Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Ubi kayu dengan nama latin Manihot esculenta, pertama kali dikenal di
Amerika Selatan kemudian dikembangkan pada masa prasejarah di Brasil dan
Paraguay. Bentuk-bentuk modern dari spesies yang telah dibudidayakan dapat
ditemukan bertumbuh liar di Brasil Selatan. Meskipun spesies Manihot yang liar
banyak, semua kultivar Manihot esculenta dapat dibudidayakan (Arifin dkk.,
2012).
Ubi kayu atau singkong merupakan salah satu sumber karbohidrat yang
berasal dari umbi. Ubi kayu atau ketela pohon merupakan tanaman perdu. Ubi
kayu berasal dari benua Amerika, tepatnya dari Brasil. Penyebarannya hampir ke
seluruh dunia, antara lain Afrika, Madagaskar, India, dan Tiongkok. Ubi kayu
berkembang di negara – negara yang terkenal dengan wilayah pertaniannya (
Purwono, 2009 : 58 ).
Saat ini, Indonesia merupakan negara produsen ubikayu terbesar keempat di
dunia setelah Nigeria, Thailand dan Brasil. Ekspor ubikayu di Indonesia pada
umumnya dalam bentuk ubikayu kering (gaplek atau lainnya) dan tepung tapioka
(Widaningsih, 2015).
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS, 2015), Provinsi Lampung
menduduki peringkat pertama sebagai penghasil ubikayu terbesar di Indonesia.
Luas areal tanaman ubikayu pada tahun 2015 di Provinsi Lampung yaitu 310.441
ha dengan total produksi 8.294.913 ton. Luas areal tanaman dan total produksi
ubikayu di Lampung mengalami penurunan pada tahun 2016 dengan total luasan
areal sebesar 298.299 ha dan total produksi 7.820.000 ton (BPS, 2016). Penurunan
produksi ubikayu tersebut dapat disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya
yaitu serangan patogen penyebab penyakit pada ubikayu.
Sebagaimana tanaman lainnya, tanaman ubi kayu juga tidak luput dari
serangan hama dan penyakit tanaman. Menurut Lozano (1977), penelitian tentang
penyakit tanaman pada ubi kayu relatif masih terbatas dibanding komoditas lain
atau bidang/disiplin ilmu lainnya. Hingga tahun 2002, dilaporkan tidak kurang
dari 36 penyakit tanaman yang disebabkan oleh patogen berupa jamur, bakteri,
dan virus/mikoplasma (Calvert dan Thresh 2002; Hillock dan Wydra 2002).
Salah satu penyakit yang sering menyerang adalah bercak daun coklat
(Cercospora henningsii), Penyakit ini umum ditemukan pada daerah dengan curah
hujan dan suhu tinggi. Angin dan air hujan membawa spora jamur dari daun sakit
ke daun sehat di dekatnya. Pada kondisi udara lembab, spora akan berkecambah
membentuk buluh kecambah dan mempenetrasi daun melalui mulut daun. Selama
musim kemarau, jamur mempertahankan diri pada bercak-bercak, bahkan pada
daun-daun yang telah rontok. (Nasir Saleh dkk, 2016).
Sehingga, untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
perkembangan penyakit diperlukan penentuan kejadian penyakit/insiden yang
dapat dilakukan dengan cara menghitung jumlah atau persentase tanaman sakit
yang terserang penyakit.

1.2. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah mengukur kejadian dan keparahan penyakit
bercak daun coklat pada tanaman ubi kayu (Manihot esculenta).
BAB II
METODE PRAKTIKUM

2.1. Alat dan Bahan


 20 sampel daun ubi kayu
 Label
 Alat tulis
 Kalkulator
 Kamera
 Buku panduan praktikum

2.2. Waktu dan Tempat


Praktikum ini dilaksanakan pada hari Rabu, 24 Oktober 2018 di gedung H.
Oppon Sopandji.

2.3. Cara kerja


1) Ambil 20 sampel daun ubi kayu yang akan diamati intensitas penyakitnya.
2) Beri label nama pada setiap sampel daun dari 1-20 sampel daun.
3) Amati dan ambil gambar keparahan penyakit pada setiap daun.
4) Lalu beri skor kerusakan bercak pada setiap sampel daun, dengan melihat
diagram skor di bawah ini.
Kategori serangan Skor Skala Kerusakan (%)
Tidak ada serangan 0 0
Serangan ringan 1 1-5
Serangan sedang 2 6 - 10
Serangan berat 3 11 - 35
Serangan sangat berat 4 36 - 65
Kerusakan parah 5 66 - 100
5) Setelah diberi skor, lalu hitung insidensi penyakit dan severitas penyakit
pada sampel daun ubi kayu dengan rumus :
𝐧
𝐈𝐧𝐬𝐢𝐝𝐞𝐧𝐬𝐢 𝐏𝐞𝐧𝐲𝐚𝐤𝐢𝐭 =
𝐍
* keterangan :
n = Presentase contoh tanaman terinfeksi
N= Seluruh contoh tanaman yang diamati

∑𝐧 × 𝐯
𝐒𝐞𝐯𝐞𝐫𝐢𝐭𝐚𝐬 𝐏𝐞𝐧𝐲𝐚𝐤𝐢𝐭 =
N×V
*keterangan
n = jumlah tanaman yang tergolong dalam suatu kategori serangan
v = skor pada setiap kategori serangan
N = jumlah tanaman yang diamati
V = skor untuk kategori terberat
BAB III
HASIL dan PEMBAHASAN

3.1. Hasil
Pengamatan Pengamatan Pengamatan Pengamatan Pengamatan Pengamatan
kerusakan kerusakan kerusakan kerusakan kerusakan kerusakan
Daun ke- penyakit penyakit penyakit penyakit penyakit penyakit
Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3 Kelompok 4 Kelompok 5 Kelompok 6
% Skor % skor % skor % skor % skor % Skor
1 60 4 30 3 25 2 20 2 29 2 30 2
2 5 1 2 1 3 1 3 1 4 1 10 1
3 75 5 75 5 72 4 40 3 23 2 50 3
4 2 1 8 1 2 1 3 1 3 1 5 1
5 90 5 95 5 95 5 95 5 91 5 95 5
6 20 3 45 3 28 2 35 3 35 3 35 2
7 15 3 13 2 5 1 10 1 10 1 15 1
8 25 3 18 2 12 1 25 3 21 2 25 2
9 1 1 2 1 1 1 3 1 1 1 3 1
10 65 4 70 5 78 4 30 3 83 5 75 4
11 55 4 63 4 75 4 70 4 41 3 40 3
12 15 3 18 2 8 1 10 1 8 1 15 1
13 5 1 7 1 3 1 3 1 5 1 5 1
14 65 4 80 5 70 4 70 4 79 4 85 4
15 70 5 83 5 87 5 75 5 84 5 90 5
16 45 4 58 4 50 3 90 5 87 4 62 4
17 20 3 22 2 10 1 15 2 9 1 20 1
18 70 5 72 5 84 5 75 5 82 5 88 4
19 95 5 79 5 92 5 90 5 85 5 95 5
20 5 1 27 3 7 1 5 1 7 1 10 1
∑nxv 65 64 52 56 53 51
NxV 100 100 100 100 100 100
Severitas
0,65 0,64 0,52 0,56 0,53 0,51
penyakit
Rata-rata
severitas 0,56
penyakit

3.2. Contoh Perhitungan Penyakit


Kelompok 1
n
Insidensi Penyakit =
N
20
= 20 = 1 100 %

∑n × v
Severitas Penyakit =
N×V
(5 × 1) + (0 × 2) + (5 × 3) + (5 × 4) + (5 × 5)
=
20×5
65
= = 0,65
100
= 65 %
3.3. Pembahasan
Selama praktikum ini, mahasiswa diajarkan mengenai perhitungan intensitas
penyakit melalui kejadian dan keparahan penyakit pada daun ubi kayu yang
terserang penyakit bercak daun. Secara umum, penyakit bercak daun coklat bukan
merupakan penyakit penting karena tidak menyebabkan tanaman mati, tetapi di
lapangan menunjukkan bahwa pada varietas rentan dan kondisi lingkungan
mendukung, penyakit bercak daun coklat akan berkembang hingga menyerang
seluruh daun. Pada kondisi demikian, penyakit tersebut dapat menyebabkan
kehilangan hasil yang besar (Saleh dan Muslikul, 2011). Kehilangan hasil yang
disebabkan oleh penyakit bercak daun coklat pada varietas tanaman yang rentan
dapat mencapai 20-30% (Saleh dkk., 2013).
Intensitas penyakit atau biasa disebut kejadian penyakit merupakan proporsi
individual inang atau organ yang terkena penyakit tanpa mempedulikan seberapa
berat penyakitnya. Sedangkan severitas penyakit atau keparahan penyakit adalah
proporsi permukaan inang terinfeksi terhadap total permukaan inang yang
teramati.
Pada praktikum ini, tiap kelompok mengamati 20 helai daun ubi kayu
dengan tingkat kejadian dan keparahan penyakit yang berbeda – beda.
Berdasarkan dari tabel hasil pengamatan yang terdiri dari 6 kelompok. Tingkat
severitas penyakit paling ringan terdapat pada kelompok 6 sebesar 0,51 %
sedangkan severitas penyakit terbesar terdapat pada kelompok 1 yaitu 0,65 %.
Dan rata – rata severitas penyakit 0,56 %. Untuk kejadian penyakit, semua
kelompok memiliki nilai kejadian penyakit 100 %.
Hal ini menggambarkan bahwa semua tanaman terserang penyakit, akan
tetapi tingkat keparahannya berbeda – beda.
BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Bahwa penyebab penyakit bercak daun disebabkan oleh jamur C.
Henningsii. Penyakit ini dapat mengakibatkan kehilangan hasil 20 – 30 %.
penyakit bercak daun coklat bukan merupakan penyakit penting karena tidak
menyebabkan tanaman mati, tetapi di lapangan menunjukkan bahwa pada varietas
rentan dan kondisi lingkungan mendukung, penyakit bercak daun coklat akan
berkembang hingga menyerang seluruh daun.
Dari hasil yang diperoleh dari pengamatan terhadap daun ubi kayu dapat
diketahui bahwa semua daun terkena serangan Cercospora henningsii. nilai
insidensi penyakitnya 100%. Keparahan penyakit tertinggi didapatkan dengan
severitas penyakit 0,65%.
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Idawati, dan Suryaatmaja. 2012. Janji Singkong. Majalah Trubus No. 509.
Hal 26-31.

Badan Pusat Statistik [BPS]. 2015. Luas Panen dan Produksi Tanaman Pangan di
Kota Bandar Lampung Tahun 2011 - 2015. {Online}. Tersedia pada :
https://bandarlampungkota.bps.go.id/statictable/2017/01/11/125/luas-
panen-dan-produksi-tanaman-pangan-di-kota-bandar-lampung-tahun-
2011-2015.html. Diakses pada : 02 November 2018.

Badan Pusat Statistik [BPS]. 2016. Luas panen, produktivitas, produksi tanaman
ubikayu seluruh provinsi. Jakarta : Badan Pusat Statistik.

Calvert, L.A. and J.M. Thrtesh. 2002. The viruses and virus diseases of cassava
pp:237-260 In R.J. Hillocks, J.M. Thrtesh, and A.C. Belloti (Ed.).
Cassava:Biology, production and utilization. CAB International.

Hillocks, R.J. and K. Wydra. 2002. Bacterial, fungal, and nematode diseases In
R.J. Hillocks , J.M. Thresh, and A.C. Belloti. 2002. Cassava. Biology,
production and utilization. CABI Publishing. P:261-280.

Lozano, J.C. 1977. General consideration on cassava pathology. Proc. Cassava


protection workshop. CIAT Cali Columbia. 7-12 November 1977. pp 17-
27.

Purwono, 2009. Budidaya 8 jenis tanaman unggul. Penerbit Swadaya. Jakarta.

Saleh, N dan Muslikul, H. 2011. Pengendalian kimiawi penyakit bercak daun


coklat, Cercospora henningsii pada ubikayu. Prosiding. Seminar Hasil
Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi, tanggal 15 November 2011.
pp : 610-620.

Saleh, N., Mudji, R., Sri, W. I., Budhi, S. R., Sri, W. 2013. Hama, penyakit dan
gulma pada tanaman ubi kayu: Identifikasi dan pengendaliannya. Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Jakarta. 85 hlm.

Saleh, N., Didik, H. I. Made, J, N. 2016. Penyakit-penyakit penting pada ubikayu


: deskripsi, bioekologi dan pengendaliannya. Balai Penelitian Tanaman
Aneka Kacang dan Umbi. Malang. 168 hlm..

Widaningsih, Roch. 2015. Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan Ubi


Kayu. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Kementerian Pertanian.
Jakarta. 78 hlm.
LAMPIRAN

Daun ke - Gambar Skor


1 4

2 1

3 5

4 1

5 5
6 3

7 3

8 3

9 1

10 4
11 4

12 3

13 1

14 4
15 5

16 4

17 3

18 5

19 5

20 1
LAPORAN PRAKTIKUM
PENGHITUNGAN INTENSITAS PENYAKIT
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Produksi Tanaman Kacang-Kacangan
(MKB5309)

Disusun Oleh :
Yoga Pratama 1610631090159

Kelas 5 C

Dosen Pengampu Praktikum:


Lutfi Afifah, S.P., M.Si.
Tatang Surjana, Ir., M.S.

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG
2018

Anda mungkin juga menyukai