Oleh :
Kelompok 5
Uji sensori merupakan uji pertama penentu penerimaan produk pangan dengan
menggunakan indra manusia sebagai alat ukur penilain pertama konsumen
terhadap produk pangan adalah berdasarkan karakteristik sensorinya, seperti
aroma, tekstur, kenampakan (appearence), dan rasa. Barang yang direspon secara
positif oleh indra manusia karena menghasilkan kesan subjektif menyenangkan
dan memuaskan harapan konsumen disebut memiliki sensori yang tinggi. Analisis
sensori adalah disiplin ilmu yang membutuhkan standarisasi dan pengendalian
yang tepat pada setiap tahap persiapan, pengukuran respon, analisis data dan
interpretasi hasil. Panelis adalah orang atau sekelompok orang yang menilai dab
memberikan tanggapan terhadap produk yang diuji. Analisis sensori adalah suatu
proses identifikasi, pengukuran ilmiah, analisis, dan iterpretasi atribut-atribut
produk melalui panca indra manusia (Aini, 2013).
Teh merupakan salah satu inuman terpopuler yang memiliki banyak manfaat bagi
kesehatan tubuh. Minuman teh adalah minuman yang diperoleh dari seduhan teh
dengan airr minum dengan penambahan gula dengan atau tanpa penambahan
bahan tambahan makanan yang di izinkan.Teh mengandung senyawa senyawa
bermanfaat seperti polifenol, theofilin, flavonoid/metilxanti, tanin, vitamin C dan
E, katekin serta sejumlah mineral seperti Zn, Se, Mo, Ge, Mg. Penambahan gula
mempengaruhi rasa manis pada teh. Perbedaan tingkat kemanisan pada setiap
sampel menyebabkan perbedaan sifat kesukaan pada teh yang disajikan.
Dalam pengujian renking panelis diminta diminta untuk mengurutkan identitas
sifat yang dinilai. Uji renking dapat digunakan untuk mengurutkan identitas, mutu
atau kesukaan konsumen dalam rangka memilih yang terbaik atau menghilangkan
yang terjelek. Pada uji renking digunakan panelis terlatih (untuk uji renking
berbeda). Untuk uji renking pembedaan mula- mula dilakukan seleksi dan latihan
panelis, sedangkan uji renking kesukaan panelis diambil yang terlatih. Kemudian
pada panelis disjikan sampel-sampel yang akan dinilai dengan kuisioner
(Rosenthal, 1999). Keuntungan uji renking adalah cepat, dapat digunakan untuk
bermacam-macam sampel dan prosedur yang cukup sederhana.
Praktikum dilakukan pada hari kamis,30 April 2020 pukul 20.00-21.30 WIB. Di
Kediaman masing masing panelis.
Alat yang di gunakan dalam praktikum ini adalah gelas, sendok kecil, nampan,
tisyu, kuesioner. Bahan yang digunakan yaitu teh ,gula (kosentrasi 5%,10%,15%,
20%,25%), air
Pelaksanaan praktikum ini disajikan dalam bentuk diagram alir sebagai berikut:
Sampel teh disajikan kepada panelis untuk dinilai tingkat kemanisan nya
2.3.2. Pengujian
Panelis mengamati rasa manis pada sampel teh yang disajikan, kemudian
menuliskan urutan tingkat kemanisan pada teh pada kuesioner yang sudah
disediakan
Pada tahap pengujian panelis dihadapkan pada sampel teh yang diberi kode untuk
mengamati rasa manis pada sampel teh yang disajikan, kemudian panelis diminta
untuk memberikan penilaian urutan kemanisan pada teh dari yang manis sampai
tidak manis pada teh kemudian diisikan pada kuesioner yang telah disediakan,
selanjutnya data yang diperoleh dikumpulkan dan ditabulasi.
Data yang sudah ditabulasi selanjutnya diolah dengan uji friedmen. Setiap baris
menunjukan hasil pengurutan intensitas sifat sensori yang diuji oleh panelis.
Jumlah setiap kolom merupakan jumlah ranking sampel persamaan uji fredmen.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
Hasil yang diperoleh dari praktikum ini disajikan dalam tabel sebagai berikut:
3.2 Pembahasan
Uji ranking merupakan uji skalar dimana hasil pengujian oleh panelis telah
dinyatakan dalam besaran kesan dengan jarak atau interval tertentu. Prinsip dari
uji ranking, panelis diminta untuk membuat urutan dari yang diuji menurut
perbedaan tingkat mutu sensorik. Penilaian ini bersifat subjektif karena panelis
memberikan nilai dari kesukaannya sendiri. Dalam uji rangking tidak disertakan
contoh pembanding. Urutan pertama selalu menyatakan yang paling tinggi, makin
ke bawah nomor urut makin rendah. Data hasil dari pengamatan yang telah diuji
secara statistik yaitu dengan menggunakan analysis of variance (ANOVA) dan
uji Duncan. Analisis ragam untuk mengetahui adanya perbedaan nyata dalam
data. Jika terdapat perbedaan nyata dalam data maka dilakukan uji Duncan untuk
menguji perbedaan di antara semua pasangan perlakuan yang ada dari percobaan
tersebut, serta masih dapat mempertahankan tingkat signifikasi yang ditetapkan.
Ranking adalah metode yang digunakan untuk menguji tiga atau lebih sampel
yang disajikan dalam waktu bersamaan, dengan tujuan untuk mengetahui urutan
atau jenjang sampel berdasarkan atribut tertantu. Uji ranking merupakan uji yang
mudah dilakukan dan dapat menguji sampel dalam jumlah relatif banyak
(Setyaningsih et al., 2010).
Menurut Heymann (2013) manfaat atau kegunaan dari uji ranking yaitu agar mutu
produk dapat diketahui dan diurutkan. Produk kesukaan konsumen juga bisa
diketahui sehingga untuk selanjutnya jenis atau tingkat mutu produk inilah yang
dijadikan patokan dalam proses pembuatan suatu produk. Angka-angka atau nilai
hasil uji ranking yang dilakukan hanyalah nomor urut, tidak menyatakan
besaranskalar. Uji ini juga tidak menyatakan contoh pembanding sebagai
komoditi yang paling tinggi nilainya tetapi hanyalah alat atau sarana untuk
pedoman dalam membandingkan berbagai komoditi yang sama jenisnya,
sedangkan kualitasnya berbeda. Selain itu uji ranking ini bisa mengukur pengaruh
proses baru terhadap mutu produk, yaitu untuk mengetahui apakah produk
barusama atau lebih baik dari produk lama. Selain itu juga untuk menentukan
contoh terbaik atau produk yang paling digemari konsumen, tujuan utama
pemasaran produk itu.
Fungsi dari uji ranking yaitu untuk menentukan urutan sejumlah komoditas
atau produk menurut perbedaan intensitasnya, misalnya tingkat kemanisan atau
kerenyahan. Pemberian nomor urut biasanya dimulai dari nomor satu yang
menyatakan nilai atau peringkat tertinggi diikuti peringkat kedua yang mutunya
lebih rendah dan seterusnya. Selain itu mengetahui kualitas suatu produk atau
komoditi. Secara umum, metode pengujian ranking memiliki beberapa persamaan
dengan metode pengujian skoring yaitu kedua metode ini sama-sama memberikan
penilaian berupa angka terhadap sampel yang diuji (Oktafrina, 2010).
Menurut Soekarto (1985) uji penjenjangan jauh berbeda dengan uji skor. Dalam
uji perjenjangan komoditi diurutkan atau diberi nomor urutan, urutan pertama
selalu menyatakan yang paling tinggi. Data penjenjangan tidak dapat diperlakukan
sebagai nilai besaran, sehingga tidak dapat dianalisa statistik lebih lanjut, tetapi
masih mungkin dibuat reratanya. Metode skoring prinsipnya hanya memberikan
skor (nilai) berdasarkan intensitas parameter yang diujikan sebagai contoh tekstur,
rasa dan sebagainya, sehingga dapat dianalisa statistik lebih lanjut.
Berdasarkan data hasil praktikum, terdapat 5 buah sampel berkode yaitu teh
dengan gula konsentrasi 5% dengan kode 322; teh dengan gula konsentrasi 10%
dengan kode 621; teh dengan gula konsentrasi 15% dengan kode 403; teh dengan
gula konsentrasi 20% dengan kode 980; dan teh dengan gula konsentrasi 25%
dengan kode 572. Pada uji ranking yang dilakukan, terdapat nilai total dari
masing – masing sampel dengan kode 322, 621, 403, 980, dan 572 masing – masing
sebesar 159, 132, 105, 78 dan 51. Setelah dilakukan pengolahan data pada tingkat
warna ternyata dihasilkan dengan uji friedman (Nilai T) dan dibandingkan dengan
α tabel 5% didapat kesimpulan yaitu terdapat perbedaan yang sangat signifikan
dari kesukaan panelis terhadap kelima sampel teh tersebut, dan setelah diuji lanjut
dengan uji LSD terdapat perbedaan yang signifikan antara kelima sampel teh
tersebut. Dalam uji lanjut dengan LSD, sampel A memiliki notasi a, sampel B
memiliki notasi ab, sampel C memiliki notasi bc, sampel D memiliki notasi cd
dan sampel E memiliki notasi e. Sehingga, dari notasi tersebut dapat dihasilkan
bahwa sampel teh 322 berbeda nyata dengan sampel 621, 403, 980 dan 572. Sampel
621 berbeda nyata dengan sampel 980 dan 572 serta sampel 403 berbeda nyata
dengan sampel 572.
Dari hasil ini, dapat disimpulkan bahwa dari kelima sampel teh tersebut, sampel
yang mempunyai kode 572 atau teh dengan konsentrasi 25% memiliki tingkatan
warna yang paling besar nilainya menurut panelis. Dalam melakukan pengujian
ini, panelis yang digunakan dalam uji ranking kali ini adalah panelis semi terlatih.
Dan dalam penilaian terhadap parameter-parameter tersebut bersifat sangat
subyektif sehingga setiap panelis tidak selalu memberikan kesan yang sama
karena terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi panelis terhadap hasil pengujian
tersebut, diantaranya kondisi psikologis panelis (seperti: error of habituation yaitu
panelis yang cenderung memberikan nilai atau respon yang sama terhadap sampel,
error of expectation yaitu adanya informasi yang diberikan yang menimbulkan
bias terhadap penilaian, logical error yaitu panelis berpikir misalnya warna dari
teh tersebut kurang cerah maka rasanya kurang manis, error of central tendency
yaitu panelis menilai sampel yang ditengah paling bagus, time error yaitu penyaji
menyajikan sampel dari yang kurang dan yang terakhir sampel yang bagus),
faktor fisiologis panelis, kesehatan dari panelis, serta suasana dan tempat
pengujian yang kurang kondusif serta berbeda lingkungan antara panelis satu
dengan yang lain akan mempengaruhi konsentrasi dari panelis sehingga hasil yang
diperoleh kurang optimal (Setyaningsih et al., 2010).
IV. KESIMPULAN
Aini, N. 2013. Petunjuk Praktikum Evaluasi Sensori. Program Studi Ilmu dan
Lampung.
• Foto Praktikum
Gambar 1. Foto kelima sampel teh dengan konsentrasi gula yang berbeda
• Foto kuisioner
Produk : Teh
Nama : Tanggal :
Di hadapan anda disajikan 5 macam teh. Cicipi kemudian berikan
penilaian menurut tingkat kesukaan anda dengan memberikan tanda silanh
(X) pada kolom yang tersedia
Nilai T = 83,314 Nilai Titik Kritis Khi Kuadrat pada db perlakuan = 4 dan Alfa =
0,05 sebesar 9,49 Ternyata Nilai T lebih besar dibandingkan titik kritis, sehingga
dapat disimpulkan bahwa diantara sampel sari buah yang diuji terdapat perbedaan
tingkat kemanisan
Pada contoh ini terdapat 5 perlakuan, derajat bebas error untuk uji ranking
ditentukan pada jumlah infinite sehingga nilainya adalah 3,86.
Setiap dua total ranking yang tidak diikuti dengan huruf yang sama menunjukkan
adanya perbedaan nyata pada alfa = 0,05. Sampel E secara signifikan lebih cerah
dibandingkan sampel A, B, C dan D