0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
91 tayangan24 halaman
Dokumen tersebut membahas tentang penalaran dalam karangan. Terdapat dua jenis penalaran yaitu induktif dan deduktif. Penalaran induktif menarik kesimpulan umum dari fakta khusus seperti generalisasi, analogi, dan hubungan sebab akibat. Sedangkan penalaran deduktif menarik kesimpulan khusus dari prinsip umum seperti silogisme dan entimem. Dokumen ini juga menjelaskan beberapa jenis salah nalar
Dokumen tersebut membahas tentang penalaran dalam karangan. Terdapat dua jenis penalaran yaitu induktif dan deduktif. Penalaran induktif menarik kesimpulan umum dari fakta khusus seperti generalisasi, analogi, dan hubungan sebab akibat. Sedangkan penalaran deduktif menarik kesimpulan khusus dari prinsip umum seperti silogisme dan entimem. Dokumen ini juga menjelaskan beberapa jenis salah nalar
Dokumen tersebut membahas tentang penalaran dalam karangan. Terdapat dua jenis penalaran yaitu induktif dan deduktif. Penalaran induktif menarik kesimpulan umum dari fakta khusus seperti generalisasi, analogi, dan hubungan sebab akibat. Sedangkan penalaran deduktif menarik kesimpulan khusus dari prinsip umum seperti silogisme dan entimem. Dokumen ini juga menjelaskan beberapa jenis salah nalar
mulyadi.usu@gmail.com Definisi Penalaran Penalaran ialah proses berpikir yang sistematik untuk memperoleh kesimpulan berupa pengetahuan (Akhadiah, Maidar, dan Sakura,1988: 42). Penalaran ialah suatu proses untuk mencapai suatu kesimpulan yang masuk akal atau logis berdasarkan kenyataan atau pernyataan yang masuk akal (Parera, 1991: 129). Penalaran ialah proses pengambilan kesimpulan dari bahan bukti atau petunjuk, ataupun yang dianggap bahan bukti atau petunjuk (Alek dan Ahmad, 2010: 195—196). 2 mulyadi.usu_pernalaran dlm karangan#kuliah9 15/11/2015 Penalaran Induktif Penalaran induktif adalah proses penalaran untuk menarik kesimpulan berupa prinsip yang berlaku umum berdasarkan fakta-fakta yang bersifat khusus. Penalaran induktif bertumpu pada fakta-fakta empiris dan pengalaman-pengalaman lapangan. Penalaran induktif dibagi atas (1) generalisasi atau perampatan, (2) analogi, dan (3) hubungan sebab akibat.
Generalisasi Generalisasi adalah proses penalaran berdasarkan pengamatan atas sejumlah gejala dengan sifat- sifat tertentu mengenai semua atau sebagian dari gejala serupa itu. Dalam pengembangan karangan, generalisasi perlu didukung dengan fakta, contoh, atau data statistik sebagai ciri khusus penjelasan. Generalisasi adakalanya dibentuk dengan asumsi, yaitu fakta atau pernyataan yang dianggap benar walaupun belum atau tidak dapat dibuktikan. 4 mulyadi.usu_pernalaran dlm karangan#kuliah9 15/11/2015 Generalisasi biasanya menggunakan ungkapan- ungkapan: biasanya, umumnya, sebagian besar, semua, setiap, tidak pernah, selalu, secara keseluruhan, pada galibnya, dan sebagainya. Kalimat-kalimat yang merupakan penunjang generalisasi biasanya menggunakan ungkapan- ungkapan: misalnya, sebagai contoh, sebagai ilustrasi, sebagai bukti/buktinya, untuk menjelaskan hal itu, menurut data statistik, dan sebagainya.
Dari hasil penelitian Judith Rodin disimpulkan bahwa gula yang terdapat di dalam buah-buahan yang disebut fruktosa dapat menghilangkan rasa lapar, sedangkan glukosa yang terdapat dalam kue-kue dan permen menambah rasa lapar. Misalnya, ketika Anda sarapan kopi dan kue, tambahan energi akan segera didapat, tetapi hanya sebentar karena energinya segera hilang. Pankreas secara cepat mengeluarkan insulin ke dalam aliran darah untuk mengatasi naiknya kadar gula yang cepat tadi. Setelah itu, kadar gula darah Anda akan menurun ke bawah normal. Maka, cepatlah energi tadi hilang dan Anda merasa lebih lapar daripada sebelum sarapan. 6 mulyadi.usu_pernalaran dlm karangan#kuliah9 15/11/2015 Analogi Analogi ialah proses penalaran berdasarkan pengamatan terhadap sejumlah gejala khusus yang sama. Analogi ialah perbandingan. Dalam perbandingan itu dicari persamaannya, bukan perbedaannya. Analogi terdiri atas analogi deklaratif (yang menggunakan kata-kata bagaikan, laksana, dan seperti) dan analogi induktif (yang menggunakan kata-kata maka, dengan demikian/begitu, dan jadi). 7 mulyadi.usu_pernalaran dlm karangan#kuliah9 15/11/2015 Analogi deklaratif menjelaskan sesuatu yang belum dikenal berdasarkan persamaannya dengan sesuatu yang sudah dikenal. Misalnya, Ia berdiri di depanku dengan wajah merah padam. Matanya melotot bagaikan Batara Kala yang sedang marah. Lalu sambil memukul meja di sampingnya, ia berteriak tak terkendali. Suaranya menggelegar, mengejutkan seperti guntur di musim panas. Semua yang hadir terdiam dan mengerut seperti bekicot disiram garam.
Dalam analogi induktif, penyimpulan didasarkan atas kesamaan ciri dengan sesuatu yang sudah dikenal. Misalnya, Tanpa disengaja Amara mengetahui pensil Staedler 4 B menghasilkan gambar vignet yang memuaskan hatinya. Pensil itu sangat lunak dan menghasilkan garis-garis hitam dan tebal. Maka, selama bertahun-tahun ia selalu memakai pensil itu untuk membuat vignet. Ketika berlibur di sebuah kota kecamatan, ia kehabisan pensil itu. Ia lalu mencarinya di toko-toko di kota itu. Di mana-mana tidak ada. Akhirnya, ia memilih merek lain yang sama lunaknya dengan Stedler 4 B. “Ini tentu akan menghasilkan vignet yang bagus juga”, katanya menghibur diri. 9 mulyadi.usu_pernalaran dlm karangan#kuliah9 15/11/2015 Hubungan Sebab Akibat Hubungan sebab-akibat ialah hubungan ketergantungan antara gejala-gejala yang mengikuti pola sebab akibat, akibat sebab, dan akibat akibat. Hubungan sebab akibat ditandai oleh ungkapan- ungkapan berikut: jadi, maka, akibatnya, dengan demikian, oleh karena itu, dengan alasan itu, oleh sebab itu, konsekuensinya, itulah sebabnya, dan sebagainya.
Bangsa Jepang suka berkelompok. Kepentingan perorangan ada, tetapi kalau kepentingan bersama diperlukan, kepentingan bersama didahulukan; dengan demikian, antara kepentingan perorangan dan kepentingan bersama berjalan serasi. Oleh karena itu, bagi bangsa Jepang tindakan bersama sudah berjalan dengan sendirinya. Inilah kunci mengapa segala usahanya tampak lancar karena saling membantu antara perseorangan, antara kelompok, dan antara instansi sudah menjadi kebiasaan. Ini pula yang membuat majunya dunia turisme di Jepang. Semua di bidang kerjanya dan di bidang usahanya masing- masing, tetapi dalam satu jalinan kerja sama. 11 mulyadi.usu_pernalaran dlm karangan#kuliah9 15/11/2015 Penalaran Deduktif Penalaran deduktif adalah proses penalaran dari hal yang umum ke hal yang khusus. Penalaran deduktif didasarkan atas prinsip, hukum, teori atau putusan lain yang berlaku untuk suatu hal ataupun gejala. Proses deduksi berlangsung tiga tahap, yakni (1) generalisasi sebagai pangkal bertolak, (2) penerapan generalisasi pada kejadian tertentu, dan (3) simpulan deduktif yang berlaku bagi peristiwa khusus. 12 mulyadi.usu_pernalaran dlm karangan#kuliah9 15/11/2015 Silogisme Silogisme merupakan penalaran formal yang terbentuk dari premis mayor, premis minor, dan kesimpulan. Premis adalah pernyataan (proposisi) yang menjadi dasar bagi argumentasi. Proposisi ialah pernyataan yang menyuguhkan sesuatu atau mengingkarinya sehingga dapat dinilai benar atau salah.
Premis mayor adalah suatu generalisasi yang meliputi semua unsur kategori. Premis minor ialah penyamaan suatu objek atau ide dengan unsur yang dicakup oleh premis mayor. Simpulan ialah gagasan yang dihasilkan oleh penerapan generalisasi dalam premis mayor pada peristiwa khusus dalam premis minor. Misalnya, PMy: Semua warga negara RI harus taat pada hukum. PMi: Tommy Soeharto warga negara RI. K: Ia harus taat pada hukum.
Entimem Entimem adalah bagian dari silogisme. Di dalam entimem salah satu premisnya dihilangkan karena sudah diketahui. Misalnya, Menipu adalah dosa karena merugikan orang lain. Kalimat di atas dapat dikembalikan ke dalam bentuk silogisme, yaitu PMy: .............................................. PMi: Menipu merugikan orang lain. K: Menipu adalah dosa.
Salah Nalar Deduksi yang salah: silogisme yang berpremis salah. Contoh: Pak Budi bukan dosen yang baik karena banyak mahasiswanya tidak lulus. Generalisasi yang terlalu luas: jumlah sampelnya tidak memadai. Contoh: Orang Cina suka menyuap. Pemikiran “atau ini” “atau itu”: keinginan untuk melihat masalah yang rumit dari dua sudut pandang (yang bertentangan) saja. Contoh: Kita harus memilih antara demokrasi dan diktator.
Salah nilai atas penyebaban: penilaian atas sebab yang tidak tepat. Contoh: Pemakaian brisk dan pepsodent membuat orang jadi populer. Analogi yang salah: perbandingan yang menyesatkan karena logika yang salah. Contoh: Rektor harus bertindak seperti seorang jenderal menguasai tentaranya agar disiplin dipatuhi mahasiswa.
Penyampingan masalah: argumentasinya tidak mengenai pokok masalah. Contoh: Mengapa dasar humor Indonesia berpangkal pada kedunguan? Orang Indonesia tidak mengenal humor. Pembenaran masalah lewat pokok sampingan: argumentasi menggunakan pokok yang tidak langsung berkaitan untuk membenarkan pendirian. Contoh: Kita boleh korupsi sebab pejabat juga korupsi. Argumentasi ad hominem: argumentasi melawan orangnya bukan persoalannya. Contoh: Kepemimpinannya diragukan karena ia mempunyai lima mobil. 18 mulyadi.usu_pernalaran dlm karangan#kuliah9 15/11/2015 Imbauan pada keahlian yang disangsikan: mengandalkan wibawa ahli untuk memperkuat argumentasi. Contoh: Kita mengutip pendapat ketua dewan mahasiswa tentang persyaratan ujian sarjana. Non sequitur: simpulan yang berbasis pada premis yang tidak ada sangkut pautnya. Contoh: Pak Doli suka membentak-bentak. Bayangkan bagaimana ia menghajar anaknya di rumah.
Latihan A. Manakah pernyataan di bawah ini yang berupa fakta atau asumsi? (nilai 30)
1. Kekayaan tidak membawa kebahagiaan.
2. Gerhana matahari selalu dapat diramalkan. 3. Beberapa pejabat tinggi akan menerima suap. 4. Orang jujur akan selamat. 5. Demokrasi ialah sistem pemerintahan yang terbaik untuk warga negara. 6. Asal diobati secara dini, penyakit kanker dapat disembuhkan.
7. Jika semua warga negara turut dalam pemilihan umum, kita pasti akan mendapat pemerintahan yang lebih baik. 8. Pria lebih unggul dalam bidang matematika daripada wanita. 9. Korupsi tidak bisa diberantas di Indonesia. 10. Indomie dapat memicu penyakit kanker.
B. Buatlah premis mayor dan premis minor yang tepat untuk simpulan berikut. (nilai 30)
1. Rini harus dikeluarkan dari perkumpulan kita.
2. Saya akan membaca buku kimia minggu ini. 3. Semua mahasiswa mestinya mengikuti kuliah filsafat. 4. Kaum buruh dilarang berdemonstrasi. 5. Ratusan orang Wonogiri menjadi pengemudi becak di Jakarta. 6. Walaupun tidak belajar, Agus mendapat nilai yang bagus. 22 mulyadi.usu_pernalaran dlm karangan#kuliah9 15/11/2015 C. Tentukan jenis salah nalar yang terdapat dalam pernyataan berikut. (nilai 40)
1. Calon karyawan itu adalah pensiunan tentara. Ia
pasti tidak memenuhi syarat. 2. Orang Bali menginginkan uang, bukan pemeliharaan kebudayaan. 3. Jika mau memahami kenakalan remaja, kita harus pernah mengisap ganja. 4. Buku yang paling laris ialah buku tentang seks. 5. Gotong royong itu baik sebab berasas kekeluargaan.
6. Saya tidak lulus karena lupa membawa jimat. 7. Mahasiswa tidak dapat menilai dosennya karena mereka belum menjadi sarjana. 8. Saya akan memilih Partai Demokrat; rektor saya juga memilih partai itu. 9. Saya terpaksa menyontek karena bahan ujian terlalu banyak. 10. Ibunya memakai sabun lux karena artis Widyawati juga memakai sabun itu.