Anda di halaman 1dari 2

Kelompok 3

1. Isabella Megananda M (17/408705/EK/21277)


2. N. Chrisnindita D (17/408712/EK/21284)
3. Rika Absoni (17/408718/EK/21290)
4. Uswatun Hasanah (17/408720/EK/21292)
5. Yustina Chrisya (17/408724/EK/21296)
6. Alan Naufal Yudistira (17/411755/EK/21405)
Case Study 01 : Monitoring in the Workplace (chapter 4)

1. Do you consider the approach taken by Blackburn Rovers to be too strict on employees,
too lenient, or just right?

Pendekatan yang dilakukan oleh Blackburn Rovers merupakan hal yang tepat, tidak
terlalu ketat/kaku dan tidak terlalu longgar. Hal ini memudahkan karyawan untuk
mengidentifikasi daerah mana yang memerlukan perbaikan, membantu proses rewards
yang lebih adil. Selain itu, sistem yang dijalankan Blackburn Rovers juga dapat
menilai keefektifan dan efisiensi kinerja karyawannya.

2. Consider the five moral dimensions described in the text. Which are involved in the case
of Copeland v. the United Kingdom

Berdasarkan 5 dimensi moral yang disebutkan di teks, dimensi yang berkaitan dengan
kasus Copeland adalah hak informasi dan hak terkait kepemilikan. Hak informasi
berkaitan dengan apa saja yang dimiliki individu atau organisasi dan apa yang dapat
mereka lindungi. Sedangkan hak kepemilikan berkaitan dengan bagaimana hak-hak
yang dimiliki individu maupun organisasi dapat dilindungi dalam sebuah lingkup
kehidupan digital.
Dalam kasus tersebut, telah terjadi pelanggaran privasi dan kepemilikan terhadap
Copeland. Pihak Carmarthenshire College tidak membuat kesepakan bersama dalam
kontrak kerja karyawan mengenai hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan terhadap
fasilitas yang diberikan kepada karyawan untuk bekerja. Oleh karena itu,
Carmarthenshire College tidak dapat membawa kasus penyalahgunaan fasilitas kerja
ke ranah hukum tetapi justru melanggar hak informasi (privasi) dan kepemilikan
seperti yang terjadi dalam kasus Copeland.

3. Consider the following scenario. Your 14-year-old son attends a soccer academy. While
there, he downloads unsuitable images, which he later to his friends. He would not have
been able to download the image at home, because you have installed parental control
software. Who is to blame for his indiscretion ?

Dalam kasus ini kesalahan yang bersifat tidak etis tersebut bukan merupakan
kesalahan dari software parental control, melainkan kesalahan dari orang tua dari anak
tersebut. Dalam kasus ini software parental control tidak melindungi pengawasan pada
jaringan internet diluar rumah, padahal untuk saat ini banyak software parental control
yang dapat mengawasi gadget tersebut tanpa melihat jaringan yang digunakan.
Apabila orang tua menggunakan software tersebut, sudah semestinya kesalahan etik
yang sama tidak terulang.
Selain itu, kesalahan juga dilakukan oleh pihak akademi sepakbola tempat anak itu
berlatih. Akademi sepakbola tersebut dinilai lalai dalam memberi pengawasan terkait
penggunaan internet. Mayoritas orang yang berlatih adalah anak di bawaj umur,
seharusnya pihak manajemen dapat memberi pengawasan lebih terhadap mereka.
Control terhadap web visit adalah contoh yang paling sederhana untuk mencegah anak
mengunjungi situs yang dilarang.

Anda mungkin juga menyukai