NAMA / NIM
MUH NAIM FITRAH ADITYA / 2016460025
AKULTURASI BUDAYA
MASJID AL-MAKMUR
Tanah abang,jakarta
Sejarah Masjid Al-Makmur, Tanah Abang
Serangan Mataram ke Batavia
Puncak dari kegeraman raja Mataram, Sultan Agung Adi Prabu Hanyakrakusuma dengan ulah VOC
dibawah pimpinan Jenderal Jan Pieterzoen Coen di Batavia maka, pada tanggal 27 Agustus 1628 pasukan
Mataram dipimpin Tumenggung Bahureksa [bupati Kendal] tiba di Batavia. Pasukan kedua tiba bulan
Oktober dipimpin Pangeran Mandurareja. Total semuanya adalah 10.000 prajurit. Menyerbu Batavia
dalam gelombang serangan pertama. Perang besar terjadi di Benteng Holandia. Pasukan Mataram
mengalami kehancuran karena kurang perbekalan.
Sultan Agung kembali menyerang Batavia untuk kedua kalinya pada tahun berikutnya. Pasukan
pertama dipimpin Adipati Ukur berangkat pada bulan Mei 1629, sedangkan pasukan kedua
dipimpin Adipati Juminah berangkat bulan Juni. Total semua 14.000 orang prajurit. Kegagalan serangan
pertama diantisipasi dengan cara mendirikan lumbung-lumbung beras tersembunyi di Karawang dan
Cirebon. Namun mata mata VOC berhasil menemukan dan memusnahkan semuanya, menyebabkan
pasukan Mataram kurang perbekalan, ditambah wabah penyakit malaria dan kolera, sehingga kekuatan
pasukan Mataram sangat lemah ketika mencapai Batavia.
Walaupun kembali mengalami kekalahan, serangan kedua Sultan Agung ini berhasil membendung
dan mengotori Sungai Ciliwung, yang mengakibatkan wabah kolera melanda Batavia. Gubernur jenderal
VOC, Jenderal Jan Pieterzoen Coen tewas menjadi korban wabah tersebut. Di antara anggota pasukan
Mataram tersebut ada yang memutuskan untuk tidak kembali ke Mataram, mereka kemudian menetap
di Batavia menjadi da’i dan membangun sejumlah masjid, Sedikit banyak, orang-orang Mataram ini
memberi pengaruh pada pembentukan budaya awal masyarakat Betawi. Mulai dari struktur bahasa, adat
istiadat, pakaian sampai nama-nama tempat di sekitar Betawi tempo dulu.
Perkembangan Islam di Batavia ditradisikan juga oleh orang-orang dari Mataram ini. Salah
seorang bangsawan keturunan Kerajaan Mataram yang tercecer dari perang itu, adalah KH. Muhammad
Asyuro. Muhammad Asyurokemudian memilih wilayah Tanah Abang sebagai tempat mukimnya yang
baru. di pemukiman baru tersebut sisa pasukan Mataram ini dibawah pimpinan KH Muhammad
Asyura mendirikan sebuah mushola berukuran 12×8 meter di tahun 1704 Masehi. Keberadaan langgar
ini terus berlanjut sampai ke keturunan KH. Muhammad Asyuro berikutnya. Kedua anak KH Muhammad
Asyuro, KH. Abdul Murod Asyuro dan KH. Abdul Somad Asyuro tercatat menjadi penerus dakwah ayah
mereka hingga masuk ke abad 20.
Pada tanggal 30 Agustus 1735 (31 tahun setelah berdirinya Langgar KH. Muhammad
Asyuro) Yustinus Vinck seorang tuan tanah Belanda mulai mendirikan pasar di Tanah Abang yang hanya
buka setiap hari Sabtu, karenanya kemudian disebut Pasar Sabtu, dan saat itu mampu menyaingi pasar
Senen yang sudah lebih maju. Pembangunan pasar itu memicu percepatan perkembangan kawasan
Tanah Abang.
Masjid Al-Ma’mur, masjid tua yang kini semakin terjepit diantara pusat
perbelanjaan di kawasan Tanah Abang
Tahun 1932 masjid ini diperluas hingga ke arah utara seluas 508 m2. Perluasan di atas tanah
wakaf Salim Bin Muhammad bin Thalib itu kemudian ditambah lagi dengan sebidang tanah milik masjid
di bagian belakang seluas 525 m2 di tahun 1953. Jadi luas total masjid ini sebesar 2.175 m2. Ketika
masih ada kuburan wakaf [kini jadi rumah susun Tanah Abang], warga keturunan Arab yang meninggal
dunia sebelum dimakamkan terlebih dulu jenazahnya dishalatkan di Masjid Al-Makmur. Para pedagang
dan pembeli di Pasar Tanah Abang juga menjadikan masjid tua ini sebagai tempat shalat mereka
terutama shalat dzuhur dan ashar.
Dua menara pendek mengapit tiga pintu masuk, yang atap bangunannya berbentuk kubah. Gaya
bangunannya menyerupai masjid Timur Tengah. Bangunannya berkubah utama wama hijau menyolok,
terlihat dari segala arah. Kubah, elemen bangunan yang umum dijumpai pada masjid-masjid Indonesia di
Masjid Al Makmur memiliki bentuk yang unik.
Bagian bawahnya berbentuk segi empat yang mengecil di bagian atas menyerupai topi bishop atau
kupola. Sedangkan puncak kedua menara yang mengapit kubah utama berbentuk bawang seperti
lazimnya kubah-kubah. Peletakan kubah dan sepasang menara tersebut menyerupai bentuk arsitektur
masjid di Asia Barat di mana pintu masuk utamanya (iwan) diapit oleh dua menara tinggi. Bangunan
masjid Al Makmur menerima penghargaan Sertifikat-Sadar Pemugaran 1996. Di dalam lingkungan
masjid yang dapat menampung hingga 5.200 jamaah ini terdapat tiga makam yang dikeramatkan, dan
terlihat masih banyak warga yang berziarah ke makam tersebut.
Makin berkembangnya bisnis di Tanah Abang, mengakibatkan Jalan KH Mas Mansyur dan
sekitarnya seperti Kebon Kacang I sampai Kebon Kacang VI kini sudah berubah fungsi. Sebagian besar
rumah telah menjadi tempat pertokoan, ekspedisi, dan gudang-gudang. Tidak heran kalau harga tanah
yang berdekatan dengan Proyek Pasar Tanah Abang termasuk termahal di Jakarta. Seperti ketika
pembangunan jembatan Metro Tanah Abang, rumah-rumah yang tergusur mendapat ganti rugi Rp 10
juta per m2. Menurut sejumlah warga, harga tanah milik mereka saat ini harganya Rp 20 juta per meter
persegi.
Jarak masjid Al-Makmur yang hanya seitar 100 meter dari pusat grosir tanah abang sudah dapat
dipastikan lahan di depan masjid ini menggiurkan beberapa pihak untuk mengeduk keuntungan,
akibatnya lahan tersebut menjadi rebutan berbagai pihak yang tak urung berujung pada bentrokan
seperti yang pernah terjadi pada hari rabu dinihari 21 Maret 2012 lalu ketika dua kelompok pemuda
terlibat bentrokan di Jalan KH Mas Mansyur, Tanah Abang, Jakarta Pusat tepatnya di depan Masjid Al-
Makmur ini.
Pemicu dari keributan, diduga lantaran memperebutkan lapak didepan Masjid tersebut. Setiap harinya,
didepan masjid terdapat puluhan pedagang kaki lama dan parkiran sepeda motor. Omset dari pedagang
dan parkiran disana tergolong cukup besar, tak ayal lahan tersebut menjadi rebutan dua kelompok yang
masih bertetangga ini. Saat ini polisi dari Polsek Tanah Abang pada ahirnya harus turun
tangan mengehntikan aksi anarkis tersebut dan berjaga-jaga di lokasi.
Sejumlah petinggi negeri pernah menyempatkan singgah dan sholat di masjid ini. Termasuk Presiden
Soekarno, M Natsir, KH. Ahmad Dahlan [pendiri Muhmmadiyah], tokoh NU Wahid Hasyim, Presiden
Megawati, Wapres Hamzah Haz, Wapres Try Sutrisno dan presiden SBY saat masih menjabat sebagai
Pangdam, dan tentu saja Gubernur DKI Jakarta, Fauzi Bowo atau bisa dipanggil Foke.
selama bulan suci Ramadhan, pengelola masjid mempunyai berbagai kegiatan keagamaan. Tujuannya
untuk menyemarakkan Ramadan. Seperti salat Tarawih berjamaah, mengundang da'i untuk
berceramah. Selain itu, setiap hari di masjid ini diadakan acara buka puasa bersama dengan para
jamaah.Hampir setiap hari, sejumlah pedagang Tanah Abang menyumbangkan makanan dan minuman
untuk menu berbuka bagi para jamaah masjid ini maupun para warga yang kebetulan singgah.
Sekedar informasi, bagi anda yang sedang berkunjung ke Tanah Abang selain Masjid Al-Ma’mur ini di
kawasan ini tersedia masjid masjid lainnya yaitu : Masjid Pasar Tanah Abang (MPTA) masjid besar cukup
mewah di atap lantai 14 Pasar Tanah Abang blok A. Masjid Al-Ikhlas di Blok G lantai 4. Masjid di lantai
atap di Blok B dan Masjid Al-Abraar di Jalan Jati Baru X, di seberang Stasiun Kereta Tanah Abang. Masjid
ini berada di gang yang juga dipenuhi kios pedagang pakaian jadi terutama pakaian muslim seperti
gamis, baju koko, peci, jilbab, dan lainnya.
Mimbar dilengkapi dengan tulisan indah
kaligrafi
Foto Dokumentasi Masjid Al-Ma'mur Tanah Abang
gaya timur tengah dengan atap tradisional sangat kental di fasad depan masjid Al-
Ma'mur
Daftar pustaka