4.evaluasi Kebijakan Reformasi Birokrasi PDF
4.evaluasi Kebijakan Reformasi Birokrasi PDF
EVALUASI KEBIJAKAN
REFORMASI BIROKRASI
Pengarah:
Edi Effendi Tedjakusuma
Penanggung Jawab:
Yohandarwati Arifiyatno
Tim Penyusun:
Bambang Triyono
Haryo Raharjo
Faiq
Meitha Ika Pratiwi
Novi Mulia Ayu
Tini Partini Nuryawani
Tenaga Ahli:
Denny Hernawan
KATA PENGANTAR
Akhirnya, kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu penyusunan laporan evaluasi ini.
Yohandarwati Arifiyatno
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL
Halaman
DAFTAR GAMBAR
Halaman
BAB I
PENDAHULUAN
1.2. Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dalam pelaksanaan kegiatan Evaluasi
Kebijakan Reformasi Birokrasi adalah:
1. Melihat sejauhmana pencapaian kebijakan pembangunan
reformasi birokrasi dalam pencapaian sasaran pembangunan
yang telah ditentukan;
2. Mengidentifikasi faktor-faktor penyebab pencapaian sasaran;
3. Menyusun rekomendasi dalam upaya perbaikan kebijakan
pembangunan selanjutnya.
1.4. Keluaran
Keluaran yang diharapkan dari kegiatan Evaluasi Kebijakan
Reformasi Birokrasi berupa laporan hasil evaluasi yang memuat
pencapaian dan identifikasi permasalahan pembangunan Bidang
Reformasi Birokrasi beserta rekomendasi kebijakannya.
BAB II
KERANGKA KONSEPTUAL
Tabel 2.1.
Pre-Test, Post-Test, Control-Group Evaluation Design
Indicators
Before program status After program status
Treatment Group/TG T1 T2
Control Group/CG C1 C2
T1 : Nilai indikator TG sebelum program diimplementasikan
T2 : Nilai indikator TG sesudah program diimplementasikan
C1 : Nilai indikator CG sebelum program diimplementasikan
C2 : Nilai indikator CG sesudah program diimplementasikan
Tabel 2.2.
Interrupted Time-Series Evaluation Design
Indicators
Before program status After program status
One group B1-B2-B3-B4 A1-A2-A3-A4
B1-B4 : Nilai indikator bagi kelompok untuk periode observasi sebelum program
diimplementasikan
A1-A4 : Nilai indikator bagi kelompok untuk periode observasi setelah program
diimplementasikan
Tabel 2.3.
Pendekatan Evaluasi Kebijakan (Dunn, 2010)
Tabel 2.4.
Tipe Evaluasi (Finance, 1994)
No Tipe Evaluasi Pengujian dasar
1 Evaluasi Kecocokan 1. Apakah kebijakan yang sedang berlangsung cocok
untuk dipertahankan?
2. Apakah kebijakan baru dibutuhkan untuk mengganti
kebijakan tersebut ?
3. Siapakah seharusnya yang menjalankan kebijakan
publik tersebut: pemerintah atau sektor swasta ?
Tabel 2.5.
Indikator Bidang Pembangunan Aparatur Negara
Sasaran Indikator Data Sumber Level Ket
Data Pengukuran
A. Peningkatan Penyelenggaraan Aparatur yang Bersih dan Bebas KKN
Peningkatan Peningkatan Indeks World Bank Level nasional Jenis
Pencegahan Indeks Pencegahan (hasil sampling) Pengumpulan
Korupsi Pencegahan Korupsi data melalui
Korupsi Survei
Peningkatan Indeks Sistem Indeks Sistem KPK Level nasional Data belum
Sistem Integritas Integritas (Sesuai terbangun
Integritas Nasional Nasional Perpres
Nasional 55/2012)
Peningkatan Peningkatan Ease of Doing World bank Level nasional Survei (Data
Peringkat Ease of Doing Business (hasil sampling) telah
Kemudahan Business Index terbangun)
Berusaha
1 Penyelenggaraan
Pemerintahan
2 Pelayanan
Implementasi Masyarakat Umum
Validasi
program RB Hasil Kajian Rekomendasi
3 Pelayanan Dunia
Usaha/Bisnis
B
Identifikasi kekuatan dan kelemahan
program RB
C
Identifikasi Kebijakan (utama, pendukung)
BAB III
METODE EVALUASI
Gambar 3.1
Prosedur Evaluasi Program (Kualitatif)
seperti apa yang akan menjadi fokus. Berdasarkan hal tersebut, salah
satu alternatif yang dapat dipertimbangkan adalah fokus pada
pelayanan dasar bagi masyarakat. Dengan demikian, dalam telaahan
pembangunan reformasi birokrasi terkait pelayanan publik akan
ditujukan pada, misalnya, layanan publik di sektor pendidikan dan
kesehatan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan serta
Kementerian Kesehatan. Oleh karena itu, sampel yang akan diambil
adalah program-program sektor pendidikan dan kesehatan yang
dirancang dan berkaitan dengan pelayanan publik pada masyarakat
sasaran.
Tabel 3.1
Kebutuhan Data untuk
Kajian Evaluasi Kebijakan Pembangunan Reformasi Birokrasi
Aspek Pelayanan
No Rincian Kebutuhan Data Sumber Data
Publik
1 Penyelenggaraan Kelembagaan Data capaian Online desk
Pemerintahan program RB aspek research,
kelembagaan publikasi data
Identifikasi masalah pemerintah
yang dihadapi
Business process Data capaian Online desk
program RB aspek research,
business process publikasi data
Identifikasi masalah pemerintah
yang dihadapi
SDM Aparatur Data capaian Dokumen
program RB aspek Laporan
business process Tahunan
Identifikasi masalah Pelaksanaan
yang dihadapi RB K/L
Standar Tingkat pencapaian 15 SPM
Pelayanan Standar Pelayanan Bidang
Minimum (SPM)
2 Masyarakat Pemenuhan Data Indeks Online desk
Umum pelayanan Pembangunan research,
Kebutuhan Manusia (IPM) publikasi data
Dasar (basic pemerintah
needs)
Integritas Indeks Integritas Publikasi
pelayanan publik Pelayanan Publik Hasil Survei
Pusat dan Daerah Integritas
Sektor Publik
(KPK)
Kepuasan Indeks Kepuasan Publikasi
Masyarakat atas Masyarakat (IKM) Kemenpan-
pelayanan publik atas Pelayanan RB
Publik
Pelayanan publik Data PTSP Publikasi
terpadu (Prov/Kab/Kota) Kementerian
Dalam Negeri
3 Dunia Tingkat Ease of Doing Publikasi
Usaha/Bisnis kemudahan Business Index EDBI (The
berusaha (ease (EDBI) World Bank)
of doing
business)
BAB IV
REVIEW KEBIJAKAN TERKAIT
PEMBANGUNAN REFORMASI BIROKRASI
Tabel 4.1.
Area Perubahan RB
4. Maklumat pelayanan;
5. Pengelolaan pengaduan, yaitu proses penanganan pengaduan
mulai dari tahap penyeleksian, penelaahan, dan
pengklasifikasian sampai dengan kepastian penyelesaian
pengaduan;
6. Penilaian kinerja, yaitu hasil pelaksanaan penilaian
penyelenggaraan pelayanan yang dilakukan oleh
penyelenggara sendiri, bersama dengan pihak lain, atau oleh
pihak lain atas permintaan penyelenggara untuk mengetahui
gambaran kinerja pelayanan dengan menggunakan metode
penilaian tertentu.
Khusus dalam kaitannya dengan biaya/tarif pelayanan publik,
ketentuan pasal 31 menyebutkan bahwa pada dasarnya merupakan
tanggung jawab negara dan/atau masyarakat. Apabila dibebankan
kepada masyarakat atau penerima pelayanan, maka penentuan
biaya/tarif pelayanan publik tersebut ditetapkan dengan persetujuan
Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Provinsi, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota dan
berdasarkan peraturan perundang-undangan.
Pengawasan penyelenggaraan pelayanan publik dilakukan oleh
pengawas internal dan pengawas eksternal. Pengawasan internal
penyelenggaraan pelayanan publik dilakukan melalui pengawasan
oleh atasan langsung sesuai dengan peraturan perundang-
undangan; dan pengawasan oleh pengawas fungsional sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.
Sementara pengawasan eksternal penyelenggaraan pelayanan publik
dilakukan melalui:
1. Pengawasan oleh masyarakat berupa laporan atau pengaduan
masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan publik;
2. Pengawasan oleh ombudsman sesuai dengan peraturan
perundang-undangan; dan
3. Pengawasan oleh Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah Kabupaten/Kota.
Evaluasi Kebijakan Reformasi Birokrasi 59
Laporan Akhir
pelayanan publik, yaitu: (1) ruang lingkup pelayanan publik, (2) sistem
pelayanan terpadu, (3) pedoman penyusunan standar pelayanan, (4)
proporsi akses dan kategori kelompok masyarakat dalam pelayanan
berjenjang, (5) pengikutsertaan masyarakat dalam penyelenggaraan
pelayanan publik, (6) pembinaan dan pengawasan, dan (7) sanksi.
Pada tataran yang lebih teknis dan operasional Kementerian PAN
dan RB telah mengeluarkan 2 (dua) peraturan terkait sebagai
pedoman untuk mengimplementasikan UU Pelayanan Publik
tersebut, yaitu: (1) Permen PAN dan RB No. 36/2012 tentang
Petunjuk Teknis Penyusunan, Penetapan, dan Penerapan Standar
Pelayanan, dan (2) Permen PAN dan RB No.38/2012 tentang
Pedoman Penilaian Kinerja Unit Pelayanan Publik.
BAB V
Tabel 5.1.
Perkembangan Capaian Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola
Target
Indikator Tahun dan Perkembangan Capaian RPJMN
Sumber Satuan
Sasaran 2010-
2009 2010 2011 2012 2014
Sasaran 1 : Penyelenggaraan Pemerintahan yang Bersih dan Bebas KKN
Angka indeks 32 ª)
IPK TI 2.8 2.8 3.0 5.0
(skala 1 -10) 32 b)
Opini WTP
Persentase
BPK atas BPK 41 56,41 63 77 ** 100
capaian WTP
LKKL (Pusat)
Opini WTP
BPK atas Persentase
BPK 2,68 3 9 16** 60
LKPD capaian WTP
(Daerah)
Sasaran 2 : Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik
Integritas
Angka indeks
Pelayanan KPK 6,64 6,16 7,07 6,86 c) 8.0
(skala 1 -10)
Publik (Pusat)
Integritas
Pelayanan Angka indeks
KPK 6,46 5,26 6,00 6,32 d) 8.0
Publik (skala 1 -10)
(Daerah)
Indeks
Kepuasan
Masyarakat
Kemen Angka indeks
(IKM) atas 57 60 76,6 * 85
PAN RB (skala 1 -10)
Pelayanan
Publik
Target
Indikator Tahun dan Perkembangan Capaian RPJMN
Sumber Satuan
Sasaran 2010-
2009 2010 2011 2012 2014
Jumlah PTSP
di Daerah Kemen
360 394 420 444 530
(Prov/Kab/ dagri
Kota)
Sasaran 3 : Kapasitas dan Akuntabilitas Kinerja Birokrasi
Indeks
Efektivitas
Angka indeks
Pemerintahan -0,26 -0,19 -0,24
(-2.5 – 2.5)
(government
effectiveness)
LAKIP
Persentase
Instansi Pusat Kemen K/L yg
47,37 63,29 82,93 95.06 100
yg Akuntabel PAN RB menyam-
paikan LAKIP
Persentase
Instansi Instansi
Kemen
Provinsi yg provinsi yang 3,76 31,03 63,33 75.76 80
PAN RB
Akuntabel menyampaika
n LAKIP
Persentase
Instansi instansi
Kemen
Kab/Kota yg kab/kota yang 5,08 8,77 12,78 * 60
PAN RB
Akuntabel menyampaikan
LAKIP
Reformasi Birokrasi
Instansi Pusat
Kemen
yg melaksa- 5 14 16 40 100%
PAN RB
nakan RB
33
Prov 100%
Instansi
33 Prov,
Daerah yg Kemen
- - - Kab, 60%
melaksana- PAN RB
33 Kab/
kan RB
Kota Kota
***
Keterangan:
* Data Belum Tersedia; ** Data berdasarkan Data IHPS Semester I Tahun 2012; *** Direncanakan akan
dilaksanakan tahun 2013
ª : skala 100; b : skor 2013 adalah 32; c : skor 2013 adalah 7,37; d : skor 2013 adalah 6,82
Tabel 5.2.
Indikator SPM Bidang Kesehatan Realisasi Nasional
Tahun 2009-2012
Cakupan Pertolongan
Persalinan Oleh Tenaga
Kesehatan yang 3,990,007 4,174,534 4,108,773 3,894,393
Memiliki Kompetensi
Kebidanan
Cakupan Pelayanan
3,344,037 3,930,190 4,037,094 3,770,160
Nifas
Cakupan Neonatus
dengan Komplikasi yang 256,145 450,778 670,974 402,625
Ditangani
Cakupan Kunjungan Bayi 3,814,095 4,016,530 4,022,049 3,732,437
Cakupan Desa/
Kelurahan Universal
123,247 87,118 91,719 75,467
Child Immunization
(UCI)
Cakupan Pelayanan
12,151,445 12,301,625 12,819,624 11,707,418
Anak Balita
Cakupan Pemberian
Makanan Pendamping
212,215 328,118 335,048 307,908
ASI pada Anak usia 6 - 24
bulan Keluarga Miskin
Cakupan Balita Gizi
Buruk Mendapat 58,429 132,514 76,961 65,521
Perawatan
Cakupan Penjaringan
Kesehatan Siswa SD dan 5,618,316 5,191,094 3,850,592 3,935,506
Setingkat
Cakupan Peserta KB
29,694,874 31,278,123 28,818,276 28,831,606
Aktif
Cakupan Penemuan Dan
Penanganan Penderita
Penyakit - Acute Flacid
1,520 295,950 673,278 933,500
Paralysis (AFP) rate per
100.000 penduduk < 15
tahun
Cakupan Penemuan dan
Penanganan Penderita
Penyakit - Penemuan 618,052 767,080 584,107 492,078
Penderita Pneumonia
Balita
Gambar 5.2
Jumlah PTSP /OSS di K/L (Pemda)
Tabel 5.3.
Capaian Implementasi Pengadaan Secara Elektronik
Tahun 2009–2012
Capaian
No Indikator Satuan
2009 2010 2011 2012*)
Realisasi paket
1. pengadaan melalui paket 1.724 6.397 24.475 44.376
LPSE
Nilai pengadaan Rp.
2. 3.372 13.424 53.786 74.142
melalui LPSE miliar
Efisiensi anggaran
Rp.
3. (selisih pagu anggaran 518,9 1.386 4.474 5.164
miliar
dengan hasil lelang)
Persentase
4. penghematan % 16,54 10,69 11,72 11.50
anggaran
Sumber: LKPP, data per Juni 2012
Catatan: *) Realisasi s/d Juni 2012
untuk setiap unit pelayanan publik. Hasilnya, survei IKM hingga bulan
Juni 2012 telah dilaksanakan di 13 Provinsi dan 154 Kabupaten/Kota.
Ke depan, terus ditingkatkan upaya membina dan mendorong agar
daerah kabupaten/kota dapat melaksanakan survey IKM dengan
lebih baik. Selanjutnya, sebagai salah satu acuan bagi pelaksanaan
UU No.25/2009 tentang Pelayanan Publik, telah diterbitkan Permen
PAN dan RB No.36/2012 tentang Petunjuk Teknis Penyusunan,
Penetapan dan Penerapan Standar Pelayanan. Diharapkan hal ini
makin meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat.
Gambar 5.3
IKM di K/L dan Pemda
Tabel 5.4.
Perbandingan Skor Government Effectiveness Negara ASEAN
Tahun 2007-2011
Tahun
No NEGARA
2007 2008 2009 2010 2011
1 Singapore 2.32 2.37 2.26 2.24 2,16
2 Brunei Darussalam 0.94 0.90 0.92 0.88 0,88
3 Malaysia 1.22 1.14 0.96 1.09 1,00
4 Thailand 0.32 0.21 0.17 0.08 0,10
6 Indonesia -0.26 -0.22 -0.26 -0.19 -0,24*
5 Vietnam -0.17 -0.16 -0.29 -0.30 -0,28
7 Philippines 0.07 0.01 -0.11 -0.10 0,00
9 Cambodia -0.86 -0.94 -0.79 -0.82 -0,75
8 Laos -0.86 -0.87 -1.02 -0.94 -0,91
10 Myanmar -1,45 -1,51 -1,65 -1.67 -1,64
Catatan * : data tahun 2012 adalah -0,29
Gambar 5.4.
Perkembangan Nilai IIN Tahun 2007 - 2012
Gambar 5.5.
Skor Indeks Integritas Sektor Publik 2012
Tabel. 5.5
Unit Layanan Instansi Pusat dengan Skor Total Integritas > 7
No Unit Layanan Instansi Indeks Integritas
Pengalaman Potensi Total Unit
Layanan
1 Layanan Pengajuan Klaim Jamsostek 8.03 6.36 7.47
Asuransi Jaminan Hari Tua
2 Layanan Pengajuan Klaim Jamsostek 8.01 6.37 7.46
Kecelakaan Kerja
3 Layanan Penyetaraan Ijazah Kemdikbud 8.04 6.30 7.46
4 Akreditasi Program Studi Kemdikbud 8.09 5.99 7.39
5 Persetujuan Impor Kemdag 7.46 7.15 7.36
6 Izin Usaha BKPM 7.64 6.68 7.32
7 Pelayanan Jasa Pengujian BPOM 7.63 6.61 7.29
8 Surat Izin Usaha Perikanan (SIUP) KKP 7.70 6.37 7.25
9 Pendaftaran Penanaman Modal BKPM 7.61 6.40 7.21
10 Pelayanan Jasa Sertifikasi BPOM 7.55 6.43 7.18
11 Layanan Izin Pemasukan dan Kemtan 7.50 6.46 7.15
Pengeluaran Benih Hortikultura
12 Lembaga Penyalur Dana Bergulir KKUKM 7.53 6.38 7.15
13 Izin Edar PKRT (Perbekalan Kemkes 7.61 6.12 7.11
Kesehatan Rumah Tangga)
14 Surat Izin Pengerahan(SIP) BNP2TKI 7.34 6.57 7.09
15 Pengolahan Limbah Radioaktif BATAN 7.63 5.89 7.05
16 Sertifikasi Personel BATAN 7.56 6.02 7.05
17 Izin Penyalur Alkes Kemkes 7.64 5.83 7.04
18 Layanan Angkutan Kota Antar Kemhub 7.34 6.34 7.01
Provinsi
19 Pelayanan Pengelolaan Properti Angkasa 7.71 5.57 7.00
Bandara Pura II
Tabel 5.6.
Perbandingan Peringkat Doing Business Negara ASEAN
2008-2012
Peringkat Negara Anggota ASEAN
No Negara 2008 2009 2010 2011 2012 2013
(181 (181 (183 (183 (183 (189
Negara) Negara) Negara) Negara) Negara) Negara)
1 Singapura 1 1 1 1 1 1
2 Thailand 19 12 16 16 17 18
3 Malaysia 25 21 23 23 18 6
4 Vietnam 87 91 88 90 98 99
5 Brunei 83 94 117 86 83 59
6 Indonesia 127 129 115 126 129 120
7 Philipina 136 141 146 134 136 108
8 Kamboja 150 139 145 138 138 137
9 Myanmar - - - - - 182
10 Laos 162 165 169 163 165 159
Tabel 5.7.
Perbandingan Skor Regulatory Quality Negara ASEAN
Tahun 2007-2011
Tahun
No Negara
2007 2008 2009 2010 2011
1 Singapore 1.83 1.91 1.80 1.80 1,83
2 Brunei Darussalam 0.98 0.80 1.09 1.11 1,17
3 Malaysia 0.53 0.37 0.30 0.58 0,66
4 Thailand 0.15 0.24 0.24 0.19 0,24
5 Philippines -0.10 -0.06 -0.11 -0.26 -0,26
6 Indonesia -0.32 -0.29 -0.31 -0.37 -0,33*
7 Cambodia -0.49 -0.46 -0.45 -0.47 -0,45
8 Vietnam -0.51 -0.58 -0.59 -0.57 -0,61
9 Laos -1.17 -1.13 -1.06 -1.03 -0,96
10 Myanmar -2.22 -2.19 -2.24 -2.23 -2,13
Catatan * : skor tahun 2012 adalah -0,28
Tabel 5.8.
Peringkat FDI Confidence Index Indonesia
No Tahun Peringkat
BAB VI
Tabel 6.1.
Problematika Dimensi Kelembagaan
Tabel 6.2.
Problematika SDM Aparatur
strategis yang harus dicapai oleh suatu institusi. Ketiadaan IKU dan
Tapkin tentu akan menyulitkan institusi yang bersangkutan untuk
mencapai dan/atau mengukur tercapai tidaknya kinerja yang telah
ditentukan.
Sementara itu, ada sejumlah hal penting terkait dengan sistem dan
prosedur kerja dalam upaya melayani masyarakat, yaitu tentang
pelaksanaan standar pelayanan minimum (SPM), pelaksanaan
pelayanan terpadu satu pintu (PTSP), dan penerapan e-government.
Sampai saat ini ada 15 jenis Standar Pelayanan Minimum (SPM) yang
telah diterbitkan. Dokumen Standar Pelayanan Minimum (SPM) ini
harus menjadi acuan bagi pemerintah pusat dan daerah dalam
menyediakan pelayanan bagi masyarakat.
Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) merupakan inovasi
penyelenggaraan pemerintahan untuk memberikan kemudahan bagi
masyakarakat dalam menerima informasi dan pelayanan, terutama
pelayanan pengurusan perizinan berusaha. Berdasarkan data yang
tersedia terlihat bahwa dari 33 Provinsi yang ada di Indonesia, hanya
11 Provinsi yang telah 100 persen menerapkan PTSP baik di
pemerintah provinsi maupun di pemerintah kabupaten/kota yaitu
Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Provinsi Riau, Provinsi Jambi,
Provinsi Sumatera Selatan, Provinsi Bengkulu, Provinsi Lampung,
Provinsi DI Yogyakarta, Provinsi Jawa Timur, Provinsi Bali, Provinsi
Kalimantan Selatan dan Provinsi Sulawesi Utara. Provinsi lainnya
masih berkisar 17-97 persen kabupaten/kota yang telah memiliki atau
melaksanakan PTSP tersebut.
Khusus dalam hal penerapan e-government data pada tahun 2012
menunjukkan bahwa terdapat 8 Lembaga Tinggi Negara, 34
Kementerian, 4 Lembaga Setingkat Menteri, 28 Lembaga Non
Kementerian yang telah menerapkan e-government. Penggunaan e-
government dalam tata kerja pemerintahan sebagian besar masih
terbatas pada penyediaan website lembaga sebagai sarana publikasi
informasi kepada masyarakat.
Terakhir, dengan merujuk pada hasil kajian Lembaga Administrasi
Negara (2010), terkait dengan dimensi ketatalaksanaan ini ada
sejumlah masalah pokok yang dihadapi sebagaimana dapat dilihat
dalam tabel berikut
106 Evaluasi Kebijakan Reformasi Birokrasi
Laporan Akhir
Tabel 6.3.
Problematika Ketatalaksanaan
responden menilai tak ada satu pun institusi negara yang bisa
menjalankan fungsi dan tugasnya sesuai harapan publik. Simpulan ini
menunjukkan wujud konkret hilangnya kepercayaan publik terhadap
negara dengan menunjukkan persepsi atau pendapat tentang tidak
adanya lembaga negara yang dianggap masih mampu menjalankan
fungsinya. Secara khusus, sebagian besar publik survei ini
mengekspresikan ketidakpuasan mereka terhadap kinerja
pemerintah dalam empat hal.
Pertama, pemerintah dianggap kurang cakap mengurus
penyelesaian sengketa pertanahan.
Kedua, meski menyandarkan pemasukan negara dari proses produksi
dan ekspor komoditas yang dihasilkan para buruh, pemerintah dinilai
tidak bisa menyelesaikan perselisihan perburuhan.
Ketiga, publik menilai pemerintah tidak bisa menjamin hak hidup
ataupun beribadah warga minoritas.
Keempat, menyangkut ketidakseriusan pemerintah menuntaskan
kasus-kasus korupsi yang melibatkan personel institusi negara.
Sedangkan Fransisca Fitri Kurnia Sri dari Yappika (2012) secara agak
spesifik juga mengemukakan sejumlah masalah di sektor pelayanan
publik, yaitu:
1. Rendahnya kualitas produk dan penyelenggaraan layanan
karena belum disusunnya standar pelayanan. Contoh: air
minum, kesehatan, pendidikan, dan transportasi. Namun
sebagian besar masyarakat tetap menggunakan produk
tersebut karena ketiadaan alternatif layanan publik lainnya.
2. Paradigma pemerintah yang belum berubah, tidak
memposisikan masyarakat sebagai tujuan sekaligus subyek
dalam penyelenggaraan pelayanan publik. Hal ini
mengakibatkan masyarakat diperlakukan sebagai pihak yang
tidak memiliki daya tawar, menghadapi prosedur yang
berbelit-belit, dan biaya mahal.
3. Ketiadaaan akses terhadap pelayanan yang berkualitas bagi
masyarakat miskin, marjinal serta kelompok rentan.
4. Keberadaan dan fungsi mekanisme penyelesaian keluhan
dan sengketa. Masyarakat tidak diposisikan sebagai subyek
dalam penyelenggaraan pelayanan publik maka keluhan
masyarakat tidak dianggap penting.
5. Peran pengawasan dan penyelesaian sengketa secara
internal dan eksternal tidak berjalan. DPR/D dan Ombudsman
RI belum maksimal menjalankan mandat sebagai pengawas
ekternal.
6. Ruang partisipasi publik dalam penyelenggaraan pelayanan,
seperti: standar pelayanan dan maklumat layanan, mekanisme
pengaduan, penyelesaian sengketa, lembaga pengawasan
masyarakat, monitoring dan evaluasi serta pemberian
penghargaan telah dijamin. Namun, sejak UU No.25/2009
disahkan belum terbit aturan turunan yang lebih bisa
mengoperasionalkan isi UU tersebut. Meskipun telah terbit
Surat Edaran KemenPAN No.8/2009 tentang Pelaksanaan
Lebih Lanjut UU No.25/2009 tentang Pelayanan Publik tetapi
belum bisa mendorong percepatan pelaksanaannya.
Gambar 6.1.
Sepuluh Faktor Paling Bermasalah dalam Memulai Usaha
6.4. Kesimpulan
Dari keseluruhan penjelasan tersebut diatas, ada sejumlah simpulan
penting terkait identifikasi permasalahan pelayanan publik di ketiga
pilar governance tersebut (pemerintah, masyarakat, dunia usaha)
yang perlu dicermati sebelum disusun rekomendasi untuk solusinya,
yaitu :
1. Pelayanan publik dalam penyelenggaraan pemerintahan telah
menunjukkan adanya peningkatan yang cukup signifikan
dilihat dari capaian indikator kinerja pelayanan (misalanya
dalam bentuk IKU) yang diberikan K/L/Pemda sebagaimana
ditunjukkan oleh hasil evaluasi LAKIP oleh pihak Kementerian
PAN dan RB, policy framework yang telah mulai fokus pada
pentingnya pelayanan publik, serta pelibatan partisipasi publik
dalam penyelenggaraan pelayanan oleh K/L/Pemda. Namun,
pelayanan publik dalam penyelenggaan pemerintahan ini
dinilai masih belum optimal mengingat masih kuatnya kultur
birokratisme dalam penyelenggaraan pemerintahan,
paradigma pelayanan publik oleh aparatur yang belum
bergeser dari dilayani menjadi melayani, belum optimanya
pemanfaat teknologi informasi dalam pembuatan keputusan
dan pelayanan publik, dan sebagainya. Dalam konteks ini
perlu disusun rekomendasi yang melibatkan pemanfaatan
unsur SDM aparatur, teknologi informasi, serta kultur secara
terintegrasi.
2. Pelayanan publik terhadap masyarakat juga telah
menunjukkan adanya perubahan yang cukup signifikan,
setidaknya dilihat dari data time series berupa indeks hasil
Survey Integritas Sektor Publik yang dilakukan KPK yang
cenderung menunjukkan peningkatan pada skor indeks pada
level nasional. Itupun dengan catatan kecil, peningkatan
angka Indeks Integritas Nasionalnya meningkat secara
perlahan. Adapun yang menjadi kendala utama adalah terkait
dengan mentalitas SDM aparatur dalam memberikan
pelayanan yang cenderung membuka peluang adanya
penyimpangan, ketidak-transparanan pelayanan (terutama
BAB VII
REKOMENDASI KEBIJAKAN
2. Integritas
Pilihan tindakan yang dapat dipertimbangkan agar
kepercayaan publik meningkat seperti: (a) Mempraktekkan
etika pemerintahan secara baik; (b) Mengambil
tanggungjawab untuk mengatasi krisis; dan (c)
Mempraktekkan transparansi dan keterbukaan dalam
penyelenggaraan pemerintahan.
3. Produk dan Pelayanan
Pilihan tindakan yang dapat dipertimbangkan agar
kepercayaan publik meningkat seperti: (a) Menawarkan
produk atau pelayanan publik yang berkualitas; (b)
Memainkan peran sebagai inovator dari gagasan, produk, atau
layanan baru.
4. Determinasi
Pilihan tindakan yang dapat dipertimbangkan agar
kepercayaan publik meningkat seperti: (a) Bekerja untuk
melindungi dan memperbaiki lingkungan; (b) Memperhatikan
kebutuhan masyarakat dalam penyelenggaraan pemerintahan
sehari-hari; (c) Membuat program-program yang berdampak
positif terhadap komunitas lokal; dan (d) Membangun
kemitraan dengan berbagai pihak untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat
5. Operasi
Pilihan tindakan yang dapat dipertimbangkan agar
kepercayaan publik meningkat seperti: (a) Kepemimpinan
pucuk yang diakui secara luas; dan (b) Masuk dalam peringkat
baik pada tingkat global.
Gambar 7.1.
Model Mentransformasi Pelayanan Publik
Tabel 7.1.
Good Practices Memulai Usaha di Berbagai Negara
No Aspek Rincian Negara Yang Mempraktekan
Informasi Kredit
Mendistribusikan data Brazil; Bulgaria; Jerman; Kenya;
tentang bantuan Malaysia; Sri Lanka; Tunisia
dibawah 1% dari
pendapatan per kapita
Mendistribusikan China; Kroasia; India; Itali;
informasi kredit baik Jordania; Panama; Afrika
yang positif maupun Selatan
negatif
Mendistribusikan Fiji; Lithuania; Nikaragua;
informasi kredit dari Rwanda; Saudi Arabia; Spanyol
retailer atau institusi
keuangan
6 Melindungi Memperbolehkan Brazil; Ghana; Islandia; India;
investor transaksi prejudisial Mauritius; Rwanda
dengan pihak-pihak
terkait
Mengatur persetujuan Belarusia; Bulgaria; Perancis;
tentang transaksi Thailand; United Kingdom
dengan pihak terkait
Mempersyaratkan Hong Kong SAR, China;
disclosure secara rinci Selandia Baru; Singapura;
United Arab Emirates; Vietnam
Memperbolehkan akses Chili; Irlandia; Israel; Slowakia;
terhadap semua Tanzania
dokumen perusahaan
selama masa pengadilan
Mempersyaratkan Australia; Mesir; Swedia; Turki;
adanya tinjauan pihak Zimbabwe
luar (external review) atas
transaksi dari pihak-
pihak terkait
Memperbolehkan akses Yunani ; Indonesia; Jepang;
terhadap semua Afrika Selatan; Timor-Leste
dokumen perusahaan
sebelum masa
pengadilan
Mendefinisikan secara Kolombia; Kuwait; Malaysia;
jelas tugas-tugas para Mexico; Slovenia; AS
direktur
7 Kemudahan Memperbolehkan Argentina; Kanada; Cina;
untuk membayar adanya self-assessment Rwanda; Sri Lanka; Turki
pajak
Memperbolehkan Australia; Kolombia; India;
diterapkannya pengisian Lithuania; Malta; Mauritius;
dan pembayaran pajak Tunisia
secara elektronik
EPILOG
Tidak lama setelah draft laporan akhir ini disusun (tepatnya tanggal
15 Januari 2014) telah ditetapkan UU No.5/2014 tentang Aparatur
Sipil Negara atau biasa dikenal dengan akronim ASN. Ditetapkannya
UU ASN ini mengganti UU No.8/1974 tentang Pokok-pokok
Kepegawaian sebagaimana telah diubah dengan UU No.43/1999
tentang Perubahan atas UU No.8/1974 tentang Pokok-Pokok
Kepegawaian serta mencabut ketentuan mengenai Kepegawaian
Daerah yang diatur dalam Bab V UU No.32/2004 tentang
Pemerintahan Daerah juncto UU No.12/2008 dan peraturan
pelaksanaannya.
Ada beberapa butir penting yang ada dalam UU ASN ini yang akan
berpengaruh terhadap RB (khususnya aspek SDM aparatur dan
kelembagaan), yaitu :
1. Jenis Pegawai ASN
Pegawai ASN terdiri atas PNS dan PPPK (Pegawai Pemerintah
dengan Perjanjian Kerja). PNS adalah Pegawai ASN yang
diangkat sebagai pegawai tetap oleh Pejabat Pembina
Kepegawaian dan memiliki nomor induk pegawai secara
nasional. PPPK adalah Pegawai ASN yang diangkat sebagai
pegawai dengan perjanjian kerja oleh Pejabat Pembina
Kepegawaian sesuai dengan kebutuhan Instansi Pemerintah
dan ketentuan Undang-Undang ini.
2. Jabatan ASN
Jabatan ASN terdiri atas:
a. Jabatan Administrasi; yang terdiri dari jabatan
administrator, pengawas dan pelaksana;
b. Jabatan Fungsional; yang terdiri dari jabatan fungsional
keahlian dan jabatan fungsional keterampilan;
DAFTAR PUSTAKA
The World Bank dan IFC. 2012. Doing Business 2012: Doing Business
in a More Transparent World. Washington DC.