Anda di halaman 1dari 56

BAHAN AJAR

MEKANIKA KEKUATAN
MATERIAL

Dipersiapkan oleh

Aswata, Ir, Drs, SE, MM, IPM

FAKULTAS TEKNIK - JURUSAN TEKNIK MESIN

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA


2012
SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP) 2/56

Minggu Nama Bab


1 0 Pendahuluan
2 1 Tegangan Tarik, Tekan, Geser
3 2 Tinjauan Elemen akibat Tegangan Aksial (Normal)
4 3 Torsi (Puntiran)
5 4 Gaya Geser dan Momen Lentur
6 Quiz 1
7 5 Tegangan di Balok
8
UTS
9
10 6 Tegangan di Balok (Lanjutan)
11 7 Analisa Tegangan dan Regangan
12 8 Penerapan Tegangan Bidang
13 9 Defleksi Balok
14 Quiz 2
15 10 Balok Statis Tak Tentu
16 11 Kolom
UAS

Mata Kuliah Mekanika Kekuatan Material berbobot 3 SKS (Satuan Kredit Semester) artinya
waktu kuliah (tatap muka) adalah 3 jam seminggu, ditambah 3 jam belajar mandiri.
Jika mahasiswa tidak tertib dalam mengatur waktu belajarnya, maka hasilnya tidak akan memuas-
kan. Hampir semua ujian dilakukan dengan cara Open Book, tetapi yang baru membuka bukunya
saat ujian, hampir pasti sukar untuk lulus. Perlu banyak latihan di luar waktu kuliah.
Mahasiswa bebas memilih kelas A atau B, tidak tergantung dengan NIM, bahkan boleh ikut dalam
2 kelas, A dan B. Begitu pula dalam Quiz, tidak bisa dilarang untuk ikut 2 kali. Yang dinilai adalah
yang terbesar dengan catatan tidak ada kecurangan.
Kejujuran dalam mengerjakan soal sangat dijunjung tinggi, sehingga tindakan bekerja sama dalam
mengerjakan soal dapat menyebabkan mahasiswa mendapat nilai E (Tidak Lulus), baik bagi yang
menyontek atau yang dicontek, meskipun yang dicontek tidak menyadarinya.
Latihan soal di rumah (PR, Home Work), juga harus dikerjakan sendiri, bersifat sebagai bukti
kehadiran. Hadir tetapi tidak mengerjakan soal dianggap absen, sedangan absen tetapi menyerah-
kan hasil pekerjaan rumah tepat waktu dan dikerjakan sendiri dianggap hadir.

Daftar Kepustakaan
1 Mekanika Bahan, Gere & Timoshenko, Penerbit Erlangga, Jilid 1 & 2 (Buku wajib)
SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP) 3/56

2 Strength of Material, LS Negi, Sigma Series, Tata Mc-Graw Hill, 2008


1. TEGANGAN TARIK, TEKAN dan GESER 4/56

1.1 Pengantar Mekanika Bahan.


Dalam mata kuliah Mekanika Struktur telah dibahas gaya-gaya yang bekerja pada benda.
Dari gaya-gaya tersebut kemudian diperhitungkan reaksi tumpuannya, sehingga kemudian bisa
diperiksa kondisi keseimbangannya.
Pada mata kuliah Mekanika Kekuatan Material, reaksi tumpuan luar ini tidak perlu dicari,
karena yang akan lebih diperhatikan adalah keadaan di dalam struktur benda itu sendiri.
Keadaan di dalam struktur benda ini jika kemudian dihubungkan dengan kekuatan materialnya
sendiri (Ilmu Logam), maka akan diperoleh kondisi aman atau tidak aman.
Untuk bisa melakukan analisa di dalam suatu benda, biasanya dianggap bahwa bendanya
homogen, artinya kepadatannya merata, komposisinya juga seragam.

1.2 Tegangan dan Regangan Normal.


Yang dimaksud dengan istilah Normal adalah arah tegangan dan regangan tsb adalah searah
dengan garis sumbu panjang benda. Maka yang terjadi adalah tegangan tarik atau tekan.
P A P Pandang tongkat di samping dengan luas penampang A.
L Tongkat ditarik dengan Gaya Normal P
Maka dirumuskan, P
σ = (tarik) (1-1)
P A P tegangan normal A
L+δ Satuan tegangan adalah gaya per satuan luas
Sering untuk penyederhanaan, tanda + untuk tegangan tarik, tanda - untuk tegangan tekan.
P Bedakan antara tegangan dengan tekanan
Tekanan adalah gaya dari suatu benda yang beradu dengan benda lain
Jika tongkat ditekan ke lantai dengan gaya P, P
A p = (tekan)
Lantai maka tekanan yang bekerja pada lantai: A
Regangan Normal.
Pada gambar di atas terlihat bahwa karena gaya P maka panjang tongkat menjadi L + δ
Maka didefinisikan besarnya regangan normal : δ
ε = (tarik) (1-2)
L
Karena satuan δ dan satuan L adalah sama, maka ε tidak memiliki satuan.
Sama seperti halnya dengan tegangan, ε bisa ditulis + (memanjang) atau - (memendek).
Jika gaya aksial (normal) tsb menghasilkan tegangan normal tarik atau tekan yang terbagi rata,
maka gaya normal tsb akan bekerja melalui titik pusat berat, atau jika materialnya homogen
maka akan bekerja pada titik berat area (luas) penampang.
Contoh, sebatang tongkat baja panjang L 40 m dan diameter d 8 mm dibebani W 1,5 kN.
L Cari rumus tegangan yang terjadi sepanjang L, dan cari tegangan maksimumnya.
x Misalkan tegangan yang terjadi berada di posisi x dari pangkal tongkat.
Maka penampang Ax akan mengalami gaya tarik sebesar W + (L-x)π/4 d2 ρ
1. TEGANGAN TARIK, TEKAN dan GESER 5/56

W di mana ρ adalah masa jenis baja 7800 kg/m3.


Maka tegangan maksimum terjadi pada x = 0 sebesar (W + Lπ/4 d2ρ) / π/4 d2.
1.3 Besaran Mekanis Bahan.
Diagram tarik baja lunak.
σ D A Titik limit proporsional σp , OA garis lurus Hukum Hooke
B Yield strength, tegangan luluh, σy
B E
A C C Batas plastisitas sempurna
D Ultimate strength, σu
E Fraktur, putus
ε1 daerah linier, hukum Hooke σ = ε E
0 ε ε2 daerah plastisitas sempurna
ε1 ε2 ε3 ε4 ε3 daerah strain hardening (perkerasan karena perubahan bentuk)
ε4 daerah Necking (pembentukan "leher")

1.4 Daerah kerja perencanaan elemen-elemen mesin.


Daerah kerja perencanaan mesin normalnya terjadi di daerah OA, karena bersifat elastis
sempurna. Jika bebannya dihilangkan, maka panjang benda akan kembali ke panjang semula.
Jika daerah kerja lewat dari A, maka jika bebannya dihilangkan, pemuluran plastis yang sudah
terjadi tidak akan hilang. Jika terjadi berulang-ulang, maka ukuran benda akan berubah.
Setiap bahan (material) memiliki karakteristik diagram tarik yang berbeda-beda (khas).

1.5 Hukum Hooke, Poisson Ratio.


Hukum Hooke σ = ε E , di mana σ adalah tegangan (N/m2) (1-3)
ε adalah regangan
P P E adalah modulus Elastisitas , Modulus Young (N/m2)

P P Jika sebuah balok ditarik dengan gaya P, maka akan terjadi


pemuluran panjang, dalam saat yang sama terjadi pengecilan
penampang. Hal ini terjadi karena hukum kekekalan volume pada asumsi tidak ada perubahan
kepadatan bahan. Jika modulus elastisitas pada semua arah sama, maka disebut isotropik.
Pengecilan penampang karena pemuluran axial strain ε akan menghasilkan lateral strain ε '.
Maka didefinisikan lateral strain ε'
Poisson Ratio ν = = (1-4)
axial strain ε
Karena jika axial strain memanjang (+) akan menghasilkan lateral strain mengkerut (-) , maka
biasa juga ditulis : ε ' = - ν ε
Jika sebuah kubus dengan sisi a, b, c ditarik sisi a-nya, maka sisi a akan mulur dengan εa.
Sisi b dan c akan mengalami regangan - νε sehingga sisi b akan memendek dengan - bνε.
Idem, sisi c memendek dengan - cνε.
1. TEGANGAN TARIK, TEKAN dan GESER 6/56

Maka volume baru yang terjadi, V1 = abc (1 + ε)(1-νε)(1-νε) = Vo (1 + ε)(1-νε)(1-νε)


Dengan mengabaikan hasil perkalian ε2, maka diperoleh : V1 = Vo (1 + ε - 2 νε)
sehingga perubahan volumenya, ΔV = V1 - Vo = Vo ε (1 - 2ν) (1-5)
Perubahan Volume Satuan e : ΔV σ
e= = ε (1 - 2ν) = (1 - 2ν) (1-6)
Vo E
Besaran e ini juga dikenal dengan istilah "delatasi"
Contoh : Sebuah pipa baja dengan panjang L 4 ft, diameter luar 6 in, diameter dalam
P 4,5 in, diberi beban tekan P 140 kp. E = 30.000 ksi dan Poisson ratio ν = 0,30
d1 Hitung : a) Perpendekan δ
L b) Regangan lateral ε '
d2 c) Pertambahan diamater luar Δd2 dan diameter dalam Δd1
d) Perubahan (pertambahan) tebal dinding Δt
e) Perubahan (pertambahan) volume
f) Delatasi
Penyelesaian :
Luas penampang pipa , A = π/4 (d22 - d12 ) = 12,364 in2
Tegangan normal, σ = P/A = - 11,323 ksi (tekan)
Tegangan luluh bahan (lihat tabel) , baja struktural, σy = 36 ksi
Karena tegangan yang terjadi masih di batas proporsional, maka berlaku hukum Hooke.
σ = ε E , atau ε = σ/E = - 377,4 x 10-6 (negatip karena memendek)
a) Perpendekan δ = ε L = - 0,018 in.
b) Regangan lateral, ε' = - ε ν = 113,2 x 10 -6 (positip, artinya membesar)
c) Pertambahan diameter luar Δd2 = ε' d2 = 0,000679 in d2' = 6.001E+00 in
Pertambahan diameter dalam Δd1 = ε' d1 = 0,0005096 in d1' = 4.500E+00 in
d) Pertambahan tebal dinding Δt = ε' (d2 - d1)/2 = 0,00008493 in = 2.972E-04 in
e) Perubahan volume bisa dihitung dengan cara menghitung volume baru - volume lama.
Volume lama = π/4 (d22 - d12) L = 593,460 in3
Volume baru = 593.514 in3
Maka, perubahan (pertambahan) volume ΔV = 0.054 in3 = 0.009%
Jika menggunakan persamaan (1-5) maka diperoleh harga pendekatan ΔV
Perubahan volumenya, ΔV = V1 - Vo = Vo ε (1 - 2ν) = 0.090 in3
(Catatan : Adanya perbedaan hasil perhitungan dan yang tertulis di buku memberikan
pemahaman, bekerjalah dengan rumus yang diyakini benar, dengan cara yang benar.
Lakukan langkah pemeriksaan, sebab buku juga bisa menyajikan kesalahan cetak.)
f) Delatasi e = ε (1 - 2ν) = 1.510E-04 atau = 0.015 % (harga pendekatan)

1.6 Tegangan dan Regangan Geser.


Jika arah gaya, tegangan dan regangan normal adalah sejajar atau searah dengan garis sumbu,
1. TEGANGAN TARIK, TEKAN dan GESER 7/56

maka gaya, tegangan dan regangan geser arahnya tegak lurus terhadap arah garis sumbu.
Jika kerusakan akibat regangan normal adalah benda yang memanjang atau memendek, maka
kerusakan akibat regangan geser adalah bendanya putus, patah pergeseran.
Kesamaan yang terjadi pada bidang geser.
Pandang sebuah pen yang mengalami pembebanan gaya lintang (geser) V.
V V Maka didefinisikan, V
A tegangan geser τ =
A A = luas penampang pen
Maka satuan tegangan geser = satuan gaya / satuan luas
a Pandang bidang-bidang geser pada skema kotak abc di samping
c τ dengan arah sumbu-sumbu x,y,z -nya.
p b Karena ada kesamaan keseimbangan, Σ gaya dan momen = 0
q τ maka arah τ pada tiap sisi yang berhadapan akan saling berlawan-
an arah, dan pada tiap sisi yang bersebelahan maka arah τ akan
τ
y saling bertemu atau saling menjauhi sisi pertemuan bidang.
s x r Akibat dari arah-arah tegangan tsb maka kotak abc akan berubah.
z Segi-4 pqrs akan berubah menjadi jajaran genjang, sisi sp dan sr
τ τ akan miring sehingga membentuk sudut sebesar γ/2 dengan garis
p q sumbu tegak atau mendatar, atau sudut psr akan menjadi π/2 - γ
γ/2 dan sudut srq akan berubah menjadi π/2 + γ
τ Regangan geser.
s r Sudut γ yang terjadi didefinisikan sebagai regangan geser.
γ/2 Karena berupa sudut, maka satuannya adalah satuan radian.
Konvensi (perjanjian) tanda untuk tegangan dan regangan geser.
Tegangan geser yang bekerja pada sisi positip suatu elemen (kotak) akan bertanda positip
jika arahnya searah dengan arah positip sumbu koordinat. Sisi positip adalah jika sisi tsb meng-
arah sesuai dengan arah positip suatu garis sumbu. Maka akan ada 3 sisi positip dan 3 sisi nega-
tip dari sebuah kotak. Jika sisi itu menghadap ke arah sumbu x positip, maka sisi tsb disebut
sisi positip. Tegangan geser yang terjadi pada bidang tsb akan mengikuti arah sumbu y dan z.
Tanda tegangan geser akan tergantung pada arah positip atau negatip sumbu koordinatnya.
Maka dalam ilustrasi gambar di atas, tegangan geser yang terjadi semuanya bertanda positip.
Tegangan geser yang bekerja pada sisi negatip akan bertanda positip jika berlawanan arah
dengan arah positip sumbu koordinat.
Adapun tanda untuk regangan geser adalah positip jika sudut antara dua muka positip (atau
2 muka negatip) berkurang. Sebaliknya akan bertanda negatip jika berlaku kebalikannya.
Maka pada gambar ilustrasi di atas, semua tanda regangan adalah bertanda positip.
Hukum Hooke untuk keadaan geser.
Seperti pada keadaan tarik, hukum Hooke geser adalah : τ=Gγ (1-7)
di mana G adalah modulus elastisitas geser, satuannya sama dengan satuan E
1. TEGANGAN TARIK, TEKAN dan GESER 8/56

Hubungan anatar G dengan E adalah : E


G =
2 (1 + ν)
Tegangan izin dan beban izin.
Telah disinggung di muka bahwa umumnya, tegangan kerja terletak di garis tegangan proporsi-
onal agar tidak terjadi pemuluran yg permanen. Tetapi, besaran σp ini tidak biasa disampaikan.
Yang biasa disampaikan adalah tegangan yield atau σy. Maka, agar tercipta suatu kondisi yang
aman, perlu ada faktor keamanan yang besarnya lebih dari 1. Besarnya angka faktor keaman-
an ini tergantung banyak hal, misalnya jenis, macam pembebanan, juga peraturan setempat.
Didefinisikan, faktor keamanan (Safety Factor) σy σy
SF = atau σizin=
σizin SF
Margin keamanan (Safety margin) dirumuskan sebagai SF - 1
Sedangkan beban izin adalah hasil kali antara tegangan izin dengan luas penampang.
Tentu saja, beban izin tsb adalah yang lebih aman terhadap tegangan normal atau geser,
sehingga harus aman untuk keduanya.
Contoh 1-7.
Diketahui gantungan baja seperti ilustrasi di samping.
Lebar b1 = 1,5 in dan b2 = 3 in, tebal t = 0,5 in.
d
Hitung gaya beban P jika :
a) Tegangan izin penggantung di b1 = 16.000 psi
t b) Tegangan izin penggantung di bidang irisan pen 11.000 psi
b1 c) Tegangan izin penggantung di b2 = 26.000 psi
b2 P d) Tegangan geser izin di pen = 6500 psi

1.8 Perencanaan untuk beban normal dan geser.


A Contoh soal 1-8. Diketahui papan penunjuk arah W 5,4 kN digantung pada batang
ABC. Jarak AB 2 m, CD 0,8 m, DE 1,8 m, EB 0,4 m. W di tengah
DE. Rencanakan diameter pen C dan luas penampang batang AB
jika tegangan izin tarik 125 Mpa dan tegangan izin geser 45 Mpa.
FCy FB Batang BC diapit oleh kupingan C. Abaikan berat batang.
C Mula-mula harus digambar DBB-nya dulu.
C D E β B ΣMB = 0
FCB
FCy (BC) = W(BE + DE/2)
W 5,4 kN FCy = W(BE + DE/2)/BC = 2.340 kN
ΣMC = 0 FB (BC sin β) = W(CD + DE/2)
tan β = AC/BC β = ATAN AC/BC = 0.588 rad
FB = W(CD + DE/2)/BC sin β = 5.516 kN
Diperoleh FBy = FB sin β = 3.060 kN ΣFy = FCy + FBy - W = 0 kN (benar)
FCx = FBx = FB cos β = 4.590 kN FC = FCx + FCy = 5.152 kN
1. TEGANGAN TARIK, TEKAN dan GESER 9/56

a) Dimeter pen C : τ = FC / 2(π/4 d ) d 2 = 2FC/πτ


2
d = 8.540 mm
b) Luas penampang batang AB: σ = FB / A A = FB / σ = 44.132 mm2
Catatan : Karena beban W bekerja di tengah DE, maka langsung saja beban tsb dipindahkan
ke tengah DE. Jadi tidak lagi diperlukan membagi W menjadi FD dan FE.
Dalam perhitungan di atas, satuan harus diperhatikan, disetingkatkan dulu.

Latihan soal-soal :
1.8-5 4 ft 4 ft B Batang AB dijepit oleh 2 batang DC dengan baut C.
A C Jika tegangan izin geser baut adalah 13.500 psi,
3 ft P berapa ukuran diameter baut d minimum ?
P = 2600 lb.
D

1.8-14 Batang AC dan BC dihubungkan engsel di C, diberi beban P.


A Bahan batang AC danBC adalah sama, panjang BC adalah L
(tetap), sedangkan panjang AC berubah-ubah dengan cara me-
naik-turunkan A sehingga sudut γ juga berubah.
γ C Jika sudut γ berkurang, maka panjang AC berkurang, tetapi luas
B L P penampang batang bertambah agar batang tetap kuat (aman)
karena gaya aksialnya bertambah. Sebaliknya jika γ bertambah, maka panjang AC juga ber-
tambah, tetapi luas penampangnya bisa berkurang. Cari rumus hubungan antara sudut γ
dengan berat batang , dan cari γ agar berat batang minimum.

1.7-11 G Rangka batang dihubungkan sendi.


Batang AB memiliki luas penampang 3,13 in2
7 ft A tegangan izinnya adalah 12.000 psi.
14 ft Hanya dengan meninjau tegangan di batang AB,
D B berapa beban izin P ?
E
3K F P
3K C
3K
6 ft 6 ft 6 ft

1.8 - 13 L/2 L/2 Dua batang AC dan BC terbuat dari bahan yang sama,
harus memikul beban P di C. Jarak AB = L tidak dapat
θ θ
A B dirubah, tetapi panjang batang dapat berubah dengan cara
merubah sudut θ.
C Jika θ mengecil, maka batang akan memendek, tetapi
1. TEGANGAN TARIK, TEKAN dan GESER 10/56

P luas penampangnya akan membesar karena harus menahan


gaya aksial yang lebih besar, sehingga berat batangpun ikut terpengaruh.
Tentukan hubungan θ dengan beban P, dan tentukan θ yang dapat memberikan berat minimum.
Beban maximum batang harus tidak boleh melebihi beban izin. Berat batang diabaikan.
ELEMEN STRUKTUR DIBEBANI AKSIAL 11 / 56

2.1 Pengantar
Elemen mesin yang hanya mengalami tarik atau tekan disebut sebagai elemen yang dibebani
secara aksial. Contoh, silinder hidrolik, batang trusses, pegas spiral, dll.
Pegas spiral secara utuh memang hanya menerima beban aksial, tetapi bahan penyusunnya
yang berupa kawat akan menerima beban geser juga. Efek seperti inilah yang akan ditinjau.

2.2 Perubahan panjang.


Misalkan pegas dengan panjang alami L, panjang tanpa ada beban.
L Karena ada beban tarik P, maka panjang pegas menjadi L + δ.
P Jika beban P tsb masih dalam area elastis linier, maka berlaku hukum
L δ Hooke, beban dan perpanjangan akan sebanding.
P = k δ , di mana k adalah konstanta kekakuan pegas (2-1)
Batang prismatis.
Pada daerah elastis sempurna, maka berlaku Hukum Hooke, σ = ε E
Karena σ = P/A dan ε = δ /L , maka PL δ = pertambahan panjang
δ= (2-2)
EA E = modulus elastisitas bahan
Hasil kali EA disebut rigiditas aksial (kekakuan aksial).
Faktor konstanta kekakuan batang, P = k δ atau P EA
k= = (2-3)
δ L
Flexibilitas f adalah kebalikan dari kekakuan k, 1 L
f= = (2-4)
A 11 in B maka k EA
Contoh 2.1
W 9,5 in Batang kaku ABC dipasang dengan engsel di B sehingga titik
mur C A bisa naik turun, titik C berayun kiri kanan.
pegas Pegas dipasang di C mula-mula dalam keadaan beban W = 0.
Posisi penunjuk C diatur dengan cara menyetel mur.
Kekakuan pegas, k = 4,2 lb/in. Mur memiliki pitch p = 1/16 in, artinya untuk maju/mundur
sebesar 1 in, harus diputar 16 putaran. Jika diberi beban W sebesar 2 lb, berapa putaran mur
harus diberikan agar posisi panah C tetap menunjuk ke posisi semula ?
Jawab,
Contoh 2.2 ΣMB = 0 maka gaya tarik pegas : P (BC) = W (AB)
P 450 Q 225 R atau P = W (AB/BC)
W Jika W = 2 lb, maka P = 2 (11 / 9,5) = 2.3158 lb
480 600 Karena ada gaya tarik P tsb, maka pegas akan mulur
A = 1020 S A = 520 mm sebesar, δ = P/k = 0.5514 in
2

mm2 T Jika 1 putaran mur akan bergeser 1/16 in,


maka mur perlu diputar 8.8221 putaran
ELEMEN STRUKTUR DIBEBANI AKSIAL 12 / 56

Batang PQR kaku.


Batang QS dan RT memiliki E = 205 Gpa. Hitung W jika penurunan P dibatasi hanya 1 mm.
2.3 Perubahan panjang batang yang tidak seragam.
Sebuah batang prismatik bisa saja dibebani gaya aksial tidak hanya pada ujung-ujungnya saja.
A N1 N1 = - PB + PC + PD N1L1
δ1=
EA
L1
B PB B PB N2 N2 = PC + PD N2L2
δ2=
EA
L2
C C C N3 N3 = PD N3L3
δ3=
PC PC PC EA
L3 δ = δ1 + δ2 + δ3
D D D D Jika E dan A berbeda, Ni Li
δ=Σ
PD PD PD PD Ei Ai
Contoh 2.3
A Berapa penurunan titik C jika luas penampang AAB = 0,25 in2,
ABC = 0,16 in2, modulus elastisitas bahan E = 29,0 x 10 6 psi
20"
28" 25 "
Penyelesaian:
B E Karena batang BDE, batang ABC mengalami gaya axial FB ke atas
D
30" 5800# sebesar 5178.6 # sehingga gaya tekan di A 2928.6 #
A 2928.6 #
C N1L1 -58571
20" δ1= = = -0.0080788 "
2250 # 5178.6 # EA1 7E+06
B N2L2 67500
δ2= = = 0.0145474 "
30" EA2 5E+06
Sehingga penurunan C = 0.0064686 "
C 2250 #

2.4 Struktur Statis Tak Tentu


Reaksi tumpuan pada keadaan statis tak tentu tidak dapat dicari hanya dengan mengandalkan
rumus ΣM = 0 dan ΣF = 0. Perlu ada tambahan syarat batas, kondisi lain yang spesifik.
A RA Contoh, batang AB di samping dijepit ujung-ujungnya.
Gaya normal P diberikan di C, maka RA dan RB tidak dapat segera dicari.
a
Tetapi diperoleh satu persamaan : RA + RB = P
C P Karena bagian a mengalami tarikan, maka akan terjadi pemuluran, sebaliknya
b bagian b mengalami penekanan, maka akan mengalami pemendekan.
Tetapi bagaimanapun, panjang totalnya tidak akan berubah, sehingga diper-
B RB oleh 1 persamaan lagi : δa + δb = δAB = 0
RA a - RB b maka RA a RB b
δa = δAC = δb = δCB = - = 0
ELEMEN STRUKTUR DIBEBANI AKSIAL 13 / 56

δa = δAC = δb = δCB = - = 0
EA EA EA EA
RA + RB = 0
Maka RA dan RB dapat dicari
Hasilnya, Pb Pa
RA = RB =
L L sehingga δ dapat dihitung.
Contoh 2-5
Tabung komposit terdiri dari tabung luar tembaga dan tabung dalam baja
ditekan dengan plat gaya P. Luas penampang tabung baja (steel) As dan
L Modulus Elastisitas Es , sedangkan tembaga (Copper) Ac dan Ec.
Tentukan besaran-besaran :
a) Gaya tekan Ps di tabung baja dan Pc di tabung tembaga
b) Tegangan tekan σs dan σc .
c) Perpendekan keduanya.
Penyelesaian :
a) Gaya yang diterima tembaga + baja = gaya total, maka Pc + Ps = P
Karena penekannya dari plat kaku, maka pemendekannya akan sama, δc = δs
P L Ps L maka Pc L Ps L atau Pc Ps
δc = c δs = = =
AcEc AsEs AcEc AsEs AcEc AsEs
As Es As Es
Ps = P - Pc Ps = Pc = P - Pc Pc + Pc = P
Ac Ec Ac Ec
As Es Ac Ec
Pc + = P
Ac Ec Ac Ec
Ac Ec As Es
Pc = P Ps = P
As Es + Ac Ec As Es + Ac Ec
b) Tegangan tekan
P P Ec P P Es
σc = c = σs = s =
Ac As Es + Ac Ec As As Es + Ac Ec
c) Pemendekan
Pc L Ps L PL
δ = = =
Ac Ec As Es As Es + Ac Ec

2.5 Tegangan pada potongan miring.


θ Jika ada bidang irisan miring sebesar θ di tengah batang
A
P P maka tegangan pada bidang tsb dapat diuraikan menjadi
gaya normal N dan gaya geser V, di mana
P A1
N N = P cos θ dan V = P sin θ
V Adapun tegangannya harus dihitung, karena luas permukaannya
dari A sudah berubah menjadi A1 , di mana A
A1 =
ELEMEN STRUKTUR DIBEBANI AKSIAL 14 / 56

A1 =
Perjanjian tanda. cos θ
Tegangan normal σθ bertanda positip jika bersifat tarik, negatip jika bersifat tekan.
Tegangan geser τθ bertanda positip jika arahnya berlawanan dengan arah jarum jam, negatip
jika searah dengan jarum jam. Besarnya tegangan-tegangan tsb adalah :
P σθ N P cos2 θ -V
A1 σθ = = τθ = = - P sin θ cos θ
τθ A1 A A1
Karena P/A = σx , cos2 θ = 1/2 (1 + cos 2θ) , dan sin θ cos θ = 1/2 sin 2θ , maka
σθ = σx cos2 θ = 1/2 σx ( 1 + cos 2θ)
τθ = - σx sin θ cos θ = - 1/2 σx sin 2θ
Contoh 2-10
Sebuah batang prismatik memiliki luas penampang A = 1200 mm2,
τθ σθ
P A1
ditekan dengan gaya P = 90 kN.
A
Tentukan tegangan yang bekerja pada θ 25o dan φ 115o
Jawab : 2θ = 0.8727 rad 2φ = 4.0143 rad
P τθ Mula-mula tentukan arah-arah σθ, τθ, σφ dan τφ σx = -75 N/mm2
A
A2 σθ σθ = 1/2 σx ( 1 + cos 2θ) = -61.6 N/mm2 (MPa)
τθ = - 1/2 σx sin 2θ = 28.727 N/mm2 (MPa)
σφ τθ σθ τφ= -28.73 N/mm2 (MPa)
θ Besarnya τφ= τθ hanya tandanya berlawanan.
σφ = 1/2 σx ( 1 + cos 2φ) = -13.4 N/mm2 (MPa)
σθ σφ
τθ
Contoh 2-11
P 2 buah batang berpenampang bujur sangkar dengan sisi b harus disambung dengan
θ lem pada posisi bidang miring φ = 40o , diberi tekanan 8000 lb.
Tegangan izin material adalah σtarik = 1100 psi dan τgeser = 600 psi
φ
Sedangkan tegangan izin untuk lem σtarik = 750 psi dan τgeser = 500 psi
Tentukan lebar minimum b untuk batang tsb.
b Penyelesaian : Jika sudut φ = 40o, maka sudut θ = - 50o = -0.873 rad
Ada 2 cara pandang, semua tegangan diluruskan, atau semua dimiringkan.
Dalam hal ini dipilih, semua tegangan diluruskan, kemudian dicari tegangan terkecil agar
diperoleh luas penampang terbesar.
Tegangan normal pertama adalah σ = - 1100 psi.
Tegangan geser τ maximum untuk permukaan rata adalah 1/2 σ , maka σ = 2 τ = - 1200 psi.
Untuk pelurusan tegangan pada permukaan miring digunakan rumus yang telah diolah :
Dari tegangan normal miring diperoleh σ = σθ / cos2 θ , atau σ = -1815 psi
Dari tegangan geser miring diperolah σ = τθ / sin θ cos θ , atau σ = -1015 psi
Karena dari 4 besaran tegangan σ yang terkecil adalah 1015 psi, maka luas penampang
ELEMEN STRUKTUR DIBEBANI AKSIAL 15 / 56

yang teraman adalah , A = P/σ , atau A = 7.8785 in2 atau b ≥ 2.8069 in

Bahasan tentang Efek termal, beban kejut, beban fatik, perilaku non linier, tidak diberikan.
Mahasiswa agar belajar sendiri dari buku pegangan wajib,

Latihan soal :
2.4-11 Sebuah batang kaku ABC digantung dengan 3 tali.
Tali A panjang 2h, tali B dan C panjang h.
2h x Bahan dan diameter tali sama.
h h
A B C Jarak-jarak seperti terlihat di gambar.
L/2 L/2 Tentukan jarak x agar posisi balok tetap horisontal
P jika gaya P bekerja di tengah batang.
Penyelesaian : Ini adalah keadaan statis tak tentu, karena ada 3 tumpuan.
Misalkan reaksi di ABC adalah RA, RB dan RC maka persamaannya RA + R B + R C = P
Jika balok tetap horisontal, maka δA = δB = δC
Ini juga yang menyebabkan keadaan statis tak tentu, karena ada 3 besaran yang tidak di-
ketahui, yaitu RA, RB dan RC, sedangkan banyaknya persamaan hanya 2.
Untuk pemecahannya perlu ada rumus yang menghubungkan antara gaya R dengan δ
δ=εL Rumus muluran δ σ F
Diperoleh hubungan ε = = =
σ=εE Hukum Hooke untuk tarikan L E AE
FL RA LA RB LB RC LC
δ= δA = = δB = = δC =
AE AE AE AE
RA 2h RB h RC h
δA = = δB = = δC = 2 RA = R B = R C
AE AE AE
RA + R B + R C = P
RA + 2 R A + 2 R A = P 5 RA = P RA = P/5 RB = RC = 2 RA = 2P/5
Menghitung jarak x
Σ MA = 0 RB (x) - P (L/2) + RC (L) = 0 PL/2 - RCL
x= = 1/4 L
RB
2.4-15
Diketahui batang kaku AB ditahan 2 tali dengan bahan
2h sama tapi beda panjang. Gaya P bekerja di ujung B.
h
A C D B Ujung A engsel.
a a) Hitung gaya tarik tali TC dan TD
b
L P b) Hitung lendutan δB
Jawab :
Batang AB kaku, maka δC : δD : δB = a : b : L
σ = ε E = gaya/luas penampang σC = εC E = TC/k di mana k = π/4 d2
ELEMEN STRUKTUR DIBEBANI AKSIAL 16 / 56

δC = εC h = σC/E h = TC h/kE 2 TD a
δC : δD = a : b TC h : TD 2h = a : b TC =
δD = εD h = σD/E h = TD 2h/kE b
Σ MA = 0 TC (a) + TD (b) = P (L) PL PbL
TD = =
b + 2 a2/b b 2 + 2 a2
2 TD a 2PaL
TC = =
b b 2 + 2 a2
Lendutan di B : δC : δB = a : L atau δB = δC L/a
2PaLh 2PL2h
δC = TC h/kE = δB = δC L/a =
(b + 2 a2 ) KE
2
(b2 + 2 a2 ) KE

2.4-16 0.25 0.5 Berapa besar P agar simpangan batang AD tidak


A B C D melebihi 2o ?
P
0.2 Jawab : Simpangan δD max = 500 sin 2o = 17.45 mm
k = 15 kN/m k = 35 kN/m Karena simpangan tsb, gaya FD = 610.74 N
Simpangan δA max = 8.7249 mm, maka gaya FA = 130.87 N
ΣMB = 0 P (0,2) = FA (0,25) + FD (0,5) P = 1690.4 N
C D
2.4-18 Batang kaku AB ditahan 2 tali CE dan DB.
1,5 h h Berapa gaya tarik pada tali ?
Jawab : CA2 + AE2 = CE2
A θ E F B 1,25 h2 = 0,25 L2 L=h√5
C E" P Lendutan batang δB = 2 δE = 2 EE'
θ
L/2 L/4 L/4 Kemuluran tali δDB = δB
E' E"E' = δCE = δE sin θ = 0.6667 δE
FL FE (CE) EA EA δ
δ= δCE = FE = δCE = 0.4444 E
θ E EA EA CA h
FB (DB) EA δ EA δ
E" θ δDB = FB = DB = 2 E
E' EA DB h
FB = 4.5 FE
ΣMA = 0 FEy (L/2) + FB (L) = P (3L/4)
FEy = FE sin θ = 0.6667 FE 1.3333 FE + 18 FE = 3P
FE = 0.1552 P
FB = 0.6983 P
A
2.4-19
1,5 b Batang BCD kaku ditahan tali AC dan AD.
θ φ Hitung gaya tali TAC dan TAD serta penurunan δD
B C D Jawab :
ELEMEN STRUKTUR DIBEBANI AKSIAL 17 / 56

2b b
P θ = atan AB/BC = 0.6435 rad AC = 2.5 b
φ = atan AB/BD = 0.4636 rad AD = 3.3541 b
Penurunan titik : δC : δD = 2 : 3 δC = 2/3 δD
Perpanjangan tali : δAC = δC sin θ = 0.6 δC EA EA δC
FAC = δAC = 0.24
FL LAC b
δ=
EA δAD = δD sin φ = 0.4472 δD EA EA δD
FAD = δAD = 0.1333
LAD b
EA δD
δC = 2/3 δD FAC = 0.16
b

FAC = 1.2 FAD


FADy = FAD sin φ = 0.4472 FAD
FACy = FAC sin θ = 0.6 FAC = 0.72 FAD

ΣMB = 0 FACy (2b) + FADy (3b) = P (3b)


1.44 FAD + 1.3416 FAD = 3P FAD = 1.0785 P
FAC = 1.2942 P
LAD = 3.3541 b FAD LAD Pb
δAD = = 3.6174
EA EA
δD = δAD /sin φ = 8.0888 Pb
2.4-21 A EA
Batang kaku ED ditahan 2 tali, AB dan CD.
3b
C Hitung gaya tarik pada tali dan sudut rotasi batang.
Jawab : Sudut θ = 0.6435 rad
6b
E θ D θ B Panjang AB = 15 b Panjang CD = 10 b
P Persamaan yang ada : ΣME = 0
A 8b 4b E D B FABy (12b) + FCDy (8b) = P (12b)
Kemiringan batang EDB :
D' B' DD' : BB' = δD : δB = 8 : 12 = 2 : 3
8b 4b δB = BB' = 3/2 DD' = 3/2 δD
θ B Maka 2 persamaan yang ada 12 FABy + 8 FCDy = 12 P
θ θ FABx δB = BB' = 3/2 DD' = 3/2 δD
B" B' FABy Perlu dicari hubungannya antara δ dengan gaya
FAB
FAB LAB B"B' = BB' sin θ δAB = δB sin θ
B"B' = δAB =
EA FABy = FAB sin θ FAB = FABy / sin θ
FABy LAB FABy LAB 15 b
δB sin θ = δB = = FABy
EA sin θ EA sin θ
2
EA sin 2 θ
FCDy LCD 10 b
δD = = FCDy
ELEMEN STRUKTUR DIBEBANI AKSIAL 18 / 56

δD = = FCDy
EA sin 2 θ EA sin 2 θ
δB = 3/2 δD 15 b 30 b
FABy = FCDy
EA sin θ 2
2EA sin2 θ FABy = FCDy
12 FABy + 8 FCDy = 12 P FABy = FCDy = 0.6 P
FAB = FCD = FABy / sin θ = 1 P
Sudut kemiringan batang : δB 15 b (0,6 P) P 25 P
φ= = = 2 1/12 =
EB 12 b EA sin 2 θ EA 12 EA
PU NTI RAN (TOR S I ) 19 / 56

3.1 Pengantar
Selain ada gaya tarik, tekan atau geser, maka masih ada lagi bentuk gaya lain yang spesifik,
yaitu gaya puntir yang menghasilkan momen puntir (torsi). Bentuk kerusakan akibat torsi ini
sangat berbeda dengan kerusakan tarik atau tekan, sebagian mirip dengan kerusakan geser.

3.2 Deformasi torsional batang silindris.


A φ B Karena terpuntir, maka garis AB yang semula lurus kemudian belok,
B' T memuntir menjadi AB' , sehingga membentuk sudut puntir θ.
T Momen puntir bisa digambarkan dengan anak panah yang mengikuti
L hukum putaran sekrup, maju jika diputar ke kanan, dan sebaliknya.

A dφ B Pandang sepotong elemen dx.


γ
B' T Sudut geser γ dinyatakan sebagai: γ = BB' / AB
T Jika jari-jari silinder adalah r, maka BB' = r dφ r dφ
γ =
dx sehingga dx
dφ / dx adalah perubahan sudut puntir φ terhadap panjang x.
Maka sudut puntir persatuan panjang dφ
θ =
dx
Sehingga rumus regangan geser r dφ
γ = = rθ
dx
Pada kasus puntiran murni, maka garis BB' adalah lurus, atau γ bukan fungsi dari x.
Tetapi jika silinder berongga, γ di kulit luar akan lebih besar darpada γ di kulit dalam sesuai
dengan perbandingan jarak dari titik pusatnya.
γmax γmax R atau r
= γmin = γmax
γmin r R
γmin
R atau secara umum, regangan geser γ
r
sebuah elemen sejarak ρ dari pusat ρ
γρ = γmax
silinder berjari-jari R adalah : R

3.3 Batang lingkaran elastis linier.


a τ b τmax Jika ada bidang abcd di kulit luar, maka karena ter-
γ ρ
τ b' τ kena puntiran, terjadi pergeseran titik bc ke b'c'.
θ
τ Maka regangan puntir γ akan mengakibatkan tegangan
c r geser τ yang besarnya adalah
d τ c' τ = Gγ
di mana G adalah modulus geser
karena γmax = r θ , maka τmax = r G θ
Karena bersifat linier, maka ρ
τ=ρGθ= τmax
PU NTI RAN (TOR S I ) 20 / 56

τ=ρGθ= τmax
r
Rumus Torsi.
τmax Lihat elemen dA sejarak ρ dari pusat, maka elemen Torsi dM = τ ρ dA
τ dA atau ρ2
ρ dM = τ ρ dA = τmax dA
r
r Jika diintegralkan untuk τmax τmax
T= ρ2 dA = IP
seluruh penampang r r

di mana IP = ρ2 dA
adalah momen inersia polar
Sehingga diperoleh Tr Bandingkan dengan My
τmax = σmax =
IP rumus tegangan tarik Ix
atau secara umum Tρ
τ=
tegangan geser di suatu titik IP di mana ρ adalah jarak radius dari titik pusat

Sudut Puntir θ
Dari rumus τ = G ρ θ diperoleh θ = τ / G ρ
Dari rumus Tρ diperoleh τ T T
τ= = maka θ =
IP ρ IP GIP
Karena θ bervariasi sepanjang batang, maka sudut puntir total di ujung batang φ=θL

Contoh 3.1
Diketahui sebuah batang silindris panjang 54 in, diameter 1,5 in diberi beban puntir 250 lb-ft
Jika G = 11,5 x 10 6 psi berapa tegangan geser max dan sudut puntir max ?
Jika tegangan geser izin adalah 6000 psi dan sudut puntir izin 2,5o, berapa Torsi izin ?
Jawab :
Momen inersia polar Ip = π d / 32
4
16 T
sehingga τmax = = 4529.4 psi
= 0.4968 in 4
πd3
Sudut puntir max TL
φ=θL= = 0.0284 rad = 1.6248 o
GIP
Torsi izin berdasar tegangan geser izin, πd3τ
T= = 331.17 lb-ft
16
Torsi izin berdasar sudut puntir izin, φ G Ip
T= = 384.67 lb-ft
L
Diambil nilai yang terkecil, T = 331.17 lb-ft

3.4 Torsi tak seragam


Adakalanya sebuah poros mengalami beberapa macam torsi sepanjang poros. Maka cara
perhitungannya akan semacam bab sebelum ini untuk beban normal tak seragam.
PU NTI RAN (TOR S I ) 21 / 56

T3 Untuk mengetahui torsi pada setiap bagiannya maka


A T4 dilakukan pemotongan untuk setiap segment.
T1 B T2 C D
T3 Potongan CD :
A Torsi yang bekerja adalah TCD = T3 - T2 - T1
T1 B T2 C
Potongan BC :
A Torsi yang bekerja adalah TBC = - T2 - T1
T1 B T2 C
Potongan AB :
A Torsi yang bekerja adalah TAB = - T1
T1 Sudut puntir yang terjadi adalah φ = φ1 + φ2 + φ3 + . . . + φn
Jika bentuk penampangnya tidak silindris, tetapi bervariasi misalnya kerucut,
maka harus dengan cara integrasi.

Contoh 3.4
T1 T2 T3 Sebuah batang baja solid ABCDE berputar bebas di ujung A dan E.
A E Roda gigi penggerak C menggerakkan roda B dan D dengan
torsi T2 = 450 Nm. Torsi penahan T1 = 275 Nm dan T3 = 175 Nm.
B C D Diameter d = 30 mm, BC = 500 mm, CD = 400 mm. G = 80 Gpa.
L1 L2 Hitung tegangan geser maximum di setiap section dan sudut puntir.
Penyelesaian :
Torsi yang bekerja pada setiap segment :
Torsi pada ujung-ujung = 0, sehingga tidak ada tegangan dan tidak ada puntiran.
Torsi pada segment CD = -T1 + T2 = - 275 + 450 = + 175 Nm
Torsi pada segment BC = - T1 = - 275 Nm
Momen inersia polar : I = πd4
p = 79554 mm4
32
Maka tegangan geser yang bekerja pada segment : 16T τBC =
51.899 Mpa
τ=
πd3 τCD =
33.027 Mpa
Sudut puntiran yang terjadi pada segment : TL φBC =
-0.022 rad
φ=
GIp φCD =
0.011 rad
φBD = -0.011 rad = -0.608 o

3.5 Tegangan dan regangan pada beban geser murni


τ τθ σθ Jika ada sebuah keping logam segi-4 dengan satu sisi searah
y θ dengan sumbu x, sumbu axial, dan sisi lainnya dalam arah y
x
ke atas, maka jika benda tsb mengalami beban torsi murni,
τ elemen segi-4 tsb hanya akan menerima beban geser τ.
PU NTI RAN (TOR S I ) 22 / 56

Jika benda silindris tsb dipancung secara miring dengan sudut θ, maka pada permukaan miring
yang terjadi akan bekerja tegangan-tegangan normal σθ dan geser τθ.
Dengan perhitungan matematika dan keseimbangan gaya (tegangan), maka akan diperoleh :
σθ = τ sin 2θ
τθ = τ cos 2θ
Regangan pada geser murni.
τ σmin = - τ σmax = τ Jika bebannya masih masuk elastis linier,
γ 45o maka berlaku Hukum Hooke untuk geseran
τ=γG atau γ=τ/G
γ (bandingkan dengan tarikan σ = ε E )
τ σmax = τ σmin = - τ
Karena σ max, min terjadi pada sudut miring 45o , diperoleh εmax = γ / 2

Contoh soal 3.6


Sebuah tabung Aluminium dengan do = 80 mm dan di = 60 mm dikenai torsi T = 4 KNm.
a) Tentukan dan gambarkan letak tegangan geser, tarik, tekan max.
b) Tentukan regangan max.
Penyelesaian : G aluminium = 27 GPa
Momen inersia polar Ip = π/32 (do - di ) =
4 4
2.75E-06 m4
a) τmax = TR / Ip = 58.182 MPa εc
τmax = 58,2 Mpa σc= - 58,2MPa τmax σt σc
y γ
45o
x y x
γ
τmax τ max

σt = + 58,2MPa
b) Regangan maksimum : Hukum Hooke τmax = γmax G εt
γmax = τmax /G = 0.0022
Regangan maximum γ εt max = 0.0011 (tarik)
εmax = max
2 εc max = -0.0011 (compresi atau tekan)

3.6 Hubungan antara Modulus elastisitas E dengan modulus geser G.


Sudah dibahas di muka, bahwa ada keterhubungan antara E dan G melalui Poisson Ratio.
E
G=
2(1 + ν)

3.7 Hubungan antara Daya P dengan Torsi T.


P=Tω di mana ω adalah omega, kecepatan sudut (rad/detik)
PU NTI RAN (TOR S I ) 23 / 56

Jika f menunjukkan frekwensi, putaran perdetik, maka berlaku hubungan : ω=2πf


Satuan frekwensi adalah Hertz (Hz) atau detik -1 .
Satuan daya adalah kw atau Hp. 1 Hp dikonversikan menjadi 746 watt.
1 Hp = 550 ft-lb/s

3.8 Torsi pada statis tak tentu.


Tabung luar Jika ada batang komposit yang tersusun dari 2 material dikenai torsi
A Inti tabung B secara bersama-sama, maka berlaku hubungan :
T Torsi T terbagi pada masing-masing material T1 + T2 = T
Selain itu, sudut puntirnya sama φ1 = φ2
Karena ada rumus TL T1 L T2 L
φ= maka φ1 = φ2 =
G Ip G1 Ip1 G2 Ip2
Karena φ1 = φ2 maka T1 T2 atau T1 T2
= - = 0
G1 Ip1 G2 Ip2 G1 Ip1 G2 Ip2
diperoleh : T1 + T2 = T
G1 Ip1 G2 Ip2
T1 = T T2 = T
G1 Ip1 + G2 Ip2 G1 Ip1 + G2 Ip2
Dengan diketahuinya T1 dan T2 , maka besaran-besaran lain bisa dihitung.

Contoh 3.9
A C B Diketahui batang ACB dengan dA, LA,IpA dan dB, LB, IpB
Bahan kedua bagian sama. Torsi To diberikan di C.
a) Hitung Torsi TA dan TB.
b) Tegangan geser max di setiap segment, τAC dan τCB
c) Sudut rotasi (puntir) di C, φC
Penyelesaian :
a) TA + TB = To
Torsi To ini bekerja di tengah batang, maka akan menimbulkan sudut puntir di B = φ1
Tetapi, To ini menimbulkan reaksi di B dengan TB, maka TB ini menimbulkan φ2
Karena ujung B terikat, maka φ1 + φ2 = 0
TL To LA TB LA TB LB
φ= φ1 = φ2 = - -
G Ip G IpA G IpA G IpB
To LA TB LA TB LB
- - = 0
G IpA G IpA G IpB
TB LA TB LB To LA I L + IpA LB To LA
+ = TB pB A =
IpA IpB IpA IpA IpB IpA
IpA LB IpB LA
TA = To TB = To
PU NTI RAN (TOR S I ) 24 / 56

TA = To TB = To
IpB LA + IpA LB IpB LA + IpA LB
Tegangan geser max Td TA dA TB dB
τ= τAC = τCB =
2 Ip 2 IpA 2 IpB
Sudut rotasi φC akan sama baik di penampang AC atau CB.
TA LA TB LB
φC = +
G IpA G IpB

Latihan soal :
3.8-1 B C Batang padat AD diberi torsi 3To dan To seperti
3To To
A D di gambar. Hitung sudut puntir maximum.
Penyelesaian : Keadaannya statis tak tentu.
L/4 L/4 L/2 Jika reaksi di A dan D adalah TA dan TD, maka
TA + TD = 3 To + To = 4 To
Statis tak tentu adalah penjumlahan aljabar 2 atau lebih statis tertentu.
Keadaan di atas adalah seperti penjumlahan batang AD dengan keadaan jepit di A bebas di D
yang mengalami torsi TB, TC dan TD kemudian penjumlahan masing-masing sudut puntirnya
= 0 atau φD1 + φD2 + φD3 = 0
3 To L/4 3 To L/4 To L/2 TB L 5 To
Karena TB maka φD1 = + = TB =
GI GI GI GI 4
To L/2 11 To
Karena TC maka φD2 = TA =
GI 4
- TB L 5 To To
Karena TD maka φD3 = TCD = 4 To - TA = TBC =
GI 4 4
TL - 11 To L To L 5 To L
φ= φAB = φBC = φCD =
GI 16 GI 4 GI 8 GI
φAB = φmax

3.8-2 B C Hitung Torsi TA dan TD


To To
A D Hitung sudut puntir max dan sudut puntir di tengah
Jawab : TA + TB = 0
L/3 L/3 L/3 TCD = - TA TBC = To - TA
- To L
Karena TB maka φD1 =
3GI φD1 + φD2 + φD3 = 0 TB = To TA = - To
-2 To L TAB = - To TBC = 0 TCD = To
Karena TC maka φD2 =
3GI
TB L - To L To L
Karena TB maka φD3 = φAB = φBC = 0 φCD =
GI 3 GI 3 GI
PU NTI RAN (TOR S I ) 25 / 56

3.8-5 C Batang AC diameter 0,625 in, CB 0,75 in.


T
A B Berapa T jika tegangan geser izin 9000 psi
G = 10.800 - 11.800 psi Ambil G = 11000 psi
8 16 Jawab : Keadaan statis tak tentu
Persamaan torsi : TA - T + TB = 0
Keadaan statis tak tentu = penjumlahan beberapa keadaan tertentu
T T
A B
= +
TB

I AC = π d 4 /32 = 0.015 in4


I CB = 0.0311 in4
Karena T, ujung B akan terjadi puntiran φB1 = -TL
= -0.049 T
sebesar GI
Karena TB, ujung B akan terjadi puntiran T L TB L2
φB2 = B 1 + = 0.095 TB
sebesar G IAC G ICB
Persamaan sudut puntir : φB1 + φB2 = 0 maka TB = 0.509 T
TA = 0.491 T
Pada bagian AC terjadi torsi TA , bagian CB torsi TB.
Pada bagian AC terjadi tegangan T d/2
τmax = = 10.238 T T = 879.09
Ip
Pada bagian CD terjadi tegangan T d/2
τmax = = 6.143 T T = 1465.2
Ip
Maka T izin = 879.09 lb.in

3.8-6 C Batang AC diameter 20 mm , dan CB 40 mm


T
A B Berapa T jika tegangan geser izin 55 MPa
G = 75 - 80 GPa Ambil G = 80 GPa
200 500 Jawab : Keadaan statis tak tentu
Persamaan torsi : TA - T + TB = 0
I AC = π d 4 /32 = 15714 mm4
I CB = 251429 mm4
Karena T, ujung B akan terjadi puntiran φB1 = -TL
= -0.159 T
sebesar GI
Karena TB, ujung B akan terjadi puntiran T L TB L2
φB2 = B 1 + = 0.184 TB
sebesar G IAC G ICB
Persamaan sudut puntir : φB1 + φB2 = 0 maka TB = 0.8649 T
TA = 0.1351 T
PU NTI RAN (TOR S I ) 26 / 56

Pada bagian AC terjadi torsi TA , bagian CB torsi TB.


Pada bagian AC terjadi tegangan T d/2
τmax = = 0.0860 .10 -3 T T = 639.57 Nm
Ip
Pada bagian CD terjadi tegangan T d/2
τmax = = 0.0688 .10 -3 T T = 799.46 Nm
Ip
Maka T izin = 639.57 Nm

Latihan : Kerjakan di rumah 3.8-7


3.8-10
3.8-11
DIAGRAM GAYA GESER DAN MOMEN LENTUR 27/56

4.1 Pendahuluan.
Diagram gaya geser dan momen lentur sudah diberikan pada mata kuliah Statika Struktur, maka
pada mata kuliah Mekanika Kekuatan Bahan ini tidak akan diberikan teorinya lagi.

4.2 Contoh-contoh soal.


Contoh 4.1 P Diketahui batang sederhana AB panjang L dibebani
Mo
A B gaya P dan momen lentur Mo seperti pada gambar
L/4 L/4 L/2 Gambar diagram gaya geser dan momen lenturnya.

Penyelesaian : Mula-mula digambar dulu DBB-nya untuk menghitung gaya-gaya reaksi tumpuan.
P
Mo
A B ΣMB = 0 RA (L) - P (3L/4) + Mo = 0
L/4 L/4 L/2 RA = 3 P /4 - Mo / L
RA RB RB = P /4 + Mo / L
Diagram Gaya geser : Hanya ada 2 wilayah 0 ≤ x ≤ L/4 dan L/4 ≤ x ≤ L
0 ≤ x ≤ L/4 V V = RA (konstan, garis lurus mendatar)
A x
RA 3 P /4 - Mo / L
L/4
RA
L/4 ≤ x ≤ L P V
A L/4 V = RA - P = RB (konstan, garis lurus mendatar)
x
RA 3 P /4 - Mo / L
RA
Diagram gaya geser

P /4 + Mo / L RB

Diagram momen lentur : Ada 3 wilayah 0 ≤ x ≤ L/4 , L/4 ≤ x < L/2, dan L/2 ≤ x ≤ L
0 ≤ x < L/4
Mx
A x Mx = RA (x) = 3Px/4 - Mox/L (linier, lurus miring)
L/4 x = 0 Mo = 0 3PL/16 - Mo/4
RA x = L/4 ML/4 = 3PL/16 - Mo/4
A
L/4
L/4 ≤ x < L/2 P RA
Mx
A L/4 Mx = RA (x) - P (x - L/4)
x = 3Px/4 - Mox/L - Px + PL/4
RA L/2 = PL/4 - Mox/L - Px/4 (linier, lurus miring)
ML/4 = PL/4 - Mo/4 - PL/16 = 3PL/16 - Mo/4
DIAGRAM GAYA GESER DAN MOMEN LENTUR 28/56

ML/2- = PL/4 - Mo/2 - PL/8 = PL/8 - Mo/2 (kiri)


ML/2+ = PL/8 - Mo/2 + Mo = PL/8 + Mo/2 (kanan)
L/2 ≤ x ≤ L 3PL/16 - Mo/4
P
Mo Mx
A L/4 A
L/2 L/4
RA x RA L/2 PL/8 - Mo/2

Mx = RA (x) - P (x - L/4) - Mo 3PL/16 - Mo/4 PL/8 + Mo/2


= PL/4 - Mox/L - Px/4 + Mo
ML/2+ = PL/4 - Mo/2 - PL/8 + Mo = 0 0
= PL/8 + Mo/2 A L/4 B
ML = PL/4 - Mo - PL/4 + Mo = 0 RA L/2 PL/8 - Mo/2
L
Diagram momen lentur
Kesimpulan, jika bebannya berupa sesuatu yang tetap seperti gaya terpusat, momen terpusat,
maka wujud diagram gaya gesernya akan berbentuk kotak-kotak (fungsi konstan), dan wujud
diagram momen lenturnya akan berbentuk segi-3 segi-3 (fungsi linier, garis lurus miring).

Contoh 4.2 q(x) qo Batang cantilever AB panjang L diberi beban terdistribusi q ber-
bentuk segi-3 dengan tinggi max qo.
A B Gambar diagram gaya geser dan momen lenturnya.
x L Jawab : Fungsi bebannya adalah, q = qo (x/L)
W
q(x) qo Beban W = qo L/2 , sehingga RB = W = qo L/2
qo L/2 Jarak W ke pinggir adalah L/3, maka MB = WL/3 = qo L2/6
MB Diagram gaya geser: Q q
x L V
RB x Mx
Beban Q = q x/2 = qo x2/2L = V (fungsi pangkat 2, parabola) RB
Vo = 0
VL = qo L2/2L = qo L/2 = RB x
L
Diagram momen lentur: qo L/2
Mx = Q x/3 = q x/2 (x/3) = qo (x/L)(x/2)(x/3) = qo x3/6L
= qo x /6L
3
(kurva pangkat 3)
Mo = 0 x MB
ML = qo L2/6 = MB
DIAGRAM GAYA GESER DAN MOMEN LENTUR 29/56

Kesimpulan, jika bebannya terdistribusi, L


maka diagram gaya gesernya akan merupakan garis lengkung. qo L2/6
Demikian pula diagram momen lenturnya akan 1 derajat di atas kurva gaya geser.
(kalau kurva gaya geser pangkat 2, maka kurva momen lentur pangkat 3, dst)
Contoh 4.3
P = 14k q = 200lb/ft Gambarlah diagram

A 9 ft B C Jawab, mula-mula gambar DBB-nya.


24 ft 6 ft Q = q L = 200 (30) = 6000 lb = 6k
P Q = 6k Q bekerja di tengah-tengah batang, sejarak 15 ft dari A
9 ft ΣMB = 0 P (15) + Q (9)
RA = = 11000 lb
A 15 ft B C 24
24 ft 6 ft RB = P + Q - RA = 9000 lb

Diagram gaya geser, ada 3 interval: 0 ≤ x < 9, 9 ≤ x < 24, dan 24 ≤ x ≤ 30


0≤x<9 Qx Vx
ΣFy = 0 RA - Q x - V x = 0
x Vx = RA - Qx = 11000 - 200 x (linier, miring)
RA 9 Vo = 11000 11000
V9 = 11000 - 200 (9) 9200
= 9200
9 ≤ x < 24 Qx P Vx ΣFy = 0
RA - Q x - P - V x = 0 9
9 Vx = RA - P - Qx RA
RA x = 11000 - 14000 - 200 x = - 3000 - 200 x (linier, miring)
V9 = - 3000 - 1800 11000
= -4800 9200
V24 = - 3000 - 4800 = -7800

24 ≤ x ≤ 30 P Qx Vx
-4800
9 RB -7800
24
RA x
ΣFy = 0
RA + R B - P - Q x - V x = 0
Vx = RA + RB - P - Qx = 11000 + 9000 - 14000 - 200 x
= 11000 + 9000 - 14000 - 200 x 11000
= 6000 - 200 x 9200 1200
V24 = 6000 - 4800 = 1200
DIAGRAM GAYA GESER DAN MOMEN LENTUR 30/56

V30 = 6000 - 6000 = 0 0


Diagram gaya geser
(tidak diskala) -4800
Kurva gaya geser memotong sumbu x di -7800
x = 9 dan x = 24. 0 9 24 30
Momen lentur maximum saat gaya geser = 0.
Diagram momen lentur
ada 3 interval: 0 ≤ x ≤ 9, 9 ≤ x ≤ 24, dan 24 ≤ x ≤ 30
0≤x≤9 Qx x/2 ΣMx = 0 Diagram momen lentur
Mx Mx + RA x - Qx x/2 = 0 0
x Mx = Qx x/2 - RA x
RA 9 = 100 x 2 - 11000 x x
Mo = 0 9
M9 = 8100 - 99000 = -90900 -90900
9 ≤ x ≤ 24 Qx P
Mx ΣMx = 0
9 Mx + RA x - Qx x/2 - P(x-9) = 0
RA x Mx = Qx x/2 + P(x-9) - RA x
Mx = 100 x 2 - 11000 x + 14000 x - 126000 Diagram momen lentur 3600
= 100 x + 3000 x - 126000
2
0 0
M9 = -90900 (benar)
M24 = 3600 x
24
24 ≤ x ≤ 30 P Qx -90900
Mx
9 RB
24
RA x
ΣMx = 0
Mx + RA x - Qx x/2 - P(x-9) + RB (x-24) = 0
Mx = Qx x/2 + P(x-9) - RA x - RB (x-24) Diagram momen lentur
= 100 x 2 + 3000 x - 126000 - 9000 x + 216000 3600
= 100 x 2 - 6000 x + 90000 0 0
M24 = 3600 (benar)
M30 = 0 (benar) x
9 -90900
24
Kesimpulan : 30
Langkah pertama adalah menggambar DBB untuk mencari gaya-gaya reaksi tumpuan.
Berikutnya mencari gaya geser untuk setiap interval.
Batas-batas interval adalah setiap ada beban gaya luar atau ada tumpuan.
DIAGRAM GAYA GESER DAN MOMEN LENTUR 31/56

Jika ada beban momen luar, tidak akan mempengaruhi gaya geser, tidak menambah interval.
Setiap melewati batas interval, akan terjadi loncatan gaya geser. Besarnya loncatan = gaya geser
atas - gaya geser bawah = nilai beban luar atau nilai reaksi tumpuan. Nilai-nilai gaya geser
pada batas interval akan merupakan alat pemeriksaan kebenaran hasil perhitungan.
Setelah itu beralih ke momen lentur.
Tentukan jumlah interval, kemudian cari rumus momen untuk tiap interval. Cari harga momen
pada batas interval, yang akan merupakan alat pemeriksaan kebenaran hasil perhitungan.
Rumus momen lentur selalu 1 derajat diatas rumus gaya geser, karena Momen = Gaya x jarak.
1. Bobot 30. Diketahui batang DE diletakkan di atas batang AC
P P masing-masing sepanjang 3a (lihat gambar).
D E Pa Batang DE diberi beban 2 gaya terpusat P dan
A B C momen lentur Pa.
a a a a Gambar diagram gaya geser dan momen lentur batang ABC
Penyelesaian:
P P ΣMD = 0 Pa + P(a) - RC(2a) = 0 RC = P
D E Pa RC P RD P RD = P
B RC C A B
RD a a a a a a ΣMA = 0 RB = 2P
RA RB RA = 0
Diagram gaya geser batang AB: P
A B
a a a a a a
-P A B
Diagram momen lentur batang AB:
-Pa
TEGANGAN TARIK / TEKAN DAN GESER 32/56

5.1 Pendahuluan.
Perhitungan gaya geser dan momen lentur digunakan untuk menghitung tegangan tarik dan
tegangan geser maksimum. Dalam perencanaan, tegangan-tegangan ini tidak boleh melebihi
tegangan izin yang diperbolehkan.

5.2 Tegangan tarik/tekan.


Untuk tidak menambah beban pikiran, langsung saja diberikan rumusnya:
My di mana σy adalah tegangan tarik/tekan pada jarak y dari garis netral
σy =
I tegangan tekan jika kecenderungannya memendek,
tegangan tarik jika kecenderungannya memanjang.
y adalah jarak di atas atau di bawah garis netral
garis netral adalah bagian yang tidak mengalami perubahan
P I adalah momen inersia penampang.
A B Contoh, jika batang AB diberi beban P di tengah, maka kecende-
rungannya batang akan melengkung ke bawah.
y tekan - Maka bagian atas akan mengalami tekan, bawah kena tarikan.
garis Garis netral adalah garis bidang yang tidak mengalami perubahan.
x
netral Garis netral adalah garis yang melalui titik berat area penampang.
tarik + Terlihat bahwa tegangan terbesar terletak di y terjauh, yaitu di
y kulit permukaan atas atau bawah.
h Untuk penampang segi-4, momen inersia Ixx = 1/12 bh 3
x x Untuk penampang lingkaran, Ixx = Iyy = 1/64 πd4 [Ingat, Ip = 1/32 πd4 ]
Jika garis netralnya bergeser,
b maka Ibaru = Igaris berat + r2 A di mana r = jarak pergeseran sumbu
A = luas penampang
Jika bendanya komposit, berlaku Ikomposit = ΣImasing-masing
Posisi garis netral benda komposit juga harus dicari dulu. ΣyA
ygaris netral =
ΣA
Contoh 5.3 di mana A = luas penampang
9 ft P = 12 kp q = 1,5 kp/ft
A B 27 Diketahui batang sederhana AB dibebani
22 ft seperti pada gambar. Penampang batang
8.75 adalah tinggi h = 27 in dan lebar b = 8,75 in
P Q = 33 kp Hitung tegangan tarik tekan maximum.
9 ft Jawab: Pertama kali dicari reaksi tumpuan dengan DBB
11 ft Diperoleh RA = 23.591 kp
TEGANGAN TARIK / TEKAN DAN GESER 33/56

RA 22 ft RB RB = 21.409 kp
Diagram momen lentur
0≤x≤9 q = 1,5 kp/ft Mx = RA x - 0,75 x 2 Mo = 0 kp-ft
M9 = 151.57 kp-ft
RA x Mx
9 ≤ x ≤ 22 Mx = RA x - 0,75 x 2 - P (x-9)
q = 1,5 kp/ft P = 12 kp = - 0,75 x2 + 11.591 x + 108
M9 = 151.57 kp-ft (benar)
RA x Mx M22 = 0 kp-ft (benar)
Diperoleh Mmax = M9 = 151.57 kp-ft
Karena penampangnya berbentuk 4 persegi-panjang, maka garis netral ada di tengah.
I = 1/12 bh3 = 14352.188 in4
y = h/2 = 13.5 in maka My
σtekan = σtarik = σmax = = 1710.8 psi
I
Contoh 5.4
q = 3 kN/m Batang sederhana ABC ditumpu di engsel A dan rol B seperti
A C pada gambar dengan beban merata q = 3 kN/m
RA 3m RB Jika penampangnya berbentuk kanal terbalik, hitung besar
1,5 m dan lokasi tegangan tarik tekan max.
y
Dari DBB diperoleh RA = 3.375 kN
12 RB = 10.125 kN
80
12 0≤x≤3 Mx = RA x - 0,5 q x2 Mo = 0 benar
x M3 = -3.375
300 Mmax terjadi di dM/dx = 0
Penampang ABC (mm) dM/dx = RA - qx = 0 x = RA / q = 1.125
M1.125 = 1.8984
3 ≤ x ≤ 4,5 Mx = RA x - 0,5 q x + RB (x-3)
2
M3 = -3.375 kN-m benar
1.8984 M4,5 = 0 benar
Momen max 1,898 kN-m terjadi di x = 1,125 m
0 B 0 Karena tanda momen positip, maka batang melengkung
A C ke bawah, bagian atas kena tekan, bawah kena tarik.
-3.375 Momen min 3,38 kN-m terjadi di x = 3 m
Karena tanda momen negatip, maka bagian atas kena tarik, bawah kena tekan.
y 2 Benda b h A y yA ỹ
1 12 1=3 12 68 816 34 27744
80
TEGANGAN TARIK / TEKAN DAN GESER 34/56

1 80
12 3 2 300 12 3600 74 266400
x Σ 5232 321888 61.523
Benda I r I+r2A y M = 1898.4 -3375 N-m
1=3 314432 27.523 932561.79 18.477 σ= -14.21 25.26 Mpa
2 43200 12.477 603637.67 61.523 σ= 47.31 -84.11 MPa
Σ 2468761.2
σtarik max = 47.31 Mpa terjadi pada posisi x = 1,125 m di bagian bawah batang.
σtekan max = -84.11 Mpa terjadi pada posisi x = 3 m di bagian bawah batang.

Latihan: P = 1000 lb 0,5 Cari besar dan lokasi tegangan


q = 128 lb/ft tarik dan tekan maximum.
4 ft 3
8 ft 5 ft 0,5
2,5
Penampang (inch)
Latihan:
q = 3,5 kN/m Batang sederhana dengan panjang overstek L = 1,5 m
dibebani gaya persatuan panjang q = 3,5 kN/m.
2L L Jika berat jenis bahan γ = 77 kN/m3 dan penampangnya
berbentuk 4-persegi-panjang tinggi 2b dan lebar b,
dan tegangan normal izin σ = 60 Mpa,
2b
a) Hitung lebar b dengan mengabaikan berat diri.
b b) Hitung lebar b dengan memperhitungkan berat diri.

5.3 Tegangan geser.


Jika suatu batang dibebani sehingga terjadi lenturan, maka ada bagian yang mengalami pemen-
dekan dan dibagian sebelahnya mengalami pemanjangan. Akibatnya, pada setiap lapisan akan
terjadi perbedaan regangan yang menunjukkan adanya tegangan geser.
y Lihat gambar di samping.
Tegangan geser yang terjadi di lapisan sejarak y1 di atas
h/2 y garis netral VQ
τ=
y1 garis Ib
z
netral di mana V = gaya lintang (geser)
h I = momen inersia penampang
b = lebar penampang
b Q = momen luas = y dA
TEGANGAN TARIK / TEKAN DAN GESER 35/56

h/2 h/2 h/2


by dy = b/2 y 2 = b/2 [(h/2) - y1 ]
2 2
Untuk daerah kuning Q= y dA =
y1 y1 y1
Q bisa juga dihitung dari perkalian luas daerah kuning x jarak titik berat area ke garis netral
Q = [b x (h/2 - y1)] x [y1 + (h/2- y1)/2] = b/2 [h/2 - y1][2 y1 + h/2 - y1] =
= b/2 [h/2 - y1][h/2 + y1] = b/2 [(h/2)2 - y12 ]
Distribusi tegangan geser.
Pada permukaan atas/bawah, tegangan geser = 0 karena tidak ada
h/2 lapisan di atas/bawahnya. Atau jika dilihat dari rumus, y1 = h/2 ,
τmax maka Q = 0 Tegangan geser merupakan fungsi linier dari Q,
dan Q merupakan fungsi kwadrat dari y1
h/2 V b Vh2 3V
τmax = (h/2) 2
= =
Ib 2 8I 2A

Contoh soal. q = 160 lb/in Batang AB dengan penampang 4" x 1"


Titik C dibebani q = 160 lb/in.
A C B Tentukan tegangan normal σc dan tegangan
4" 2"
3" yC 1" geser τc. Gambarlah arah tegangannya.
8" Jawab : RA = RB = 2880 lb
h/2
36" VC = RA - 160*28 = -1600 lb
b = 1" MC = RA (28) - 160/2*28 =2
17920 lb in
I = 1/12 bh3 = 5.3333 in4
AC = (1)(1) = 1 in2 ỹ = 1,5 in QC = ỹA = 1.5 in3
Myc τ Arah tegangan geser
σC = = -3360 psi (tekan)
I σ σ 3360 psi mengikuti arah gaya
VQc geser. Di sebelah kiri
τC = = 450 psi
Ib τ 450 elemen, gaya geser ke bawah.

Contoh. P P Balok AB memiliki penampang b x h = 100 x 150 mm


a = 0.5 m 0.5 m Jika tegangan lentur izin σizin = 11 MPa dan tegangan geser
A B izin τizin = 1,2 MPa, hitung beban Pizin.
RA RB Jawab: Mmax = Pa = 0,5P terjadi di antara 2 beban P
Vmax = RA = P terjadi antara tumpuan dan beban
I = 1/12 bh3 = 28125000 mm4
My σI σI
σ= M= =Pa P= = 8.25 kN
I y ay
Kesimpulan, Pmax = 8250 N
TEGANGAN TARIK / TEKAN DAN GESER 36/56

Kesimpulan, Pmax = 8250 N


VQ τIb τIb
τ= V= =P P= = 12.00 kN
Ib Q Q

2. Bobot 30. 0,5 Diketahui batang sederhana ABC diberi


1000 lb beban terpusat P = 1000 lb dan beban ter-
128 lb/ft h=3 distribusi q = 128 lb/ft seperti di gambar.
A 4 ft B C Panjang dan jarak-jarak dalam feet.
8 ft 5 ft 0,5
b = 2,5 Penampang ABC berbentuk T terbalik
Penampang ABC seperti di gambar, dimensi dalam inch.
Periksa, di mana dan berapa besar tegangan tarik terbesar dan tegangan tekan terbesar.
Momen max terjadi di turunan dM/dx = 0 jika fungsi M(x) kontinu.

1000 640 ΣMA = 0 RB = 1340


A 4 ft B C RA = 300 ΣMB = 0 benar
8 ft 5 ft
RA RB 0≤x<4 Mx = RA x = 300x M4 = 1200
4≤x<8 Mx = RA x - 1000(x-4) = - 700x + 4000 M8 = -1600
Momen max terjadi di x = 4 sebesar 1200 lb.ft, bagian atas tekan, bawah tarik.
Momen min terjadi di x = 8 sebesar 1600 lb.ft, bagian atas tarik, bawah tekan.

0,5 Penampang komposit terdiri atas bentuk 1 0,5 x 2,5 in, dan bentuk 2
2,5 x 0,5 in. Perhitungan sumbu berat dan momen inersianya:
1 h=3 Benda b h Luas A y yA ỹ I r I+r2A
1 0.5 2.5 1.25 1.75 2.1875 0.651 0.75 1.3542
2 0,5 2 2.5 0.5 1.25 0.25 0.3125 0.026 0.75 0.7292
b = 2,5 Σ 2.5 2.5 1 2.08333
ΣyA bh3
ỹ= r=ỹ-y I= I = I1 + I2
ΣA 12
yatas = 2 M4 = 1200 σ4 tekan = 13824 psi σ4 tarik = 6912 psi
ybawah = 1 M8 = -1600 σ8 tekan = 9216 psi σ8 tarik = 18432 psi
σtekan max = 13824 psi σtarik max = 18432 psi
Jawaban buku σtekan max = 13800 psi σtarik max = 18400 psi

3. Bobot 40. Batang sederhana ABC diberi beban terpusat 3P dan P seperti di gambar.
Jika P = 5 kN, L = 3,6 m dan h = 280 mm
3P P dan berat jenis bahan γ = 5,5 kN/m3
TEGANGAN TARIK / TEKAN DAN GESER 37/56

A L/2 B C h a) Tentukan lebar b jika tegangan geser izin


L L/3 τmax = 0,7 MPa
RA RB b b) Tentukan lebar b jika tegangan lentur izin
Penampang ABC σmax = 8,2 MPa
i) Dengan mengabaikan berat diri
ii) Dengan memperhitungkan berat diri
Jawab, dengan DBB diperoleh: RA = 1.167 P = 5.833 kN
15 kN 5 kN RB = 2.833 P = 14.17 kN
A 1.8 B C Diagram gaya geser:
3.6 1.2 0 ≤ x < L/2 V x = RA VL/2 = 5.833 kN
RA RB L/2 ≤ x < L Vx = RA- 3P VL = -9.167 kN
L ≤ x < 4L/3 Vx = RA- 3P + RB V4L/3 = 5.000 kN
Q = (bh/2)(h/4) = bh2/8 Q bh2/8 3 5.3571
= = =
280 I = bh3/12 Ib b2h3/12 2bh b
VQ 4.7619 4.7619
τ= = V b= V = 62.358 mm
b Ib b τ

Jika berat diri diperhitungkan, maka ada beban merata sebesar w = γh = 1540 b N/m
15 Q 5 W = 4qL/3 = 7392 b N/m
A 1.8 B C RA = 5833 + 2464 b N
3.6 1.2 RB = 14167 + 4928 b N
RA 2.4 RB Diagram gaya geser:
0 ≤ x < 1.8 Vx = RA - wx V0 = 5833 + 2464 b 0.0718
= VL/2- = 5833 + -308 b
1.8 ≤ x < 3.6 Vx = RA - wx - 3P VL/2+ = -9167 + -308 b
VL- = -9167 + -3080 b max
3,6 ≤ x < 4,8 Vx = RA - wx - 3P + RB VL+ = 5000 + -3080 b
V4L/3 = 5000 + -4928 b
Q 5.3571
=
Ib b
VQ 5.3571 49107
τ= = 9167 + 3080 b = + 16500 = 700000 Pa
Ib b b
b = 0.0718 m

b) Diagram momen lentur tanpa berat diri.


15000 5000 RA = 5833.3 N
A 1.8 B C RB = 14167 N RA + RB = 20000 N (benar)
TEGANGAN TARIK / TEKAN DAN GESER 38/56

3.6 1.2
RA RB 0 ≤ x < 1.8 Mx = RA x M1.8 = 10500 Nm
1.8 ≤ x < 3.6 Mx = RA x - 15000(x-1.8) M3.6 = -6000 Nm
3.6 ≤ x < 4.8 Mx = RA x - 15000(x-1.8) + RB(x-3.6) M4.8 = 0 Nm
Karena Mx fungsi linier maka Mmax = 10500 Nm
My 6M 6M
σ= = b= = 0.098 m
I bh 2
σh2

Jika berat diri diperhitungkan, maka ada beban merata sebesar w = γh = 1540 b N/m
15 W 5 W = 4qL/3 = 7392 b N/m
A 1.8 B C RA = 5833 + 2464 b N
3.6 1.2 RB = 14167 + 4928 b N
RA 2.4 RB

Karena fungsi Mx tidak linier, maka lebih mudah pakai coba-coba.


b = 0.099804 m εσ = 0.000 = fungsi pemeriksaan (program excel)
Beban merata w = 153.7 N/m W= 737.75 N
RA = 6079.3 N
RB = 14659 N RA + RB - 20000 = 737.75 N benar
0 ≤ x < 1.8 Mx = RAx - wx2/2 dM/dx = RA - wx = 0 x = RA/w = 39.553 m
M1.8 = 10694 Nm
1.8 ≤ x < 3.6 Mx = RAx - wx2/2 - 15000(x-1.8)
dM/dx = RA - wx - 15000 = 0 x = (RA - 15000)/w = -58.04 m
M3.6 = -6111 Nm
3.6 ≤ x < 4.8 Mx = RAx - wx /2 - 15000(x-1.8) + RB(x-3.6)
2

dM/dx = RA - wx - 15000 + RB = 0 x = (RA-15000+RB)/w = 37.331 m


M4.8 = 0 Nm
Mmax = 10694 Nm
bh3 My σmax =
I= = 0.0002 σ= = 8,200,000 8,200,000
12 I benar

Catatan: Soal di atas jika sudah pernah dikerjakan di rumah, maka tidak akan terjadi kesulitan
saat harus mengerjakan kembali di kelas dengan boleh membuka buku catatan.
Jika dihitung dengan b = 100 mm, hasilnya sudah cukup memadai.
ANALISA TEGANGAN dan REGANGAN 39/56

6.1 Pendahuluan.
Selama ini tegangan hanya dihitung pada bidang yang searah dengan sumbu utama.
Padahal, karena adanya beberapa beban yang arahnya bervariasi, mungkin saja arah
tegangan maksimum tidak pada arah sumbu utama. Pemahaman ini penting bagi teknisi
yang akan memasang balok kayu misalnya, karena kayu memiliki serat yang sangat
mempengaruhi kekuatan bahan pada berbagai arah.

6.2 Tegangan bidang.


Tanda arah tegangan positip
σy σy1 Arah sudut putar θ positip
τxy σx1 jika sumbu x-y diputar ke
τx1y1 kiri sebesar θ membentuk
σx σx τx1y1 sumbu x1 - y1
σx1
τxy y σy1 y1 y x1
θ
σy x x θ
Karena sistim berada dalam keadaan setimbang, maka τxy = τyx demikian pula τx1y1
τx1y1
σx1 Pandang penampang berbentuk segi-3 di samping
θ
σx Ao Jika luas bidang tegak adalah Ao maka luas bidang yang lain
Aosec θ bisa dihitung.
τxyAo Keseimbangan gaya dalam arah x1 :
τyxAotan θ σx1 Ao sec θ - σx Ao cos θ - τxy Ao sin θ - σy Ao tan θ sin θ -
σyAotan θ τyx tan θ cos θ = 0
Dengan cara yang sama τx1y1 Ao sec θ + σx Ao sin θ - τxy Ao cos θ - σy Ao tan θ cos θ +
τyx tanθ sin θ = 0
Karena τxy = τyx , dan dengan pengaturan penulisan, diperoleh:
σx1 = σx cos2θ + σy sin2θ + 2τxy sin θ cos θ
τx1y1 = - (σx - σy) sinθ cos θ + τxy (cos2θ - sin2θ)

Dengan pengaturan bahwa cos2θ = 1/2 (1 + cos 2θ) sin2θ = 1/2 (1 - cos 2θ)
sin θ cos θ = 1/2 sin 2θ maka diperoleh rumus Mohr:
σ + σy σx - σy
σx1 = x + cos 2θ + τxy sin 2θ
2 2 Rumus Lingkaran Mohr
σ -σ untuk tegangan
τx1 = - x y sin 2θ + τxy cos 2θ
2 Rumus jumlah tegangan:
ANALISA TEGANGAN dan REGANGAN 40/56

σx1 + σy1 = σx + σy
Contoh soal:
7.1 Sebuah elemen mengalami tegangan σx = 16000 psi, σy = 6000 psi dan τxy = 4000 psi.
σy σy1 Hitung tegangan-tegangan
τxy σx1 yang bekerja pada bidang
τx1y1 θ = 45o miring θ = 45o
σx σx sin 2θ = sin 90o = 1
σx1 τx1y1 cos 2θ = cos 90o = 0
τxy σy1 σx + σy
= 11000 psi
σy 2
σx - σy
= 5000 psi
σx1 = 11000 + 5000 (0) + 4000 = 15000 psi 2
τx1 = -5000 (1) + 4000 (0) = -5000 psi

σy1 dapat diperoleh dari rumus σx1 dengan mengganti sudut θ menjadi θ + 90o
σx + σy σx - σy
σy1 = - cos 2θ - τxy sin 2θ
2 2
σy1 = 11000 - 5000 (0) - 4000 (1) = 7000 psi

Contoh 7.2 Diketahui: Lihat gambar.


σy σy1 Ditanyakan: Tegangan-tegangan pada sudut 15o.
τxy 15o Penyelesaian : τx1y1 σy1 σx = -46 MPa
σx1 σy = 12 MPa
σx -15o τxy = -19 MPa
46 MPa
σx1 σx + σy
= -17 MPa
19 MPa 2
12 MPa σy1 τx1y1 σx - σy
= -29 MPa
2

σx + σy σx - σy
σx1 = + cos 2θ + τxy sin 2θ
2 2
= -17 + -29 x 0.86603 + -19 x -0.5 = -32.615 Mpa (tekan)

σx + σy σx - σy
σy1 = - cos 2θ - τxy sin 2θ
2 2
= -17 - -29 x 0.86603 - -19 x -0.5 = -1.3853 Mpa (tekan)

σy - σx
τx1 = sin 2θ + τxy cos 2θ
ANALISA TEGANGAN dan REGANGAN 41/56

τx1 = sin 2θ + τxy cos 2θ


2
= 29 x -0.5 + -19 x 0.866 = -30.954 MPa
Lingkaran Mohr untuk tegangan. τ-
σy τmax = R σy

θ τxy τxy y x1

σx σx P 2θ 2φ σ
0

τxy R
σy1 τx1y1 σmin y1
τxy
σy σx1 x
σP
σx
σx1 τ+ σmax
τx1y1 Perhatikan, sumbu τ positip ke bawah
σy1 Cara menggambar lingkaran Mohr tidak
harus berskala, yang penting logis.

Untuk mencari tegangan-tegangan pada sumbu x1 - y1 dapat menggunakan lingkaran


Mohr tegangan. Rumus-rumus yang digunakan mengambil rumus sebelum ini.

σx + σy σx - σy
σx1 = + cos 2θ + τxy sin 2θ
2 2
σx + σy σx - σy
σy1 = - cos 2θ - τxy sin 2θ
2 2
σx - σy
τx1 = - sin 2θ + τxy cos 2θ
2
Pengembangannya adalah (lihat gambar):
σ + σy
σP = x
2 maka σmax = σP + R
σx - σy 2 . 2 σmin = σP - R
R2 = + τxy
2 τmax = R

Posisi σmax dapat diperoleh dengan menghitung sudut 2β. Rumusnya: R sin 2β = τxy
Atau 2β = sin -1 τxy / R

Sumbu tegangan max-min diperoleh dengan menggeser sumbu xy ke kiri sebesar β.


Sudut 2φ dapat diperoleh dengan mengurangi sudut 2θ - 2β
ANALISA TEGANGAN dan REGANGAN 42/56

Maka σx1 = σP + R cos 2φ


σy1 = σP - R cos 2φ
τx1y1 = R sin 2φ
Contoh-contoh soal.
7.1 Sebuah elemen mengalami tegangan σx = 16000 psi, σy = 6000 psi dan τxy = 4000 psi.
σy σy1
τxy σx1 σx + σy
σP = =
τx1y1 θ = 45o 2
σx σx 16000 + 6000
σx1 τx1y1 2
τxy σy1 = 11000 psi
σy σx - σy 16000 - 6000
= = 5000 psi
τ- 2 2
τmax = R σy σx - σy 2
.
R2 = + τxy2
τxy x1 2 R = 6403.1

P 2θ 2φ σ 2β = sin -1 τxy/R = 0.6747 rad = 39 o


0
2β 2θ = 90o
y1 R
σmin 2φ = 51 o
= 0.8961 rad
τxy

σP σx1 = σP + R cos 2φ = 15000 psi


σx σy1 = σP - R cos 2φ = 7000 psi
τ+ σmax τx1y1 = R sin 2φ = -5000 psi

Contoh 7.2 Diketahui: Lihat gambar.


σy σy1 Ditanyakan: Tegangan-tegangan pada sudut 15o.
τxy 15o Penyelesaian : τx1y1 σy1 σ + σy - 46 + 12
σP = x =
σx1 2 2
σx -15o
46 MPa = -17
σx1 σx - σy - 46 - 12
=
19 MPa 2 2
12 MPa σy1 τx1y1 = -29
τ- R = 34.67

x1 2β = sin -1 τxy/R = 0.580 rad = 33 o

x 2φ R 2θ = 30o

ANALISA TEGANGAN dan REGANGAN 43/56



2β P σ 2φ = 63 o = 1.104 rad
y σx1 = σP - R cos 2φ = -32.61 MPa
σy1 = σP + R cos 2φ = -1.39 MPa
y1 τx1y1 = R sin 2φ = -30.95 MPa
τ+
Contoh 7-3 Cari dan gambarkan posisi tegangan utama.
σy τ- σx + σy
σP = =
τxy arah sumbu utama 2
β x R -4050 psi
σx 12300 psi 2β P σ σx - σy
=
y 2
4700 psi -8250 psi
4200 psi R = 9494.9
2β = sin -1 τxy/R = 0.518 rad = 29.67 o
τ+ β = 14.84 o

σmax = 5444.9 psi


σmin = -13545 psi
Hasil di buku berbeda karena keliru soal? τmax = 9494.9 psi

Lingkaran Mohr untuk regangan.


1/2 γ- εy εx + εy
εP = εrata-rata =
- 1/2 γmax 2
- 1/2 γxy y εx - εy 2
. γ 2
.
R2 = + xy
y1 2 2
P ε
εx1 = εP + R cos (2β - 2θ)
εmin 2θ x1
R 2β
γxy
2β = sin -1
x 2R
εrata-rata εmax = εP + R
1/2 γxy εx εmin = εP - R
1/2 γ+ εmax γmax = 2R
εx + εy εx - εy γxy
εx1 = + cos 2θ + sin 2θ
2 2 2
γx1 εx - εy γxy
= - sin 2θ + cos 2θ
2 2 2

Contoh soal 7-7


Diketahui: εx = 340 x 10 -6 εy = 110 x 10 -6 γxy = 180 x 10 -6
Hitung: a) regangan pada elemen yang berorientasi +30o
ANALISA TEGANGAN dan REGANGAN 44/56

b) regangan utama
c) regangan geser maximum , dan gambar masing-masing posisinya
Jawab: ε +ε 340 + 110
εP = x y = x 10 -6 = 225 x 10 -6
2 2
εx - εy 340 - 110
= x 10 -6 = 115 x 10 -6
2 2
εx - εy 2. γxy 2.
R2 = +
2 2 R = 146.03 x 10 -6

1/2 γ- εy
- 1/2 γmax γxy o
2β = sin -1 = 0.664 rad = 38.05
- 1/2 γxy y 2R
x1
P 2φ ε 2φ = 2θ - 2β = 22 o
= 0.3832 rad
εmin 2θ
R 2β
εx1 = εP + R cos 2φ = 360.44 x 10 -6
x εy1 = εP - R cos 2φ = 89.558 x 10 -6
εrata-rata γx1y1 = 2R sin 2φ = -109.2 x 10 -6
1/2 γxy εx
1/2 γ+ εmax
Regangan εmax dapat diperoleh dengan
2 cara :
y y1 εy1 x1 sumbu x diputar
εy ke kanan atau
γxy ke kiri.
γx1y1 εx1 Besarnya sama,
x 30o hanya sudutnya beda
εx

Contoh 7-8 Sebuah Roset Regangan 45o terdiri dari 3 load cell yang diatur
seperti pada gambar. Terangkan cara kerja alat tsb.
C B y1 3 alat ukur tsb mengukur εo, ε45 dan ε90
x1 di mana εo = εx dan ε90 = εy

45o A εx + εy εx - εy γxy
εθ = + cos 2θ + sin 2θ
O θ 2 2 2
Maka
εx + εy εx - εy γxy
ε45 = + cos 90 + sin 90
ANALISA TEGANGAN dan REGANGAN 45/56

ε45 = + cos 90 + sin 90


2 2 2 sehingga γxy dapat dicari
γxy = 2ε45 - εo - ε90
Jika γxy sudah didapat, maka lingkaran Mohr regangan dapat digambar.
Regangan pada setiap posisi dapat dicari.

Hubungan regangan dengan tegangan.


Rumus Hooke untuk 1 derajat kebebasan dapat diperluas sampai 3 derajat kebebasan.
Untuk 1 derajat, σ = εE dan τ = γG
Untuk 2 derajat kebebasan berlaku:
σ - νσy σ - νσx ν(σx + σy)
εx = x εy = y εz = -
E E E

E E
σx = (εx + νεy) σy = (εy + νεx)
1 - ν2 1 - ν2

di mana E = modulus elastisitas tarik tekan


G = modulus elastisitas geser
ν = Poisson ratio
Hubungan G dengan E adalah : E
G=
2(1 + ν)
Sedangkan untuk 3 derajat kebebasan:
σx ν σy ν
εx = - (σy + σz) εy = - (σx + σz)
E E E E
σz ν
εz = - (σx + σy)
E E

E
σx = (1 - ν)εx + ν(εy + εz)
(1 + ν)(1 - 2ν)
E
σy = (1 - ν)εy + ν(εx + εz)
(1 + ν)(1 - 2ν)
E
σz = (1 - ν)εz + ν(εx + εy)
(1 + ν)(1 - 2ν)

Latihan soal:
Kerjakan soal-soal nomor: 7.2-5, 7.2-6 dan 7.2-7
7.2-12, 7.2-13 Kerjakan dengan rumus dan
7.2-14, 7.2-15, 7.2-16 ! dengan lingkaran Mohr

7.7-15, 7.7-16
7.7-20, 7.7-21, 7.7-22
LENDUTAN - DEFLEKSI 46/56

7.1 Pendahuluan.
Dalam perencanaan mesin, tegangan yang terjadi memang tidak boleh melebihi tegangan izin,
tetapi sering ada ketentuan lain yang malah lebih penting, yaitu lendutan atau defleksi.
Dalam perencanaan alat-alat angkat ada ketentuan bahwa lendutan rangka tidak boleh lebih
dari 1/1000 sampai 1/700 panjang rangka.
Demikian pula batang langsing yang mengalami pembebanan aksial, akan gagal jika terjadi
tekukan (buckling) padahal bebannya jauh di bawah beban izin patah.

7.2 Persamaan defleksi.


y P M(x) Sebagai acuan, lihat pembebanan
x di samping. Jika diagram M(x)
adalah positip sebagai di gambar,
RA RB RA Diagram momen RB maka nilai lendutan negatip akan
melendut ke bawah.

Rumus lendutannya adalah: EI y " = M(x) di mana


E = Modulus elastisitas tarik
I = momen inersia penampang
y " = turunan kledua dari lendutan y
M(x) = persamaan momen lentur
Jika dintegrasi sekali akan menghasilkan
EI y ' = M(x) dx di mana
y ' = θ = sudut kemiringan lendutan
Diintegrasi lagi menghasilkan
EI y = M(x) dx2 di mana y = lendutan
Catatan:
Rumus-rumus di atas berlaku jika I dan E adalah konstan untuk sepanjang batang. Jika I dan
E tidak konstan, maka harus masuk dalam integran.
Karena diintegrasi 2 kali, maka akan muncul dua konstanta bebas, sehingga untuk menentukan
besarnya konstanta bebas tsb, diperlukan 2 (dua) syarat batas. Syarat batas tsb sering atau
hampir selalu tidak disebutkan secara eksplisit (terang-terangan), tetapi secara implisit ada
tercantum dalam soal atau gambar. Misalnya lendutan pada titik tumpuan mendatar = 0,
sudut θ kemiringan lendutan = 0 pada tumpuan jepit mendatar.
Disamping itu, jika ada perubahan rumus momen karena melintasi (menyeberangi) suatu
beban atau gaya reaksi tumpuan, maka berlaku ketentuan:
θ1 = θ2 , atau y ' kiri = y ' kanan (batang tidak patah), dan y kiri = y kanan (batang tidak putus).
LENDUTAN - DEFLEKSI 47/56

Suku-suku dalam rumus M(x) harus sama satuannya, = satuan gaya x satuan jarak.
Contoh-contoh soal:
Contoh 9.1 Batang AB panjang L dibebani beban merata w (lihat gambar)
w Cari persamaan lendutannya, dan hitung lendutan maksimum.
Jawab: Dengan DBB dicari reaksi-reaksi tumpuan.
A L B Diperoleh RA = RB = wL/2
w wx M(x) = RA.(x) - wx.(x/2) = wL/2 x - w/2 x2
EI y " = wL/2 x - w/2 x2
x/2 M(x) EI y ' = wL/4 x2 - w/6 x3 + c1
RA RB RA x EI y = wL/12 x3 - w/24 x4 + c1x + c2
Syarat batas :
x=0,y=0 c2 = 0 EI y = wL/12 x3 - w/24 x4 + c1x
x=L,y=0 w/12 L4 - w/24 L4 + c1L = 0 c1 = - w/24 L3
EI y = wL/12 x3 - w/24 x4 - w/24 L3 x
Karena simetris, lendutan maximum terjadi di x = L/2
EI ymax = w/96 L4 - w/384 L4 - w/48 L4 = - 5w/384 L4
(tanda minus berarti arahnya ke bawah)
Karena simetris, maka syarat batasnya bisa bertambah:
x = L/2 maka y ' = 0
EI y 'L/2 = (wL/4 x2 - w/6 x3 - w/24 L3) x = L/2 = w/16 L3 - w/48 L3 - w/24 L3 = 0 benar

θo = - θL , sudut kemiringan di x = 0 sama besarnya dengan di x = L, hanya beda tanda.


EI y '0 = (wL/4 x2 - w/6 x3 - w/24 L3) x = 0 = - w/24 L3
EI y 'L = (wL/4 x2 - w/6 x3 - w/24 L3) x = L = w/4 L3 - w/6 L3 - w/24 L3 = w/24 L3 benar

Contoh 9.2 Batang cantilever AB panjang L dibebani beban merata w.


w Lihat gambar. Cari persamaan lendutannya, dan hitung lendutan
maximum.
A L B Jawab: Dengan DBB diperoleh RA = wL
wL MA = w/2 L2
M(x) = RA.x - MA - w/2 x2 = wLx - w/2 L2 - w/2 x2
MA EI y " = wLx - w/2 L2 - w/2 x2
L/2
RA EI y ' = wL/2 x2 - w/2 L2 x - w/6 x3 + c1
wx EI y = wL/6 x3 - w/4 L2 x2 - w/24 x4 + c1x + c2
Mx Syarat batas:
LENDUTAN - DEFLEKSI 48/56

MA x/2 x=0,y=0 c2 = 0
RA x x=0,y'=0 c1 = 0
EI y = wL/6 x3 - w/4 L2 x2 - w/24 x4
Contoh 9.3
P Diketahui batang sederhana AB panjang L diberi beban terpusat P
a b Lihat gambar. Cari persamaan lendutannya, dan cari lendutan max.
A B Jawab, dengan DBB diperoleh RA = Pb/L
L
RB = Pa/L
0≤x≤a M(x) = RA.x = Pb/L x
Mx EI y " = Pb/L x
RA x EI y ' = Pb/2L x2 + c1
EI y = Pb/6L x3 + c1x + c2

a≤x≤L P M(x) = RA.x - P(x-a) = Pb/L x - P(x - a)


a EI y " = Pb/L x - P(x-a)
Mx EI y ' = Pb/2L x2 - P/2 (x-a)2 + c3
RA x x-a EI y = Pb/6L x3 - P/6 (x-a)3 + c3x + c4

Syarat batas: x=0 y=0


x=L y=0
x=a y kiri = y kanan
x=a y ' kiri = y ' kanan

x=a EI y 'a = (Pb/2L x2 + c1)x = a = Pba2/2L + c1


c1 = c3
EI y 'a = (Pb/2L x2 - P/2 (x-a)2 + c3)x=a = Pba2/2L + c3

x=a EI ya = (Pb/6L x3 + c1x + c2)x=a = Pba3/6L + c1a + c2


c2 = c4
EI ya = (Pb/6L x3 - P/6 (x-a)3 + c1x + c4)x=a = Pba3/6L + c1a + c4

x=0 EI yo = (Pb/6L x3 + c1x + c2)x=0 = c2 = 0 c2 = c4 = 0


0≤x≤a EI y = Pb/6L x3 + c1x
a≤x≤L EI y = Pb/6L x3 - P/6 (x-a)3 + c1x

x=L EI yL = (Pb/6L x3 - P/6 (x-a)3 + c1x)x=L = PbL2/6 - P/6 (L-a)3 + c1L = 0


= PbL2/6 - Pb3/6 + c1L = 0
c1 = c3 = - PbL/6 + Pb3/6L

0≤x≤a EI y = Pb/6L x3 - PbL/6 x + Pb3/6L x = Pbx


(x2 - L2 + b2)
LENDUTAN - DEFLEKSI 49/56

(x2 - L2 + b2)
6L
a≤x≤L EI y = Pb/6L x3 - P/6 (x-a)3 - PbL/6 x + Pb3/6L x
Pbx P(x-a)3
= (x2 - L2 + b2) -
6L 6
Persamaan sudut kemiringan θ (rad):
0≤x≤a Pb
EI y ' = Pb/2L x2 - PbL/6 + Pb3/6L = (3x2 - L2 + b2)
6L
a≤x≤L EI y ' = Pb/2L x - P/2 (x-a) - PbL/6 + Pb3/6L =
2 2

Pb P(x-a)2
= (3x - L + b )
2 2 2
-
6L 2

Lendutan max.
Jika a > b , maka lendutan akan terjadi di 0 ≤ x ≤ a , pada EI y ' = 0
Pb L2 - b2
(3x2 - L2 + b2) = 0 x =
6L 3
Catatan, jika a < b , maka jarak x bisa dipandang bergerak dari kanan, posisi a dan b dibalik.
Masukkan harga ini dalam persamaan lendutan.

Jika a = b atau beban P bekerja di tengah-tengah, maka berlaku: Px


EI y = (4x2 - 3L2)
48

Metoda superposisi.
Jika suatu batang mengalami beberapa pembebanan, maka lendutan totalnya akan sama dengan
hasil penjumlahan dari lendutan tiap beban.
Contoh:
P w w P

= +

wx Px
EI y = (2Lx2 - x3 - L3) + (4x2 - 3L2)
24 48
Metoda superposisi bisa juga diaplikasikan menjadi kasus pengurangan.
Dengan adanya metoda superposisi ini maka tabel lendutan untuk kasus-kasus umum dapat
diaplikasikan.
Jika ada batang overhang atau cantilever dengan beban tidak di ujung, maka berlaku :
P
L lendutan di C = lendutan di B + L θB
A B C δC = δB + L θB
LENDUTAN - DEFLEKSI 50/56

Soal-soal latihan: Kerjakan 9.3-15, 9.3-17 , 9.3-18 , 9.3-19


9.5-1 , 9.5-2 , 9.5-6 , 9.5-13 , 9.5-21
STATIS TAK TENTU 51/56

Keadaan statis tak tentu adalah keadaan yang berlebihan sehingga menimbulkan banyaknya
variabel yang tidak diketahui menjadi lebih banyak daripada banyaknya persamaan yang tersedia.
Contoh, batang AB yang seharusnya cukup ditumpu secara sederhana di A dan B, atau cukup
dijepit di A saja, ternyata malah di jepit di A dan ditumpu juga di B.
P P P

A B A B A B
Maka jika semula hanya ada 2 variabel yang tidak diketahui, yaitu RA dan RB, atau RA dan MA,
maka karena kondisinya menjadi jepit dan tumpu variabelnya menjadi RA, RB dan MA sementara
banyaknya persamaan hanya 2, yaitu keseimbangan gaya dan keseimbangan momen. Maka
perlu dicari akal (trik) agar masalah tsb dapat dipecahkan.

Contoh 10.1 Sebuah batang AB panjang L dijepit di A dan ditumpu di B


w diberi beban merata w persatuan panjang.
Dengan DBB dapat diperoleh 3 reaksi: RA, RB dan MA
A L B
wL Karena hanya tersedia 2 persamaan, keseimbangan gaya dan
MA keseimbangan momen, maka dari 3 reaksi tsb harus ada satu
RA L/2 L/2 RB yang dijadikan redundan atau reaksi tambahan, yaitu RB

RA = wL - RB MA = 1/2 wL2 - RB L
Momen lentur pada posisi x dari ujung jepit Mx = RA x - MA - 1/2 wx2

wLx - RB x - wL + RB L - wx
2 2
EI y " = Mx =
2 2
EI y ' = 1/2 wLx - 1/2 RB x - 1/2 wL x + RB Lx - 1/6 wx3 + c1
2 2 2

EI y = 1/6 wLx3 - 1/6 RB x3 - 1/4 wL2 x2 + 1/2 RB Lx2 - 1/24 wx4 + c1x + c2

Dimasukkan syarat batas:


x=0 y=0 c2 = 0
x=0 y'=0 c1 = 0

EI y = 1/6 wLx3 - 1/6 RB x3 - 1/4 wL2 x2 + 1/2 RB Lx2 - 1/24 wx4

x=L y=0 1/6 wL4 - 1/6 RB L3 - 1/4 wL4 + 1/2 RB L3 - 1/24 wL4 = 0
- 1/6 wL4 + 1/4 wL4 + 1/24 wL4 3wL
RB = =
- 1/6 RB L3 + 1/2 RB L3 8

RA = wL - RB = 5/8 wL
STATIS TAK TENTU 52/56

MA = 1/2 wL2 - RB L = 1/8 wL2


Setelah RA, RB dan MA diketahui, maka rumus gaya geser dan momen lentur dapat dihitung.
EI y = 1/6 wLx3 - 1/16 wL x3 - 1/4 wL2 x2 + 3/16 wL2x2 - 1/24 wx4
wx2
= 5/48 wLx3 - 1/16 wL2 x2 - 1/24 wx4 = (5Lx - 3L2 - 2x2)
48
Lendutan maximum dapat dicari dari turunan pertama, y ' = 0
8x3 - 15Lx2 + 6L2x = 0 atau 8x2 - 15Lx + 6L2 = 0 15L ± L√(225 - 192)
x=
16
x = (15 - √33)/16 L = 0.5785 L
EI ymax = -0.00541612 wL

Jika dipandang sebagai superposisi, maka keadaannya adalah seperti cantilever dengan beban
merata w + cantilever dengan beban terpusat RB di ujung bebas.
w RB Persyaratan tambahan yang terjadi
+ adalah, lendutan di B = 0, atau
A L B A L B lendutan di B karena beban merata
+ lendutan di B karena beban terpusat harus saling menghilangkan (sama).
Dari tabel lendutan
Untuk beban terdistribusi: EIymax = -1/8 wL4 maka 1/3 RBL3 - 1/8 wL4 = 0
Untuk beban terpusat: EIymax = 1/3 RBL3 atau RB = 3/8 wL

Untuk selanjutnya dibolehkan mengambil data, menyalin dari buku, kecuali dinyatakan lain.

Contoh 10.2 Batang AB panjang L dijepit di ujung-ujung A dan B, diberi beban


P P di tengah-tengah. Cari persamaan lendutannya.
Karena keadaannya simetris, maka RA = RB = P/2, MA = - MB
A L B Kasusnya merupakan penjumlahan 3 macam keadaan:
P Beban terpusat P di tengah + beban terpusat P/2 di ujung +
momen MB di ujung.
MA MB Dari tabel diperoleh, lendutan di ujung =
RA L/2 L/2 RB Beban P: EIyB = 5/48 PL3 -3/48 PL3 + 1/2 MBL2 = 0
Beban P/2: EIyB = - 1/6 PL3 MB = 1/8 PL
Momen MB EIyB = 1/2 MBL2

Maka persamaan lendutannya, untuk 0 < x < L/2 :


EIy = 1/12 Px2 (2x - 3L) + 1/12 Px2 (3L - x) + 1/16 PLx2 = 1/48 Px2 (4x + 3L)

Latihan: Kerjakan soal-soal di atas jika gaya terpusat P tidak bekerja di tengah-tengah, melainkan
STATIS TAK TENTU 53/56

sejarak a dari ujung A, di mana a + b = L

Metoda 3 Momen. Misalkan ada batang panjang, di mana bagian


w P tengahnya diberi nama A, B dan C seperti pada
A B C gambar, dengan pembebanan dan momen inersia
IA IB masing-masing.
RA LA LB RC Jika dipotong di A, B dan C, maka akan timbul
RB Momen MA, MB dan MC
MA MB MB MC Misalkan karena pembebanan tsb batangnya
A B melengkung seperti di gambar sehingga
IA IB membentuk sudut kemiringan θBA dan θBC
RA LA RB RB LB RC Sudut kemiringan lendutan tsb dapat dibagi 2
θBA1 adalah disebabkan oleh pembebanan dan
θBA θBC
θBA2 yang disebabkan oleh momen pemotongan.
Demikian pula θBC yang dapat dibagi 2, θBC1 akibat pembebanan dan θBC2 akibat momen.
Karena batangnya tidak patah atau putus, maka berlaku ketentuan θBA = - θBC
Besarnya sudut kemiringan lendutan akibat momen tsb adalah:
MALA MBLA MBLB MCLB
θBA2 = + θBC2 = +
6EIA 3EIA 3EIB 6EIB Catatan, modulus E sama.

Maka, sudut kemiringan totalnya


MALA MBLA
θBA = θBA1 + θBA2 = θBA1 + +
6EIA 3EIA

MBLB MCLB
θBC = θBC1 + θBC2 = θBC1 + +
3EIB 6EIB
Karena θBA = - θBC maka:
LA LA LB LB
MA + 2 MB + + MC = - 6E ( θBA1 - θBC1 )
IA IA IB IB

Jika IA = IB maka MA LA + 2 MB (LA + LB) + MC LB = - 6EI (θBA1 + θBC1)

Kemudian jika LA = LB
MA + 4 MB + MC = 6EI (- θBA1 - θBC1)
L

Contoh 10.7 Hitung reaksi-reaksi tumpuan.


w 3L/4 P = wL Karena L, I dan E sama maka
A B C D berlaku rumus:
STATIS TAK TENTU 54/56

6EI
MA + 4 M B + MC = (- θBA1 - θBC1)
L L L L
RA RB RC RD
Pada bentang ABC berlaku: MA = 0 karena ujung A bebas
EI θBA1 = 1/26 wL3 lihat tabel untuk beban terdistribusi
EI θBC1 = 0 karena tidak ada pembebanan di BC
Maka hasilnya: 4 MB + MC = - 6EI wL = - wL
3 2
(*)
L 24EI 4

Pada bentang BCD berlaku: EI θCB1 = 0 MD = 0

Pab (L+b) P(3L/4)(L/4)(L+L/4) 5PL2 5wL3


EI θCD1 = = = =
6L 6L 128 128

6EI 5wL3 15 wL2 (**)


MB + 4 MC = - = -
L 128 EI 64
Dari persamaan (*) dan (**) diperoleh : MB = 49 wL2 MC = 11 wL2
- -
960 240
Untuk menghitung reaksi-reaksi tumpuan digunakan DBB.
Rumusnya adalah: RB = RBA1 + RBA2 + RBC1 + RBC2
di mana RBA1 = reaksi di B karena beban pada ruas BA
MA MB
RBA2 = reaksi di B karena momen di tumpuan A = -
LA LA
RBC1 = reaksi di B karena beban pada ruas BC
MC MB
RBC2 = reaksi di B karena momen di tumpuan C = -
LB LB
MA MB MC MB
RB = RBA1 + - + RBC1 + -
LA LA LB LB

Untuk menghitung reaksi tumpuan A, pura-pura ada batang A'A di sebelah kiri AB.
w MA' = 0 MA = 0 49 wL2
MB = -
A' A B 960
RAA'1 = 0 RAB1 = wL/2
L L Maka wL 49 wL2 431 wL
RA = 0+0+0+ - =
RA RB 2 960 L 960

w M A= 0 MB = 49 wL2
MC = 11 wL2
- -
STATIS TAK TENTU 55/56

M A= 0 MB = - MC = -
A B C 960 240

RB = wL + 0 + 49 wL + 0 + 49 wL - 11 wL
2 2 2

L L 2 960 L 960 L 240


RA RB RC
RB = 534 wL
960
3L/4 wL MB = 49 wL2
MC = 11 wL2 MD= 0
- -
B C D 960 240
RCD1 = wL/4
L L 49 wL2 11 wL2 wL 11 wL2
RC = 0 - + + +0+
RB RC RD 960 L 240 L 4 240 L
279 wL
RC =
960
3L/4 wL 11 wL 2
3wL
MC = - M D= 0 RDC1 =
C D D' 240 4
3wL 11 wL 2
169 wL
RD = - +0+0+0=
L L 4 240 L 240
RC RD Pemeriksaan:
431 534 279 169
RA + R B + R C + R D = + + + = 2 benar
960 960 960 240

Latihan: Kerjakan dengan cara integrasi: 10.3-2 10.3-5 10.3-8 10.3-10


Kerjakan dengan cara superposisi 10.3-2 10.3-5 10.3-8 10.3-10
10.4-1 10.4-2 10.4-3 10.4-6
Kerjakan dengan persamaan 3 momen 10.5-1 10.5-2 10.5-4 10.5-6
10.5-7 10.5-10 10.5-12 10.5-13
TEKUKAN ATAU BUCKLING 56/56

Pendahuluan:
Jika batangnya relatif langsing, maka dengan adanya gaya tekan axial maka batangnya
akan rusak karena tekukan lebih dahulu sebelum rusak karena gaya tekan.
Untuk beberapa instalasi konstruksi, adanya tekukan ini lebih memerlukan perhatian dari-
pada terjadinya tegangan yang melebihi batas yang diizinkan.
Suatu batang disebut langsing jika rasio perbandingan panjang : diameter L/d > 30
Maka beban kritisnya menurut Euler adalah:
π2 EI di mana E = modulus elastisitas bahan
Pcr =
(kL) 2 I = momen inersia penampang
L = panjang batang
kL = panjang efektif
P P P P

L k=1 L k=2 L k = 1/2 L k = 0,699

engsel-engsel bebas - jepit jepit - jepit engsel - jepit


π2 EI π2 EI 4π2 EI 2,046 π2 EI
Pcr = Pcr = Pcr = Pcr =
L2 4L 2 L2 L2
boleh disederhanakan
Perhatian: Tekukan bisa mengarah ke mana saja, k = 0,7
maka momen inersia I harus dipilih ke arah atau 2π2 EI
Pcr =
yang memberikan I terkecil. L2
(lebih aman)
Latihan soal:
Kerjakan contoh soal 11.1 kemudian kerjakan soal: 11.3-6, 11.3-9, 11.3-13

Kerjakan contoh soal 11.2 kemudian kerjakan soal: 11.3-18, 11.3-19

Kerjakan contoh soal 11.3 kemudian kerjakan soal: 11.6-16, 11.6-17

Anda mungkin juga menyukai