Anda di halaman 1dari 25

PEMERIKSAAN PERSEDIAAN

(INVENTORIES)

11.1 PENGERTIAN PERSEDIAAN

Menurut Standar Akuntansi Keuangan (PSAK No.14, hal 14.1 s/d 14.2 & 14.9 – IAI, 2002, persediaan adalah

aktiva:

1. yang tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal.

2. dalam proses produksi dan atau dalam perjalanan; atau

3. dalam bentuk bahan atau perlengkapan (supplies) untuk digunakan dalam proses atau pemberian jasa.

Persediaan meliputi barang yang dibeli dan disimpan untuk dijual kembali, misalnya barang dagang dibeli oleh

pengecer untuk dijual kembali, atau pengadaan tanah dan properti lainnya untuk dijual kembali. Persediaan juga

mencakup barang jadi yang telah diproduksi, atau barang dalam penyelesaian yang sedang diproduksi

perusahaan, dan termasuk bahan serta perlengkapan yang akan digunakan dalam proses produksi.

Biaya persediaan harus meliputi semua biaya pembelian, biaya konversi, dan biaya lain yang timbul sampai

persediaan berada dalam kondisi dan tempat yang siap untuk dijual atau dipakai.

Persediaan harus diukur berdasarkan biaya atau nilai realisasi, mana yang lebih rendah (the lower ofcost and

net realiable value)

Persediaan mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:

 biasanya merupakan aktiva lancar (current assets) karena masa perputarannya biasanya kurang atau

sama dengan satu tahun.

 merupakan jumlah yang besar, terutama dalam perusahaan dagang dan industri.

 mempunyai pengaruh yang besar terhadap neraca dan perhitungan laba rugi, karena kesalahan dalam

menentukan persediaan pada akhir periode akan mengakibatkan kesalahan dalam jumlah aktiva lancar dan

total aktiva, harga pokok penjualan, laba kotor dan laba bersih, taksiran pajak penghasilan, pembagian

dividen dan laba rugi ditahan, kesalahan tersebut akan terbawa ke laporan keuangan periode berikutnya.
Contoh dari perkiraan-perkiraan yang biasa digolongkan sebagai persediaan adalah:

 Bahan baku {raw materials)

 Barang dalam proses (work in process)

 Barang jadi (finished goods)

 Suku cadang (spare-parts)

 Bahan pembantu: olie, bensin, solar

 Barang dalam perjalanan (goods in transit), yaitu barang yang sudah dikirim oleh Supplier tetapi

belum sampai di gudang perusahaan.

 Barang konsinyasi: consignment out(barang perusahaan yang dititip jual pada perusahaan lain).

Sedangkan consignment in (barang perusahaan lain yang dititip jual di perusahaan) tidak boleh

dilaporkan/dicatat sebagai persediaan perusahaan.

11.2 TUJUAN PEMERIKSAAN (AUDIT OBJECTIVES)PERSEDIAAN

1. Untuk memeriksa apakah terdapat internal control yang cukup baik atas persediaan,

2. Untuk memeriksa apakah persediaan yang tercantum di neraca betul-betul ada dan dimiliki oleh

perusahaan pada tanggal neraca.

3. Untuk memeriksa apakah metode penilaian persediaan (valuation)sesuai dengan prinsip akuntansi

yang berlaku umum di Indonesia/Standar Akuntansi Keuangan.

4. untuk memeriksa apakah sistem pencatatan persediaan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku

umum di Indonesia/SAK.

5. Untuk memeriksa apakah terhadap barang-barang yang rusak (defective),bergerak lambat

(s/ow moving) dan ketinggalan mode (absolescence)sudah dibuatkan allowance yang cukup.

6. Untuk mengetahui apakah ada persediaan yang dijadikan jaminan kredit.

7. Untuk mengetahui apakah persediaan diasuransikan dengan nilai pertanggungan yang cukup.
8. Untuk mengetahui apakah ada perjanjian pembelian/penjualan persediaan (purchasel sales

commitment) yang mempunyai pengaruh yang besar terhadap laporan keuangan,

9. Untuk memeriksa apakah penyajian persediaan dalam laporan keuangan sudah sesuai dengan prinsip

akuntansi yang berlaku umum di Indonesia/SAK.

Penjelasan atas tujuan pemeriksaan

1. Untuk memeriksa apakah terdapat internal control yang cukup baik atas persediaan, Jika akuntan

publik dapat meyakinkan dirinya bahwa internal control atas perolehan, penyimpanan dan pengeluaran

persediaan berjalan efektif, maka luasnya pemeriksaan dalam melakukan substantive testatas persediaan

dapat dipersempit.

Beberapa ciri internal control yang baik atas persediaan adalah:

1. Adanya segregation of duties(pemisahan tugas dan tanggung jawab) antara bagial pembelian,

penerimaan barang, gudang, akuntansi dan keuangan.

2. Digunakannya formulir-formulir yang prenumbered (bernomor urut tercetak), seperti:

 purchase requisition (permintaan pembelian), purchase order (order pembelian),

 delivery order (surat jalan), receiving report (laporan penerimaan barang), sales order (order

penjualan), sates invoice (faktur penjualan).

1. Untuk pembelian dalam jumlah besar dilakukan melalui tender.

2. Adanya sistem otorisasi, baik untuk pembelian, penjualan, penerimaan kas/bank, maupun pengeluaran

kas/bank.

3. Digunakannya anggaran {budget)untuk pembelian, produksi, penjualan, dan penerimaan serta

pengeluaran kas.

4. Pemesanan barang dilakukan dengan memperhitungkan economic order quantity dan iron stock.

5. Digunakannya perpetual inventory system dan stock card, terutama di perusahaan yang nilai

persediaan per jenisnya cukup material.


6. Untuk memeriksa apakah persediaan yang tercantum di neraca betul-betul ada dan dimiliki oleh

perusahaan pada tanggal neraca.

Dahulu kala di Amerika pernah terjadi “Robinson Case”, yaitu adanya perusahaan yang melaporkan saldo

persediaannya sangat besar, padahal sebenarnya jumlah tersebut banyak yang fiktif. Sejak kasus itu akuntan

publik diharuskan untuk melakukan pengamatan terhadap persediaan perusahaan per tanggal neraca, untuk

meyakinkan keberadaan persediaan tersebut. Dalam hal ini saldo persediaan termasuk barang dalam perjalanan

dan barang konsinyasi (hanya consignment out).

1. Untuk memeriksa apakah metode penilaian persediaan sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan

Pada umumnya persediaan dinilai berdasarkan harga perolehan (acquisition cost), dalam hal ini bisa dipilih

metode FIFO (first in first out), LIFO (last in first out) atau AVERAGE COST (moving average atau weighted

average).

Untuk barang-barang yang harga jualnya sudah pasti (logam mulia) atau cepat rusak (hasil pertanian seperti

sayuran dan buah-buahan) bisa di nilai berdasarkan harga jual. Untuk barang-barang yang usang, rusak atau

bergerak lambat bisa diadakan penyisihan (allowance) sehingga sesuai dengan metode lower of cost or

market(mana yang lebih rendah antara harga perolehan dan harga pasar). Dalam keadaan inflasi, penggunaan

FIFO akan mengakibatkan harga pokok penjualan rendah dan laba kotor menjadi tinggi; penggunaan LIFO akan

menghasilkan laba kotor yang rendah; penggunaan AVERAGE COST akan menghasilkan laba kotor yang lebih

kecil dibandingkan FIFO tetapi lebih besar dari penggunaan LIFO. Dari segi undang-undang pajak tidak

diperkenankan menggunakan LIFO karena berarti pajak yang terutang akan lebih kecil dibandingkan

penggunaan FIFO dan AVERAGE COST akan menghasilkan laba kotor yang lebih kecil dibandingkan FIFO tetapi

lebih besar daripada penggunaan LIFO.

1. Untuk memeriksa apakah sistem pencatatan persediaan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku

umum di Indonesia.

Ada dua sistem pencatatan persediaan yang biasa digunakan, yaitu perpetual system dan physical

(periodical) system. Dalam perpetual system, setiap ada pembelian, perkiraan persediaan akan didebit, setiap

ada penjualan, perkiraan persediaan akan dikredit. Jika digunakan physical system, perkiraan persediaan tidak

pernah didebit waktu pembelian dan tidak pernah dikredit waktu ada penjualan. Karena itu jika perusahaan ingin

mengetahui berapa saldo persediaan pada akhir periode, harus dilakukan stock opname (perhitungan phisik

persediaan).
Jika perusahaan ingin memperkirakan berapa saldo persediaan pada akhir bulan atau tanggal tertentu bisa

digunakan Retail Inventory Method atau Gross Profit Method. Namun demikian pada akhir tahun tetap terus

dilakukan stock opname,agar bisa diketahui berapa saldo persediaan yang betul-betui dimiliki perusahaan.

Perbedaan pencatatan antara perpetual dan physical inventory system:

Perpetual Physical

Pembelian : DR Persediaan xx DR Pembelian xx

CR Utang/Kas xx CR Utang/Kas xx

Penjualan : DR Piutang/Kas xx DR Piutang/Kas xx

CR Penjualan xx CR Penjualan xx

DR Harga Pokok Penjualan xx

CR Persediaan xx

Perpetual system biasanya digunakan pada perusahaan yang jenis persediaamya tidak banyak tetapi nilai

persediaan per unitnya besar, misalnya dealer mobil dan toko emas. Phisycal systembiasanya digunakan pada

perusahaan yang jenis persediaan-nya banyak tetapi nilai persediaan per unitnya kecil, misalnya toko bahan

bangunan,

1. Untuk mengetahui apakah terhadap barang-barang yang rusak, bergerak lambat dan ketinggalan mode

sudah dibuatkan allowance yang cukup.

Barang-barang tersebut di atas tidak mungkin lagi dijual dengan harga normal, supaya bisa terjual harus dijual

dengan harga obral yang umumnya lebih rendah dari harga pro perolehannya.

Karena itu harus dibuatkan allowance dalam jumlah yang cukup, dalam arti tidak terlalu kecil (karena akan

mengakibatkan laba terlalu besar) dan tidak terlalu besar (akan mengakibatkan laba terlalu kecil).

1. Untuk mengetahui apakah ada persediaan yang dijadikan jaminan kredit.

Salah satu bentuk barang jaminan dari kredit yang diperoleh dari bank adalah persediaan, Jika ada persediaan

yang dijadikan jaminan, hal ini harus diungkapkan (di cfi’scfose) dalam catatan atas laporan keuangan (notes to

financial statements}.
1. Untuk mengetahui apakah persediaan diasuransikan dengan nilai pertanggungan {insurance

coverage)yang cukup.

Persediaan harus diasuransikan, sehingga seandainya terjadi kebakaran, bisa diperoleh ganti rugi dari

perusahaan asuransi dan perusahaan bisa terhindar dari kerugian karena kebakaran tersebut. Nilai

pertanggungan asuransi harus cukup, dalam arti tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil. Yang harus

diwaspadai adalah, jika perusahaan mengasuransikan persediaan dengan insurance coverage yang terlalu

besar, terutama dalam keadaan bisnis yang lesu, mungkin perusahaan bermaksud membakar persediaannya

agar mendapat keuntungan dari ganti rugi perusahaan asuransi.

1. Untuk mengetahui apakah ada perjanjian pembelian/penjualan persediaan yang mempunyai pengaruh

yang besar terhadap laporan keuangan.

Jika hal tersebut ditemukan, harus diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan. Misalnya: pada tanggal

24 November 2002, perusahaan menandatangani kontrak penjualan dengan salah satu pelanggannya untuk

menjual 10.000 unit barang X dengan harga jual Rp.100.000,- per unit, penyerahan barang akan dilakukan pada

tanggal 13 Februari 2003. Ternyata di bulan Februari 2003 harga pasar barang X tersebut meningkat

menjadi Rp.130.000,- per unit. Karena sudah ada sales commitment, maka perusahaan mau tidak mau harus

tetap menjual barang tersebut ke pelanggannya sebanyak 10.000 unit dengan harga sesuai kontrak,

yaitu Rp.100.000,- per unit.

Dalam hal ini perusahaan rugi sebesar 10.000 X (Rp.130.000, — 100.000,-) = Rp.300.000.000,-.

1. Untuk memeriksa apakah penyajian persediaan dalam laporan keuangan sudah sesuai dengan prinsip

akuntansi yang berlaku umum di Indonesia/SAK.

Dalam hal ini harus diketahui sistem pencatatan persediaan yang digunakan

perusahaan {perpetual atau physical system} dan metode penilaian persediaan yang digunakan perusahaan

(apakah berdasarkan harga perolehan, dengan FIFO atau LIFO atau Average cost method},apakah sudah

diterapkan lower of cost or market atas persediaan tersebut.

11.3 PROSEDUR PEMERIKSAAN (YANG DISARANKAN) ATAS PERSEDIAAN

Prosedur pemeriksaan dibagi atas prosedur bompliance test, analytical review dan substantive test.

Dalam praktiknya, prosedur pemeriksaan yang dibahas di sini harus disesuaikan dengan kondisi perusahaan

yang diaudit.
Prosedur pemeriksaan persediaan mencakup pembelian, penyimpanan, pemakaian dan penjualan persediaan,

karena berkaitan dengan siklus pembelian, utang dan pengeluaran kas serta siklus penjualan, piutang dan

penerimaan kas.

Prosedur pemeriksaan untuk compliance test.

1. Pelajari dan evaluasi internal controlatas persediaan.

1. Dalam hal ini auditor biasanya menggunakan internal control questionnaires, yang

contohnya bisa dilihatdi Exhibit 11-1.

2. Lakukan test transaksi (compliance test} atas pembelian dengan menggunakan purchase

order sebagai sample.Untuk test transaksi atas pemakaian persediaan (bahan baku) bisa

digunakan material requisition sebagai sample. Untuk test transaksi atas penjualan, bisa

digunakan faktur penjualan sebagai sample.

3. Tarik kesimpulan mengenai infernal controlatas persediaan.

Jika dari test transaksi auditor tidak menemukan kesalahan yang berarti, maka auditor bisa menyimpulkan

bahwa in rnal control atas persediaan berjalan efektif. Karena itu substantive test atas persediaan bisa

dipersempit.

Prosedur pemeriksaan substantive atas persediaan.’

1. Lakukan observasi atas stock opname(perhitungan phisik) yang dilakukan perusahaan (klien).

2. Minta Final Inventory List [Inventory Compilation) dan lakukan prosedur pemeriksaan berikut ini:

 check mathematical accuracy(penjumlahan dan perkalian).

 cocokkan “quantity per book” dengan stock card.

 cocokkan “quantity per count dengan “count sheet kita (auditor)

 cocokkan “total value” dengan buku besar persediaan.

1. Kirimkan konfirmasi untuk persediaan consignment out.


2. Periksa unit price dari raw material(bahan baku), work in process(barang dalam proses), finished

goods (barang jadi) dan supplies(bahan pembantu).

3. Lakukan rekonsiliasi jika stock opname dilakukan beberapa waktu sebelum atau sesudah tanggal

neraca.

4. Periksa cukup tidaknya allowance for slow moving (barang-barang yang bergerak lambat), barang-

barang yang rusak dan barang-barang yang ketinggalan mode.

5. Periksa kejadian sesudah tanggal neraca (subsequent event).

6. Periksa cut-off penjualan dan cut-off pembehan.

7. Periksa jawaban konfirmasi dari bank, loan agreement (perjanjian kredit), notulen rapat,

8. Periksa apakah ada sates atau purchase commitment per tanggal neraca.

9. Seandainya ada barang dalam perjalanan (goods in transit), lakukan prosedur berikut ini:

 minta rincian goods in transit per tanggal neraca.

 periksa mathematical accuracy,

 periksa subsequent clearance.

1. Buat kesimpulan dari hasil pemeriksaan persediaan dan buat usulan adjustment jika diperlukan.

2. Periksa apakah penyajian persediaan di laporan keuangan sudah sesuai dengan prinsip akuntansi yang

berlaku umum di Indonesia/SAK.

Penjelasan Prosedur Audit

1. Lakukan observasi atas stock opnameyang dilakukan klien.

Stock opname dilakukan terutama untuk persediaan yang berada di gudang perusahaan, Untuk

barang consignment out dan barang-barang yang tersimpan di public warehouse jika jumlahnya material

harus dilakukan stock opname, jika tidak material, cukup dikirim konfirmasi. Stock opname bisa dilakukan

pada akhir tahun atau beberapa waktu sebelum/ sesudah akhir tahun.
Untuk perusahaan yang internal controhyalemah, stock opname sebaiknya dilakukan pada tanggal neraca.

Untuk perusahaan yang internal controlnya baik, stock opname bisa dilakukan beberapa waktu sebelum atau

sesudah tanggal neraca. Namun demikian, sebaiknya tidak terlalu jauh dari tanggal neraca, untuk memudahkan

auditor pada waktu melakukan trace backward/trace forward (rekonsiliasi saldo persediaan pertanggal stock

opname dengan pertanggal neraca).

Contoh trace forward di perusahaan dagang:

Saldo persediaan per tanggal

Stock Opname 30-11-02 Rp. 150.000.000

Pembelian 1-12-02 s/d 31-12-02 Rp. 350.000.000

Penjualan 1-12-02 s/d 31-12-02 (Rp.430.000.000)

Saldo persediaan per 31-12-02 Rp. 70.000.000

Ada beberapa hal yang harus dilakukan auditor sebelum pelaksanaan stock opname:

1. Dapatkan dan pelajari Petunjuk Pelaksanaan Stock Opname (Phisycal Inventory Instruction) yang

dibuat oleh perusahaan, di mana biasanya telah mencakup:

 Pengaturan team/petugas stock opname.

 Tanggal pelaksanaan stock opname.

 Lokasi dan denah gudang

 Pembatasan semininal mungkin ke luar masuknya barang pada waktu pelaksanaan stock opname.

 Prosedur cut-off, yaitu mencatat nomor dan tanggal terakhir dari receiving report dan issuing

report/shipping report.

 Penggunaan bin-tag untuk mencatat hasil perhitungan, yang sebelumnya ditempelkan di setiap jenis

barang.

Bin-tag tersebut mencantumkan: nama dan jenis barang, nomor kode barang, satuan dan jumlah unit, dan

diberi nomor urut tercetak (prenumbered).


Contoh Bin-Card

Team pertama akan menghitung barang tersebut, misalkan HzSCli lalu mencantumkan hasil perhi-tungannya di

bagian 1 dan mem-bubuhi paraf atau tanda tangan-nya, lalu merobek bagian 2 untuk diserahkan ke petugas

yang akan mencatat dalam final inventory list di kolom “first counf(hitungan pertama). Team kedua akan me-

lakukan hal yang sama, mengisi di bagian 3 dan menyerahkan ke petugas final inventory list.

Dengan demikian setiap barang akan dihitung dua kali oleh tim yang berbeda.

Contoh “Physical Inventory Instruction” bisa dilihat di Exhibit 11-3.

Jika auditor menggangap physical inventory instruction tersebut mengandung kelemahan atau kekurangan, ia

harus menyarankan ke klien untuk melengkapinya.

1. Lakukan peninjauan gudang sebelum stock opname dilakukan, untuk mendapal gambaran mengenai

lokasi gudang, dan apakah barang-barang di gudang telah disusun rapih menurut jenis dan kelompoknya.

Jika ditemukan barang-barang masih tercampur antara jenis yang satu dengan jenis yang lainnya, auditor

bisa meminta klien untuk merapihkan dulu penyusunan barang-barang tersebut dan kemungkinan

menunda pelaksanaan stock opname, agar bisa diperoleh hasil perhitungan yang akurat.

Pengertian Persediaan
Menurut Standar Akuntansi Keuangan (PSAK: No. 14, hal 14.1 s/d 14.2 dan 14.9-IAI,2002) persediaan
adalah aset yang tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal dalam proses produksi dan atau
dalam perjalanan; atau dalam bentuk bahan atau perlengkapan (supplies) untuk digunakan dalam proses
atau pemberian jasa.
Siklus Persediaan
Begitu persediaan bergerak disepanjang perusahaan, harus ada pengendalian yang memadai atas
pergerakan fisiknya maupun atas biaya-biaya yang berhubungan. Arens mengemukakan keenam fungsi
yang membentuk siklus persediaan yang memudahkan pemahaman mengenai pengendalian dan bukti-
bukti audit yang dibutuhkan untuk menguji keefektifan.

1. Mengolah Order Pembelian

2. Menerima Bahan Yang Baru

3. Menyimpan Bahan Baku

4. Mengolah Barang

5. Menyimpan Barang Jadi

6. Mengirim Barang Jadi

Audit Persediaan
Persediaan merupakan bagian dari aset perusahaan yang pada umumnya nilainya cukup material dan
rawan oleh tindakan pencurian ataupun penyalahgunaan. Oleh karena itu, biasanya akun persediaan
menjadi salah satu perhatian utama auditor dalam pemeriksaan atas laporan keuangan perusahaan
Tujuan Audit Persediaan

1. Untuk memeriksa apakah ada internal control yang cukup baik atas persediaan

2. Untuk memeriksa apakah persediaan yang tercantum di neraca betul-betul ada dan dimiliki oleh
perusahaan pada tanggal neraca

3. Untuk memeriksa apakah metode penilaian persediaan sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku umum di Indonesia

4. Untuk memeriksa apakah system pencatatan persediaan sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku umum di Indonesia

5. Untuk memeriksa apakah terhadap barang-barang yang rusak (defective), bergerak lambat (slow
moving), dan ketinggalan mode (absolescene) sudah dibuatkan allowance yang cukup

6. Untuk mengetahui apakah ada persediaan yang dijaminkan kredit

7. Untuk mengetahui apakah ada persediaan diasuransikan dengan nilai pertanggungan yang
cukup

8. Untuk mengetahui apakah ada perjanjian pembelian/penjualan persediaan yang mempunyai


pengaruh yang besar terhadap laporan keuangan

9. Untuk memeriksa apakah penyajian persediaan dalam laporan keuangan sudah sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia (SAK/ETAP/IFRS)

Prosedur Pemeriksaan Atas Persediaan


Beberapa prosedur pemeriksaan atas persediaan
1. Lakukan observasi atas perhitungan fisik (stock Opname) yang dilakukan klien

2. Meminta Final Inventory List (inventory compilation) dan lakukan prosedur pemeriksaan berikut:

3. Check mathematical list (penjumlahan dan perkalian)

4. Cocokkan “quantity per book” dengan stock card

5. Cocokkan “quantity per count” dengan count sheet auditor

6. Cocokkan “total value” dengan buku besar persediaan

7. Kirimkan konfirmasi untuk persediaan consignment out

8. Periksa unit price dari bahan baku (raw material), barang dalam proses (work in process), barang
jadi (Finished goods), dan bahan pembantu (Supplies).

9. Lakukan rekonsiliasi jika Stock Opname dilakukan beberapa waktu sebelum atau sesudah
tanggal laporan posisi keuangan (Neraca)

10. Periksa cukup tidaknya barang-barang yang bergerak lambat, barang-barang yang rusak dan
barang-barang yang ketinggalan mode

11. Periksa kejadian sesudah tanggal laporan posisi keuangan (Neraca)

12. Periksa cut-off penjualan dan cut-off pembelian

13. Periksa jawaban konfirmasi dari bank, perjanjian kredit (Ioan Agreement), Notulen rapat.

14. Periksa apakah ada sales atau purchase commitment per tanggal laporan posisi keuangan
(Neraca)

15. Seandainya ada barang dalam perjalanan (Goods in Transit) lakukan prosedur berikut:

16. Minta rincian Goods in Transit per tanggal laporan posisi keuangan

17. Periksa mathematical accuracy (ketepatan perhitungan)

18. Periksa subsequent clearance

19. Buat kesimpulan dari hasil pemeriksaan persediaan dan buat usulan adjustment jika perlu

20. Periksa apakah penyajian persediaan di laporan keuangan sudah sesuai dengan standar
akuntasi berlaku umum di Indonesia /SAK/ETAP/IFRS.

Bahan Bacaan:
Sukrisno Agoes, Auditing (Buku 1 Edisi 4)
99
Prosedur audit persediaan
1. Lakukan Stock Opname.
Stock opname dilakukan terutama untuk persediaan yang berada di gudang perusahaan,
Untuk barang consignment out dan barang-barang yang tersimpan di public warehouse jika
jumlahnya material harus dilakukan stock opname, jika tidak material, cukup dikirim
konfirmasi. Stock opname bisa dilakukan pada akhir tahun atau beberapa waktu sebelum/
sesudah akhir tahun.

2. Lakukan Observasi atas Stock Opname


Amati kembali hasil perhitungan fisik persediaan (stock Opname) yang dilakukan. Cek Final
Inventory List [Inventory Compilation) dan lakukan prosedur pemeriksaan berikut ini:

ü check mathematical accuracy (penjumlahan dan perkalian).

ü cocokkan “quantity per book” dengan kartu stok (persediaan).

ü cocokkan “quantity per count dengan “count sheet kita (auditor)

ü cocokkan “total value” dengan buku besar persediaan.


ü Kirimkan konfirmasi untuk persediaan consignment out.

3. Lakukan Peninjauan ulang terhadap Konsep Persediaan


1.
1. Periksa unit price dari persediaan
2. periksa ada tidaknya barang-barang yang rusak,dipakai dan hilang.
3. Periksa cut-off penjualan dan cut-off pembelian.
4. Lakukan rekonsiliasi jika stock opname dilakukan beberapa waktu sebelum
atau sesudah tanggal neraca.
4. Buatkan Laporan Hasil akhir Stock Opname
Buat kesimpulan dari hasil pemeriksaan persediaan dan buat usulan adjustment jika
diperlukan.

5. Adjustment Persediaan
Lakukan penyesuaian persediaan dari usulan yang di ajukan dan tentukan kebijakan
penyesuaian persediaan dari hasil stock opname yang akan dilakukan

6. Periksa apakah penyajian persediaan di laporan keuangan sudah sesuai


dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia/SAK.
Agar proses Audit Persediaan di perusahaan anda berjalan dengan baik, perlu internal
control yang baik pula atas persediaan, berikut ciri ciri internal control yang baik :

1. Adanya pemisahan tugas dan tanggung jawab antara bagial pembelian, penerimaan
barang, gudang, akuntansi dan keuangan.
2. Digunakannya formulir-formulir yang bernomor urut tercetak, seperti:
1.
 purchase requisition (permintaan pembelian), purchase order (order
pembelian)
 delivery order (surat jalan), receiving report (laporan penerimaan barang),
sales order (order penjualan), sates invoice (faktur penjualan).
1. Adanya sistem otorisasi, baik untuk pembelian, penjualan, penerimaan kas/bank,
maupun pengeluaran kas/bank.
2. Digunakannya anggaran {budget) untuk pembelian, produksi, penjualan, dan
penerimaan serta pengeluaran kas.
Dari penjelasan di atas, jelas bahwa audit persediaan di perusahaan dagang mampu
memberikan manfaat yang begitu besar bagi perusahaan untuk mengurangi resiko
terjadinya selisih, kehilangan, mengantisipasi kemungkinan terjadinya kecurangan dan
memastikan bahwa prosedur telah dilakukan dengan baik. Diperlukan pengelolahan dan
pemeriksaan yang memadai terhadap persediaan barang dagang, agar kita tetap bisa
bersaing di tengah kompetisi yang hebat.

 Pengertian Audit
Sukrisno Agoes (1999:1) menyatakan auditing adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan
secara kritis dan sistematis oleh pihak yang independen terhadap laporan keuangan yang telah di
susun oleh manajemen beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya
dengan tujuan dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut
dengan kriteria yang telah ditetapkan dan menyampaikan hasilnya kepada pihak yang
berkepentingan.
 Pengertian Persediaan
Menurut Standar Akuntansi Keuangan (PSAK: No. 14, hal 14.1 s/d 14.2 dan 14.9-
IAI,2002) persediaan adalah aset yang tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal dalam
proses produksi dan atau dalam perjalanan; ataudalam bentuk bahan atau perlengkapan
(supplies) untuk digunakan dalam proses atau pemberian jasa.

 Siklus Persediaan
Begitu persediaan bergerak disepanjang perusahaan, harus ada pengendalian yang
memadai atas pergerakan fisiknya maupun atas biaya-biaya yang berhubungan.
Arens (1993:292), mengemukakan keenam fungsi yang membentuk siklus persediaan
yang memudahkan pemahaman mengenai pengendalian dan bukti-bukti audit yang dibutuhkan
untuk menguji keefektifan.
 Mengolah Order Pembelian
 Menerima Bahan Yang Baru
 Menyimpan Bahan Baku
 Mengolah Barang
 Menyimpan Barang Jadi
 Mengirim Barang Jadi

 Audit Persediaan
Persediaan merupakan bagian dari aset perusahaan yang pada umumnya nilainya cukup
material dan rawan oleh tindakan pencurian ataupun penyalahgunaan. Oleh karena itu, biasanya
akun persediaan menjadi salah satu perhatian utama auditor dalam pemeriksaan atas laporan
keuangan perusahaan.

 Tujuan Audit Persediaan


1. Untuk memeriksa apakah ada internal control yang cukup baik atas persediaan
2. Untuk memeriksa apakah persediaan yang tercantum di neraca betul-betul ada dan dimiliki
oleh perusahaan pada tanggal neraca
3. Untuk memeriksa apakah metode penilaian persediaan sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku umum di Indonesia
4. Untuk memeriksa apakah system pencatatan persediaan sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku umum di Indonesia.
5.Untuk memeriksa apakah terhadap barang-barang yang rusak (defective), bergerak lambat
(slow moving), dan ketinggalan mode (absolescene) sudah dibuatkan allowance yang cukup
6.Untuk mengetahui apakah ada persediaan yang dijaminkan kredit
7.Untuk mengetahui apakah ada persediaan diasuransikan dengan nilai pertanggungan yang
cukup
8.Untuk mengetahui apakah ada perjanjian pembelian/penjualan persediaan yang mempunyai
pengaruh yang besar terhadap laporan keuangan
9.Untuk memeriksa apakah penyajian persediaan dalam laporan keuangan sudah sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia (Agoes,Sukrisno,2008:206)
 Pelaksanaan Audit
• Compliance Test
1. Pelajari dan evaluasi internal control atas persediaan
a. Menggunakan internal control questionnaires.
b.Lakukan test transaksi (compliance test) atas pembelian dengan menggunakan purchase order
sebagai sample.
2. Tarik kesimpulan mengenai internal control atas persediaan
Jika dari test transaksi auditor tidak menemukan kesalahan yang berarti, maka auditor bisa
menyimpulkan bahwa internal control atas persediaan berjalan efektif.

Pertanyaan-Pertanyaan Pada Saat Diskusi :

1. Ningtiyas Galuh P.
Kendala apakah yang dihadapi oleh auditor dalam mengaudit persediaan di gudang ?

Jawaban :
Kendala yang dihadapi auditor ketika melakukan pemeriksaan di gudang adalah karena nilai
persediaan umumnya cukup material atau nilainya besar. Jadi auditor harus mengetahui apa yang
harus dilakukan dalam memeriksa persediaan. Auditor dapat menggunakan acuan atau panduan
dalam mengaudit, yaitu 5 asersi manajemen. Ada keberadaan dan keterjadian, kelengkapan, hak
dan kewajiban, penilain dan alokasi, dan penyajian.

2. Anggia Septian Jauhari


Bagaimana auditor melakukan audit ketika terjadi penyelewengan, yang mana ada persediaan
yang ada dikatakan merupakan barang ekspor, padahal dalam pada kenyataannya merupakan
barang impor ?

Jawaban :
Jawaban dari kelompok 5 adalah ketika auditor melakukan pemeriksaan, auditro akan
memeriksa bukti-bukti pembelian barang, bukti tersebut dapat berupa daftar harga barang, faktur
pembelian dll. Kemudian auditor akan melakukan pengecekan barang dan mencocokkan barang
dengan dokumen-dokumen pembelian. Jika terjati kecurangan pada jumlah persediaan, maka
auditor dapat memberika opini tidak wajar.
Tambahan dari Bapak Dosen, jika terdapat penyelewengan seperti kasus di atas, auditor dapat
meminta bantuan tenaga ahli untuk mengecek jika barang atau persediaan yang ada tidak sesuai
dengan harga yang sebenarnya.
Jika menemukan selisih atau penyelewengan, maka harus dilakukan koreksi. Caranya yaitu dapat
dengan jurnal koreksi. Auditor menyampaikan koreksi kepada perusahaan.
Jika koreksi tersebut diterima, maka persediaan yang tercantum di laporan keuangan akan
dikoreksi atau diganti dengan jumlah yang sebenarnya. Namun, jika perusahaan menolak untuk
melakukan koreksi, maka langkah akhir auditor memberikan opini tidak wajar pada persediaan.

3. Ida Cahya Diniarti


Bagaimana auditor memeriksa persediaan Bahan Baku, persediaan Barang Dalam Proses,
persediaan Barang Jadi ? Apakah prosedur auditnya sama?

Jawaban :
Prosedur audit dalam memeriksa ketiga persediaan tersebut sama. Yang membedakannya
hanya pada jenis persediaan dan kelompok-kelompoknya. Auditor memiliki relasi dengan
bagian-bagian persediaan tersebut. Misalnya, auditor memiliki hubungan dengan bagian pada
persediaan barang dalam proses, sehingga ketika audior hendak melakukan pemeriksaan, auditor
dapat meminta dokumen-dokumen pda bagian persediaan dalam proses.

4. Riva Yuni Lestari


Bagaimana penjelasan tentang Substantive Test lebih lanjut. Berikan contohnya.

Jawaban :
Adapun prosedur audit persediaan :
Prosedur pemeriksaan :
1. Lakukan observasi atas stock opname (perhitungan phisik) yang dilakukan perusahaan (klien)
2. Minta Final Inventory List (Inventory Compilation) dan lakukan prosedur pemeriksaan berikut
ini :
 Check mathematical accuracy (penjumlahan dan perkalian). ƒ
 Cocokkan “quantity per book” dengan stock card.
 Cocokkan “quantity per count” dengan “count sheet” kita (auditor). ƒ
 Cocokkan “total value” dengan buku besar persediaan.
3. Kirimkan konfirmasi untuk persediaan consignment out.
4. Periksa unit price dari bahan baku, barang dalam proses, barang jadi dan bahan pembantu.
5. Lakukan rekonsiliasi
6. Periksa cukup tidaknya allowance for slow moving (barang-barang yang bergerak lambat),
barang-barang yang rusak dan barang-barang yang ketinggalan mode.
7. Periksa kejadian sesudah tanggal neraca.
8. Periksa cut-off penjualan dan cut-off pembelian.
9. Periksa jawaban konfirmasi dari bank, loan agreement (perjanjian kredit), notulen rapat.
10. Periksa apakah ada sales atau purchase commitment per tanggal neraca.
11.Seandainya ada barang dalam perjalanan (goods transit), lakukan prosedur berikut ini :
• Minta rincian goods in transit per tanggal neraca. ƒ
• Periksa mathematical accuracy.
• Periksa subsequent clearance.
12.Buat kesimpulan dari hasil pemeriksaan persediaan dan buat usulan adjustment jika diperlukan.
13.Periksa apakah penyajian persediaan di laporan keuangan sudah sesuai dengan prinsip akuntansi
yang berlaku umum di Indonesia.

5. Hanni Masita Suri


Bagaimana melakukan pengamatan fisik persediaan di gudang ?

Jawaban :
Auditor melakukan pengamatan fisik dengan cara menghitung jumlah persediaan, dengan
menggunakan sample. Selain itu, apakah persediaan barang tersebut benar-benar ada di gudang,
auditor melakukan pengamatan langsung ke gudang.

6. Lisa Marlia Abidano


Bagaimana tahap-tahap supervisi audit, bagaimana jika dokumen yang digunakan auditor
gunakan tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya atau persediaan di gudang ?

Jawaban :
Dalam melakukan supervisi audit, auditor dapat menggunakan kertas kerja. Kertas kerja
adalah catatan-catatan yang diselenggarakan auditor mengenai audit yang ditempuhnya,
pengujian yang dilakukannya, informasi yang diperolehnya, dan kesimpulan yang dibuatnya
sehubungan dengan auditnya.
Kertas kerja yang digunakan dalam pemeriksaan persediaan adalah sebagai berikut :
A. Internal Control Questionnaires (ICQ) Persediaan
B. Test Transaksi Persediaan
C. Physical Inventory Instruction
D. Inventory Count Sheet
E. Top Schedule - Persediaan
F. Supporting Schedule Barang Dalam Perjalanan

Jika dokumen yang digunakan auditor tedapat kesalahan, maka dapat dilakukan koreksei
atau perhitungan ulang. Namun, auditor ketika melakukan pemeriksaan akan hati-hati dan teliti,
dan kemungkinan jika terjadi kesalahan dalam dokumen yang dicatat oleh auditor, julmlah
tersebut tidak material atau dianggap penting.
Prosedur Audit Persediaan
Persediaan adalah merupakan bagian dari aset perusahaan yang pada umumnya nilainya
cukup material dan rawan oleh tindakan pencurian ataupun penyalahgunaan. Oleh karena itu,
biasanya akun persediaan menjadi salah satu perhatian utama auditor dalam pemeriksaan atas
laporan keuangan perusahaan.
Adapun tujuan utama pemeriksaan persediaan adalah untuk menentukan bahwa :
 Persediaan secara fisik benar-benar ada
 Prosedur pisah batas (cut-off) persediaan telah dilakukan dengan memuaskan
 Persediaan telah dinilai sesuai dengan Prinsip Akuntansi Berlaku Umum (PSAK) yang diterapkan
secara konsisten
 Persediaan yang bergerak lambat (slow moving), usang, rusak, dapat diidentifikasika dengan tepat
dan dicadangkan dalam jumlah yang memadai
 Penghitungan matematis dalam daftar persediaan telah dibuat dengan cermat
 Persediaan yang dijaminkan telah diidentifikasikan dan diungkapkan dengan jelas dalam catatan
atas laporan keuangan
Walaupun tujuan-tujuan audit yang disebutkan di atas diarahkan terutama atas eksistensi
dan valuasi persediaan dalam neraca, tetapi auditor harus selalu ingat bahwa audit terhadap akun
persediaan yang dilakukannya harus berhubungan dengan harga pokok penjualan dan akun-akun
terkait lainnya dalam laporan laba rugi.
Tahap – Tahap Audit Persediaan
Tujuan menyeluruh dari audit atas persediaan adalah untuk menetapakan bahwa bahan baku,
barang dalam proses, barang jadi, dan harga poko penjualan telah dinyatakan secara wajar di dalam
laporan keuangan. Ada 4 aspek yang menjadi perhatian auditor dalam menetapkan jenis pengujian yang
akan dilakukan yaitu :
1. Pengendalian fisik terhadap persediaan
Pengujian auditor mengenai kecukupan pengendalian fisik terhadap bahan baku, barang dalam proses,
dan barang jadi harus terbatas pada pengamatan dan penyelidikan.
2. Dokumen-dokumen dan catatan untuk transfer persediaan
Perhatian utama auditor dalam verifikasi transfer persediaan dari satu lokasi ke lokasi yang lain adalah
bahwa transfer yang dicatat adalah sah, transfer yang benar-benar terjadi telah dicatat, dan kuantitas,
uraian serta tanggal dari setiap transfer yang dicatat tersebut adalah akurat.
3. Catatan perpetual
Terdapatnya catatan persediaan perpetual yang memadai berpengaruh terhadap waktu dan luas
pemeriksaan fisik yang dilakukan auditor atas persediaan. Jika catatan perpetual dapat diandalkan,
memungkinkan untuk menguji persediaan fisik sebelum tanggal neraca, penghematan biaya bagi auditor
maupun klien dan memungkinkan klien memperoleh laporan keuangan yang diaudit lebih awal.
4. Catatan mengenai biaya per unit
Catatan akuntansi biaya yang memadai harus dipadukan dengan kegiatan produksi dan catatan
akuntansi lain agar dapat menghasilkan biaya yang akurat untuk semua hasil produksi. Sistem akuntansi
biaya mempunyai hubungan dengan auditor karena penilaian persediaan akhir tergantung pada
perancangan dan penggunaan sistem yang tepat.
Pengujian rincian saldo untuk persediaan terdiri dari:
1) Menilai materialitas dan risiko inheren dari persediaan
2) Menilai risiko pengendalian untuk beberapa siklus
3) Merancang dan melaksanakan pengujian pengendalian, pengujian substantif atas transaksi dan prosedur
analitis untuk beberapa siklus
4) Merancang dan melaksanakan prosedur analitis untuk saldo persediaan
5) Merancang pengujian rincian saldo persediaan untuk memenuhi tujuan-tujuan audit yang spesifik
seperti : prosedur audit, besar sampel, item yang dipilih, dan waktu audit

Beberapa tahapan prosedur audit yang harus dilakukan auditor dalam melakukan pemeriksaan
atas akun persediaan diantaranya adalah :
1. Pemahaman Bisnis Klien – kecukupan pemahaman atas bisnis perusahaan merupakan dasar
terhadap audit persediaan. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh auditor melalui Kuesioner
Pemahaman Bisnis dan Jenis Usaha Klien akan memberikan auditor pemahaman mengenai
aspek-aspek unik dari bisnis dan jenis usaha, seperti faktor musiman dan siklus, sifat dari
keuangan, metode dan kebijaksanaan penjualan, kondisi persaingan usaha, bahan baku dan
sumbernya, tenaga kerja dan fasilitas pabrik yang berkaitan dengan kebijaksanaan operasi
perusahaan serta karakteristik sistim informasi termasuk metode costing. Pemahaman ini
memungkinkan auditor untuk mencapai kesimpulan mengenai aspek-aspek laporan keuangan
sehubungan dengan persediaan.
2. Penilaian Pengendalian Intern – tujuan pengendalian intern atas persediaan adalah untuk
meyakinkan bahwa (a) adanya pengendalian yang memadai terhadap mutasi persediaan, (b)
semua transaksi persediaan telah dicatat dan diklasifikasikan dengan tepat, (c) penghitungan fisik
persediaan telah dijalankan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan, (d) harga
perolehanpersediaan telah ditentukan dengan tepat, (e) penyesuaian atas persediaan yang
bergerak lambat (slow moving), usang dan rusak telah dilakukan dengan tepat.

3. Pengujian Substantif – tujuan utama pengujian substantif terhadap persediaan adalah untuk
memberikan bukti nyata dari keberadaan dan penilaian persediaan. Pengujian ini meliputi
observasi dan pengujian penghitungan fisik (stock taking), pengujian ringkasan dan pengujian
harga.
Observasi dan Pengujian Fisik Persediaan
Observasi penghitungan fisik merupakan prosedur pemeriksaan umum. Keikutsertaan
auditor pemeriksa dalam penghitungan fisik dan observasinya akan memberikan kepuasan dalam
menilai metode penghitungan fisik yang dilakukan dan ketaatan perusahaan atas penyajian
kuantitas serta kondisi fisik persediaan.
Apabila auditor tidak dapat melakukan observasi atsa penghitungan fisik persediaan karena
adanya pembatasan pemeriksaan, maka auditor dapat memberikan pendapat dengan kualifikasi
atau tidak memberikan pendapat sama sekali atas laporan keuangan perusahaan yang
diperiksanya.
Ada beberapa metode penghitungan fisik persediaan, antara lain :
1) penghitungan fisik secara menyeluruh yang dilaksanakan setahun sekali pada tanggal neraca
atau pada tanggal tertentu yang dihadiri auditor.
2) penghitungan yang kontinue yang dilakukan atas seluruh persediaan sekurang-kurangnya sekali
dalam setahun
3) penghitungan ulang atas semua seksi yang terbesar dengan menghitung sekurang-kurangnya
sekali dalam setahun untuk seksi-seksi lainnya.

Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) SA Seksi 331 mengenai “Sediaan” mengatur
mengenai penghitungan fisik persediaan yang dilakukan oleh auditor.
Dalam paragraf 3 diatur bahwa jika kuantitas sediaan hanya ditentukan melalui penghitungan
fisik, dan semua penghitungan dilakukan pada tanggal neraca atau pada suatu tanggal dalam
periode yang tepat, baik sebelum maupun sesudah tanggal neraca, maka perlu bagi auditor untuk
hadir pada saat penghitungan fisik sediaan dan, melalui pengamatan, pengujian dan permintaan
keterangan memadai, untuk meyakinkan dirinya tentang efektivitas metode penghitungan fisik
sediaan dan mengukur keandalan yang dapat diletakkan atas representasi klien tentang kuantitas
dan kondisi fisik sediaan.
Ada beberapa hal penting yang perlu diperhatikan auditor dalam penghitungan fisik persediaan,
diantaranya adalah :
1) selama penghitungan fisik persediaan, auditor harus memastikan bahwa pengendalian atas
prosedur pemasukan dan pengeluaran barang atau pergerakan intern barang selama penghitungan
berlangsung telah diikuti sebagaimana mestinya, untuk menilai kecermatan pisah batas (cut-off)
yang telah dilakukan. Jika memungkinkan, sebaiknya proses produksi dihentikan sementara
selama berlangsungnya penghitungan fisik persediaan ataupun penghitungan fisik dilakukan
pada saat tidak adanya kegiatan penerimaan maupun pengeluaran barang di gudang.
2) auditor harus memperhatikan kemungkinan adanya barang konsinyasi (titipan) yang bukan
menjadi milik perusahaan, barang jaminan dan lainnya
3) kemungkinan adanya persediaan yang tidak berada dalam pengawasan perusahaan, misalnya
barang yang berada di lokasi gudang umum, barang yang dipegang oleh penjual, barang
konsinyasi dan lainnya. Untuk jenis persediaan ini, prosedur audit yang harus dilakukan adalah
dengan melakukan konfirmasi langsung secara tertulis ataupun dengan penghitungan fisik.
4) auditor harus memastikan bahwa persediaan dalam perjalanan benar-benar belum diterima
sampai pada saat penghitungan fisik persediaan berlangsung.
Jika penghitungan fisik persediaan dilakukan setelah tanggal neraca, auditor harus
melakukan tarik mundur (draw back) hasil penghitungan fisik persediaan ke saldo tanggal
neraca. Prosedur ini terutama diperlukan untuk memperoleh keyakinan memadai bahwa
pencatatan saldo persediaan pada tanggal neraca telah sesuai dengan fisik persediaan yang ada di
gudang.
Pengujian atas Penentuan Harga Pokok Persediaan
Harga pokok persediaan umumnya ditentukan dengan metode rata-rata, FIFO ataupun LIFO.
Dalam meakukan pemeriksaan atas akun persediaan, auditor harus melakukan pengujian
untuk memperoleh keyakinan memadai bahwa metode yang digunakan dalam menilai persediaan
telah sesuai dengan kebijakan akuntansi perusahaan.
Kuesioner Pengendalian Intern Persediaan
Kuesioner berkaitan dengan pengendalian intern persediaan di gudang yang biasanya ditanyakan
oleh auditor selama berlangsungnya pemeriksaan diantaranya adalah :
 apakah persediaan dipisahkan secara memadai antara bahan baku, barang dalam proses, bahan
pembantu maupun barang jadi
 apakah terdapat pengamanan yang cukup terhadap pencurian, kerusakan, kebakaran, banjir
maupun risiko lainnya
 apakah persediaan berada di bawah pengawasan penjaga gudang
 apakah gudang tempat penyimpanan barang hanya dapat dimasuki oleh petugas gudang
 apakah barang dalam gudang hanya boleh dikeluarkan berdasarkan bukti permintaan dan bukti
pengeluaran barang yang telah disetujui oleh pejabat berwenang
 apakah ada prosedur/pengawasan barang masuk atau keluar gudang, sepertipenjaga pintu,
pengecekan ulang antara barang di truk dengan dokumen bersangkutan dan lainnya
 jika perusahaan menggunakan sistim persediaan perpetual, apakah pencatatan di kartu
persediaan dibuat terpisah untuk masing-masing kelompok persediaan
 apakah orang yang melaksanan pencatatan pada kartu persediaan bukan orang yang berfungsi
sebagai penjaga gudang
 apakah secara periodik, jumah barang yang ada di kartu persediaan dicocokkan dengan buku
besar
 apakah saldo persediaan dihitung secara fisik sekurang-kurangnya setahun sekali dan
dicocokkan dengan kartu persediaan

Prosedur Audit Persediaan


Tujuan Audit Saldo Akun Persediaan
(Transaksi)

Penyajian dan pengungkapan 1. Menelaah penyajian persediaan apakah


sesuai dengan SAK (Standar akuntansi
Keuangan).
2. Menanyakan apakah ada persediaan yang
dijaminkan/digadaikan.
3. Menelaah perjanjian perikatan pembelian.

Keberadaan atau keterjadian 4. Melakukan konfirmasi atas persediaan yang


dikonsinyasikan atau ditempatkan di lokasi
luar perusahaan.
5. Mengamati perhitungan fisik persediaan.

Hak atau kewajiban 6. Menelaah prosedur pisah batas (penjualan,


retur penjualan, pembelian, retur pembelian)

Kelengkapan 7. Melakukan pengujuan perhitungan nilai


persediaan dan bandingan dengan
perhitungan atau rincian klien.
8. Menanyakan apakah ada persediaan yang
dikonsinyasikan.
9. Melakuakan prosedur analisis.
10.Menghitung kelengkapan semua kartu
perhitunganfisik yang ditempel di persediaan
dan daftar hasil perhitungan fisik persediaan
(count sheet).

Penilaian 11. Menghitung ulang penjualan dan perkalian


rekapitulasi persediaan.
12. Merekonsiliasi rekapitulasi (daftar) kartu
persediaan ke buku besarnya.
13. Menguji metode perhitungan nilai
persediaan.
14. Menetukan apakah persediaan dinilai
berdasarkan nilai terendah dari harga
perolehan atau harga pasar.
15. Memeriksa kualitas persediaan (apakah
kondisi persediaan masih dapat dijual).
16. Menguji apakah terdapat persediaan yang
usang, rusak,atau ketinggalan metode.

Prosedur audit persediaan


1. Lakukan Stock Opname.
Stock opname dilakukan terutama untuk persediaan yang berada di gudang perusahaan, Untuk
barang consignment out dan barang-barang yang tersimpan di public warehouse jika jumlahnya
material harus dilakukan stock opname, jika tidak material, cukup dikirim konfirmasi. Stock
opname bisa dilakukan pada akhir tahun atau beberapa waktu sebelum/ sesudah akhir tahun.
2. Lakukan Observasi atas Stock Opname
Amati kembali hasil perhitungan fisik persediaan (stock Opname) yang dilakukan. Cek Final
Inventory List [Inventory Compilation) dan lakukan prosedur pemeriksaan berikut ini:
 check mathematical accuracy (penjumlahan dan perkalian).
 cocokkan “quantity per book” dengan kartu stok (persediaan).
 cocokkan “quantity per count dengan “count sheet kita (auditor)
 cocokkan “total value” dengan buku besar persediaan.
 Kirimkan konfirmasi untuk persediaan consignment out.

3. Lakukan Peninjauan ulang terhadap Konsep Persediaan


a. Periksa unit price dari persediaan
b. periksa ada tidaknya barang-barang yang rusak,dipakai dan hilang.
c. Periksa cut-off penjualan dan cut-off pembelian.
d. Lakukan rekonsiliasi jika stock opname dilakukan beberapa waktu sebelum atau
sesudah tanggal neraca.
4. Buatkan Laporan Hasil akhir Stock Opname
Buat kesimpulan dari hasil pemeriksaan persediaan dan buat usulan adjustment jika diperlukan.
5. Adjustment Persediaan
Lakukan penyesuaian persediaan dari usulan yang di ajukan dan tentukan kebijakan penyesuaian
persediaan dari hasil stock opname yang akan dilakukan
6. Periksa apakah penyajian persediaan di laporan keuangan sudah sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum di Indonesia/SAK.

Agar proses Audit Persediaan di perusahaan anda berjalan dengan baik, perlu internal control
yang baik pula atas persediaan, berikut ciri ciri internal control yang baik :
1. Adanya pemisahan tugas dan tanggung jawab antara bagial pembelian, penerimaan
barang, gudang, akuntansi dan keuangan.
2. Digunakannya formulir-formulir yang bernomor urut tercetak, seperti:
 purchase requisition (permintaan pembelian), purchase order (order pembelian)
 delivery order (surat jalan), receiving report (laporan penerimaan barang), sales
order (order penjualan), sates invoice (faktur penjualan).
3. Adanya sistem otorisasi, baik untuk pembelian, penjualan, penerimaan kas/bank, maupun
pengeluaran kas/bank.
4. Digunakannya anggaran {budget) untuk pembelian, produksi, penjualan, dan penerimaan
serta pengeluaran kas.

Dari penjelasan di atas, jelas bahwa audit persediaan di perusahaan dagang mampu
memberikan manfaat yang begitu besar bagi perusahaan untuk mengurangi resiko terjadinya
selisih, kehilangan, mengantisipasi kemungkinan terjadinya kecurangan dan memastikan bahwa
prosedur telah dilakukan dengan baik. Diperlukan pengelolahan dan pemeriksaan yang memadai
terhadap persediaan barang dagang, agar kita tetap bisa bersaing di tengah kompetisi yang hebat.

Anda mungkin juga menyukai