tthartati@gmail.com ; costrie.ganes@gmail.com
Abstrak
Dengan bertambahnya umur nampaknya faktor resiko menderita demensia juga akan meningkat. Ada berbagai macam
instrumen yang dapat digunakan untuk melakukan screening, akan tetapi biasanya dibutuhkan seorang ahli yang
terlatih untuk mengadministrasikannya. Untuk itulah, peneliti pada tulisan ini ingin memberikan pilihan lain dari
penggunaan instrumen screening untuk demensia, yang dinamakan Clock Drawing Test. Tujuan Penelitian ini adalah
memberikan gambaran mengenai pengadministrasian Clock Drawing Test di Indonesia dan fungsinya untuk
mengetahui tanda-tanda orang lanjut usia yang mengalami demensia. Metode penelitian yang digunakan adalah
deskriptif dengan melibatkan 133 orang responden. Hasil penelitian menggambarkan bahwa tes menggambar jam
mudah diadministrasikan dan tidak ada penolakan dari responden. Pendidikan dan jenis pekerjaan tidak
mempengaruhi administrasi dari tes tersebut.
tetap antara 50-60 tahun bahkan ada yang merah). Sebagian dari hasil-hasil penelitian
lebih rendah. Di negara-negara yang sedang tersebut akan diuraikan dibawah ini.
berkembang usia harapan hidup berkisar 10
tahun atau lebih ada di bawah rata-rata usia
harapan hidup penduduk dunia. (dalam
Shirdev & Levey, 2004) Usia harapan hidup
yang lebih lama akan menyebabkan perubahan
yang terjadi pada struktur dan sistem pada
masyarakat dunia. Berbagai permasalahan
yang dialami oleh para orang lanjut usia
seperti tersedianya tenaga kerja yang masih
potensial, fasilitas untuk mereka, serta masalah
medis dan psikis yang sering dialami (misal:
depresi, demensia, penyakit jantung, darah
tinggi). (Source: Ferri dkk, 2005, dalam Final Report,
2005)
WHO membagi epidemologi dan prevalensi
demensia berdasarkan wilayah geografi di Penelitian yang dilakukan pada tahun 1998
seluruh dunia menjadi empat bagian yaitu menyatakan bahwa alzheimer menyerang
(AMRO [wilayah Amerika], EURO [Eropa], mereka yang berusia di atas 50 tahun,
EMRO [Afrika utara dan timur tengah], AFRO sementara di Indonesia usia termuda yang
[Afrika], SEARO [Asia Selatan] and WPRO mengalami penyakit ini berusia 56 tahun.
[wilayah Pasifik bagian barat]). Gambar di Kira-kira 5% usia lanjut 65 - 70 tahun
bawah ini memperlihatkan bagian wilayah di menderita demensia dan meningkat dua kali
dunia yang memperlihatkan bukti-bukti lipat setiap 5 tahun mencapai lebih 45 % pada
penelitian prevalensi demensia. Bagian yang usia diatas 85 tahun. Pada negara industri
berwarna merah (Amerika utara, Eropa, kasus demensia 0.5 - 1.0 % dan di Amerika
Jepang dan Australis) memperlihatkan wilayah jumlah demensia pada usia lanjut 10 - 15%
yang melakukan beberapa penelitian tentang atau sekitar 3 - 4 juta orang. Demensia
demensia yang mempunyai metodologi yang Alzheimer merupakan kasus demensia
dianggap berkualitas. Bagian yang berwarna terbanyak di negara maju Amerika dan Eropa
merah muda, adalah penelitian epidemologi sekitar 50 - 70%. Demensia vaskuler penyebab
yang kurang mempertimbangkan kualitas dan kedua sekitar 15 - 20% sisanya 15 - 35%
kuantitas estimasi yang tepat. Bagian yang disebabkan demensia lainnya. (dalam
berwarna putih merupakan wilayah di dunia Wibowo, 2007). Penduduk Amerika yang
yang sama sekali tidak mempunyai penelitian keturunan Afrika lebih beresiko menderita
tentang epidemologi demensia. Sedangkan demensia daripada etnis sama yang bertempat
bagian yang bertitik merah adalah wilayah di negara asal (Ibadan, Negeria). (Hendrie
yang kurang lebih hanya mempunyai satu dkk., 1995)
penelitian tentang epidemologi demensia.
Menurut Hendrie dkk. yang melakukan
(Final Report, 2005). Dari gambaran tersebut
penelitian di tahun 1995, meskipun faktor
terlihat bahwa data-data tentang demensia
genetik memegang peranan yang penting
tidak seluruhnya dapat diperoleh di berbagai
terjadi demensia, nampaknya faktor
budaya di dunia. Data-data tentang
lingkungan juga memberikan sumbangan besar
epidemologi dan prevalensi biasanya hanya
pada faktor resikonya. Faktor lingkungan
pada negara-negara yang mempunyai sejarah
tersebut berkaitan dengan gaya hidup. Menurut
metode penelitian yang baik (bagian berwarna
penulis, gaya hidup yang tidak sehat yang
Hartati dan Widayanti, Clock Drawing: Asesmen untuk Demensia(Studi Deskriptif Pada Orang Lanjut Usia 3
di Kota Semarang)
merupakan faktor resiko yang utama berbagai penyakit demensia jenis Alzheimer lebih
penyakit, misalnya stroke, penyakit jantung, dikarenakan angka harapan hidupnya lebih
hipertensi, diabetes mellitus. Di sisi lain besar daripada pria. Menurutnya faktor resiko
menurut Final Report dari pemerintah terbesar penyakit demensia adalah usia lanjut,
Australia (2005) penyakit tersebut merupakan dan jenis kelamin tidak mempunyai hubungan
faktor resiko besar untuk terjadinya demensia. yang langsung dengan penyakit tersebut.
Penelitian yang dilakukan tahun-tahun
sebelumnya menyatakan bahwa sekitar 70% Demensia vaskuler merupakan jenis demensia
penderita stroke mengalami gangguan kognitif terbanyak ke 2 setelah demensia Alzheimer,
(ringan - berat) dan sekitar 25-30% dengan angka kejadian demensia vaskuler
diantaranya berkembang menjadi demensia. tidak berbeda jauh dengan angka kejadian
Stroke kemungkinan secara langsung demensia Alzheimer. Jellinger dkk. (2002)
menyebabkan demensia atau stroke merupakan mengutarakan bahwa angka kejadian demensia
factor presipitasi proses degeneratip pada vaskuler sekitar 47% dari populasi demensia
demensia seperti pada demensia Alzheimer. secara keseluruhan (demensia Alzheimer 48%
(dalam Wibowo, 2007) dan demensia oleh sebab lain 5%). Erkinjutti
(2004) melaporkan kejadian demensia
Penelitian tahun 1998 di Jepang dan Cina vaskuler pada populasi usia lebih dari 65 tahun
menggambarkan prevalensi demensia vaskuler sekitar 1,2 - 4,2% dan pada kelompok usia
50-60% dan 30 - 40% demensia akibat diatas 65 tahun menunjukkan peningkatan
penyakit Alzheimer. Tidak menutup angka kejadian dari 0,7% dalam kelompok
kemungkinan mereka yang di bawah 40 tahun usia 65 - 69 tahun hingga mencapai 8,1% pada
bisa terserang penyakit pikun akut ini. (dalam kelompok usia diatas 90 tahun. Angka
Wibowo, 2007). Faktor lingkungan yang kejadian demensia vaskuler ini kemungkinan
merupakan faktor resiko tersbeut juga terjadi akan bertambah seiring dengan meningkatnya
pada etnis Asia yang ada di menjadi penduduk kejadian CVD. Demensia vaskuler dan
di Amerika. Prevalensi demensia lebih kecil demensia Alzheimer merupakan penyebab
pada etnis Asia (Jepang) yang tinggal di utama demensia, bahkan diantara keduanya
negara asal. Penelitian yang dilakukan di sering terjadi bersamaan. Erkinjutti (2005)
negara bagian Washington DC tersebut juga melaporkan hasil penelitian patologi melalui
menyarankan untuk mendukung keberadaan proses otopsi, pada 50% penderita demensia
penderita demensia, sebaiknya perawatan lebih Alzheimer terlihat adanya CVD dan pada 80%
didasarkan pada komunitas, sehingga nilai- penderita demensia vaskuler didapatkan
nilai budaya asal tetap akan terjaga (Graves kelainan sesuai dengan Alzheimer. (dalam
dkk., 1996). Wibowo, 2007) Sebelumnya dari penelitian
Lerner (1999) berdasarkan jenis kelamin,
Alzheimer kebanyakan menyerang kaum hawa wanita lebih beresiko menderita demensia
karena hormon wanita lebih cepat masuk masa Alzheimer dan pria menderita demensi
menopause ketimbang pria dengan masa vaskuler, untuk berbagai etnis yang ada di
andropausenya. Bahayanya, memang Amerika
alzheimer lebih banyak hinggap pada wanita
daripada pria. Jadi faktor resiko Demensia Dengan bertambahnya umur nampaknya faktor
Alzheimer (DA) terjadi pada usia lanjut, resiko menderita demensia juga akan
wanita, trauma kapitis berat, pendidikan meningkat. Orang yang berumur 65 tahun
rendah dan menyangkut faktor genetik keatas akan mempunyai resiko 11% dan umur
kasusnya 1 - 5%. (dalam Wibowo, 2007) 85 tahun keatas resiko semakin besar yaitu
Sedangkan pada penelitian Lerner (1999) 25% - 47%. Selain itu,, bertambah majunya
terlihat bahwa resiko wanita mendapatkan bidang ilmu farmakologi untuk penderita
4 Jurnal Psikologi Undip Vol. 7, No. 1, April 2010
demensia, dibutuhkan berbagai macam usaha seorang ahli yang terlatih untuk
untuk melakukan skrining terhadap mengadministrasikannya. Untuk itulah,
penderitanya. Skrining tersebut diperlukan peneliti pada tulisan ini ingin memberikan
agar dapat diberikan pengobatan yang lebih pilihan lain dari penggunaan instrumen
dini untuk memperlambat keparahan skrining untuk demensia, yang dinamakan
demensia. Clock Drawing Test.
Menurut Shah (2004), prevalensi demensia Oleh karena untuk mengetahui lebih dini
dan tipe atau golongannya bervariasi resiko orang lanjut usia yang kemungkinan
berdasarkan wilayah negara dan etnis yang akan menderita demensia dibutuhkan suatu
berbeda. Variasi ini kemungkinan didasarkan instrumen yang mudah digunakan. Pada
pada metodologi penelitian yang digunakan. penelitian ini permasalahan yang dingin
Misalnya, tes kognitif yang digunakan untuk dirumuskan adalah :
mendiagnosa demensia di salah satu negara, a) Apakah Clock Drawing Test dapat
mungkin tidak tepat untuk digunakan di negara diadministrasikan tanpa adanya penolakan
lain. Diperlukan pengembangan instrumen dari responden ?
atau alat diagnostik yang akan b) Apakah pendidikan berpengaruh pada
mempertimbangkan perbedaan bahasa, latar kemampuan responden menyelesaikan
belakang pendidikan, budaya dan gaya hidup Clock Drawing Test ?
tersebut. Sebelumnya McCracken (1997) c) Apakah Clock Drawing Test dapat
menyatakan bahwa alat ukur (terutama dengan digunakan untuk mengetahui tanda-tanda
wawancara) yang kurang tepat seringkali orang lanjut usia yang akan mengalami
menyebabkan sampel dari responden yang demensia ?
tidak memakai bahasa yang sama tidak
mampu menjawab pertanyaan peneliti. Demensia
Penelitian tentang demensia memang
memerlukan metode yang sesuai dengan Istilah demensia itu berasal dari bahasa asing
karakteristik responden. Faktor budaya dan emence yang pertama kali dipakai oleh Pinel
lingkungan nampaknya perlu mendapatkan (1745 - 1826). Pikun sebagaimana orang
pertimbangan pada waktu membuat penilaian. awam mengatakan merupakan gejala lupa
Selama ini tidak belum ada penelitian- yang terjadi pada orang lanjut usia. Pikun ini
penelitian yang memakai metode yang termasuk gangguan otak yang kronis. Biasanya
terstandaridasasi untuk mengetahui demensia (tetapi tidak selalu) berkembang secara
di berbagai negara. Tidak semua penelitian perlahan-lahan, dimulai dengan gejala depresi
menggunakan metodologi yang memadai yang ringan atau kecemasan yang kadang-
untuk mengumpulkan datanya. kadang disertai dengan gejala kebingungan,
kemudian menjadi parah diiringi dengan
Salah satu instrumen yang digunakan untuk hilangnya kemampuan intelektual yang umum
melakukan skrining dengan angket oleh atau demensia. Jadi istilah pikun yang
Monnot, Brosey, dan Ross (2005) mampu dipakai oleh kebanyakan orang, terminologI
mencegah penyakit demensia menjadi lebih ilmiahnya adalah demensia. (Schaei & Willis,
parah karena mendapatkan penanganan dini. 1991). Jabaran demensia sekarang adalah
Angket tersebut diberikan oleh orang yang "kehilangan kemampuan kognisi yang
merawat atau menemanani orang lanjut usia sedemikian berat hingga mengganggu fungsi
tersebut. Menurut para ahli tersebut sosial dan pekerjaan". (dalam Kusumoputro,
sebelumnya ada berbagai macam instrumen 2006)
yang dapat digunakan untuk melakukan
skrining, akan tetapi biasanya dibutuhkan
Hartati dan Widayanti, Clock Drawing: Asesmen untuk Demensia(Studi Deskriptif Pada Orang Lanjut Usia 5
di Kota Semarang)
Pertama kali penelitian tentang Clock Drawing Tujuan dari penelitian ini memberikan
Test (CDT) tahun 1983. Saat itulah tes gambaran mengenai pengadministrasian
tersebut digunakan di berbagai macam setting. Clock Drawing Test di Indonesia dan
Tes tersebut memerlukan kemampuan fungsinya untuk mengetahui tanda-tanda
pemahaman, kemampuan visual spasial, orang lanjut usia yang mengalami demensia.
kemampuan merekonstruksi, konsentrasi,
pengetahuan angka, ingatan visual dan fungsi
eksekutif. Meskipun tes tersebut mampu untuk METODE
menguji aspek kognitif yang luas, CDT tidak
terlalu menekankan pada aspek pengetahuan Pemilihan Subjek
dibandingkan dengan tes lain misalnya The
Subjek penelitian merupakan responden dari
abbreviated mental test score (AMTS) yang
mahasiswa peserta mata kuliah Psikogeriatri.
lebih pendek ataupun the Mini Mental State
Mereka mendapatkan tugas untuk mencari
Examination (MMSE) yang lebih umum.
orang lanjut usia yang ada di sekitar mereka
(Henderson, Scot, & Hotopf, 2007),
untuk dites, diobservasi dan diwawancarai,
Inti dari tugas tes tersebut adalah aktivitas Orang lanjut usia yang dipilih yang
menggambar permukaan jam kemudian mempunyai kriteria berumur diatas 55 tahun.
menggambar jarum jam yang menunjuk pada Sebelumnya, mahasiswa diberikan pelatihan
arah tertentu sebagai simbol dari waktu. selama satu hari (dalam satu kali pertemuan
Sejumlah variasi sudah berkembang, demikian kuliah) untuk memberikan instruksi, aspek
juga variasi dari sistem penilaiannya, akan yang diobservasi dan diawawancarai.
tetapi yang disering digunakan adalah yang
Para mahasiswa yang bertugas mengambil
dikembangkan oleh Manos dan Shulman. CDT
data sudah mempunyai bekal pengetahuan
menunjukkan korelasi yang baik dengan tes
tentang orang lanjut usia, baik berkaitan
fungsi kognitif yang lain yaitu MMSE dan The
dengan perubahan fisik, kognitif, emosi dan
Blessed Dementia Rating Scale (Henderson,
sosialnya maupun dengan berbagai macam
Scot, & Hotopf, 2007).
penyakit yang biasa di alami orang lanjut usia
CDT mempunyai kemungkinan kelemahan tersebut.
terbesar karena tidak sesuai untuk orang-orang
Responden yang diberikan CDT sebanyak
yang mengalami gangguan penglihatan atau
140 orang, tetapi tidak seluruhnya dapat
gangguan neurologis lengan bagian atas
dianalisis karena ada beberapa data yang
seperti kelumpuhan atau tremor. Beberapa ahli
tidak ditampilkan misalnya pendidikan, tidak
berpendapat bahwa umur dan pendidikan
ada hasil wawancara dan observasi mengenai
menyebabkan bias pada penilaian CDT,
keseharian responden. Jumlah data yang
meskipun ahli lain mengatakan sebaliknya. Di
memadai adalah 133 responden.
sisi lain, CDT mempunyai banyak keuntungan
dibandingkan dengan metode skrining Instrumen Penelitian
gangguan kognitif yang lain yaitu tidak
terpengaruh dengan suasana hati, bahasa atau Untuk mengambil data digunakan Clock
budaya, selain itu tidak membutuhkan Drawing Test dari Shulman, Gold, Cohen, dan
pengetahuan yang tidak semestinya. Selain itu, Zucchero (1993). Pengadministrasiannya
CDT biasanya menarik perhatian para sebagai berikut :
penderita karena tidak terlalu lama dan mudah
diterima. (Henderson, Scot, & Hotopf, 2007).
Hartati dan Widayanti, Clock Drawing: Asesmen untuk Demensia(Studi Deskriptif Pada Orang Lanjut Usia 7
di Kota Semarang)
2 Kesalahan visual spasial kecil a) kesalahan membuat spasi angka yang kecil
b) menggambar angka jam di luar lingkaran
c) membalik kertas saat menuliskan jam sehingga angka
terbalik
d) Menggambar jari-jari untuk menyesuaikan angka jam
3 Tidak mampu menunjuk seting jam ’11 a) Jarum yang menunjuk menit ada di angka 10
lebih 10 menit’ padahal saat organsasi b) Menulis jam 11 lebih 10 menit
visual spasial terlihat sempurna atau c) Tidak mampu menggambar penunjuk waktu
hanya menunjukkan penyimpangan
yang kecil
adalah kemudahan pengadministrasian dan sebelah diantara angka 11 dan 12). Usia yang
biasanya lebih diterima karena tidak berkaitan semakin tinggi mempunyai faktor resiko yang
dengan aspek pengatahuan dasar. (Henderson, lebih besar untuk mengalami gangguan fungsi
Scot & Hotopf, 2000) kognitif, terlihat pada responden bahwa ia
kurang mampu memahami instruksi verbal
Responden yang mengisi CDT dan mendapat untuk menunjuk jam 11 lebih 10 menit.
skor ≤ 3 memang lebih banyak yang
berpendidikan SD, tetapi bukan berarti Subjek 3 : Responden berumur 73 tahun,
pendidikan sebagai faktor yang mempengaruhi pendidikan Sekolah Keguruan, pensiunan
kemampuan menyelesaikan CDT. Di sisi lain, Kepala Sekolah. Ia sudah banyak mengalami
responden yang berpendidikan SD pun banyak penurunandaya ingat, ia mudah melupakan
yang mampu menyelesaikan CDT dengan baik kejadian yang baru saja berlangsung. Skor
dan mendatkan skor 1. Oleh karena itu, yang yang didapat adalah 3 yaitu jarum yang
penelitian survei yang lebih besar perlu menunjuk menit ada di angka 10 (membuat
dilakukan untuk menjaring responden yang sendiri angka 10 di sebelah diantara angka 11
baik agar diketahui dengan pasti pengaruh dan 12). Usia yang lebih muda dari responden
pendidikan terhadap skor CDT untuk 2, tetapi responden ini melakukan kesalahan
responden Indonesia. yang sama. Dari wawancara dengan anaknya,
meskipun aktivitas kehidupan sehari-harinya
Untuk menjawab pertanyaan nomor tiga yaitu masih mandiri, ia memerlukan bantuan untuk
apakah skor CDT mampu untuk memprediksi mengingat kejadian-kejadian sehari-hari.
tanda-tanda demensia, perlu ditelaah lebih Sebagai salah satu asek kognitif yang paling
dalam dengan memperhatikan contoh dari mendasar, daya ingat manusia terbatas. Pada
beberapa responden yang mempunyai skor ≤ orang lansia, kemunduran ini akan semakin
3, sebagai berikut : terlihat. Ada baiknya lebih diketahui
sebenarnya lupa yang normal, mempunyai
Subjek 1 : Responden berumur 62 tahun, karakteristik yang bagaimana (Yani, 2007):
pendidikan S2, pensiunan Pegawai, saat ini ia
masih aktif berolah raga pagi dan malam hari, Subjek 4: Responden berumur 81 tahun,
serta membersihkan rumah. Skor yang pendidikan setara SMA , dan tidak bekerja.
didapatkan responden adalah 4 karena ia Aktivitas kehidupan sehari-harinya banyak
menulis angka 1, 2, 3, 4 menjadi 13, 14, 15, menerima bantuan dari orang lain, ia sering
dan seterusnya. Dilihat dari pendidikan lupa. Skor yang didapat adalah 4, yaitu bagian
responden, nampaknya kesalahan yang dibuat kiri kanan terbalik: angka digambarkan
tidak perlu terjadi apabila dibandingkan berkebalikan arah jarum jam.
dengan responden lain yang mempunyai
pendidikan lebih rendah, dan tidak bekerja. Dari beberapa contoh responden di atas,
Oleh karena, responden perlu mendapatkan digambarkan bahwa meskipun tes tersebut
asesmen lebih lanjut berkaitan dengan fungsi terlihat mudah akan tetapi tidak semua
eksekutifnya responden mampu menyelesaikannya dengan
baik. Berbagai kemundurun kognitif dapat
Subjek 2: Responden berumur 89 tahun, mempengaruhi hasil tes tersebut. Menurut
pendidikan SMA, pensiunan pegawai, saat ini Shah (2001), sebenarnya CDT dapat
ia masih aktif kegiatan dan mengatur jadwal digunakan untuk mendeteksi bukti-bukti awal
sehari-hari untuk dirinya. Ia sadar banyak adanya fungsi neurologis yang kurang baik.
ingatannya yang dilupakan. Skor yang didapat
adalah 3 yaitu jarum yang menunjuk menit ada
di angka 10 (membuat sendiri angka 10 di
Hartati dan Widayanti, Clock Drawing: Asesmen untuk Demensia(Studi Deskriptif Pada Orang Lanjut Usia 9
di Kota Semarang)
Mc-Cracken, dkk. (1997). Prevalence of Shulman, K.I., Gold, D.P., Cohen, C.A. &
Dementia and Depression among Zucchero, C.A. (1993). Clock
Elderly People in Black and Etnick drawing and dementia in the
Minorities, Departement of Psychiatry, community: a longitudinal study. Int
University of Liverpool. J Geriatry Psychiatry. 1993;8:487-
496.
Monnot, M., Brosey, M. & Ross, E. (2005).
Screening For Dementia: Family Rees, G., Chye, A.P. & Lee, S.H. (2006).
Caregiver Questionnaires Reliably Demensian di Kawasan Asia Pasifik:
Predict Dementia, JABFP July– Sudah Wabah, Ringkasan Eksekutif
August 2005 Vol. 18 No. 4 Laporan, Access Economics Pty
Limited
Santrock, J.W. (1999). Life-Span
Development, Seventh Edition, Boston: Wibowo, A.S. (2007). Manajemen Demensia
McGraw-Hill Alzheimer dan Demensia Vaskuler.
http://abgnet.blogspot.com/2007/09/
Schaie K.W. & Willis, S.L. (1991). Adult manajemen-demensia-alzheimer-
Development and Aging, New York: dan.html (diambil tanggal 30 April
HarperCollins Publishers 2008)
Shah, A. (2004) Crosss-Cultural Issues and Yani, S.M. (2007). Demensia ( Kepikunan ).
Cognitive Impairment, (Diambil tanggal 20 Okttober 2007).
http://www.rcpsych.ac.uk/pdf/Dement www.mitrakeluarga.com/kemayoran/ke
ia%20%20Culture.pdf. sehatan008.html
Shah, J. (2001). Only Time Will Tell: Clock -------------------. (2007). HOMOSISTEIN
Drawing As An Early Indicator Of Sebagai Faktor Risiko Kepikunan,
Neurological Dysfunction, P&S Seri Edukasi PRODIA. (diambil tgl
Medical Review, Vo. 7 No. 2 20 Oktober 2007),