wata’ala hamdan yaduumu aladdawam, wasykuruhu alal khoiri wal in aami, wa atubu ilaihi
minazzanub izooma
Asyhadu alla ilaha illallah wahdahula syarikalah, wa asyhadu anna mohammadan abduhu
warosuluh la nabiya ba’da. Allahumma solli wasallim alaa muhammadin, wa ala alihi wa ashabihi
ajmain, waman tabi ahum bi ihsanin ilaa yaumiddin, amma ba’du.
Di dalam ajaran Islam, tidak ada satu pun manusia di dunia ini yang bersih dari dosa, kecuali Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam. Siapapun dia dan apapun status sosialnya; apakah dia seorang kiai, habib,
ustadz, raja, pejabat, ahli hukum, hingga rakyat jelata; semuanya pasti pernah melakukan perbuatan dosa.
Inilah yang dapat kita pahami dari sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:
Hanya para Rasul yang senantiasa dituntun Allah ta’ala dalam tindakan dan perbuatan mereka sehingga
terselamatkan dari dosa, dan diantaranya adalah Nabi tauladan kita, Nabiyullah Muhammad shallallahu
‘alaihi wasallam. Allah ta’ala berfirman :
maa dolla soo hibukum wamaa gowaa. wamaa yantiqu anilhawaa. in huwa illa wahyun yuuhaa
“Kawanmu (Muhammad) tidak sesat dan tidak pula keliru, dan tiadalah yang diucapkannya itu menurut
kemauan hawa nafsunya, Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya)” (Q.S.
An-Najm: 2-4).
Oleh karena itu, Islam sebagai agama yang sesuai fitrah manusia memberikan solusi bagi orang-orang
yang melakukan dosa, yaitu taubat. Tidak ada lagi perbuatan terbaik bagi pendosa kecuali bertaubat.
Inilah yang dituntunkan junjungan kita Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dalam sabdanya:
(H.R. At-Tirmidzi)
Taubat berasal dari kata taaba – yatuubu – tauban - taubatan yang artinya adalah ruju’ atau kembali, yaitu
“kembali dari perbuatan maksiat menuju perbuatan taat.”
Diibaratkan seseorang yang melakukan perjalanan kemudian tersesat, jika dia meneruskan perjalanannya
maka dia akan semakin tersesat. Langkah terbaik yang harus dia lakukan adalah merubah arah kembali ke
jalan semula dan melanjutkan perjalanan ke arah yang benar.
Seseorang bisa kembali lagi ke jalan yang benar atau bertaubat, setidaknya, jika memenuhi tiga syarat.
Pertama, mengetahui dan meyakini bahwa dirinya telah menempuh jalan yang salah atau tersesat, baik
tahu dari dirinya sendiri atau diberitahu orang lain. Seseorang bisa melakukan taubat jika dia mengetahui
bahwa dirinya telah melakukan perbuatan salah atau dosa. Jika seseorang tidak mengetahui kesalahannya,
mustahil dia bisa kembali ke jalan yang benar. Dia akan terus berkubang dalam dosa dan kesesatannya.
Kesadaran bahwa seseorang telah berbuat salah ditunjukkan oleh hatinya melalui penyesalan, dan
ditunjukkan oleh lisannya dengan mengucapkan kalimat istighfar. Sebagaimana penyesalan dan istighfar
Nabi Adam ‘alaihissalam dan isterinya ketika melanggar larangan Allah ta’ala.
طقاَطل طربلطناَ ظطلطيمطناَ أطينفكطسطناَ طوإنين لطيم تطيغفنير لططناَ طوتطيرطحيمطناَ لطنطككوُنطلن نمطن ايلطخاَنسنريطن
qola robbana zolamna anfusana waillam tagfirlanaa watarhamna lanakuunanna minal khosirin
Adam dan Hawa berkata: "Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau
tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang
yang merugi.” (Q.S. Al A’raf : 23).
Untuk itu dibutuhkan ilmu bagi seorang Muslim untuk mengetahui mana yang benar dan mana yang salah
supaya dirinya bisa bertaubat. Selain itu, juga dibutuhkan kerendahan hati yang mendorong dirinya
bersedia bertaubat setelah melakukan kesalahan. Dalam sebuah riwayat yang dinisbatkan kepada Umar
Ibnul Khaththab radhiyallahu ‘anhu, beliau mengajarkan untuk melantunkan doa:
Allahumma arinal haqqo haqqo warzuqnattibaa ah, wa arinal batila batilan warzuqnajtinaba, birohmatika
yaa arhamarrohimin
Artinya:” Ya Allah Tunjukilah kami kebenaran dan berikan kami jalan untuk mengikutinya, dan
tunjukanlah kami kebatilan dan berikan kami jalan untuk menjauhinya.”
Hadirin sidang shalat Jum’at yang dirahmati Allah subhanahu wata’ala.
Kedua, bersedia memutar arah, kembali meniti jalan yang benar. Taubat bisa diwujudkan dalam diri
seseorang jika dia, dengan rendah hati, bersedia berjalan kembali ke arah yang benar.
Memang taubat akan selalu menemui halangan dan hambatan. Bisa jadi, cibiran dan cemoohan
masyarakat hadir menyertai perjalanan taubatnya. Bahkan yang lebih menyakitkan, lingkungan baru yang
ingin dia masuki, terkadang menunjukkan sikap penolakan. Semua itu harus dilalui bagi orang yang
hendak sungguh-sungguh bertaubat.
Itulah yang dialami Nabi Adam ‘alaihissalam ketika berjalan menuju taubatnya; dibuang dari surga,
berjalan tertatih-tatih di dunia dan terpisah dari isteri tercinta. Sampai akhirnya Allah-pun menerima
taubatnya.
َضلُل طولط يطيشطقى ض طعكدوو فطإ نلماَ يطأيتنيطنلككيم نمتني هكلدىَ فططمنن اتلبططع هكطدا ط
ي فطلط يط ن طاَ نمينطهاَ طجنميلعاَ بطيع ك
ضككيم لنبطيع ض طقاَطل ايهبن ط
qolah bitoo minha jamii' an ba'dukum liba'din aduwwun faimmaa ya'tiyannakum minni hudan famanitta
ba'a hudaa ya falaa yadillu walaa yasyqo
Allah berfirman kepada Adam dan Hawa: “Turunlah kamu berdua dari surga bersama-sama, sebagian
kamu menjadi musuh bagi sebagian yang lain. Maka jika datang kepadamu petunjuk daripada-Ku, lalu
barangsiapa yang mengikut petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka. (Q.S.Thaha: 123)
Ketiga, mengetahui jalan yang benar untuk melanjutkan perjalanan dan berhati-hati terhadap godaan.
Seseorang yang sudah bertaubat sekalipun tidak serta merta terbebas menjalani hidup tanpa godaan. Iblis,
bersama hawa nafsu, tidak akan pernah berhenti menggoda supaya kita kembali menjalani perbuatan dosa
dan kesalahan, sebagaimana yang dulu pernah dilakukan. Oleh karena itu, Allah subhanahu wata’ala
mengingatkan hamba-Nya untuk selalu berhati-hati, jangan sampai kembali tergoda melakukan dosa yang
sama.
“…Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.” (Q.S. Ali Imran:
135)
Betapa mulia sikap seorang Muslim yang berani bertaubat, yaitu berani kembali ke jalan yang benar
dengan menghadapi semua rintangan dan hambatannya. Wajarlah jika Allah subhanahu wata’ala
memuliakan orang yang bertaubat.
qul yaa ibaadiyallazina asrofuu alaa anfusihim laa taqzatuu min rohmatihillahi innallaha yagfiruzzunuba
jamii'an innahu huwalgofururrahim
“Katakanlah: Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu
berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya
Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Az Zumar: 53).
Taubat seorang hamba baru dianggap terlambat oleh Allah subhanahu wata’ala ketika berada dalam dua
keadaan.
Pertama, taubat ditolak ketika seseorang sudah berada dalam keadaan sakaratul maut. Rasulullah
shallallahu alaihi wasallam bersabda:
“Sesungguhnya Allah menerima taubat seorang hamba, selama (ruh) belum sampai di tenggorokan”.(HR.
At-Tirmidzi)
Kedua, taubat tidak akan diterima ketika matahari terbit dari sebelah barat.
Man taaba qobla ann tats lu’assyamsu min magribihaa taa ballahu alaihi
“Barangsiapa taubat sebelum matahari terbit dari barat, maka Allah akan menerima taubatnya” (H.R.
Muslim).
Dengan taubat yang sungguh-sungguh inilah, Allah akan mengampuni dosa-dosa kita, melimpah berkah
dan ridha-Nya serta akan memasukkan kita ke dalam surga-Nya yang penuh dengan kenikmatan. Untuk
itu, mari kita semua segera bertaubat, jangan sampai terlambat.
أطقكيوُكل قطيوُلنيي هططذا طوأطيستطيغفنكر اط ايلطعنظييطم لنيي طولطككيم طولنطساَئننر.ت طوالتذيكنر ايلطحنكيينم
ُ طونطفططعننيي طوإنلياَككيم بنطماَ فنيينه نمطن يالْطياَ ن،ك اك لنيي طولطككيم نفي ايلقكيرآنن ايلطعنظيينم طباَطر ط
ُ طفاَيستطيغفنكريوهك إننقهك هكطوُ ايلطغفكيوُكر القرنحيينم،ت
ايلكميسلننمييطن طوايلكميسلنطماَ ن
barakallahu lii walakum filqur'anilazim, wanafa'ni waiyyakum bimaa fiihi minal ayaati wazikrilhakim.
aquulu qoulii hazaa wastagfirullahalazim lii walakum walisaa iril muslimiina wal muslimat, fastagfiruhu
innahu huwal gofururrahim
_______________________
Khutbah Kedua:
Bertakwalah kepada Allah Ta’ala. Ketauhilah bahwasanya Allah telah membukakan pintu taubat dan
ampunan untuk kita semua. Allah memberikan kesempatan untuk beristighfar dan memohon ampun.
Karena itu, janganlah berputus asa dari rahmat Allah. Tapi, jangan pula kita hanya mengandalkan
harapan. Seperti perkataan sebagian orang “Allah itu Maha Pengampun, Maha Penyayang, dan penerima
taubat. Nanti kita taubat setelah maksiat ini”. Ini perkataan yang tidak benar. Bersegeralah bertaubat jika
melakukan kesalahan. Allah Ta’ala berfirman,
“Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu
berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya
Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” [Quran Az-Zumar: 53].
Kepada siapa ampunan Allah itu? Kepada mereka yang memohon ampunan. Kepada mereka yang
bertaubat. Artinya, kepada mereka yang meninggalkan perbuatan dosa dan menjauhinya. Serta berusaha
sekuat tenaga tidak lagi mengerjakannya. Menyesali apa yang telah terjadi. Taubat itu bukan hanya di
lisan, tanpa ada realisasi dalam perbuatan. Tanpa ada perbaikan. Allah membukakan kesempatan untuk
kita. Pintu taubat senantiasa terbuka. Pintu ampunan bisa diketuk siapa saja jika mereka bertaubat dengan
taubat yang benar. Dan nanti, akan datang suatu masa pintu taubat itu ditutup. Kapan itu terjadi? Ketika
seseorang tengah menghadapi sekarat. Apabila saat sekarat, seseorang baru bertaubat, tidak diterima lagi
taubatnya. Dalam sebuah hadits shahih, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Sesungguhnya Allah menerima taubat seorang hamba sebelum nafasnya berada di kerongkongan.” (HR.
at-Tirmidzi).
Yakni selama ruhnya belum berada di kerongkongan. Selama ruhnya belum ditarik dari jasadnya. Apabila
dalam keadaan demikian, maka taubat tak lagi diterima. Nauzubillahimin zalik. Dan tentu saja, setiap
orang tidak mengetauhi kapan ia mati. Karena itu, wajib bagi setiap orang untuk senantiasa bertaubat.
Karena kita tidak tahu kapan maut akan datang. Di siang hari ataukah malam. Jadilah seseorang yang
senantiasa bertaubat kepada Allah ‘Azza wa Jalla. Perbanyaklah taubat. Perbanyaklah perbuatan taat dan
amal shaleh. Marilah kita sama sama menjauhi perbuatan dosa dan larangan Allah swt. Agar kita semua
selamat dari siksa api neraka.
innallaha wamalaa ikatahu yusolluna alannabiy, ya ayyuhallazina amanu sollu alaihi wasallimuu
taslima
allahumma sollii alaa muhammadin wa ala alii muhammad warodiyallahu ta ala an kulli sohaabati
rosulillahi aj'main
robbanaa afrig alaina sobran wa tsabbits aqdoomanaa wansurnaa alal qoumil kaafirin
allahumma aizzal islam wal muslimin, waslih wulatal muslimiin, wa allif baina quluubihim wa aslih
zaata bainihim wansurhum alaa aduwwika wa aduwwihim wa waffiqhum lil amali bimaa fiihi
solahul islami walmuslimin
allahumma la tusallit alaina bizanuu binaa malla yakhoo faka fiinaa walaa yarhamuun
subhana robbika robbil izzati amma yaa sifuun, wasalamun alal mursalin walhamdulillahi robbil
alamiin, aqimissola