Anda di halaman 1dari 8

76 | Patanjala Vol. 1, No.

1, Maret 2009: 76 - 83

PENYEBARAN AGAMA ISLAM DI JAKARTA


ABAD XVII - XIX

Oleh Lasmiyati

Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung


Jln. Cinambo No. 136 Ujungberung Bandung
Email: yanlas@ bdg.centrin.net.id

Abstrak
Penyebaran agama Islam di Jakarta dimulai sejak Fatahillah berhasil
mengalahkan Portugis di Sunda Kelapa. Namun setelah Batavia diserang oleh
Belanda, sebagian tokoh penyebar agama Islam berpindah dari Pelabuhan Pasar Ikan
ke Kampung Melayu, mereka mendirikan masjid Al-Atiq. Sedangkan yang melarikan
diri ke Jatinegara Kaum mereka mendirikan masjid As- Salafiah. Para tokoh penyebar
Agama Islam di Jakarta, disamping melakukan syiar dakwah mereka juga mendirikan
masjid.
Penyebaran Agama Islam pada abad XVII - XIX ditandai dengan berdirinya
beberapa masjid kuno. Masjid-masjid tersebut disamping sebagai tempat sholat juga
dijadikan sebagai tempat dakwah guna menyebarkan agama Islam.
Kata Kunci: Penyebaran agama Islam di Jakarta
Abstract
Spreading of Islam in Jakarta is started since Fatahillah successfully gives in
Portugis in Sunda Kelapa. But after Batavia attacked by Dutch, some of Islam
spreader figures makes a move from Pelabuhan Pasar Ikan to Kampung Melayu, they
build mosque Al-Atiq. While running away to Jatinegara Kaum they to build mosque
AsSalafiah. The Islamic Religion spreader figures in Jakarta, beside does syiar
mission they also builds mosque.
Spreading of Islamic Religion at century XVII - XIX is marked with forming of
some ancient mosques. The mosques beside as place of sholat also made as place of
mission to propagate Islam.
Keywords: Spreading of Islam in Jakarta.

A. Pendahuluan mendaratkan kapal dagangnya di wilayah


Sebelum agama Islam masuk ke pantai, baik di Jawa Timur, Jawa Tengah,
maupun di Jawa Barat.
Indonesia, masyarakat pada umumnya
masih menganut agama Hindu. Awal masuk agama Islam Di Jawa
Barat langsung disebarkan oleh Sunan
Masuknya agama Islam ke Indonesia
pertama kali dibawa oleh para saudagar Gunung Jati, putra dari Nhay
dari Arab. Kedatangan mereka di Rarasantang. Nhay Rarasantang putera
dari Raden Pamanahrasa atau Prabu
samping berdagang juga menyebarkan
agama Islam. Para saudagar tersebut Siliwangi yang menikah dengan Nyi Mas

2009 Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung


Penyebaran Agama Islam di Jakarta Abad XVII – XIX (Lasmiyati) | 77

Subanglarang santri Syekh Quro dari Ruang lingkup dibagi dalam dua
Karawang. Di Usia 20 tahun, Sunan bagian, yaitu ruang dan waktu.
Gunung Jati bertekad ingin menyebarkan Pengertian ruang adalah penelitian yang
agama Islam dan menolak menjadi raja lokasinya di DKI Jakarta, sedangkan
Mesir. Tahun 1470 M ia tiba di Caruban pengertian waktu mengambil kurun
menemui uwanya Pangeran Walangsungsang waktu pada abad XVII-XIX.
yang kemudian ia diangkat menjadi pendidik Metode dalam penelitian ini
atau guru di pesantren. Sewaktu Syarif menggunakan metode sejarah, dengan
Hidayatullah (Sunan Gunung Jati) berkunjung tahap-tahap meliputi heuristik yaitu tahap
ke Banten dan menyebarkan agama Islam, ia pengumpulan sumber. Tahap ini
sempat mengislamkan Bupati Kawunganten dilakukan sebagai studi pendahuluan
dan pengikutnya. Di samping itu ia juga berupa studi pustaka, yang dilakukan di
menikahi putrinya yang bernama Nyi beberapa perpustakaan, dan melakukan
Mas Kawunganten. Dari pernikahan studi lapangan, yaitu terjun langsung ke
tersebut mempunyai dua orang putra lokasi penelitian dengan melihat
yaitu Sabakingkin (Sultan Hasanudin) peninggalan dari penyebaran Agama
dan Ratu Winaon. Oleh Sunan Gunung Islam di Jakarta. Setelah sumber
Jati, Banten dijadikan sebagai pusat terkumpul kemudian melakukan kritik
penyebaran agama Islam yang baik ekstern maupun intern. Langkah
dipercayakan kepada Sultan Hasanudin berikutnya adalah interpretasi, yaitu
anaknya dengan wilayah persebarannya untuk memperoleh penafsiran sehingga
meliputi Banten Selatan, Jakarta, Bogor, data telah menjadi fakta. Dan baru
dan Sukabumi. (Asmar, 1975: 97). kemudian melakukan penulisan atau
Jakarta yang saat ini menjadi historiografi, yang bertujuan untuk
ibukota negara, merupakan kota yang merangkaikan fakta tersebut menjadi
heterogen, dihuni oleh berbagai penganut suatu kisah sejarah.
keyakinan yang ada serta sukubangsa B. Hasil dan Bahasan
yang berbeda. Kedatangan mereka
bertujuan untuk bekerja, berwiraswasta a. Awal penyebaran Agama Islam di
ataupun berwirausaha, mengingat di Jakarta
Indonesia ada beberapa agama yang telah Mengenai awal penyebaran agama
disahkan sebagai agama resmi, seperti Islam di Jakarta, ada yang berpendapat
agama Islam, Katholik, Kristen, bahwa masuknya agama Islam ke Jakarta
Protestan, Hindu, Budha, dan pada abad XII. Hal itu ditandai dengan
Konghuchu. Dari beberapa agama terse- datangnya para pedagang muslim yang
but, Islam merupakan agama mayoritas berasal dari Gujarat, Persia, semenanjung
termasuk di Jakarta. Arabia. Para pedagang tersebut mene-
Yang menjadi inti permasalahan: lusuri alur perdagangan sampai ke Cina.
1. Siapakah penyebar agama Islam di (www.Kpsbihistoria.blogdrive.com).
Jakarta? Namun menurut Ridwan Saidi, awal
2. Bagaimana proses penyebarannya? penyebaran agama Islam di Jakarta dapat
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk diruntut dari berdirinya Pesantren Quro
mencari jawaban atas permasalahan, yaitu: di Karawang. Syekh Quro adalah Syekh
Untuk mengetahui sejak kapan masuknya Hasanudin seorang warga Kamboja, ia
agama Islam di Jakarta, Siapakah penyebar datang ke tanah Jawa untuk berdakwah,
Agama Islam di Jakarta? ia mendaratkan kapalnya di Karawang,

Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung 2009


78 | Patanjala Vol. 1, No. 1, Maret 2009: 76 - 83

dan membangun pesantren. Selama Ketika warga Betawi mulai


memimpin pesantren tersebut ia memeluk agama Islam, hambatan masih
mempunyai banyak santri, salah satunya juga dialami, yaitu dari para pendeta.
bernama Nyai Subang Larang yang Para warga yang telah mengikuti jejak
kemudian dipersunting oleh Prabu Kian Santang dinilai melakukan
Siliwangi. (softoh-jamah-blogspot.com). penyimpangan yang menurut istilah
Disamping itu Syekh Quro juga waktu itu adalah langgara. Sehingga
membangun masjid. Menurut Ridwan tempat sembahyang umat Islam waktu itu
Saidi, semenjak Syekh Quro mendirikan diberi nama langgar, yang artinya adalah
pesantren, penyebaran Islam di kalangan mushola.
penduduk mengalami perkembangan. Dalam proses penyebaran agama
(Saidi, 2002: 109). Islam di Betawi (Jakarta), terdapat tujuh
b. Proses Penyebaran Agama Islam di
wali Betawi, antara lain Pangeran
Jakarta
Darmakumala dan Kumpi Datuk yang
dimakamkan berdekatan di tepi kali
Pada masa-masa penyampaian Ciliwung, dekat kelapa dua Jakarta
agama Islam ke wilayah Jakarta, tidak Timur. Kemudian Habib Sawangan yang
semata berjalan mulus, namun makamnya berada di depan pesantren Al-
mengalami proses kesulitan, rintangan Hamidiyah, Depok. Pangeran Papak yang
dan hambatan. Hambatan tersebut dimakamkan di jalan Perintis Kemerdekaan
muncul berupa tantangan yang datang Jakarta Utara (http://kian-santang-blogspot.com).
dari bangsawan Pajajaran dan para resi. Para wali menyampaikannya
Tantangan pertama datang dari para dato, dengan media dakwah dan dilanjutkan
bangsawan di masa Surosowan, mereka dengan pembangunan masjid. Dalam
beranggapan bahwa masyarakat Pajajaran penyebaran agama Islam menurut Slamet
telah mempunyai agama lokal atau yang Muljana, dimulai ketika Fatahilah
sering diberi nama sunda wiwitan. menetap di Banten. Fatahilah pernah
Rintangan kedua, dalam proses mengunjungi Sunda Kelapa sambil
penyebaran agama Islam di Jakarta menyiarkan agama Islam (Slamet
terkadang dihadapinya dengan perlawan- Muljana, 1980: 58), masuknya agama
an dari dato-dato yang menganut tarekat, Islam di Jakarta dimulai dari kemenangan
sehingga pada waktu itupun dikenal Fatahillah ketika melakukan penyerbuan
dengan istilah elmu panemu jampe ke Sunda Kelapa. Ketika Fatahillah
pamake, sehingga para resi pun banyak mendapat kemenangan sewaktu
yang menganut agama Islam. Prabu menaklukkan bangsa Portugis di Sunda
Surawisesa kemudian masuk Islam dan Kelapa, ia diangkat sebagai penguasa di
menikah dengan Kiranawati dan sesudah Sunda kelapa. Ketika itu Fatahillah harus
masuk Islam Surawisesapun ngahiyang. kembali ke Demak, jabatan sebagai
Ia dimakamkan di Sodong, di luar penguasa di Jayakarta diserahkan kepada
komplek Jatinegara. Ajaran tarekat dato- menantu Hasanudin yaitu Tubagus
dato tersebut akhirnya menjadi isi dan Angke. Jabatan Tubagus Angke sebagai
aliran main pukulan syahbandar yang bupati di Jayakarta, kemudian diserahkan
dibangun oleh Wa Item. Wa Item adalah kepada putranya yang bernama Pangeran
syahbandar pelabuhan Sunda yang gugur Jayakarta Wijayakrama. Masa peme-
ketika berhadapan dengan Faletehan rintahan Wijayakrama berakhir tahun
(softoh-jamah-blogspot.com). 1619 karena pada tahun tersebut ia
dipanggil oleh Sultan Banten Abdul

2009 Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung


Penyebaran Agama Islam di Jakarta Abad XVII – XIX (Lasmiyati) | 79

Mufakhir Mahmud Abdul Kadir. Ketika yang pindah ke Melayu. Kepindahan


Jayakarta di bawah penguasa bupati tersebut akibat tekanan dari Belanda.
Jayakarta Wijayakrama, Jayakarta telah c. Masjid sebagai tempat penyebaran
memeluk Agama Islam. Hal ini Agama Islam
diperkirakan karena ia adalah cucu Sultan
Hasanudian yang telah memeluk agama Para penyebar agama Islam, tidak
Islam, sehingga secara tidak langsung hanya menerapkan syiar dakwah, akan
putra Ratu Winaon tersebut otomatis tetapi juga membangun masjid. Dalam
telah masuk Islam. Selama menjabat catatan pendeta Thornton yang ditulis
sebagai penguasa di Jayakarta, Pangeran oleh Heuken SJ, bahwa pada tahun 1678
Jayakarta pun memiliki pola kota seperti di Jakarta terdapat tiga masjid. Ketiganya
kota Islam lainnya di Jawa. Untuk berkaitan dengan adanya orang Moor
kegiatan keagamaan, masjid berada di yang menyebarkan agama Islam di abad
tengah kota dan dijadikan tempat syiar XVII. Mereka mendirikan masjid di
agama Islam (M. Dien Majid, 1995: 84). pertengahan abad ke XVIII dengan nama
Di saat Pangeran Jayakarta meninggal masjid Luar Batang (1738), Pekojan
dunia (1619), Jayakarta jatuh ke tangan (1760), dan Kebon Jeruk (1786).
VOC dan sebagian tokoh penyebar Kemudian pada abad XIX, penyebaran
agama Islam pun berpindah dari agama Islam di Jakarta diwarnai dengan
Pelabuhan Pasar Ikan ke Kampung datangnya orang dari Arab. Kedatangan
Melayu. Sebagian masyarakat melarikan mereka ikut mewarnai dalam penyebaran
diri ke arah Kampung Melayu, mereka Agama Islam. Orang-orang Arab tersebut
mendirikan masjid Al-Atiq, dan sebagian ada yang menetap di Betawi mulai abad
lagi ke kampung Jatinegara Kaum. XVII dan XVIII mereka berasal dari
Mereka mendirikan masjid yang diberi Gujarat.
nama, Masjid As-Salafiah. Nama 1). Masjid yang dibangun pada abad XVII
Jatinegara kaum tersebut diambil karena
a). Masjid Al-Ansor
daerah tersebut dihuni oleh para kaum
Masjid ini berlokasi di Jalan
yaitu sebutan untuk penghulu agama
Pengukiran II kelurahan Pekojan Glodok
(Pemda DKI Jakarta, 2004: 37)
Jakarta Kota, yang didirikan pada tahun
Namun ada sebuah pendapat yang
1648 atau abad XVII (http://kpsbi-
mengatakan bahwa masjid As-Salafiah,
historia.blogdrive.com). Masjid ini
didirikan oleh Pangeran Jaketra, yaitu
merupakan masjid tertua yang masih
anak dari Pangeran Jayakarta
berdiri, yang dibangun oleh bangsa Moor
Wijayakrama. Kedatangan Pangeran
yaitu istilah untuk pedagang Islam dari
Jaketra ke Jatinegara Kaum tersebut,
Koja (India). Pada awalnya masjid ini
akibat kekalahan yang diderita ketika
hanya berupa mushola/langgar.
menghadapi Belanda/VOC. Selain
Pangeran Jaketra, sebagai penyebar b). Mesjid al-Alam Cilincing
Agama Islam, antara lain Pangeran Sugiri Masjid ini didirikan oleh Sunan
dan Pangeran Sake. Kedatangan mereka Gunung Jati pada abad ke XVI, dan
ke Jakarta karena tidak kuat melihat berkaitan dengan penyerbuan Fatahillah
pergerakan yang terjadi di Banten. Tokoh ke Sundakelapa. Disamping sebagai
ulama di DKI Jakarta yang hidup pada tempat sholat, masjid ini juga tempat
abad XVII, antara lain Datuk Wan dan musyawarah ketika pasukan Mataram
Datuk Makhtum. Mereka diduga akan menyerang Batavia.
merupakan pendiri Masjid Sunda Kelapa,

Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung 2009


80 | Patanjala Vol. 1, No. 1, Maret 2009: 76 - 83

c). Masjid Al Alam di Marunda Undang-Undang Monumen Ordonantie


Masjid yang terletak di Kampung stbl No. 238 tahun 1931, dan diperkuat
Marunda Besar ini masuk dalam oleh SK Gubernur DKI Jakarta tanggal
Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara. 10 Januari 1972. Masjid Angke Al
Masjid ini didirikan oleh Fatahillah Anwar, didirikan tanggal 2 April 1761
ketika ia dan pasukannya menyerang atau Hari Kamis 26 Sya’ban 1174, tidak
bangsa Portugis. Masjid ini dijadikan lepas dari peran serta Fatahillah dan
sebagai tempat pengatur siasat perang Tubagus Angke.
yang dilakukan oleh pasukan Mataram
e). Masjid Kebon Jeruk
ketika melakukan penyerbuan ke Batavia.
Masjid ini dibangun pada abad
2). Masjid yang dibangun pada abad XVIII: XVIII dan berhubungan dengan orang-
a). Masjid al-Mansyur
orang Tionghoa yang menganut agama
Masjid ini berlokasi di Jalan Islam.
Sawah Lio II No. 33 yang ada di f). Masjid Krukut
Kampung Jembatan Lima, dibangun pada Masjid ini dibangun pada tahun
tahun 1717 (abad XVIII) (Heuken SJ, 1785, dan pernah dipugar pada abad XIX
2003: 43). dan XX.
b). Masjid Luar Batang g). Masjid Tambora
Masjid ini terletak di sebelah utara Masjid yang dibangun pada
tembok kota lama. Pada pertengahan pertengahan abad ke XVIII ini adalah
abad ke XVII, masjid tersebut diurug, masjid Tambora. Masjid ini terletak di
dan baru boleh dihuni sejak tahun 1730 Jalan Tambora IV yang dahulu disebut
oleh orang Jawa dari Cirebon. Di dalam Jalan Blandongan. Menurut Heuken SJ,
masjid Luar Batang terdapat sebuah batu masjid ini dibangun oleh Tionghoa
yang bertuliskan: al’ Habib Husein b. Muslim (ibid hal. 76).
Abukakar b. Abdullah al-Alaydrus yang
h). Masjid As-Salafiah di Jatinegara Kaum,
telah wafat pada hari Kamis 27 Puasa Pulogadung Jakarta Timur.
1169 berkebetulan 24 Juni 1756.
Ketika Jan Pieter Zoon Coen,
c). Masjid Jamian-Nawier atau lebih
membumihanguskan keraton, masjid, dan
dikenal sebagai Masjid Jami’ Pekojan di
rumah-rumah penduduk, Pangeran
Batavia, atau Jakarta tempo dulu
Jaketra dan pengikutnya hijrah ke
Masjid yang terletak di Jalan Jatinegara Kaum, ia membangun sebuah
Pekojan No. 79, masuk dalam Kecamatan masjid As-Salafiah. Daerah tersebut
Tambora, Jakarta Barat. Masjid ini mengambil nama kaum, karena dihuni
didirikan oleh Pangeran Dahlan, dikenal oleh kaum-kaum ningrat terutama dari
sebagai ulama yang sangat disegani pada kasultanan Banten. Pangeran Jaketra
masanya. Masjid ini dikenal sebagai menjadikan masjid sebagai tempat
tempat berkumpulnya para pejuang, yang bergerilya dan menyusun kekuatan untuk
dikomandani oleh Dahlan. melawan Belanda.
d). Masjid Angke Al-Anwar 3). Masjid yang dibangun pada abad XIX
Sekilas masjid ini hanya
a). Mesjid at-Taibin
merupakan sebuah surau kampung,
namun termasuk dalam katagori benda Masjid ini berlokasi di Jalan Kaki
cagar budaya, yang dilindungi oleh Lie, didirikan pada tahun 1815, dengan

2009 Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung


Penyebaran Agama Islam di Jakarta Abad XVII – XIX (Lasmiyati) | 81

gaya bangunan campuran antara Eropa Masjid Al Makmur berlokasi di


dan Indonesia. Masjid ini pernah menjadi tanah Abang Jakarta. Masjid tersebut
markas Siliwangi. penyimpanan logistik, dahulunya hanya mushola yang dibangun
dan tempat para ulama memberikan pada tahun 1704 M oleh KH Muhammad
semangat kepada pejuang dalam Asyuro. Ia merupakan bagian dari laskar
melawan Belanda. Mataram yang kalah perang melawan
b). Langgar Tinggi
Belanda, ketika peristiwa penyerbuan
pasukan Sultan Agung ke Batavia
Masjid yang dibangun pada abad
(Republika, 15 Desember 2006).
XIX ini terletak di Kelurahan Pekojan.
Langgar ini berlantai dua, lantai atas d. Perkembangan Agama Islam Abad XIX
digunakan sebagai masjid, dan lantai
Pada pertengahan abad ke XIX,
bawah digunakan sebagai tempat tinggal
proses penyebaran agama Islam di
pengurus masjid. Langgar tinggi ini
Jakarta ditandai dengan banyaknya
terdapat unsur-unsur arsitektur Eropa
orang-orang Betawi yang menunaikan
(yaitu pada pilar klasisisme, kemudian
ibadah haji ke Mekah. Di Mekah mereka
Tiongkok dan arsitektur Jawa. Masjid
banyak bertemu dengan masyarakat
Langgar Tinggi dibangun pada tahun
Indonesia lainnya baik dari Banten, Jawa,
1829 menyatu dengan Kali Angke. Bila
Thailand/Phanai, dan Minangkau.
para jamaah yang melaksanakan sholat
Dibandingkan dengan masyarakat dari
fardlu di masjid tersebut dapat langsung
berbagai daerah tersebut, orang-orang
mengambil air wudlu di kali Angke.
Betawi yang menunaikan ibadah haji
(www.strada.or.id)
termasuk yang paling banyak. Selama
c). Masjid Nurushshabah mereka berada di Mekah mereka
Masjid yang didirikan 1839 ini memakai nama-nama daerah mereka.
dahulunya disebut Masjid Pos Bidaracina Misalnya ulama yang berasal dari Betawi
yang pendirinya bernama Imam menggunakan nama belakang dengan
Muhamad. Ia memperoleh tanah dari kata Al Batawi, Begitu pula ulama yang
kumpeni. berasal dari Banten menggunakan nama
d). Masjid Al-Atiq
dibelakangnya Al Bantani, yang dari
Masjid yang berlokasi di Jalan Jawa Al Jawani, dan sebagainya. Dari
Masjid I Kampung Melayu Besar Jakarta beberapa ulama tersebut ulama dari
Selatan, merupakan peninggalan Sultan Betawi yang paling terkenal adalah
Sultan Hasanudin. Hal itu dilihat dari Syekh Junaid al-Batawi asal kampung
arsitekturnya, bahwa masjid ini berdiri Pekojan (Betawi). Di kala naik haji
pada abad XVI. Masjid ini pernah pada abad ke XVIII, ia pernah dipercaya
menjadi tempat persembunyian si Pitung sebagai imam masjid di Masjidil Haram
ketika melarikan diri dari penjara oleh penguasa Hejaz. Disamping itu ia
Meester Cornelis (Jatinegara), pada tahun juga dipercaya untuk mengajar di
1890. Ia jagoan Betawi, dan pembela serambi masjid tersebut. Syekh Junaid Al
rakyat kecil. Atas saran pengurus masjid Batawi mempunyai empat orang anak
tersebut, si Pitung diperbolehkan yang terdiri dari dua laki-laki dan dua
bersembunyi di masjid tersebut dalam orang perempuan. Kedua anak laki-laki
jangka waktu yang tidak ditentukan. tersebut masing-masing bernama Said
dan Sa’ad, mereka meneruskan kiprah
e). Masjid Jami al Makmur orang tuanya sebagai penyebar agama
Islam di Betawi. Syekh Junaid Al Batawi

Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung 2009


82 | Patanjala Vol. 1, No. 1, Maret 2009: 76 - 83

mempunyai banyak murid yang akhirnya Wijayakrama. Pangeran Wijayakrama


menyebar ke berbagai daerah di pun harus berhadapan dengan Belanda
Nusantara, mereka diantaranya adalah karena Jan Pieter Zoon Coen
Syekh Nawawi Banten. Syekh Junaid Al memorakporandakan kota Jayakarta. Ia
Batawi lama-lama dikenal di kalangan membumihanguskan rumah-rumah pen-
luas sehingga banyak sekali murid- duduk, masjid, dan keraton. Pangeran
muridnya yang menggunakan nama Al Jayakarta mengalami kekalahan. Dengan
Batawi. kekalahan tersebut, Belanda menguasai
Setelah Syekh Junaid meninggal, Jayakarta hingga mengganti nama
peran masjid diteruskan oleh ulama- menjadi Batavia. Dengan kalahnya
ulama penerusnya yang dahulu menjadi Pangeran Wijakarama, banyak sisa-sisa
muridnya dan tentu saja bersama-sama pengikutnya masih melakukan perlawan-
dengan kedua putranya. Dari murid dan an, namun kalah karena sifat pertem-
putranya tersebut akhirnya berhasil puran tersebut berskala kecil. Pangeran
menanamkan identitas Islami pada suku Jaketra putra Pangeran Wijakrama
bangsa Betawi. Sarana yang digunakan merasakan bahwa keraton kondisinya
adalah masjid dan langgar/mushola, dan sudah rusak, sehingga ia beserta
langgar yang paling terkenal adalah pengikutnya melarikan diri ke pinggiran,
Langgar Tinggi Pekojan yang didirikan diantaranya ke Jatinegara kaum dekat
1828. (Ridwan Saidi, 2002: 143). Pulo Gadung Jakarta Timur. Di sana
mereka menetap dan mendirikan masjid.
C. Penutup
Masjid-masjid tua yang ada di
Penyebaran Islam di Jakarta terjadi Jakarta, pada umumnya dibangun pada
antara abad XVII-XIX. Dalam abad XVII sampai dengan abad XIX. Di
mengislamkan Jakarta, Sunan Gunung samping sebagai tempat sholat guna
Jati memiliki peranan penting. Ketika mendekatkan diri kepada Sang Pencipta,
Fatahillah sebagai bupati di Jayakarta, juga dijadikan sebagai tempat musya-
pernah mendapat bantuan pasukan dari warah, membakar semangat untuk
Sunan Gunung Jati ketika mengalahkan mengusir penjajah, dan tempat menye-
Kerajaan Sunda. Dengan kalahnya barkan agama Islam. Bahkan di masjid
Kerajaan Sunda oleh Fatahillah, secara pula si Pitung sang pejuang bersembunyi
otomatis wilayah Sunda kelapa menganut tatkala ia dikejar oleh tentara Belanda.
agama Islam. Apalagi pasukan Fatahilah Dahulu, masjid-masjid di Jakarta
yang mendapat dukungan dari Demak. bukan hanya sebagai tempat dakwah
Dengan kemenangan Fatahillah tersebut dalam menyebarkan agama Islam,
secara tidak langsung agama Islam mulai melainkan juga sebagai tempat musya-
berkembang di Jakarta. Fatahillah kemu- warah dan membangkitkan semangat
dian digantikan oleh putranya Tubagus perjuangan. Diharapkan masjid-masjid
Angke. Pada masa itulah pasukan yang dibangun pada abad XVII–XIX
Belanda datang ke Indonesia di bawah dilestarikan sebagai saksi sejarah.
pimpinan Jan Pieter Zoon Coen. Selama
Tubagus Angke menjabat sebagai bupati DAFTAR PUSTAKA
di Jayakarta, tidak ditemukan bukti-bukti Asmar, Teguh et al. 1975.
mengenai penyebaran Agama Islam. Dari Sejarah Jawa Barat, dari masa
Tubagus Angke digantikan oleh putranya Pra Sejarah Hingga Masa
yaitu Pangeran Wijayakrama, atau Penyebaran Agama Islam.
dikenal dengan nama Pangeran Jayakarta Bandung: Proyek Penunjang Pe-

2009 Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung


Penyebaran Agama Islam di Jakarta Abad XVII – XIX (Lasmiyati) | 83

ningkatan Kebudayaan Nasional Babad Tanah Betawi, Jakarta:


Propinsi Jawa Barat. Gria Media Prima.
______. 2004. Shahab, Alwi. 2006.
Lintasan Sejarah Jakarta. “Masjid-masjid Tua di Jakarta”,
Jakarta: Dinas Kebudayaan dan Republika, 23 Juni 2006.
Permuseuman Propinsi DKI
Soemardjo, RH Unang. 1983.
Jakarta.
Meninjau Sepintas Panggung
Heuken SJ. 2003. Sejarah Pemerintahan Kerajaan
Masjid-masjid Tua di Jakarta. Cerbon, 1479-1809. Bandung:
Jakarta: Cipta Loka Caraka. Tarsito.
Muljana, Slamet. 1980.
Sumber Elektronik
Dari Holotan ke Jayakarta,
http://www.jakarta.go.id/sejarah
Jakarta: Idayu.
pemerintahan.html.
Republika, 15 Desember 2006 http://kpsbbi-historia.blogdrive.com
Saidi, H. Ridwan. 2002. http:// www.strada.or.id
http:// kpsbi-historia.blogspot.com
http://kian-santang-blogspot.com.

Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung 2009

Anda mungkin juga menyukai