Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penentuan harga pokok produksi merupakan hal yang sangat penting mengingat
manfaat informasi harga pokok produksi adalah untuk menetukan harga jual produk serta
penentuan harga pokok persedian produk jadi dan produk dalam proses yang akan disajikan
dalam neraca. Perhitungan harga pokok dilakukan dengan menjumlahkan seluruh unsur biaya
produksi, sedangkan harga pokok produksi per unit ditentukan dengan membagi seluruh total
biaya produksi dengan volume produksi yang dihasilkan atau yang diharapkan akan dihasilkan.
Cara seperti ini yang harus digunakan apabila berhubungan dengan prinsip akuntansi,
mempengaruhi baik jumlah harga pokok produksi maupun cara penyajiannya dalam laporan
rugi laba. Penjelasan tersebut diatas, sudah jelas mengatakan bahwa Harga Pokok menjadi
permasalahan yang sangat serius untuk segera di atasi. Sebagaimana juga pada usaha martabak
telur Hollendy ini, dari hasil analisis terdapat sebuah permasalahan yang menyangkut harga
pokok produksi seperti belum tepatnya pengklasifikasian dan pembebanan biaya dalam
perhitungan harga pokok produksi martabak telur. Hal ini dapat mengakibatkan harga pokok
produksi menjadi tidak akurat dan mempengaruhi pengendalian biaya yang dilakukan oleh
pihak manajemen dalam mengambil sebuah keputusan. Salah satunya yaitu dalam perhitungan
biaya bahan baku langsung.

1.2 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Akuntansi Biaya.

2. Untuk mempelajari akuntansi biaya secara sederhana.

3. Untuk mengetahui harga pokok produksi dan laba/rugi penjualan di martabak telur
Hollendy

1
1.3 Rumusan masalah
1. Bagaimanakah cara untuk menentukan harga pokok produksi dalam pembuatan
martabaknya ?
2 . Berapakah laba yang dihasilkan melalui penjualan produk tersebut, dan apakah cara
yang dilakukan sudah sesuai ?

2
BAB II

PROFIL USAHA

2.1 Sejarah berdirinya usaha Martabak Telur Hollendy

Bermula dari seorang bernama Khoirul yang dulunya adalah karyawan pada Martabak
Holland. Beliau bekerja di perusahaan tersebut selama kurang lebih 3 tahun. Pada tahun 2006
Beliau memutuskan untuk resign dari pekerjaannya. Berbekal pengalaman selama 3 tahun
bekerja sebagai karyawan di Martabak Holland, Beliau memulai membuka usaha Martabak
sendiri yang diberi nama Martabak Hollendy. Nama usaha ini sendiri terinspirasi dari nama
Holland. Beliau berharap dengan mengikutsertakan nama Holland, usaha Beliau dapat
berkembang maju seperti Martabak Holland.

2.2 Variasi produk yang ditawarkan

- Biasa Daging Ayam

- Biasa Daging Sapi

- Super Daging Ayam

- Super Daging Sapi

- Super Daging Keju

2.3 Cara mengelola martabak

Proses pembuatan adonan kulit martabak telur :

1. Siapkan wadah lalu masukkan tepung dan garam.


2. Aduk hingga tercampur rata.
3. Masukkan telur lalu aduk lagi hingga tercampur rata.
4. Tuang air sedikit demi sedikit sembari terus mengaduk dengan tangan hingga adonan
menjadi kalis.

3
5. Bagi adonan menjadi dua bagian sama persis lalu bentuk menjadi bulatan.
6. Olesi bagian luar adonan dengan blueband lalu diamkan selama 15 menit.
7. Adonan siap dijadikan kulit martabak telur.

Tata cara membuat martabak telur :

1. Ambil satu adonan kulit, kemudian tekan dengan telapak tangan dengan gerakan
memutar hingga adonan melebar.
2. Pegang ke dua ujung adonan lalu dengan gerakan tangan memutar ke atas, banting
adonan hingga melebar dengan hati hari agar adonan tidak robek.
3. Siapkan 2 butir telur yang sudah dikocok lalu beri garam. Kocok hingga tercampur.
4. Masukkan isi martabak telur yang sudah dibuat sebelumnya. Kocok hingga
tercampur.
5. Panaskan minyak goreng di penggorengan dengan api kecil, sebaiknya siapkan wajan
dengan diameter yang luas.
6. Ambil kulit yang sudah dilebarkan. Masukkan secara perlahan dan hati-hati ke dalam
penggorengan agar tidak robek.
7. Goreng kulit martabak hingga matang.
8. Tuang isi martabak telur di tengah-tengah kulit martabak telur yang sedang digoreng.
9. Kemudian lipat masing-masing ujung kulit ke tengah hingga bagian isi tertutup
dengan kulit martabak telur.
10. Goreng martabak dengan cara dibolak-balik sampai matang atau berwarna kecoklatan.
11. Martabak telur yang sudah matang kemudian sisihkan.
12. Martabak telur siap dihidangkan.

4
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Bukti Wawancara

5
3.2 Unsur - Unsur Harga Pokok Produksi

1. Biaya Bahan Baku


Menurut Widi lestari ningtyas, dkk (2012, h.03) bahan baku adalah: “Bahan baku yang
membentuk bagian integral dari produk jadi dan dimasukkan secara eksplisit dalam
perhitungan biaya produk.
Untuk membuat 1 martabak telur dibutuhkan bahan tepung cakra, telur, daging sapi,
daging ayam, mentega,dll jadi total biaya keseluruhan Rp 308.000,- dibagi dengan jumlah
pesanan (30 unit), maka biaya bahan baku untuk 1 martabak sebesar Rp 10.267,- -Rincian
biayanya :
Pembelian Bahan Baku :
Daging Ayam 1kg = Rp. 35.000,-

Daging Sapi 1/2kg = Rp. 50.000,-

Telur 3kg @ Rp. 24.500,- = Rp. 73.500,-

Kecap 35ml @ Rp. 2000,- = Rp. 6.000,-

Tepung Cakra 1,5kg = Rp. 12.000,-

Bawang Prei 5kg @ Rp. 10.000,- = Rp. 50.000,-

Bawang Putih 1/4kg = Rp. 7.000,-

Merica 18gr @ Rp. 1.000,- = Rp. 6.000,-

Minyak 2lt = Rp. 30.000,-

Garam 250gr = Rp. 2.000,- (+)

Jumlah bahan baku yang dibeli Rp. 271.500,-

Pembelian Bahan Tambahan

Timun 1kg = Rp. 7.000,-

Keju 175gr = Rp. 18.000,-

Blue band 17gr = Rp. 2.000,-

Cabai 1/4kg = Rp. 5.000,-

6
Saus 200gr = Rp. 4.500,- (+)

Jumlah bahan tambahan Rp. 36.500,-

Total bahan – bahan yang digunakan :


Rp. 271.500,- + Rp. 36.500,- = Rp. 308.000,-

2. Biaya Bahan Penolong


Jumlah keseluruhan bahan penolong Rp 25.250,- untuk 25 unit. Maka biaya bahan
penolong untuk 1 martabak sebesar Rp. 1.010,-
Biaya Bahan Penolong :
Kantung 1 pack = Rp. 4.500,-
Kardus box 25 buah @ Rp. 750,- = Rp. 18.750,-
LPG 3kg / 2 hari = Rp. 9.000,-
Kertas Minyak 15 lb = Rp. 2.000,- (+)
Jumlah bahan penolong yang dibeli Rp. 34.250,-

3. Biaya Tenaga Kerja


Biaya Tenaga Kerja Rp. 100.000,-

4. Biaya Overhead Pabrik


Menurut Sodikin dan Bogat (2012, h.280) overhead pabrik merupakan:
“komponen harga pokok produksi yang timbul dalam proses pengolahan yang tidak
dapat digolongkan dalam bahan baku dan tenaga kerja langsung.”
Biaya sewa tempat Rp. 30.000,-
Biaya depresiasi Rp. 36.000,- : 30 hari Rp. 1.200,-
Biaya Bensin Rp. 10.000,-
Jumlah biaya overhead pabrik Rp. 41.200,-

7
Perhitungan Penyusutan Alat Usaha
1. Rombong
Rp. 3.000.000,- : 60 bulan Rp. 50.000,-

Berjalan selama 12 tahun :


Harga Beli Rp. 3.000.000,-
Penyusutan (Rp. 50.000,- x 144 bulan) Rp. 7.200.000,-
Nilai Sisa Rp. 0

2. Kompor
Rp. 500.000,- : 60 bulan Rp. 4.167,-

Berjalan selama 12 tahun :


Harga Beli Rp. 500.000,-
Penyusutan (Rp. 4.167,- x 144 bulan) Rp. 600.048,-
Nilai Sisa Rp. 0

3. Meja Besi
Rp. 200.000,- : 120 bulan Rp. 1.667,-

Berjalan selama 12 tahun :


Harga Beli Rp. 200.000,-
Penyusutan (Rp. 1.667,- x 144 bulan) Rp. 240.000,-
Nilai Sisa Rp. 0

8
4. Wajan
Rp. 300.000,- : 60 bulan Rp. 5.000,-

Berjalan selama 12 tahun :


Harga Beli Rp. 300.000,-
Penyusutan (Rp. 5.000,- x 144 bulan) Rp. 720.000,-
Nilai Sisa Rp. 0

5. Selang LPG
Rp. 60.000,- : 60 bulan Rp. 1.000,-

Berjalan selama 12 tahun :


Harga Beli Rp. 60.000,-
Penyusutan (Rp. 1.000,- x 144 bulan) Rp. 144.000,-
Nilai Sisa Rp. 0

6. Spatula
Rp. 150.000,- : 36 bulan Rp. 4.167,-

Berjalan selama 12 tahun :


Harga Beli Rp. 150.000,-
Penyusutan (Rp. 4.167,- x 60 bulan) Rp. 250.000,-
Nilai Sisa Rp. 0

7. Telenan
Rp. 60.000,- : 60 bulan Rp. 1.000,-

Berjalan selama 12 tahun :


Harga Beli Rp. 60.000,-
Penyusutan (Rp. 1.000,- x 24 bulan) Rp. 24.000,-
Nilai Sisa Rp. 36.000,-

9
3.3 PERHITUNGAN HPP MENURUT PENJUAL

LAPORAN PEMBELIAN DAN PEMAKAIAN BAHAN BAKU

Persediaan awal bahan baku …………. Rp. 0

Pembelian …… Rp. 342.250,-

Retur pembelian (Rp. 0 )

Potongan pembelian (Rp. 0 )

Ongkos angkut (Rp. 0 )

Pembelian bersih Rp. 342.250,-

Bahan baku tersedia untuk digunakan Rp. 342.250,-

Persedian akhir bahan baku (Rp. 0 )

Bahan baku dipakai dalam proses Rp. 342.250,-

LAPORAN COST PRODUKSI

Persediaan awal barang dalam proses Rp. 0

Biaya – biaya :

Biaya bahan baku Rp. 308.000,-

Biaya bahan penolong Rp. 34.250,-

Biaya tenaga kerja Rp. 100.000,-

Biaya overhead pabrik Rp. 41.250,-

Total biaya Rp. 483.500,-

Barang dalam proses akhir (Rp. 0 )

Biaya produksi Rp. 483.500,-

10
LAPORAN COST PRODUK TERJUAL

Persedian barang jadi awal Rp. 0

Biaya produksi Rp. 483.500,-

Barang tersedia untuk dijual Rp. 483.500,-

Persediaan akhir barang jadi (Rp. 0 )

Biaya produksi terjual Rp. 483.500,-

Penjual memproduksi martabak telur sebanyak 30 buah perhari

HPP = Rp. 483.500,- = Rp. 16.117,-


30

LAPORAN LABA RUGI

Penjualan :

Penjualan super sapi (Rp. 22.000,- x 7) Rp. 154.000,-

Penjualan super ayam (Rp. 22.000,- x 7) Rp. 154.000,-

Penjualan biasa sapi (Rp. 11.000,- x 3) Rp. 33.000,-

Penjualan biasa ayam (Rp. 11.000,- x 3) Rp. 33.000,-

Penjualan super keju (Rp. 27.000,- x 10) Rp. 270.000,-

Total Penjualan Rp. 644.000,-

Biaya produk terjual (Rp. 483.500,-)

Laba Bersih Rp. 160.500,-

11
3.4 PERHITUNGAN HPP MENURUT KELOMPOK

LAPORAN PEMBELIAN DAN PEMAKAIAN BAHAN BAKU

Persediaan awal bahan baku …………. Rp. 0

Pembelian …… Rp. 308.000,-

Retur pembelian (Rp. 0 )

Potongan pembelian (Rp. 0 )

Ongkos angkut (Rp. 0 )

Pembelian bersih Rp. 308.000,-

Bahan baku tersedia untuk digunakan Rp. 308.000,-

Persedian akhir bahan baku (Rp. 0 )

Bahan baku dipakai dalam proses Rp. 308.000,-

LAPORAN COST PRODUKSI

Persediaan awal barang dalam proses Rp. 0

Biaya – biaya :

Biaya bahan baku Rp. 308.000,-

Biaya bahan penolong Rp. 34.250,-

Biaya tenaga kerja Rp. 100.000,-

Biaya overhead pabrik Rp. 41.250,-

Total biaya Rp. 483.500,-

Barang dalam proses akhir (Rp. 0 )

Biaya produksi Rp. 483.500,-

12
LAPORAN COST PRODUK TERJUAL

Persedian barang jadi awal Rp. 0

Biaya produksi Rp. 483.500,-

Barang tersedia untuk dijual Rp. 483.500,-

Persediaan akhir barang jadi (Rp. 0 )

Biaya produksi terjual Rp. 483.500,-

Penjual memproduksi martabak telur sebanyak 30 buah perhari

HPP = Rp. 483.500,- = Rp. 16.117,-


30

LAPORAN LABA RUGI

Penjualan :

Penjualan super sapi (Rp. 22.000,- x 7) Rp. 154.000,-

Penjualan super ayam (Rp. 22.000,- x 7) Rp. 154.000,-

Penjualan biasa sapi (Rp. 11.000,- x 3) Rp. 33.000,-

Penjualan biasa ayam (Rp. 11.000,- x 3) Rp. 33.000,-

Penjualan super keju (Rp. 27.000,- x 10) Rp. 270.000,-

Total Penjualan Rp. 644.000,-

Biaya produk terjual (Rp. 483.500,-)

Laba Kotor Rp. 160.500,-

Biaya Operasional :

Biaya Penolong Rp. 34.250,-

Biaya Sewa Rp. 30.000,-

13
Biaya Depresiasi Rp. 1.200,-

Biaya Bensin Rp. 10.000,-


Total Biaya Operasional (Rp. 75.450,-)
Laba Bersih Rp. 85.050,-

14
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Dari penelitian yang dilakukan diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Dari perhitungan menurut usaha martabak tentang harga pokok produksi


berbeda dengan yang kami gunakan, menyebabkan laba penjual lebih besar dari
perhitungan kami karena usaha tersebut tidak mempertimbangkan biaya operasional.

4.2 Saran

Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam menetapkan harga jual Martabak


Telur Hollendy ada dua,yaitu :
a) Faktor Internal yaitu tujuan pemasaran mempertahankan kualitas produk
(Kepemimpinan Kualitas Produk) serta strategi bauran pemasaran yaitu produk
yang dihasilkan merupakam barang konsumsi dengan harga bervariasi,
pendistribusian menggunakan jalur langsung dan tak langsung serta promosi
dilakukan secara personal selling.
b) Faktor Eksternal meliputi harga yang ditetapkan dalam menentukan harga jual suatu
produk, seharusnya perusahaan juga mempertimbangkan berapa seluruh biaya yang
dikeluarkan untuk memproduksi produk tersebut. Dalam hal ini peruhaan harus
berhati-hati dalam menentukan harga jual, karena jika harga jual yang ditentukan
tidak sebanding dengan banyaknya biaya produksi yang dikeluarkan, tentunya
penjual akan meraih laba dibawah perkiraan penjual.

15

Anda mungkin juga menyukai