Tegangan Tarik Tekan Dan Geser PDF
Tegangan Tarik Tekan Dan Geser PDF
MEKANIKA KEKUATAN
MATERIAL
Dipersiapkan oleh
Mata Kuliah Mekanika Kekuatan Material berbobot 3 SKS (Satuan Kredit Semester) artinya
waktu kuliah (tatap muka) adalah 3 jam seminggu, ditambah 3 jam belajar mandiri.
Jika mahasiswa tidak tertib dalam mengatur waktu belajarnya, maka hasilnya tidak akan memuas-
kan. Hampir semua ujian dilakukan dengan cara Open Book, tetapi yang baru membuka bukunya
saat ujian, hampir pasti sukar untuk lulus. Perlu banyak latihan di luar waktu kuliah.
Mahasiswa bebas memilih kelas A atau B, tidak tergantung dengan NIM, bahkan boleh ikut dalam
2 kelas, A dan B. Begitu pula dalam Quiz, tidak bisa dilarang untuk ikut 2 kali. Yang dinilai adalah
yang terbesar dengan catatan tidak ada kecurangan.
Kejujuran dalam mengerjakan soal sangat dijunjung tinggi, sehingga tindakan bekerja sama dalam
mengerjakan soal dapat menyebabkan mahasiswa mendapat nilai E (Tidak Lulus), baik bagi yang
menyontek atau yang dicontek, meskipun yang dicontek tidak menyadarinya.
Latihan soal di rumah (PR, Home Work), juga harus dikerjakan sendiri, bersifat sebagai bukti
kehadiran. Hadir tetapi tidak mengerjakan soal dianggap absen, sedangan absen tetapi menyerah-
kan hasil pekerjaan rumah tepat waktu dan dikerjakan sendiri dianggap hadir.
Daftar Kepustakaan
1 Mekanika Bahan, Gere & Timoshenko, Penerbit Erlangga, Jilid 1 & 2 (Buku wajib)
SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP) 3/56
maka gaya, tegangan dan regangan geser arahnya tegak lurus terhadap arah garis sumbu.
Jika kerusakan akibat regangan normal adalah benda yang memanjang atau memendek, maka
kerusakan akibat regangan geser adalah bendanya putus, patah pergeseran.
Kesamaan yang terjadi pada bidang geser.
Pandang sebuah pen yang mengalami pembebanan gaya lintang (geser) V.
V V Maka didefinisikan, V
A tegangan geser τ =
A A = luas penampang pen
Maka satuan tegangan geser = satuan gaya / satuan luas
a Pandang bidang-bidang geser pada skema kotak abc di samping
c τ dengan arah sumbu-sumbu x,y,z -nya.
p b Karena ada kesamaan keseimbangan, Σ gaya dan momen = 0
q τ maka arah τ pada tiap sisi yang berhadapan akan saling berlawan-
an arah, dan pada tiap sisi yang bersebelahan maka arah τ akan
τ
y saling bertemu atau saling menjauhi sisi pertemuan bidang.
s x r Akibat dari arah-arah tegangan tsb maka kotak abc akan berubah.
z Segi-4 pqrs akan berubah menjadi jajaran genjang, sisi sp dan sr
τ τ akan miring sehingga membentuk sudut sebesar γ/2 dengan garis
p q sumbu tegak atau mendatar, atau sudut psr akan menjadi π/2 - γ
γ/2 dan sudut srq akan berubah menjadi π/2 + γ
τ Regangan geser.
s r Sudut γ yang terjadi didefinisikan sebagai regangan geser.
γ/2 Karena berupa sudut, maka satuannya adalah satuan radian.
Konvensi (perjanjian) tanda untuk tegangan dan regangan geser.
Tegangan geser yang bekerja pada sisi positip suatu elemen (kotak) akan bertanda positip
jika arahnya searah dengan arah positip sumbu koordinat. Sisi positip adalah jika sisi tsb meng-
arah sesuai dengan arah positip suatu garis sumbu. Maka akan ada 3 sisi positip dan 3 sisi nega-
tip dari sebuah kotak. Jika sisi itu menghadap ke arah sumbu x positip, maka sisi tsb disebut
sisi positip. Tegangan geser yang terjadi pada bidang tsb akan mengikuti arah sumbu y dan z.
Tanda tegangan geser akan tergantung pada arah positip atau negatip sumbu koordinatnya.
Maka dalam ilustrasi gambar di atas, tegangan geser yang terjadi semuanya bertanda positip.
Tegangan geser yang bekerja pada sisi negatip akan bertanda positip jika berlawanan arah
dengan arah positip sumbu koordinat.
Adapun tanda untuk regangan geser adalah positip jika sudut antara dua muka positip (atau
2 muka negatip) berkurang. Sebaliknya akan bertanda negatip jika berlaku kebalikannya.
Maka pada gambar ilustrasi di atas, semua tanda regangan adalah bertanda positip.
Hukum Hooke untuk keadaan geser.
Seperti pada keadaan tarik, hukum Hooke geser adalah : τ=Gγ (1-7)
di mana G adalah modulus elastisitas geser, satuannya sama dengan satuan E
1. TEGANGAN TARIK, TEKAN dan GESER 8/56
Latihan soal-soal :
1.8-5 4 ft 4 ft B Batang AB dijepit oleh 2 batang DC dengan baut C.
A C Jika tegangan izin geser baut adalah 13.500 psi,
3 ft P berapa ukuran diameter baut d minimum ?
P = 2600 lb.
D
1.8 - 13 L/2 L/2 Dua batang AC dan BC terbuat dari bahan yang sama,
harus memikul beban P di C. Jarak AB = L tidak dapat
θ θ
A B dirubah, tetapi panjang batang dapat berubah dengan cara
merubah sudut θ.
C Jika θ mengecil, maka batang akan memendek, tetapi
1. TEGANGAN TARIK, TEKAN dan GESER 10/56
2.1 Pengantar
Elemen mesin yang hanya mengalami tarik atau tekan disebut sebagai elemen yang dibebani
secara aksial. Contoh, silinder hidrolik, batang trusses, pegas spiral, dll.
Pegas spiral secara utuh memang hanya menerima beban aksial, tetapi bahan penyusunnya
yang berupa kawat akan menerima beban geser juga. Efek seperti inilah yang akan ditinjau.
δa = δAC = δb = δCB = - = 0
EA EA EA EA
RA + RB = 0
Maka RA dan RB dapat dicari
Hasilnya, Pb Pa
RA = RB =
L L sehingga δ dapat dihitung.
Contoh 2-5
Tabung komposit terdiri dari tabung luar tembaga dan tabung dalam baja
ditekan dengan plat gaya P. Luas penampang tabung baja (steel) As dan
L Modulus Elastisitas Es , sedangkan tembaga (Copper) Ac dan Ec.
Tentukan besaran-besaran :
a) Gaya tekan Ps di tabung baja dan Pc di tabung tembaga
b) Tegangan tekan σs dan σc .
c) Perpendekan keduanya.
Penyelesaian :
a) Gaya yang diterima tembaga + baja = gaya total, maka Pc + Ps = P
Karena penekannya dari plat kaku, maka pemendekannya akan sama, δc = δs
P L Ps L maka Pc L Ps L atau Pc Ps
δc = c δs = = =
AcEc AsEs AcEc AsEs AcEc AsEs
As Es As Es
Ps = P - Pc Ps = Pc = P - Pc Pc + Pc = P
Ac Ec Ac Ec
As Es Ac Ec
Pc + = P
Ac Ec Ac Ec
Ac Ec As Es
Pc = P Ps = P
As Es + Ac Ec As Es + Ac Ec
b) Tegangan tekan
P P Ec P P Es
σc = c = σs = s =
Ac As Es + Ac Ec As As Es + Ac Ec
c) Pemendekan
Pc L Ps L PL
δ = = =
Ac Ec As Es As Es + Ac Ec
A1 =
Perjanjian tanda. cos θ
Tegangan normal σθ bertanda positip jika bersifat tarik, negatip jika bersifat tekan.
Tegangan geser τθ bertanda positip jika arahnya berlawanan dengan arah jarum jam, negatip
jika searah dengan jarum jam. Besarnya tegangan-tegangan tsb adalah :
P σθ N P cos2 θ -V
A1 σθ = = τθ = = - P sin θ cos θ
τθ A1 A A1
Karena P/A = σx , cos2 θ = 1/2 (1 + cos 2θ) , dan sin θ cos θ = 1/2 sin 2θ , maka
σθ = σx cos2 θ = 1/2 σx ( 1 + cos 2θ)
τθ = - σx sin θ cos θ = - 1/2 σx sin 2θ
Contoh 2-10
Sebuah batang prismatik memiliki luas penampang A = 1200 mm2,
τθ σθ
P A1
ditekan dengan gaya P = 90 kN.
A
Tentukan tegangan yang bekerja pada θ 25o dan φ 115o
Jawab : 2θ = 0.8727 rad 2φ = 4.0143 rad
P τθ Mula-mula tentukan arah-arah σθ, τθ, σφ dan τφ σx = -75 N/mm2
A
A2 σθ σθ = 1/2 σx ( 1 + cos 2θ) = -61.6 N/mm2 (MPa)
τθ = - 1/2 σx sin 2θ = 28.727 N/mm2 (MPa)
σφ τθ σθ τφ= -28.73 N/mm2 (MPa)
θ Besarnya τφ= τθ hanya tandanya berlawanan.
σφ = 1/2 σx ( 1 + cos 2φ) = -13.4 N/mm2 (MPa)
σθ σφ
τθ
Contoh 2-11
P 2 buah batang berpenampang bujur sangkar dengan sisi b harus disambung dengan
θ lem pada posisi bidang miring φ = 40o , diberi tekanan 8000 lb.
Tegangan izin material adalah σtarik = 1100 psi dan τgeser = 600 psi
φ
Sedangkan tegangan izin untuk lem σtarik = 750 psi dan τgeser = 500 psi
Tentukan lebar minimum b untuk batang tsb.
b Penyelesaian : Jika sudut φ = 40o, maka sudut θ = - 50o = -0.873 rad
Ada 2 cara pandang, semua tegangan diluruskan, atau semua dimiringkan.
Dalam hal ini dipilih, semua tegangan diluruskan, kemudian dicari tegangan terkecil agar
diperoleh luas penampang terbesar.
Tegangan normal pertama adalah σ = - 1100 psi.
Tegangan geser τ maximum untuk permukaan rata adalah 1/2 σ , maka σ = 2 τ = - 1200 psi.
Untuk pelurusan tegangan pada permukaan miring digunakan rumus yang telah diolah :
Dari tegangan normal miring diperoleh σ = σθ / cos2 θ , atau σ = -1815 psi
Dari tegangan geser miring diperolah σ = τθ / sin θ cos θ , atau σ = -1015 psi
Karena dari 4 besaran tegangan σ yang terkecil adalah 1015 psi, maka luas penampang
ELEMEN STRUKTUR DIBEBANI AKSIAL 15 / 56
Bahasan tentang Efek termal, beban kejut, beban fatik, perilaku non linier, tidak diberikan.
Mahasiswa agar belajar sendiri dari buku pegangan wajib,
Latihan soal :
2.4-11 Sebuah batang kaku ABC digantung dengan 3 tali.
Tali A panjang 2h, tali B dan C panjang h.
2h x Bahan dan diameter tali sama.
h h
A B C Jarak-jarak seperti terlihat di gambar.
L/2 L/2 Tentukan jarak x agar posisi balok tetap horisontal
P jika gaya P bekerja di tengah batang.
Penyelesaian : Ini adalah keadaan statis tak tentu, karena ada 3 tumpuan.
Misalkan reaksi di ABC adalah RA, RB dan RC maka persamaannya RA + R B + R C = P
Jika balok tetap horisontal, maka δA = δB = δC
Ini juga yang menyebabkan keadaan statis tak tentu, karena ada 3 besaran yang tidak di-
ketahui, yaitu RA, RB dan RC, sedangkan banyaknya persamaan hanya 2.
Untuk pemecahannya perlu ada rumus yang menghubungkan antara gaya R dengan δ
δ=εL Rumus muluran δ σ F
Diperoleh hubungan ε = = =
σ=εE Hukum Hooke untuk tarikan L E AE
FL RA LA RB LB RC LC
δ= δA = = δB = = δC =
AE AE AE AE
RA 2h RB h RC h
δA = = δB = = δC = 2 RA = R B = R C
AE AE AE
RA + R B + R C = P
RA + 2 R A + 2 R A = P 5 RA = P RA = P/5 RB = RC = 2 RA = 2P/5
Menghitung jarak x
Σ MA = 0 RB (x) - P (L/2) + RC (L) = 0 PL/2 - RCL
x= = 1/4 L
RB
2.4-15
Diketahui batang kaku AB ditahan 2 tali dengan bahan
2h sama tapi beda panjang. Gaya P bekerja di ujung B.
h
A C D B Ujung A engsel.
a a) Hitung gaya tarik tali TC dan TD
b
L P b) Hitung lendutan δB
Jawab :
Batang AB kaku, maka δC : δD : δB = a : b : L
σ = ε E = gaya/luas penampang σC = εC E = TC/k di mana k = π/4 d2
ELEMEN STRUKTUR DIBEBANI AKSIAL 16 / 56
δC = εC h = σC/E h = TC h/kE 2 TD a
δC : δD = a : b TC h : TD 2h = a : b TC =
δD = εD h = σD/E h = TD 2h/kE b
Σ MA = 0 TC (a) + TD (b) = P (L) PL PbL
TD = =
b + 2 a2/b b 2 + 2 a2
2 TD a 2PaL
TC = =
b b 2 + 2 a2
Lendutan di B : δC : δB = a : L atau δB = δC L/a
2PaLh 2PL2h
δC = TC h/kE = δB = δC L/a =
(b + 2 a2 ) KE
2
(b2 + 2 a2 ) KE
2b b
P θ = atan AB/BC = 0.6435 rad AC = 2.5 b
φ = atan AB/BD = 0.4636 rad AD = 3.3541 b
Penurunan titik : δC : δD = 2 : 3 δC = 2/3 δD
Perpanjangan tali : δAC = δC sin θ = 0.6 δC EA EA δC
FAC = δAC = 0.24
FL LAC b
δ=
EA δAD = δD sin φ = 0.4472 δD EA EA δD
FAD = δAD = 0.1333
LAD b
EA δD
δC = 2/3 δD FAC = 0.16
b
δD = = FCDy
EA sin 2 θ EA sin 2 θ
δB = 3/2 δD 15 b 30 b
FABy = FCDy
EA sin θ 2
2EA sin2 θ FABy = FCDy
12 FABy + 8 FCDy = 12 P FABy = FCDy = 0.6 P
FAB = FCD = FABy / sin θ = 1 P
Sudut kemiringan batang : δB 15 b (0,6 P) P 25 P
φ= = = 2 1/12 =
EB 12 b EA sin 2 θ EA 12 EA
PU NTI RAN (TOR S I ) 19 / 56
3.1 Pengantar
Selain ada gaya tarik, tekan atau geser, maka masih ada lagi bentuk gaya lain yang spesifik,
yaitu gaya puntir yang menghasilkan momen puntir (torsi). Bentuk kerusakan akibat torsi ini
sangat berbeda dengan kerusakan tarik atau tekan, sebagian mirip dengan kerusakan geser.
τ=ρGθ= τmax
r
Rumus Torsi.
τmax Lihat elemen dA sejarak ρ dari pusat, maka elemen Torsi dM = τ ρ dA
τ dA atau ρ2
ρ dM = τ ρ dA = τmax dA
r
r Jika diintegralkan untuk τmax τmax
T= ρ2 dA = IP
seluruh penampang r r
di mana IP = ρ2 dA
adalah momen inersia polar
Sehingga diperoleh Tr Bandingkan dengan My
τmax = σmax =
IP rumus tegangan tarik Ix
atau secara umum Tρ
τ=
tegangan geser di suatu titik IP di mana ρ adalah jarak radius dari titik pusat
Sudut Puntir θ
Dari rumus τ = G ρ θ diperoleh θ = τ / G ρ
Dari rumus Tρ diperoleh τ T T
τ= = maka θ =
IP ρ IP GIP
Karena θ bervariasi sepanjang batang, maka sudut puntir total di ujung batang φ=θL
Contoh 3.1
Diketahui sebuah batang silindris panjang 54 in, diameter 1,5 in diberi beban puntir 250 lb-ft
Jika G = 11,5 x 10 6 psi berapa tegangan geser max dan sudut puntir max ?
Jika tegangan geser izin adalah 6000 psi dan sudut puntir izin 2,5o, berapa Torsi izin ?
Jawab :
Momen inersia polar Ip = π d / 32
4
16 T
sehingga τmax = = 4529.4 psi
= 0.4968 in 4
πd3
Sudut puntir max TL
φ=θL= = 0.0284 rad = 1.6248 o
GIP
Torsi izin berdasar tegangan geser izin, πd3τ
T= = 331.17 lb-ft
16
Torsi izin berdasar sudut puntir izin, φ G Ip
T= = 384.67 lb-ft
L
Diambil nilai yang terkecil, T = 331.17 lb-ft
Contoh 3.4
T1 T2 T3 Sebuah batang baja solid ABCDE berputar bebas di ujung A dan E.
A E Roda gigi penggerak C menggerakkan roda B dan D dengan
torsi T2 = 450 Nm. Torsi penahan T1 = 275 Nm dan T3 = 175 Nm.
B C D Diameter d = 30 mm, BC = 500 mm, CD = 400 mm. G = 80 Gpa.
L1 L2 Hitung tegangan geser maximum di setiap section dan sudut puntir.
Penyelesaian :
Torsi yang bekerja pada setiap segment :
Torsi pada ujung-ujung = 0, sehingga tidak ada tegangan dan tidak ada puntiran.
Torsi pada segment CD = -T1 + T2 = - 275 + 450 = + 175 Nm
Torsi pada segment BC = - T1 = - 275 Nm
Momen inersia polar : I = πd4
p = 79554 mm4
32
Maka tegangan geser yang bekerja pada segment : 16T τBC =
51.899 Mpa
τ=
πd3 τCD =
33.027 Mpa
Sudut puntiran yang terjadi pada segment : TL φBC =
-0.022 rad
φ=
GIp φCD =
0.011 rad
φBD = -0.011 rad = -0.608 o
Jika benda silindris tsb dipancung secara miring dengan sudut θ, maka pada permukaan miring
yang terjadi akan bekerja tegangan-tegangan normal σθ dan geser τθ.
Dengan perhitungan matematika dan keseimbangan gaya (tegangan), maka akan diperoleh :
σθ = τ sin 2θ
τθ = τ cos 2θ
Regangan pada geser murni.
τ σmin = - τ σmax = τ Jika bebannya masih masuk elastis linier,
γ 45o maka berlaku Hukum Hooke untuk geseran
τ=γG atau γ=τ/G
γ (bandingkan dengan tarikan σ = ε E )
τ σmax = τ σmin = - τ
Karena σ max, min terjadi pada sudut miring 45o , diperoleh εmax = γ / 2
σt = + 58,2MPa
b) Regangan maksimum : Hukum Hooke τmax = γmax G εt
γmax = τmax /G = 0.0022
Regangan maximum γ εt max = 0.0011 (tarik)
εmax = max
2 εc max = -0.0011 (compresi atau tekan)
Contoh 3.9
A C B Diketahui batang ACB dengan dA, LA,IpA dan dB, LB, IpB
Bahan kedua bagian sama. Torsi To diberikan di C.
a) Hitung Torsi TA dan TB.
b) Tegangan geser max di setiap segment, τAC dan τCB
c) Sudut rotasi (puntir) di C, φC
Penyelesaian :
a) TA + TB = To
Torsi To ini bekerja di tengah batang, maka akan menimbulkan sudut puntir di B = φ1
Tetapi, To ini menimbulkan reaksi di B dengan TB, maka TB ini menimbulkan φ2
Karena ujung B terikat, maka φ1 + φ2 = 0
TL To LA TB LA TB LB
φ= φ1 = φ2 = - -
G Ip G IpA G IpA G IpB
To LA TB LA TB LB
- - = 0
G IpA G IpA G IpB
TB LA TB LB To LA I L + IpA LB To LA
+ = TB pB A =
IpA IpB IpA IpA IpB IpA
IpA LB IpB LA
TA = To TB = To
PU NTI RAN (TOR S I ) 24 / 56
TA = To TB = To
IpB LA + IpA LB IpB LA + IpA LB
Tegangan geser max Td TA dA TB dB
τ= τAC = τCB =
2 Ip 2 IpA 2 IpB
Sudut rotasi φC akan sama baik di penampang AC atau CB.
TA LA TB LB
φC = +
G IpA G IpB
Latihan soal :
3.8-1 B C Batang padat AD diberi torsi 3To dan To seperti
3To To
A D di gambar. Hitung sudut puntir maximum.
Penyelesaian : Keadaannya statis tak tentu.
L/4 L/4 L/2 Jika reaksi di A dan D adalah TA dan TD, maka
TA + TD = 3 To + To = 4 To
Statis tak tentu adalah penjumlahan aljabar 2 atau lebih statis tertentu.
Keadaan di atas adalah seperti penjumlahan batang AD dengan keadaan jepit di A bebas di D
yang mengalami torsi TB, TC dan TD kemudian penjumlahan masing-masing sudut puntirnya
= 0 atau φD1 + φD2 + φD3 = 0
3 To L/4 3 To L/4 To L/2 TB L 5 To
Karena TB maka φD1 = + = TB =
GI GI GI GI 4
To L/2 11 To
Karena TC maka φD2 = TA =
GI 4
- TB L 5 To To
Karena TD maka φD3 = TCD = 4 To - TA = TBC =
GI 4 4
TL - 11 To L To L 5 To L
φ= φAB = φBC = φCD =
GI 16 GI 4 GI 8 GI
φAB = φmax
4.1 Pendahuluan.
Diagram gaya geser dan momen lentur sudah diberikan pada mata kuliah Statika Struktur, maka
pada mata kuliah Mekanika Kekuatan Bahan ini tidak akan diberikan teorinya lagi.
Penyelesaian : Mula-mula digambar dulu DBB-nya untuk menghitung gaya-gaya reaksi tumpuan.
P
Mo
A B ΣMB = 0 RA (L) - P (3L/4) + Mo = 0
L/4 L/4 L/2 RA = 3 P /4 - Mo / L
RA RB RB = P /4 + Mo / L
Diagram Gaya geser : Hanya ada 2 wilayah 0 ≤ x ≤ L/4 dan L/4 ≤ x ≤ L
0 ≤ x ≤ L/4 V V = RA (konstan, garis lurus mendatar)
A x
RA 3 P /4 - Mo / L
L/4
RA
L/4 ≤ x ≤ L P V
A L/4 V = RA - P = RB (konstan, garis lurus mendatar)
x
RA 3 P /4 - Mo / L
RA
Diagram gaya geser
P /4 + Mo / L RB
Diagram momen lentur : Ada 3 wilayah 0 ≤ x ≤ L/4 , L/4 ≤ x < L/2, dan L/2 ≤ x ≤ L
0 ≤ x < L/4
Mx
A x Mx = RA (x) = 3Px/4 - Mox/L (linier, lurus miring)
L/4 x = 0 Mo = 0 3PL/16 - Mo/4
RA x = L/4 ML/4 = 3PL/16 - Mo/4
A
L/4
L/4 ≤ x < L/2 P RA
Mx
A L/4 Mx = RA (x) - P (x - L/4)
x = 3Px/4 - Mox/L - Px + PL/4
RA L/2 = PL/4 - Mox/L - Px/4 (linier, lurus miring)
ML/4 = PL/4 - Mo/4 - PL/16 = 3PL/16 - Mo/4
DIAGRAM GAYA GESER DAN MOMEN LENTUR 28/56
Contoh 4.2 q(x) qo Batang cantilever AB panjang L diberi beban terdistribusi q ber-
bentuk segi-3 dengan tinggi max qo.
A B Gambar diagram gaya geser dan momen lenturnya.
x L Jawab : Fungsi bebannya adalah, q = qo (x/L)
W
q(x) qo Beban W = qo L/2 , sehingga RB = W = qo L/2
qo L/2 Jarak W ke pinggir adalah L/3, maka MB = WL/3 = qo L2/6
MB Diagram gaya geser: Q q
x L V
RB x Mx
Beban Q = q x/2 = qo x2/2L = V (fungsi pangkat 2, parabola) RB
Vo = 0
VL = qo L2/2L = qo L/2 = RB x
L
Diagram momen lentur: qo L/2
Mx = Q x/3 = q x/2 (x/3) = qo (x/L)(x/2)(x/3) = qo x3/6L
= qo x /6L
3
(kurva pangkat 3)
Mo = 0 x MB
ML = qo L2/6 = MB
DIAGRAM GAYA GESER DAN MOMEN LENTUR 29/56
24 ≤ x ≤ 30 P Qx Vx
-4800
9 RB -7800
24
RA x
ΣFy = 0
RA + R B - P - Q x - V x = 0
Vx = RA + RB - P - Qx = 11000 + 9000 - 14000 - 200 x
= 11000 + 9000 - 14000 - 200 x 11000
= 6000 - 200 x 9200 1200
V24 = 6000 - 4800 = 1200
DIAGRAM GAYA GESER DAN MOMEN LENTUR 30/56
Jika ada beban momen luar, tidak akan mempengaruhi gaya geser, tidak menambah interval.
Setiap melewati batas interval, akan terjadi loncatan gaya geser. Besarnya loncatan = gaya geser
atas - gaya geser bawah = nilai beban luar atau nilai reaksi tumpuan. Nilai-nilai gaya geser
pada batas interval akan merupakan alat pemeriksaan kebenaran hasil perhitungan.
Setelah itu beralih ke momen lentur.
Tentukan jumlah interval, kemudian cari rumus momen untuk tiap interval. Cari harga momen
pada batas interval, yang akan merupakan alat pemeriksaan kebenaran hasil perhitungan.
Rumus momen lentur selalu 1 derajat diatas rumus gaya geser, karena Momen = Gaya x jarak.
1. Bobot 30. Diketahui batang DE diletakkan di atas batang AC
P P masing-masing sepanjang 3a (lihat gambar).
D E Pa Batang DE diberi beban 2 gaya terpusat P dan
A B C momen lentur Pa.
a a a a Gambar diagram gaya geser dan momen lentur batang ABC
Penyelesaian:
P P ΣMD = 0 Pa + P(a) - RC(2a) = 0 RC = P
D E Pa RC P RD P RD = P
B RC C A B
RD a a a a a a ΣMA = 0 RB = 2P
RA RB RA = 0
Diagram gaya geser batang AB: P
A B
a a a a a a
-P A B
Diagram momen lentur batang AB:
-Pa
TEGANGAN TARIK / TEKAN DAN GESER 32/56
5.1 Pendahuluan.
Perhitungan gaya geser dan momen lentur digunakan untuk menghitung tegangan tarik dan
tegangan geser maksimum. Dalam perencanaan, tegangan-tegangan ini tidak boleh melebihi
tegangan izin yang diperbolehkan.
RA 22 ft RB RB = 21.409 kp
Diagram momen lentur
0≤x≤9 q = 1,5 kp/ft Mx = RA x - 0,75 x 2 Mo = 0 kp-ft
M9 = 151.57 kp-ft
RA x Mx
9 ≤ x ≤ 22 Mx = RA x - 0,75 x 2 - P (x-9)
q = 1,5 kp/ft P = 12 kp = - 0,75 x2 + 11.591 x + 108
M9 = 151.57 kp-ft (benar)
RA x Mx M22 = 0 kp-ft (benar)
Diperoleh Mmax = M9 = 151.57 kp-ft
Karena penampangnya berbentuk 4 persegi-panjang, maka garis netral ada di tengah.
I = 1/12 bh3 = 14352.188 in4
y = h/2 = 13.5 in maka My
σtekan = σtarik = σmax = = 1710.8 psi
I
Contoh 5.4
q = 3 kN/m Batang sederhana ABC ditumpu di engsel A dan rol B seperti
A C pada gambar dengan beban merata q = 3 kN/m
RA 3m RB Jika penampangnya berbentuk kanal terbalik, hitung besar
1,5 m dan lokasi tegangan tarik tekan max.
y
Dari DBB diperoleh RA = 3.375 kN
12 RB = 10.125 kN
80
12 0≤x≤3 Mx = RA x - 0,5 q x2 Mo = 0 benar
x M3 = -3.375
300 Mmax terjadi di dM/dx = 0
Penampang ABC (mm) dM/dx = RA - qx = 0 x = RA / q = 1.125
M1.125 = 1.8984
3 ≤ x ≤ 4,5 Mx = RA x - 0,5 q x + RB (x-3)
2
M3 = -3.375 kN-m benar
1.8984 M4,5 = 0 benar
Momen max 1,898 kN-m terjadi di x = 1,125 m
0 B 0 Karena tanda momen positip, maka batang melengkung
A C ke bawah, bagian atas kena tekan, bawah kena tarik.
-3.375 Momen min 3,38 kN-m terjadi di x = 3 m
Karena tanda momen negatip, maka bagian atas kena tarik, bawah kena tekan.
y 2 Benda b h A y yA ỹ
1 12 1=3 12 68 816 34 27744
80
TEGANGAN TARIK / TEKAN DAN GESER 34/56
1 80
12 3 2 300 12 3600 74 266400
x Σ 5232 321888 61.523
Benda I r I+r2A y M = 1898.4 -3375 N-m
1=3 314432 27.523 932561.79 18.477 σ= -14.21 25.26 Mpa
2 43200 12.477 603637.67 61.523 σ= 47.31 -84.11 MPa
Σ 2468761.2
σtarik max = 47.31 Mpa terjadi pada posisi x = 1,125 m di bagian bawah batang.
σtekan max = -84.11 Mpa terjadi pada posisi x = 3 m di bagian bawah batang.
0,5 Penampang komposit terdiri atas bentuk 1 0,5 x 2,5 in, dan bentuk 2
2,5 x 0,5 in. Perhitungan sumbu berat dan momen inersianya:
1 h=3 Benda b h Luas A y yA ỹ I r I+r2A
1 0.5 2.5 1.25 1.75 2.1875 0.651 0.75 1.3542
2 0,5 2 2.5 0.5 1.25 0.25 0.3125 0.026 0.75 0.7292
b = 2,5 Σ 2.5 2.5 1 2.08333
ΣyA bh3
ỹ= r=ỹ-y I= I = I1 + I2
ΣA 12
yatas = 2 M4 = 1200 σ4 tekan = 13824 psi σ4 tarik = 6912 psi
ybawah = 1 M8 = -1600 σ8 tekan = 9216 psi σ8 tarik = 18432 psi
σtekan max = 13824 psi σtarik max = 18432 psi
Jawaban buku σtekan max = 13800 psi σtarik max = 18400 psi
3. Bobot 40. Batang sederhana ABC diberi beban terpusat 3P dan P seperti di gambar.
Jika P = 5 kN, L = 3,6 m dan h = 280 mm
3P P dan berat jenis bahan γ = 5,5 kN/m3
TEGANGAN TARIK / TEKAN DAN GESER 37/56
Jika berat diri diperhitungkan, maka ada beban merata sebesar w = γh = 1540 b N/m
15 Q 5 W = 4qL/3 = 7392 b N/m
A 1.8 B C RA = 5833 + 2464 b N
3.6 1.2 RB = 14167 + 4928 b N
RA 2.4 RB Diagram gaya geser:
0 ≤ x < 1.8 Vx = RA - wx V0 = 5833 + 2464 b 0.0718
= VL/2- = 5833 + -308 b
1.8 ≤ x < 3.6 Vx = RA - wx - 3P VL/2+ = -9167 + -308 b
VL- = -9167 + -3080 b max
3,6 ≤ x < 4,8 Vx = RA - wx - 3P + RB VL+ = 5000 + -3080 b
V4L/3 = 5000 + -4928 b
Q 5.3571
=
Ib b
VQ 5.3571 49107
τ= = 9167 + 3080 b = + 16500 = 700000 Pa
Ib b b
b = 0.0718 m
3.6 1.2
RA RB 0 ≤ x < 1.8 Mx = RA x M1.8 = 10500 Nm
1.8 ≤ x < 3.6 Mx = RA x - 15000(x-1.8) M3.6 = -6000 Nm
3.6 ≤ x < 4.8 Mx = RA x - 15000(x-1.8) + RB(x-3.6) M4.8 = 0 Nm
Karena Mx fungsi linier maka Mmax = 10500 Nm
My 6M 6M
σ= = b= = 0.098 m
I bh 2
σh2
Jika berat diri diperhitungkan, maka ada beban merata sebesar w = γh = 1540 b N/m
15 W 5 W = 4qL/3 = 7392 b N/m
A 1.8 B C RA = 5833 + 2464 b N
3.6 1.2 RB = 14167 + 4928 b N
RA 2.4 RB
Catatan: Soal di atas jika sudah pernah dikerjakan di rumah, maka tidak akan terjadi kesulitan
saat harus mengerjakan kembali di kelas dengan boleh membuka buku catatan.
Jika dihitung dengan b = 100 mm, hasilnya sudah cukup memadai.
ANALISA TEGANGAN dan REGANGAN 39/56
6.1 Pendahuluan.
Selama ini tegangan hanya dihitung pada bidang yang searah dengan sumbu utama.
Padahal, karena adanya beberapa beban yang arahnya bervariasi, mungkin saja arah
tegangan maksimum tidak pada arah sumbu utama. Pemahaman ini penting bagi teknisi
yang akan memasang balok kayu misalnya, karena kayu memiliki serat yang sangat
mempengaruhi kekuatan bahan pada berbagai arah.
Dengan pengaturan bahwa cos2θ = 1/2 (1 + cos 2θ) sin2θ = 1/2 (1 - cos 2θ)
sin θ cos θ = 1/2 sin 2θ maka diperoleh rumus Mohr:
σ + σy σx - σy
σx1 = x + cos 2θ + τxy sin 2θ
2 2 Rumus Lingkaran Mohr
σ -σ untuk tegangan
τx1 = - x y sin 2θ + τxy cos 2θ
2 Rumus jumlah tegangan:
ANALISA TEGANGAN dan REGANGAN 40/56
σx1 + σy1 = σx + σy
Contoh soal:
7.1 Sebuah elemen mengalami tegangan σx = 16000 psi, σy = 6000 psi dan τxy = 4000 psi.
σy σy1 Hitung tegangan-tegangan
τxy σx1 yang bekerja pada bidang
τx1y1 θ = 45o miring θ = 45o
σx σx sin 2θ = sin 90o = 1
σx1 τx1y1 cos 2θ = cos 90o = 0
τxy σy1 σx + σy
= 11000 psi
σy 2
σx - σy
= 5000 psi
σx1 = 11000 + 5000 (0) + 4000 = 15000 psi 2
τx1 = -5000 (1) + 4000 (0) = -5000 psi
σy1 dapat diperoleh dari rumus σx1 dengan mengganti sudut θ menjadi θ + 90o
σx + σy σx - σy
σy1 = - cos 2θ - τxy sin 2θ
2 2
σy1 = 11000 - 5000 (0) - 4000 (1) = 7000 psi
σx + σy σx - σy
σx1 = + cos 2θ + τxy sin 2θ
2 2
= -17 + -29 x 0.86603 + -19 x -0.5 = -32.615 Mpa (tekan)
σx + σy σx - σy
σy1 = - cos 2θ - τxy sin 2θ
2 2
= -17 - -29 x 0.86603 - -19 x -0.5 = -1.3853 Mpa (tekan)
σy - σx
τx1 = sin 2θ + τxy cos 2θ
ANALISA TEGANGAN dan REGANGAN 41/56
θ τxy τxy y x1
σx σx P 2θ 2φ σ
0
2β
τxy R
σy1 τx1y1 σmin y1
τxy
σy σx1 x
σP
σx
σx1 τ+ σmax
τx1y1 Perhatikan, sumbu τ positip ke bawah
σy1 Cara menggambar lingkaran Mohr tidak
harus berskala, yang penting logis.
σx + σy σx - σy
σx1 = + cos 2θ + τxy sin 2θ
2 2
σx + σy σx - σy
σy1 = - cos 2θ - τxy sin 2θ
2 2
σx - σy
τx1 = - sin 2θ + τxy cos 2θ
2
Pengembangannya adalah (lihat gambar):
σ + σy
σP = x
2 maka σmax = σP + R
σx - σy 2 . 2 σmin = σP - R
R2 = + τxy
2 τmax = R
Posisi σmax dapat diperoleh dengan menghitung sudut 2β. Rumusnya: R sin 2β = τxy
Atau 2β = sin -1 τxy / R
x 2φ R 2θ = 30o
2θ
ANALISA TEGANGAN dan REGANGAN 43/56
2φ
2θ
2β P σ 2φ = 63 o = 1.104 rad
y σx1 = σP - R cos 2φ = -32.61 MPa
σy1 = σP + R cos 2φ = -1.39 MPa
y1 τx1y1 = R sin 2φ = -30.95 MPa
τ+
Contoh 7-3 Cari dan gambarkan posisi tegangan utama.
σy τ- σx + σy
σP = =
τxy arah sumbu utama 2
β x R -4050 psi
σx 12300 psi 2β P σ σx - σy
=
y 2
4700 psi -8250 psi
4200 psi R = 9494.9
2β = sin -1 τxy/R = 0.518 rad = 29.67 o
τ+ β = 14.84 o
b) regangan utama
c) regangan geser maximum , dan gambar masing-masing posisinya
Jawab: ε +ε 340 + 110
εP = x y = x 10 -6 = 225 x 10 -6
2 2
εx - εy 340 - 110
= x 10 -6 = 115 x 10 -6
2 2
εx - εy 2. γxy 2.
R2 = +
2 2 R = 146.03 x 10 -6
1/2 γ- εy
- 1/2 γmax γxy o
2β = sin -1 = 0.664 rad = 38.05
- 1/2 γxy y 2R
x1
P 2φ ε 2φ = 2θ - 2β = 22 o
= 0.3832 rad
εmin 2θ
R 2β
εx1 = εP + R cos 2φ = 360.44 x 10 -6
x εy1 = εP - R cos 2φ = 89.558 x 10 -6
εrata-rata γx1y1 = 2R sin 2φ = -109.2 x 10 -6
1/2 γxy εx
1/2 γ+ εmax
Regangan εmax dapat diperoleh dengan
2 cara :
y y1 εy1 x1 sumbu x diputar
εy ke kanan atau
γxy ke kiri.
γx1y1 εx1 Besarnya sama,
x 30o hanya sudutnya beda
εx
Contoh 7-8 Sebuah Roset Regangan 45o terdiri dari 3 load cell yang diatur
seperti pada gambar. Terangkan cara kerja alat tsb.
C B y1 3 alat ukur tsb mengukur εo, ε45 dan ε90
x1 di mana εo = εx dan ε90 = εy
45o A εx + εy εx - εy γxy
εθ = + cos 2θ + sin 2θ
O θ 2 2 2
Maka
εx + εy εx - εy γxy
ε45 = + cos 90 + sin 90
ANALISA TEGANGAN dan REGANGAN 45/56
E E
σx = (εx + νεy) σy = (εy + νεx)
1 - ν2 1 - ν2
E
σx = (1 - ν)εx + ν(εy + εz)
(1 + ν)(1 - 2ν)
E
σy = (1 - ν)εy + ν(εx + εz)
(1 + ν)(1 - 2ν)
E
σz = (1 - ν)εz + ν(εx + εy)
(1 + ν)(1 - 2ν)
Latihan soal:
Kerjakan soal-soal nomor: 7.2-5, 7.2-6 dan 7.2-7
7.2-12, 7.2-13 Kerjakan dengan rumus dan
7.2-14, 7.2-15, 7.2-16 ! dengan lingkaran Mohr
7.7-15, 7.7-16
7.7-20, 7.7-21, 7.7-22
LENDUTAN - DEFLEKSI 46/56
7.1 Pendahuluan.
Dalam perencanaan mesin, tegangan yang terjadi memang tidak boleh melebihi tegangan izin,
tetapi sering ada ketentuan lain yang malah lebih penting, yaitu lendutan atau defleksi.
Dalam perencanaan alat-alat angkat ada ketentuan bahwa lendutan rangka tidak boleh lebih
dari 1/1000 sampai 1/700 panjang rangka.
Demikian pula batang langsing yang mengalami pembebanan aksial, akan gagal jika terjadi
tekukan (buckling) padahal bebannya jauh di bawah beban izin patah.
Suku-suku dalam rumus M(x) harus sama satuannya, = satuan gaya x satuan jarak.
Contoh-contoh soal:
Contoh 9.1 Batang AB panjang L dibebani beban merata w (lihat gambar)
w Cari persamaan lendutannya, dan hitung lendutan maksimum.
Jawab: Dengan DBB dicari reaksi-reaksi tumpuan.
A L B Diperoleh RA = RB = wL/2
w wx M(x) = RA.(x) - wx.(x/2) = wL/2 x - w/2 x2
EI y " = wL/2 x - w/2 x2
x/2 M(x) EI y ' = wL/4 x2 - w/6 x3 + c1
RA RB RA x EI y = wL/12 x3 - w/24 x4 + c1x + c2
Syarat batas :
x=0,y=0 c2 = 0 EI y = wL/12 x3 - w/24 x4 + c1x
x=L,y=0 w/12 L4 - w/24 L4 + c1L = 0 c1 = - w/24 L3
EI y = wL/12 x3 - w/24 x4 - w/24 L3 x
Karena simetris, lendutan maximum terjadi di x = L/2
EI ymax = w/96 L4 - w/384 L4 - w/48 L4 = - 5w/384 L4
(tanda minus berarti arahnya ke bawah)
Karena simetris, maka syarat batasnya bisa bertambah:
x = L/2 maka y ' = 0
EI y 'L/2 = (wL/4 x2 - w/6 x3 - w/24 L3) x = L/2 = w/16 L3 - w/48 L3 - w/24 L3 = 0 benar
MA x/2 x=0,y=0 c2 = 0
RA x x=0,y'=0 c1 = 0
EI y = wL/6 x3 - w/4 L2 x2 - w/24 x4
Contoh 9.3
P Diketahui batang sederhana AB panjang L diberi beban terpusat P
a b Lihat gambar. Cari persamaan lendutannya, dan cari lendutan max.
A B Jawab, dengan DBB diperoleh RA = Pb/L
L
RB = Pa/L
0≤x≤a M(x) = RA.x = Pb/L x
Mx EI y " = Pb/L x
RA x EI y ' = Pb/2L x2 + c1
EI y = Pb/6L x3 + c1x + c2
(x2 - L2 + b2)
6L
a≤x≤L EI y = Pb/6L x3 - P/6 (x-a)3 - PbL/6 x + Pb3/6L x
Pbx P(x-a)3
= (x2 - L2 + b2) -
6L 6
Persamaan sudut kemiringan θ (rad):
0≤x≤a Pb
EI y ' = Pb/2L x2 - PbL/6 + Pb3/6L = (3x2 - L2 + b2)
6L
a≤x≤L EI y ' = Pb/2L x - P/2 (x-a) - PbL/6 + Pb3/6L =
2 2
Pb P(x-a)2
= (3x - L + b )
2 2 2
-
6L 2
Lendutan max.
Jika a > b , maka lendutan akan terjadi di 0 ≤ x ≤ a , pada EI y ' = 0
Pb L2 - b2
(3x2 - L2 + b2) = 0 x =
6L 3
Catatan, jika a < b , maka jarak x bisa dipandang bergerak dari kanan, posisi a dan b dibalik.
Masukkan harga ini dalam persamaan lendutan.
Metoda superposisi.
Jika suatu batang mengalami beberapa pembebanan, maka lendutan totalnya akan sama dengan
hasil penjumlahan dari lendutan tiap beban.
Contoh:
P w w P
= +
wx Px
EI y = (2Lx2 - x3 - L3) + (4x2 - 3L2)
24 48
Metoda superposisi bisa juga diaplikasikan menjadi kasus pengurangan.
Dengan adanya metoda superposisi ini maka tabel lendutan untuk kasus-kasus umum dapat
diaplikasikan.
Jika ada batang overhang atau cantilever dengan beban tidak di ujung, maka berlaku :
P
L lendutan di C = lendutan di B + L θB
A B C δC = δB + L θB
LENDUTAN - DEFLEKSI 50/56
Keadaan statis tak tentu adalah keadaan yang berlebihan sehingga menimbulkan banyaknya
variabel yang tidak diketahui menjadi lebih banyak daripada banyaknya persamaan yang tersedia.
Contoh, batang AB yang seharusnya cukup ditumpu secara sederhana di A dan B, atau cukup
dijepit di A saja, ternyata malah di jepit di A dan ditumpu juga di B.
P P P
A B A B A B
Maka jika semula hanya ada 2 variabel yang tidak diketahui, yaitu RA dan RB, atau RA dan MA,
maka karena kondisinya menjadi jepit dan tumpu variabelnya menjadi RA, RB dan MA sementara
banyaknya persamaan hanya 2, yaitu keseimbangan gaya dan keseimbangan momen. Maka
perlu dicari akal (trik) agar masalah tsb dapat dipecahkan.
RA = wL - RB MA = 1/2 wL2 - RB L
Momen lentur pada posisi x dari ujung jepit Mx = RA x - MA - 1/2 wx2
wLx - RB x - wL + RB L - wx
2 2
EI y " = Mx =
2 2
EI y ' = 1/2 wLx - 1/2 RB x - 1/2 wL x + RB Lx - 1/6 wx3 + c1
2 2 2
EI y = 1/6 wLx3 - 1/6 RB x3 - 1/4 wL2 x2 + 1/2 RB Lx2 - 1/24 wx4 + c1x + c2
x=L y=0 1/6 wL4 - 1/6 RB L3 - 1/4 wL4 + 1/2 RB L3 - 1/24 wL4 = 0
- 1/6 wL4 + 1/4 wL4 + 1/24 wL4 3wL
RB = =
- 1/6 RB L3 + 1/2 RB L3 8
RA = wL - RB = 5/8 wL
STATIS TAK TENTU 52/56
Jika dipandang sebagai superposisi, maka keadaannya adalah seperti cantilever dengan beban
merata w + cantilever dengan beban terpusat RB di ujung bebas.
w RB Persyaratan tambahan yang terjadi
+ adalah, lendutan di B = 0, atau
A L B A L B lendutan di B karena beban merata
+ lendutan di B karena beban terpusat harus saling menghilangkan (sama).
Dari tabel lendutan
Untuk beban terdistribusi: EIymax = -1/8 wL4 maka 1/3 RBL3 - 1/8 wL4 = 0
Untuk beban terpusat: EIymax = 1/3 RBL3 atau RB = 3/8 wL
Untuk selanjutnya dibolehkan mengambil data, menyalin dari buku, kecuali dinyatakan lain.
Latihan: Kerjakan soal-soal di atas jika gaya terpusat P tidak bekerja di tengah-tengah, melainkan
STATIS TAK TENTU 53/56
MBLB MCLB
θBC = θBC1 + θBC2 = θBC1 + +
3EIB 6EIB
Karena θBA = - θBC maka:
LA LA LB LB
MA + 2 MB + + MC = - 6E ( θBA1 - θBC1 )
IA IA IB IB
Kemudian jika LA = LB
MA + 4 MB + MC = 6EI (- θBA1 - θBC1)
L
6EI
MA + 4 M B + MC = (- θBA1 - θBC1)
L L L L
RA RB RC RD
Pada bentang ABC berlaku: MA = 0 karena ujung A bebas
EI θBA1 = 1/26 wL3 lihat tabel untuk beban terdistribusi
EI θBC1 = 0 karena tidak ada pembebanan di BC
Maka hasilnya: 4 MB + MC = - 6EI wL = - wL
3 2
(*)
L 24EI 4
Untuk menghitung reaksi tumpuan A, pura-pura ada batang A'A di sebelah kiri AB.
w MA' = 0 MA = 0 49 wL2
MB = -
A' A B 960
RAA'1 = 0 RAB1 = wL/2
L L Maka wL 49 wL2 431 wL
RA = 0+0+0+ - =
RA RB 2 960 L 960
w M A= 0 MB = 49 wL2
MC = 11 wL2
- -
STATIS TAK TENTU 55/56
M A= 0 MB = - MC = -
A B C 960 240
RB = wL + 0 + 49 wL + 0 + 49 wL - 11 wL
2 2 2
Pendahuluan:
Jika batangnya relatif langsing, maka dengan adanya gaya tekan axial maka batangnya
akan rusak karena tekukan lebih dahulu sebelum rusak karena gaya tekan.
Untuk beberapa instalasi konstruksi, adanya tekukan ini lebih memerlukan perhatian dari-
pada terjadinya tegangan yang melebihi batas yang diizinkan.
Suatu batang disebut langsing jika rasio perbandingan panjang : diameter L/d > 30
Maka beban kritisnya menurut Euler adalah:
π2 EI di mana E = modulus elastisitas bahan
Pcr =
(kL) 2 I = momen inersia penampang
L = panjang batang
kL = panjang efektif
P P P P