan d. Observasi d. Sebagai pedoman

perawatan mandiri kemampuan pasien intervensi yang


sesuai yang dalam melakukan dilaksanakan

diajarkan. tindakan sesuai selanjutnya

dengan anjuran
petugas.
DAFTAR PUSTAKA

Ilyas SH, 2006, Ilmu Penyakit Mata Edisi Ketiga, Jakarta : Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.

Ilyas, Sidarta. 2000. Kedaruratan Dalam Ilmu Penyakit Mata. Jakarta : FKUI
Jakarta.

James. B, 2005, Trauma dalam : Oftalmologi Edisi Kesembilan. Jakarta :


Erlangga

Pearce,Evelyn C. 2009. Anatomi Dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta :


Gramedia.

Syarfudin. 2006. Anatomy Fisiologi Mahasiswa Keperawatan Edisi


3. Jakarta : EGC.

Tamsuri, Anas. 2004. Klien Gangguan Mata dan Penglihatan Keperawatan


Medikal Bedah. Jakatra : EGC.
Penyimpangan KDM

Trauma Non Perforans Trauma Perforans

TRAUMA OKULI

Ruptur Perdarahan Kontaminasi Diskontinuitas Perdarahan


intra okuli intra okuli jaringan COP
dengan udara luar
Perlukaan Iris Pupil Koagulasi
kornea darah dalam Inflamasi Ablasio
COA / Hifema Resiko Jaringan retina
Penurunan Gangguan Penurunan Infeksi
tingkat pengaturan daya
ketajaman cahaya yang akomodasi Frekuensi Nyeri
masuk bayangan
oleh lensa
terganggu

Penglihatan Kurang
kabur Pengetahuan

Gangguan sensori
perseptual

Anda mungkin juga menyukai