OLEH :
KELOMPOK II
ANGGOTA KELOMPOK :
i
KATA PENGANTAR
November 2018
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 1
1.3 Tujuan 1
1.4 Manfaat 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Infeksi 2
2.2 Tindakan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
Silang 5
BAB III PENUTUP
3.1 Simpulan 14
3.2 Saran 14
DAFTAR PUSTAKA
iii
1
BAB I
PENDAHULUAN
1
mikroorganisme yang semula memang sudah ada didalam
tubuh dan berpindah ketempat baru yang kita sebut dengan
self infection atau auto infection, sementara infeksi eksogen
(cross infection/infeksi silang) disebabkan oleh
mikroorganisme yang berasal dari rumah sakit dan dari satu
pasien ke pasien lainnya.
Dalam hal ini, perawat sebagai salah satu pemberi
layanan kesehatan berperan besar untuk memperkecil risiko
infeksi tersebut. Oleh karena itu, kami akan membahas
mengenai pencegahan dan pengendalian infeksi silang dalam
makalah ini .
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Infeksi
a. Pengertian
Infeksi adalah proses invasif oleh mikroorganisme dan
berproliferasi didalam tubuh yang menyebabkan sakit (potter
& Perry 2005). Sedangkan menurut Smeltzer & Brenda
(2002), infeksi adalah beberapa penyakit yang disebabkan
oleh pertumbuhan organisme patogenik dalam tubuh.
b. Penyebab infeksi
Tipe mikroorganisme penyebab infeksi dibagi menjadi empat
kategori, yaitu :
1) Bakteri
Bakteri merupakan penyebab terbanyak dari infeksi.
Ratusan spesies bakteri dapat menyebabkan penyakit pada
manusia dan dapat hidup didalam tubuhnya. Bakteri bisa
masuk antara lain melalui udara, tanah, air, makanan,
cairan dan jaringan tubuh dan benda mati lainnya.
2) Virus
Virus terutama berisi asam nukleat (nukleat acid)
karenanya harus masuk dalam sel hidup untuk di
produksi.
3) Parasit
3
Parasit hidup dalam organisme hidup lain, termasuk
kelompok parasit adalah protozoa, cacing dan arthropoda.
4) Fungi
Fungi terdiri dari ragi dan jamur
c. Tipe Infeksi
1) Kolonisasi
Merupakan suatu proses dimana benih mikroorganisme
menjadi flora yang menetap/residen. Mikroorganisme bisa
tumbuh dan berkembang biak tetapi tidak bisa
menimbulkan penyakit. Infeksi terjadi ketika
mikroorganisme yang menetap tadi sukses
menginvasi/menyerang bagian tubuh/host manusia yang
system pertahanannya tidak efektif dan pathogen
menyebabkan kerusakan jaringan.
2) Infeksi local
Spesifik dan terbatas pada bagian tubuh dimana
mikroorganisme tinggal.
3) Infeksi Sistemik
Terjadi bila microorganisme menyebar kebagian tubuh
yang lain dan menimbulkan kerusakan.
4) Bakterimia
Terjadi ketika didalam darah ditemukan adanya bakteri.
5) Septikimia
4
Multiplikasi bakteri dalam darah sebagai hasil dari infeksi
sistemik.
6) Infeksi akut
Infeksi yang muncul dalam waktu singkat.
7) Infeksi kronik
Infeksi yang terjadi secara lambat dalam periode yang
lama (dalam hitungan bulan/tahun).
d. Rantai Infeksi
Proses terjadinya infeksi seperti rantai yang saling terkait
antar berbagai faktor yang saling mempengaruhi, yaitu agen
infeksi, reservoir, portal of exit, cara penularan, portal of
entry dan host atau penjamu yang rentan.
Skema 2.1
Agen infeksi
Host/pejamu
Reservoir
5
Portal de exit
Portal de entry
Cara penularan
(Perry & Potter
2005)
1) Agen Infeksi
Mikroorganisme yang termasuk dalam agen infeksi
antara lain bakteri, virus, jamur dan protozoa.
Mikroorganisme dikulit bisa merupakan flora transient
maupun resident. Mikroorganisme transient normalnya
ada dan jumlahnya stabil, organisme ini bisa hidup dan
berbiak dikulit. Organisme transient melekat pada kulit
saat seseorang kontak dengan objek atau orang lain
dalam aktivitas normal. Organisme ini siap ditularkan
kecuali dengan cuci tangan. Organisme residen tidak
dengan mudah bisa dihilangkan melalui cuci tangan
dengan sabun dan detergen biasa kecuali bila gosokan
dilakukan dengan seksama. Mikroorganisme dapat
menyebabkan infeksi tergantung pada: jumlah
mikroorganisme, virulensi (kemampuan menyebabkan
6
penyakit), kemampuan untuk masuk dan bertahan hidup
dalam host serta kerentanan dalam host/pejamu.
3) Portal of exit
Mikroorganisme yang hidup didalam reservoir harus
menemukan jalan keluar untuk masuk ke dalam host
dan menyebabkan infeksi. Sebelum menimbulkan
infeksi, mikroorganisme harus keluar terlebih dahulu
7
dari reservoirnya. Jika reservoirnya manusia, kuman
dapat keluar melalui saluran pencernaan, pernafasan,
perkemihan, genetalia, kulit, membrane mukosa yang
rusak serta darah.
4) Cara penularan
Kuman dapat berpindah atau menular ke orang lain
dengan berbagai cara seperti kontak langsung dengan
penderita melalui oral, fekal, kulit atau darahnya.
Kontak tidak langsung melalui jarum atau balutan bekas
luka penderita, peralatan yang terkontaminasi, makanan
yang diolah tidak tepat, melalui vector nyamuk atau
lalat.
5) Portal masuk
Sebelum seseorang terinfeksi, mikroorganisme harus
masuk dalam tubuh. Kulit merupakan barier pelindung
tubuh terhadap masuknya kuman infeksius. Rusaknya
kulit atau ketidakutuhan kulit dapat menjadi portal
masuk. Mikroba dapat masuk kedalam tubuh melalui
rute yang sama dengan portal keluar. Faktor-faktor yang
menurunkan daya tahan tubuh memperbesar kesempatan
pathogen masuk kedalam tubuh.
8
6) Daya tahan hospes (manusia)
Seseorang terkena infeksi bergantung pada kerentanan
terhadap agen infeksius. Kerentanan bergantung pada
derajat ketahanan tubuh individu terhadap pathogen.
Meskipun seseorang secara konstan kontak dengan
mikroorganisme dalam jumlah yang besar, infeksi tidak
akan terjadi sampai individu rentan terhadap kekuatan
dan jumlah mikroorganisme tersebut. Beberapa faktor
yang mempengaruhi kerentanan tubuh terhadap kuman
yaitu usia, keturunan, stress (fisik dan emosional), status
nutrisi, terafi medis, pemberian obat dan penyakit
penyerta.
e. Proses Infeksi
Infeksi terjadi secara progresif dan beratnya infeksi pada
klien tergantung dari tingkat infeksi, patogenisitas
mikroorganisme dan kerentanan penjamu. Dengan
proses perawatan yang tepat, maka akan meminimalisir
penyebaran dan meminimalkan penyakit. Perkembangan
infeksi mempengaruhi tingkat asuhan keperawatan yang
diberikan.
Berbagai komponen dari system imun memberikan
jaringan kompleks mekanisme yang sangat baik yang
jika utuh, berfungsi mempertahankan tubuh terhadap
9
mikroorganisme asing dan sel-sel ganas. Pada beberapa
keadaan, komponen-komponen baik respon spesifik
maupun non spesifik bisa gagal dan hal tersebut bisa
mengakibatkan kerusakan pertahanan hospes. Orang-
orang yang mendapat infeksi yang disebabkan oleh
defisiensi dalam pertahanan dari segi hospesnya disebut
hospes yang melemah. Sedangkan orang-orang dengan
kerusakan mayor yang berhubungan dengan respon
imun spesifik disebut hospes yang terimunosupres.Ciri-
ciri umum yang berkaitan dengan hospes yang melemah
adalah : infeksi berulang, infeksi kronik, ruam kulit,
diare, kerusakan pertumbuhan dan meningkatnya
kerentanan terhadap kanker tertentu.
Secara umum proses infeksi adalah sebagai berikut :
1) Periode inkubasi
Interval antara masuknya pathogen kedalam tubuh dan
munculnya gejala pertama.
2) Tahap prodromal
Interval dari awitan tanda dan gejala non spesifik
(malaise, demam ringan, keletihan) sampai gejala yang
spesifik. Selama masa ini, mikroorganisme tumbuh dan
berkembang biak dan klien lebih mampu menyebarkan
penyakit ke orang lain.
3) Tahap sakit
10
Klien memanifestasikan tanda dan gejala yang spesifik
terhadap jenis infeksi.
4) Pemulihan
Interval saat munculnya gejala akut infeksi.
11
transmisi mikroorganisme. Telah terbukti bahwa
tindakan mencuci tangan secara signifikan
menurunkan infeksi pada ICU dan infeksi saluran
pencernaan. Kulit yang rusak pada tangan
mengandung pathogen yang lebih banyak.
Mencuci tangan dengan sabun adalah cara terbaik
untuk menghentikan penyebaran kuman,
dibandingkan hanya memakai air saja. Kebiasaan
sederhana ini terbukti berperan penting dalam
membantu mencegah penyebaran kuman dan
menurunkan jumlah anak yang sakit di seluruh
dunia.
Penyebaran kuman melalui tangan sangatlah sering
menyebabkan penyakit. Oleh karena itu, PBB
mencanangkan Hari Cuci Tangan Pakai Sabun
Sedunia (HCTPS) atau Global Handwashing Day
yang dilakukan setiap tanggal 15 Oktober. Hal ini
dilakukan untuk menggalakkan kebiasaan mencuci
tangan dengan sabun pada masyarakat. Tujuannya,
agar tingkat kematian balita dan pencegahan
terhadap penyakit infeksi yang berdampak pada
kualitas hidup masyarakat menurun.
12
Faktor penting untuk mempertahankan hygiene
yang baik dan mempertahankan integritas kulit
adalah :
13
inilah sebabnya diperlukan sarung tangan steril
sekali pakai (disposible) untuk beberapa prosedur.
Candida albicans, salah satu penyebab oral thrush
(jamur pada mulut) pada pasien kanker stadium
lanjut, dapat menyebar dari pasien ke tangan
perawat. Penyebaran ini dapat dicegah dengan
mengenakan sarung tangan steril saat kontak dengan
mukosa oral.
14
c) Sebelum menyediakan makanan dan menyuapi
pasien
d) Setelah menyentuh alat yang terkontaminasi
e) Sebelum menyiapkan obat bagi pasien
f) Sebelum memegang alat steril bagi pasien, yaitu
pasien telah menggunakan urinal sebelum dan
sesudah makan
15
b) Prosedur
kerja:
1. lepaskan segala yang melekat pada daerah
tangan,seperti cincin atau jam tangan.
2. Basahi jari tangan,lengan hingga siku dengan
air,kemudian sabuni dan sikat bila perlu.
3. Bilas dengan air bersih yang mengalir dan
keringkan dengan handuk atau lap kering.
2) Teknik mencuci dengan desinfeksi
a) Alat dan bahan:
1. Air bersih
2. Larutan desinfektan lisol atau savlon
3. Handuk atau lap kering
b) Prosedur kerja:
1. Lepaskan segala yang melekat pada daerah
tangan,seperti cincin atau jam tangan,
.2 Basahi jari tangan,lengan hingga siku dengan
air,kemudian dengan larutan desinfektan
(lisol atau savlon)dan sikat bila perlu.
3. Bilas dengan air bersih yang mengalir dan
keringkan dengan handuk atau lap kering.
3) Teknik mencuci steril
a) Alat dan bahan:
1. Air mengalir
2. Sikat steril dalam tempat
3. Alkohol 70%
4. Sabun
b) Prosedur kerja:
16
1. Lepaskan segala yang melekat pada
daerah tangan,seperti cincin atau jam
tangan.
2. Basahi jari tangan,lengan hingga siku dengan
air,kemudian alirkan sabun(2-5 ml)ke tangan dan
gosokkan tangan serta lengan sampai 5 cm diatas
siku,kemudian sikat
ujung jari,tangan lengan,dan kuku
sebanyak kurang lebih 15 kali
gosokan,sedangkan telapak tangan 10
kali gosokan hingga siku.
3. Bilas dengan air bersih yang mengalir
4. Setelah selesai tangan di bilas dan tetap
diarahkan ke atas.
5. Gunakan sarung tangan steril.
17
berpindah dari klien satu ke klien yang lainnya
c. Persiapan alat
1) Sarung tangan steril
2) Wastafel/air mengalir untuk cuci tangan
3) Handuk bersih
4) Sabun
d. Prosedur
1) Siapkan peralatan dan bahan yang dibutuhkan
2) Lepaskan cincin, jam tangan dan gelang
3) Lakukan cuci tangan
4) Buka pembungkus kemasan bagian luar dengan
hati-hati menyibakkannya ke
samping
5) Pegang kemasan bagian dalam dan taruh pada
permukaan datar yang bersih tepat diatas
ketinggian pergelangan tangan.
6) Buka kemasan, pertahankan sarungtangan pada
permukaan dalam pembungkus.
7) Identifikasi sarung tangan kanan dan kiri. Setiap
sarung tangan mempunyai manset kurang lebih 5
cm (2 inci). Kenakan sarung tangan pada sarung
tangan yang lebih dominan.
8) Dengan ibu jari dan dua jari lainnya dari tangan
non dominan, pegang tepi manset sarung tangan
untuk tangan dominan. Sentuh hanya pada
permukaan dalam sarung tangan.
9) Tarik sarung tangan pada tangan yang dominan,
lebarkan manset, pastikan bahwa manset tidak
18
menggulung pada tangan, pastikan juga ibu jari
dan jari-jari anda pada posisi yang tepat.
10) Dengan tangan yang telah memakai sarung tangan,
masukkan jari di bawah manset sarung tangan
kedua.
11) Tarik sarung tangan kedua pada tangan yang non dominan.
Jangan biarkan jari-jari dan ibu jari sarung tangan yang
dominan menyentuh bagian tangan non dominan yang
terbuka. Pertahankan ibu jari sarung tangan non dominan
abduksi ke belakang
12) Jika sarung tangan kedua telah terpasang cakupkan kedua
tangan, manset biasanya terbuka saat pemasangan.
Pastikan untuk menyentuh bagian yang steril.
19
Adalah memakai / memasang baju steril pada diri
sendiri atau orang lain setelah cuci tangan, dengan
prosedur tertentu agar lokasi pernbedahan bebas
dan mikroorganisme.
2) Tujuan :
a) Untuk menghindari kontaminasi.
b) Agar tidak terjadi path luka operasi
c) Agar lokal pembedahan dalam keadaan aseptik.
3) Persiapan
a) Baju steril dalam bungkusan set steril.
b) Teman kerja (perawat sirkulasi) untuk membantu
mengikat tali baju.
20
lengan baju kanan, diikuti dengan tangan kiri
dimasukkan ke lengan kiri.
g) Perawat sirkulasi berdiri dibelakangnya untuk
membantu mengikat tali baju dengan menarik
bagian belakang leher baju
h) Buka tali ikat pinggang, berikan salah satu ujung
tali tersebut pada perawat sirkulasi.
i) Dengan korentang tali tersebut terjepit, orang
yang memakai baju memutarkan badannya,
kemudian mengambil tali dan jepitan serta
mengikat tali tersebut. Pada saat rnemutar tidak
boleh terjadi kontaminasi.
21
e) Setelah tangan kanan dan kiri masuk, sambil
diangkat kedua lengan direntangkan supaya gaun
masuk. Perawat sirkulasi membantu dari sisi dalam
dan kemudian mengikat tali gaun. Buka ikat
pinggang lalu berikan salah satu pada yang
dipasang dan disuruh berputar dan berikan dan
diikat.
c. Gaun untuk ruang isolasi
1) Pengertian
2) Tujuan
a) Sebagai kewaspadaan untuk mengurangi penularan
mikroorganisme saat meraat pasien yang diisolasi
b) Melindungi perawat dari penularan penyakit
22
2) Keringkan kedua lengan
3) Ambil jas operasi pada bagian bawah sisi leher dan
juntai kebawah
4) Buka lipatan jas secara perlahan dan masukkan kedua
tangan kedalam kedua lengan jas
5) Perhatikan kedua tangan tetap dalam lengan jas,
sementara perawat sirkuler mengikat kedua tali dimulai
dengan tali atas kemudian tali bawah
f. Langkah melepas jas operasi
1) Dengan tetap memakai sarung tangan kendorkan
manset dan goyangkan kebawah sampai pergelangan
tangan. Tahan jas dibagian bahu kanan (buka ikatan tali)
2) Tarik lengan jas dari tubuh dengan memfleksikan siku
3) Pegang bahu lengan sebelah kiri dan tarik lengan
dengan posisi terbalik
23
buah unit yang biasanya digunakan terdiri dari masker kertas
dengan pelindung plastic jernih yang dapat ditarik ke atas dari
masker untuk melindungi mata.
a. Pengertian
b. Tujuan
1) Mencegah atau mengurangi transmisi mikroorganisme
melalui udara ( droplet infection ) saat merawat pasien yang
diisolasi.
2) Melindungi perawat dari infeksi pernafasan, seperti
Tuberkulosis.
c. Indikasi
1) Saat membantu prosedur sprosedur steril
2) Saat menyiapkan alat-alat steril untuk area steril
3) Saat merawat pasien di ruang isolasi
d. Persiapan alat
1) Masker sekali pakai
a) Menggunakan Masker
Prosedur
1. Cuci tangan
2. Tenukan tepi atas masker ( masker biasanya mempunyai
strip logam tipis disalah satu tepinya yang dapat ditekuk
untuk disesuaikan dengan pangkal hidung pengguna ).
24
Periksa kebijakan institusi untuk menggunakan masker
yang tepat.
3. Pegang masker pada kedua tali bagian tali. Ikat kedua tali
tersebut di belakang kepala dengan tali di atas telinga.
4. Ikat kedua tali bawah di sekitar leher dengan tepi masker
bawah tepat di bawah dagu. Ada juga jenis masker yang
mempunyai tali elastic yang dikaitkan di kedua telinga.
b) Melepas Masker
Prosedur
1. Bila menggunakan sarung tangan, lepaskan terlebih
dahulu sarung tangan kemudian masker, baaru cuci
tangan
2. Lepaskan kedua ikatan dan lipat masker menjadi
setengahnya dengan permukaan dalam saling beradapan.
3. Buang masker ke dalam tempat yang elah disediakan
( masker sekali pakai harus dibuang ke tong sampah
infeksius yang berwarna kuning).
25
mikroorganisme dari rambut keluka operasi. Walaupun
pemakaian penutup kepala mungkin sesuai untk mencegah
rambut jatuh kelapangan operasi, namun keefektifan
pelindung semacam itu berkaitan dengan kemampuannya
menutupi semua rambut dan kulit kepala
Perawatan keteter vena sentral
Kateter vena sentral (central venous catheter, CVC) dapat
diimplantasika melaluipembedahan pada pasien yang
membutuhkan terapi intavena jangka panjang atau dapat
diinsersi oada perifer untuk jangka pendek. Di Inggris,
hamper 6000 pasien per tahun mendapatkan infeksi pasa
sirkulasi darah karena kateter (catheter-related bloodstream
infection, CR-BSI) , disebabkan pemasangan dan perawatan
kateter vena sentral. Infeksi ini merupakan salah satu
komplikasi paling berbahaya pada pasien. Mikroorganisme
penyebab yang tersering adalah Staphylococcus epidermidis.
Infeksi dapat disebarkan dari tangan tenaga medis saat
perawatan atau dari mikroorganisme kulit yang
mengontaminasi kateter saat pemasangan . Maka sangat
penting melakukan tindakan penfhalang steril secara
maksimal saat memasang kateter vena sentral.
26
Rekomendasi dari pedoman pencegahan infeksi oleh tenaga
medis menunjukkan bahwa minimalisasi risiko infeksi dapat
dilakukan dengan :
27
membunuh atau mengurangi pertumbuhan
mikroorganisme tergantung dari resistensi alami
mikroorganisme. Disinfeksi umumnya berbahaya untuk
kulit dan harus menggunakan pakaian pelindung saat
memakainya. Antiseptic adalah agen antimikroba yang
menurunkan pertumbuhan mikroorganisme pada jaringan
hidup. Contoh antiseptic yang umum adalah iodin dan
hidrogen peroksida.
28
menggunakan disinfektan dengan konsentrasi yang tepat.
Begitu pula, disinfektan harus digunakan dalam durasi
waktu yang tepat dan dipastikan bahwa larutan
disinfektan masih baru agar prosedur disinfeksi efektif.
2.2..7 Sterilisasi
Sterilisasi adalah prosedur untuk membunuh semua
organisme termasuk endospore dan virus. Autoklaf (dapat
dilakukan dengan alat masak bertekanan tinggi, presto)
dapat digunakan untuk sterilisasi dengan menggunakan
uap bertekanan tinggi. Prosedur ini sering digunakan
untuk sterilisasi instrument bedah umum dan masker
anestesi. Temperatur tinggi dicapai ketika uap berada
dalam tekanan tinggi, seperti 121 0C pada 108 kPa (15
psi) yang akan membunuh mikroorganisme dalam
jangkan pendek dibandingkan menggunakan panas pada
tekanan atmosfer biasa. Di pabrik, produk steril seperti
syringe disposable disterilisasi sebelum dikemas dengan
29
menggunakan radiasi sinar gamma untuk menghancurkan
mikroorganisme.
30
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Infeksi adalah proses invasif oleh mikroorganisme dan
berproliferasi didalam tubuh yang menyebabkan sakit (potter
& Perry 2005). Sedangkan menurut Smeltzer & Brenda
(2002), infeksi adalah beberapa penyakit yang disebabkan
oleh pertumbuhan organisme patogenik dalam tubuh.
Peran penting perawat adalah mengetahui prosedur
dan praktik yang mungkin menyebabkan infeksi nosokomial,
misalnya teknik-teknik invasif, jalur tindakan dan menyadari
faktor-faktor lainnya yang dapat meningkatkan risiko infeksi
seperti kebersihan yang kurang, status gizi kurang, dan
imunosupresi. Mungkin faktor pencegahan terpenting adalah
memastikan dilaksanakannya prosedur pengontrolan infeksi,
yang dilaksanakan di setiap rumah sakit. Perawatan terpisah
merupakan usaha mencegah penyebaran infeksi dengan
isolasi protektif atau mencegah infeksi dari pasien yang
terinfeksi (isolasi sumber)
3.2 Saran
Melalui tulisan ini, penulis ingin menyampaikan
saran-saran kepada berbagai pihak, yaitu:
31
1. Kepada staf pengajar, agar lebih banyak memberikan
materi tentang Tindakan Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi Silang.
2. Kepada mahasiswa, diharapkan tulisan ini dapat dijadikan
motivasi untuk lebih mendalami materi tentang Tindakan
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Silang
32
33
DAFTAR PUSTAKA
https://dokumen.tips/documents/tindakan-pencegahan-pengendalian-infeksi-
silang.html
https://www.academia.edu/9069276/BAB_I_PEMBAHASAN_1._Konsep_Dasar_In
feksi
http://anggalesmana76./2012/07/tindakan-pencegahan-infeksi.html
https://ayupermatasari38.wordpress.com/2015/05/26/pencegahan-infeksi/