Oleh
Kelompok 3
Uji sensori merupakan uji pertama penentu penerimaan produk pangan dengan
menggunakan indera manusia sebagai alat ukur. Penilaian pertama konsumen
terhadap produk pangan adalah berdasarkan karateristik sensorinya, seperti aroma,
tekstur, kenampakan (appearence), dan rasa. Konsumen hanya akan mengkonsumsi
makanan yang karateristik sensorinya baik dan memenuhi syarat. Penilaian cara ini
banyak disenangi karena dapat dilaksanakan dengan cepat dan langsung. Pada suatu
industri pangan, perbaikan produk maupun pemilihan produk terbaik merupakan
salah satu alternatif untuk menunjang pemasarannya. Keinginan konsumen yang
selalu menghendaki produk dengan mutu baik harus disediakan bila industri
tersebut ingin menjaring keuntungan dari penjualan produk yang dihasilkan. Di
pasaran banyak beredar bermacam-macam produk pangan, baik yang berlawanan
jenis maupun yang mempunyai sifat sensoris yang mirip dan diproduksi oleh pabrik
atau produsen yang berbeda (Supriyatna, 2007).
Hal ini memicu persaingan yang ketat antara para produsen yang memproduksi
produk yang sejenis dalam mengambil hati para konsumen. Berbagai hal pun
dilakukan oleh para produsen antara lain dengan harga yang lebih murah, iklan-
iklan, hadiah-hadiah, dan bahkan saling menjatuhkan satu sama lain dengan cara-
cara yang menyalahi etika bisnis yang ada. Hal- hal negatif seperti itu seharusnya
tidak boleh terjadi karena hal itu bukan hanya merugikan produsen lain melainkan
para konsumen juga dirugikan. Seharusnya para produsen, bersaing secara sehat
untuk menghasilkan yang berkualitas dan konsumenlah yang akan menilainya.
Tingkat kesukaan konsumen terhadap suatu produk memang berbeda-beda.Untuk
mengatasi hal itu dapat dilakukan dengan cara uji ranking terhadap produk yang
akan dipasarkan yang berguna sebagai gambaran akan tingkat kesukaan konsumen
terhadap produk (Aini, 2013). Oleh sebab itu, uji ranking menjadi sangat penting
dilakukan oleh para produsen, khususnya yang bergerak dalam industri pangan
yaitu sebagai bahan evaluasi yang nantinya akan berguna sebagai bahan
pembelajaran untuk mengurangi kelemahan-kelemahan yang ada pada produk dan
dapat menciptakan sebuah inovasi baru dan meningkatkan kualitas produk
1.2 Tujuan
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Kamis, 30 April 2020 pukul 20.00 – 21.30
WIB di kediaman masing – masing panelis
Alat – alat yang digunakan pada praktikum ini adalah gelas kecil, sendok dan
nampan. Bahan – bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah 5 buah sampel
teh dengan berbagai konsentrasi gula, dan kuisioner
Prosedur kerja pada praktikum ini dapat dilihat melalui diagram alir dan paragraf
sebagai berikut
Pelaksanaan Pengujian
Mula – mula disiapkan sampel teh dengan 5 konsentrasi gula yang berbeda yaitu
5%; 10%; 15%; 20%; dan 25%. Kemudian, masing – masing sampel diletakkan
dalam gelas – gelas kecil dan diberi kode acak. Lalu, sampel disajikan kepada
panelis untuk dinilai tingkat warnanya, dilengkapi dengan kuisioner. Setelah
selesai, dilanjutkan ke tahap pengujian
Sampel teh 5
konsentrasi berbeda
dalam gelas – gelas
Diamati warna sampel teh yang disajikan oleh panelis dan dituliskan
urutan tingkatan warnanya pada kuisioner yang sudah disediakan dan
tidak boleh ada penilaian yang sama
Pelaksanaan Pengujian
Data yang
sudah ditabulasi
Bila terdapat perbedaan nyata, maka dilakukan uji jarak berganda untuk
uji ranking sehingga dapat ditentukan mana sampel yang berbeda
Hasil
Pada analisis data, mula – mula data yang sudah ditabulasi selanjutnya diolah
dengan uji friedman. Setiap baris menunjukkan hasil pengurutan intensitas sifat
sensori yang diuji oleh panelis. Jumlah setiap kolom merupakan jumlah ranking
sampel. Nilai T yang diperoleh selanjutnya dibandingkan dengan nilai titik kritis
khi-kuadrat pada derajat bebas perlakuan dan tingkat kepercayaan yang diambil.
Bila nilai T lebih besar daripada titik kritis Tabel disimpulkan terdapat perbedaan
nyata dan sebaliknya bila lebih kecil disimpulkan sebagai tidak berbeda nyata. Bila
terdapat perbedaan nyata, maka dilakukan uji jarak berganda untuk uji ranking
sehingga dapat ditentukan mana sampel yang berbeda
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
Hasil penilaian panelis berupa data tabulasi pada uji ranking dapat dilihat pada
Tabel 1 berikut
3.2 Pembahasan
Uji ranking merupakan uji skalar dimana hasil pengujian oleh panelis telah
dinyatakan dalam besaran kesan dengan jarak atau interval tertentu. Prinsip dari uji
ranking, panelis diminta untuk membuat urutan dari yang diuji menurut perbedaan
tingkat mutu sensorik. Penilaian ini bersifat subjektif karena panelis memberikan
nilai dari kesukaannya sendiri. Dalam uji ranking tidak disertakan contoh
pembanding. Urutan pertama selalu menyatakan yang paling tinggi, makin ke
bawah nomor urut makin rendah. Ranking adalah metode yang digunakan untuk
menguji tiga atau lebih sampel yang disajikan dalam waktu bersamaan, dengan
tujuan untuk mengetahui urutan atau jenjang sampel berdasarkan atribut tertentu.
Uji ranking merupakan uji yang mudah dilakukan dan dapat menguji sampel dalam
jumlah relatif banyak. Fungsi dari uji ranking yaitu agar mutu produk dapat
diketahui dan diurutkan. Produk kesukaan konsumen juga bisa diketahui sehingga
untuk selanjutnya jenis atau tingkat mutu produk inilah yang dijadikan patokan
dalam proses pembuatan suatu produk. Angka-angka atau nilai hasil uji ranking
yang dilakukan hanyalah nomor urut, tidak menyatakan besaran skalar. Uji ini juga
tidak menyatakan contoh pembanding sebagai komoditi yang paling tinggi nilainya
tetapi hanyalah alat atau sarana untuk pedoman dalam membandingkan berbagai
komoditi yang sama jenisnya, sedangkan kualitasnya berbeda. Selain itu uji ranking
ini bisa mengukur pengaruh proses baru terhadap mutu produk, yaitu untuk
mengetahui apakah produk baru sama atau lebih baik dari produk lama. Selain itu
juga untuk menentukan contoh terbaik atau produk yang paling digemari
konsumen, tujuan utama pemasaran produk itu (Rosenthal, 1999).
Uji ranking dapat digunakan untuk mengurutkan intensitas mutu dan kesukaan
konsumen dan dalam rangka memilih yang terbaik dan menghilangkan yang
terjelek. Uji ranking dapat menggunakan panelis terlatih untuk uji ranking
pembedaan dan panelis tidak terlatih untuk uji ranking kesukaan. Ranking adalah
suatu proses pengurutan dua sampel atau lebih berdasarkan intensitas atau derajat
atribut yang dirancang atau menurut tingkat kesukaan produk dalam rangka
memilih yang terbaik atau menghilangkan yang terjelek, dengan maksud untuk
menambah atau mengurangi jumlah suatu atribut, kualitas secara keseluruhan atau
respon pada saat yang sama (Aini, 2013).
Keuntungan dari uji ranking adalah cepat, dapat digunakan untuk bermacam-
macam contoh, prosedur sederhana, dapat menggunakan contoh baku atau tidak,
dan memaksa adanya keputusan relatif karena tidak ada dua contoh pada rank yang
sama. Sedangkan kelemahannya adalah mengabaikan jumlah atau tingkat
perbedaan. Contoh, nilai satu set data tidak dapat dibandingkan langsung dengan
nilai yang sama pada set data lain dan bila terdapat perbedaan yang kecil panelis
merasa harus membedakan contoh yang dianggap identik, sehingga dapat
menyebabkan inkonsistensi pada uji ranking (Oktrafina, 2010).
Uji ranking ini bisa mengukur pengaruh proses baru terhadap mutu produk, yaitu
untuk mengetahui apakah produk baru sama atau lebih baik dari produk lama.
Selain itu juga untuk menentukan contoh terbaik atau produk yang paling digemari
konsumen, tujuan utama pemasaran produk itu. Dengan menggunakan uji ranking,
uji penjenjangan atau pengurutan ini maka mutu produk dapat diketahui dan
diurutkan. Produk kesukaan konsumen juga bisa diketahui sehingga untuk
selanjutnya jenis atau tingkat mutu produk inilah yang dijadikan patokan dalam
proses pembuatan suatu produk. Angka-angka atau nilai hasil uji ranking yang
dilakukan hanyalah nomor urut, tidak menyatakan besaran skalar. Uji ini juga tidak
menyatakan contoh pembanding sebagai komoditi yang paling tinggi nilainya tetapi
hanyalah alat atau sarana untuk pedoman dalam membandingkan berbagai
komoditi yang sama jenisnya, sedangkan kualitasnya berbeda (Santoso, 2008).
Berdasarkan hasil praktikum, terdapat 5 buah sampel berkode yaitu teh dengan gula
konsentrasi 5% dengan kode 322; teh dengan gula konsentrasi 10% dengan kode
621; teh dengan gula konsentrasi 15% dengan kode 403; teh dengan gula
konsentrasi 20% dengan kode 980; dan teh dengan gula konsentrasi 25% dengan
kode 572. Pada uji ranking yang dilakukan, terdapat nilai total dari masing – masing
sampel dengan kode 322, 621, 403, 980, dan 572 masing – masing sebesar 159,
132, 105, 78 dan 51. Lalu setelah dilakukan pengolahan data pada tingkat warna
ternyata dihasilkan dengan uji friedman (Nilai T) dan dibandingkan dengan α tabel
5% didapat kesimpulan yaitu terdapat perbedaan yang sangat signifikan dari
kesukaan panelis terhadap kelima sampel teh tersebut, dan setelah diuji lanjut
dengan uji LSD terdapat perbedaan yang signifikan antara kelima sampel teh
tersebut.. Dalam uji lanjut dengan LSD, sampel A memiliki notasi a, sampel B
memiliki notasi ab, sampel C memiliki notasi bc, sampel D memiliki notasi cd dan
sampel E memiliki notasi e. Sehingga, dari notasi tersebut dapat dihasilkan bahwa
sampel teh 322 berbeda nyata dengan sampel 621, 403, 980 dan 572. Sampel 621
berbeda nyata dengan sampel 980 dan 572 serta sampel 403 berbeda nyata dengan
sampel 572. Dari hasil ini, dapat disimpulkan bahwa dari kelima sampel teh
tersebut, sampel yang mempunyai kode 572 atau teh dengan konsentrasi 25%
memiliki tingkatan warna yang paling besar nilainya menurut panelis. Dalam
melakukan pengujian ini, panelis yang digunakan dalam uji ranking kali ini adalah
panelis semi terlatih. Dan dalam penilaian terhadap parameter-parameter tersebut
bersifat sangat subyektif sehingga setiap panelis tidak selalu memberikan kesan
yang sama karena terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi panelis terhadap hasil
pengujian tersebut, diantaranya kondisi psikologis panelis (seperti: error of
habituation yaitu panelis yang cenderung memberikan nilai atau respon yang sama
terhadap sampel, error of expectation yaitu adanya informasi yang diberikan yang
menimbulkan bias terhadap penilaian, logical error yaitu panelis berpikir misalnya
warna dari teh tersebut kurang cerah maka rasanya kurang manis, error of central
tendency yaitu panelis menilai sampel yang ditengah paling bagus, time error yaitu
penyaji menyajikan sampel dari yang kurang dan yang terakhir sampel yang bagus),
faktor fisiologis panelis, kesehatan dari panelis, serta suasana dan tempat pengujian
yang kurang kondusif serta berbeda lingkungan antara panelis satu dengan yang
lain akan mempengaruhi konsentrasi dari panelis sehingga hasil yang diperoleh
kurang optimal (Setyaningsih et al., 2010).
IV. KESIMPULAN
1. Uji ranking dilakukan dengan 5 buah sampel dengan konsentrasi gula berbeda
yaitu 5%; 10%; 15%; 20% dan 25% dengan masing – masing kode sampel 322,
621, 403, 980, dan 572 dengan total masing – masing sebesar 159, 132, 105, 78
dan 51
2. Uji Friedman yang dibandingkan dengan nilai tabel khi-kuadrat dengan taraf
=0,05% menunjukkan adanya perbedaan signifikan terhadap 5 sampel. Uji
lanjut yang dilakukan dengan LSD menunjukkan adanya perbedaan signifikan
antara kelima sampel dengan notasi sampel A memiliki notasi a, sampel B
memiliki notasi ab, sampel C memiliki notasi bc, sampel D memiliki notasi cd
dan sampel E memiliki notasi e. Sampel yang mempunyai kode 572 atau teh
dengan konsentrasi 25% memiliki perbedaan signifikan dibandingkan sampel
kode 322, 621, 403, dan 980 serta memiliki tingkatan warna yang paling besar
nilainya menurut panelis
DAFTAR PUSTAKA
Aini, Nur. 2013. Petunjuk Praktikum Evaluasi Sensori. Program Studi Ilmu dan
Teknologi Pangan, Purwokerto.
Foto Praktikum
Gambar 1. Foto kelima sampel teh dengan konsentrasi gula yang berbeda
12
𝑇= { } 𝑥 ( 1592 + 1322 + 1052 + 782 + 512 ) − 3 𝑥 (35 𝑥 6)
35 𝑥 5 𝑥 6
12
𝑇=( ) 𝑥 62.415 − 630
1050
𝑇 = 83,314
Nilai T = 83,314
Nilai Titik Kritis Khi Kuadrat pada db perlakuan = 4 dan = 0,05 sebesar 9,49
Ternyata Nilai T lebih besar dibandingkan titik kritis, sehingga dapat disimpulkan
bahwa diantara sampel sari buah yang diuji terdapat perbedaan tingkat kemanisan
Setiap dua total ranking yang tidak diikuti dengan huruf yang sama menunjukkan
adanya perbedaan nyata pada = 0,05. Sampel E secara signifikan lebih cerah
dibandingkan sampel A, B, C dan D