Anda di halaman 1dari 12

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia,
serta taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah Sejarah Wanita ini sebatas
pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki. Dan juga kami berterima kasih pada Ibu Terry
Irenewaty M,Hum selaku Dosen mata kuliah dasar-dasar sejarah yang telah memberikan tugas
ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai sejarah wanita. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam
tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang kami harapkan. Untuk itu,
kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa yang akan datang,
mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya
laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang
berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang
membangun demi perbaikan di masa depan.

Yogyakarta 05 September 2013

Penyusun

1
Daftar Isi

Kata Pengantar ............................................................................................... i

Daftar Isi ......................................................................................................... ii

Bab 1 Pendahuluan

a. Latar Belakang .................................................................................... 3

b. Rumusan Masalah .............................................................................. 3

c. Tujuan Makalah .................................................................................. 3

Bab 2 Isi

a. Pendekatan Sosial .............................................................................. 4

b. Pendekatan Kebudayaan .................................................................... 5

c. Pendekatan Politik .............................................................................. 5

d. Sejarah dalam Berbagai Kebudayaan .................................................. 6

e. Sejarah Perempuan Indonesia ............................................................. 8

Bab 3 Penutup

a. Kesimpulan ....................................................................................... 10

Daftar Pustaka ................................................................................................. 11

2
Bab 1

A. Pendahuluan

Latar Belakang Masalah


Pergerakan perempuan yang kita lihat dan rasakan hasilnya saat ini, bukan merupakan sesuatu
yang tiba-tiba ada, dan semata sebagai anugerah Tuhan, karena jika menilik lebih jauh pada
sejarahnya, perjuangan perempuan untuk memperjuangkan hak-hak mereka di hadapan
masyarakat dan hukum sudah dimulai sejak berabad-abad yang lalu, baik di luar maupun di
dalam negeri. Hal ini dilakukan, saat perempuan memiliki kesadaran aktif akan apa yang
sebenarnya sedang mereka alami, sehingga semangat untuk mencapai kesetaraan gender antara
laki-laki dan perempuan pun tak dapat lagi dibendung hingga saat ini.
Pembahasan mengenai Sejarah Wanita ini, bertujuan untuk mengetahui lebih lanjut tentang
seluk beluk peranan dan bagaimana wanita yang sudah dirintis, bahkan sebelum kita dilahirkan.
Hal ini menjadi fondasi awal bagi siapa saja yang ingin mempelajari tentang gender, kesetaraan
serta pengaruhnya terhadap pembangunan. Melalui berbagai pendekatan dengan uraian singkat
sejarah wanita akan diulas sehingga kita dapat mengetahui sejarah sesungguhnya.

Rumusan Masalah
Dari pemaparan singkat pada latar belakang di atas, pada makalah ini akan dibahas tentang
sejarah wanita melalui pendekatan sejarah sosial, sejarah kebudayaan dan sejarah politik, dan
perkembangannya hingga saat ini.

Tujuan
Menjelaskan pentingnya sejarah wanita dalam berbagai pendekatan dengan tujuan supaya
gambaran mengenai sejarah wanita menjadi lebih jelas dan mudah dipahami.

3
Bab 2
B. Pembahasan

Pada zaman dahulu wanita hanya dipandang sebelah mata yang tidak bisa menguasai berbagai
aspek. Dengan karangan karangan sejarah yang menggunakan kata peranan secara tidak
langsung merujuk pada ‘hanya’ atau menunjukkan bahwa posisi wanita ditempat kedua sesudah
laki laki. Pada dasarnya sejarah wanita sangat luas bidang pengkajiannya, namun belum banyak
orang yang membuat buku mengenai sejarah wanita itu sendiri. Sehingga hanya sedikit
penjelasan penjelasan mengenai sejarah wanita itu sendiri. Adapun sejarah wanita mulai dibahas
melalui beberapa pendekatan, yaitu pendekatan sosial, pendekatan budaya dan pendekatan
politik.

Pendekatan sosial
Sebagai spesialisasi dalam kajian sejarah, sejarah wanita dapat dimasukkan dalam sejarah
sosial. Tulisan tentang wanita dapat mencermikan dengan jelas sistem dan waktu wanita itu.
Persoalan sekitar keuangan,hukum, pergaulan ritual semuanya terungkap dalam kisah Cornelia.
Kisah seorang gadis peranakan yang pindah ke kota penjajahan yang menikah dengan seorang
yang terhormat bernama Piter Cnoll yang dikaruniai dua anak namun pernikahan itu tidak
berlangsung lama dikarenakan Piter yang meninggal. Beberapa tahun kemudian ia menikah
dengan Johan Bitter. Setelah menikah anak pertamanya meninggal, hidup Cornelia dalam
keadaan tertekan karena Bitter memberikan kesulitan kesulitan yang luar biasa, tetapi rupanya ia
seorang yang tegar dan penuh keberanian ia hidup didalam rumah yang dilayani oleh 50 budak,
tetapi tidak mampu menciptakan ketentraman. Pada akhirnya Cornelia meninggalkan Bitter
ketempat yang lebih asing di belanda (Leonard Blusse, 1988). Namun yang penting bagi
pendekatan sejarah sosial ialah kenyataan bahwa sejarah wanita adalah sejarah itu sendiri.
Pendekatan sejarah sosial semacam ini yang sebenarnya juga merupakan sejarah keluarga akan
memperkaya pengetahuan kita tentang masyarakat dimasa lampau terutama tentang sisi-sisinya
yang tak terungkapkan dalam sejarah dengan cara lainnya (Kuntowijoyo, 2003).

Pendekatan kebudayaan

4
Kita belum menemukan bagaimana sejarah wanita didekatkan dengan pendekatan
kebudayaan, kecuali dengan menunjuk pada buku Johan Huizinga “The Wanning of Middle
Ages”. Meskipun buku itu tidak bercerita secara khusus mengenai sejarah wanita, tetapi ketika
melukiskan soal percintaan, pinangan dan kehidupan istana kita mendapat gambaran tentang
kehidupan para wanitanya. Pendekatan budaya dalam buku Huizinga ialah ‘cultural morphology’
yaitu suatu usaha untuk melukiskan pola-pola kehidupan kesenian dan pikiran secara
keseluruhan pemahaman morfolgis atas budaya mencoba untuk menenukan historical sensation,
historical contact, historical imagination atau histori vision tentang masa lalu sehingga kehadiran
masa lalu itu terasa benar. Dalam hal ini jika kita menulis sejarah wanita dalam artian kultural
kita dapat melukiskan morfologi budaya wanita dalam bentuk dan fungsinya sebagai mana
tampak dalam simbol simbol budaya motif, tema, konsep, cita-cita, gaya dan sentimen. Sejarah
budaya mementingkan bentuk bentuk sosial. Bagaimana dunia wanita muncul dalam simbol-
simbol budaya suatu masa adalah permasalahan yang ingin digarap oleh sejarah budaya.

Pendekatan politik
Istilah politik disini agak berbeda artinya dengan kamus konvensial ilmu politik dalam sejarah
wanita pendekatan politik artinya ialah politik seks dimana kaum wanita dan laki laki
memperebutkan hegemoni dan kekuasaan (Kuntowijoyo, 2003). Pendekatan politik muncul dari
kalangan gerakan pembebasan wanita yang mencoba untuk melepaskan diri dari dunia yang
dikuasai laki laki. Gerakan tersebut adalah gerakan melawan dunia yang sexist dalam hubungan
sosial, ekonomi, politik dan bahkan keagamaan. Belum banyak pula buku yang mengulas
mengenai sejarah wanita dalam pendekatan politik namun beberapa buku merujuk pada sejarah
pemikiran kaum wanita mengenai emansipasi wanita.

Sejarah Wanita dalam berbagai Kebudayaan


5
kita melihat kebudayaan yunani kuno, kedudukan wanita itu sangat rendah dan mengenaskan.
Mereka hanya di gambarkan sebagai penduduk kelas dua yang hanya di gunakan sebagai
eksploitasi yang berhubungan dengan seks. Banyak dibuat patung-patung wanita telanjang yang
seksi dan cantik. Di peradaban ini wanita memainkan peranan penting, tapi juga digunakan
sebagai simpanan makanya wajar di Yunani orang-orang banyak membuat patung wanita
layaknya wanita simpanan. Karena hal ini di contohkan oleh dewa mereka sendiri yang memiliki
wanita simpanan atau selingkuhan. Jadi wajar dan biasa kalau manusia selingkuh karena
dewanya pun mencontohkan selingkuh. Banyak sekali kisah para dewa mereka yang
menceritakan perselingkuhan wanita. Mulai dari kisah Dewa Zeus yang beristrikan Dewi Hera
yang memiliki banyak anak. Tapi Dewa Zeus ini masih merasa belum cukup sehingga banyak
berselingkuhlah dengan manusia maka lahir lah manusia-manusia setengah dewa, salah satunya
adalah Hercules dan Perseus. Kemudian ada juga kisah dewi kecantikan sejagat Dewi Aphrodite.
Dewi Aphrodite ini awalnya dinikahkan dengan saudara Dewa Zeus, yakni Dewa Hefaistus dewa
pande besi. Dewa yang kerjanya membuat senjata di bawah bumi ini ternyata sangat buruk rupa,
sehingga Dewi Aphrodite pun merasa tidak puas dan mencari selingkuhan yakni Dewa Ares si
dewa perang. Jadi di kebudayaan yunani ini wanita kerjaanya sangat jelas hanya
mengekspoliatasi kecantikan dan keseksian diri serta berperan untuk selingkuh dan diselingkuhi
saja yang intinya hanya sebagai tempat pemuas hasrat seks belaka

Lalu kita berpindah di kebudayaan India. Di kebudayaan ini wanita sama saja dan lebih
mengenaskan. Kedudukan mereka hanya dianggap sebagai manusia rendahan yang memiliki hak
hidup selama suaminya hidup. Maka di India ada tradisi yang bernama Sadhi. Tradisi sadhi
adalah tradisi hindu dimana jika seorang wanita telah menikah kemudian suaminya meninggal
maka hak hidup sang wanita pun habis dan harus ikut dibakar bersama sang suami. Dan saat ini
tradisi ini pun masih di lakukan di beberapa tempat di India. Dan itulah hak hidup wanita-wanita
dalam tradisi hindu. Kemudian kita berpindah kepada tradisi budaya yahudi. Dalam kitab mereka
Talmud seorang lelaki diwajibkan berdoa dalam 24 jam dengan doa “terima kasih tuhan karena
engkau tidak menjadikanku seorang wanita atau budak belia”. Dalam ayat ini menggambarkan
bahwa wanita hanya sebagai kutukan belaka, karena sang lelaki yang berdoa bersyukur tidak
diciptakan sebagai wanita. Kemudian juga masih dalam Talmud disebutkan bahwa “bila seorang
lelaki dewasa bersetubuh dengan anak perempuan maka tidak mengapa”. Jadi wajar kalau
perlakuan mereka terhadap wanita itu tidak adil dan merendahkan karena memang di kitabnya
banyak sekali mengajarkan tentang hal tersebut.

Kemudian kita lihat dalam tradisi Kristen orang-orang Romawi, kedudukan wanita sama saja
rendah dan hanya sebagai objek seks belaka. Mereka orang-orang Romawi merendahkan wanita
dengan menggunakan dalil-dalil agama. Seperti contohnya adalah dalil tentang kisah ‘diusirnya’
Adam dan Hawa. Dan sampai saat ini doktrin diusirnya Adam dan Hawa itu masih sering di
pakai sehingga umat islam pun keliru dalam memaknainya sehingga ikut-ikutan mengatakan di
usir dari surga. Sebenarnya yang mengatakan dan merasa di usir itu adalah orang Kristen saja,
dalam islam tidak diusir tapi diturunkan karena memang Allah berkehendak tuk menurunkannya
di bumi sebagai khalifatul ardhi. Di dalam injil dalam kasus ini dikisahkan bahwa Hawa
memakan buah yang dilarang tuhan kemudian mengajak suaminya Adam memakannya pula
sehingga menyebabkan kemurkaan tuhan dan di usirlah mereka dari surga sehingga dalam
terminologi Kristen munculah dosa waris. Dosa waris dosa yang diturunkan Adam dan Hawa
6
kepada manusia sampai saat ini. Kisah ini di sebutkan dalam kitab genesis yang berjudul buah
kecerdasan. Sehingga dalam pandangan Kristen penyebab diusirnya manusia dari surga adalah
wanita, wanita penyebab kutukan tuhan sehingga mendapat murka dan di usir dari surga. Dan
berujung pada semua gereja Romawi percaya bahwa wanita adalah perangkap setan yang harus
di sucikan dengan disalib dan dibakar. Sehingga saat itu wanita tidak boleh melakukan kegiatan-
kegiatan seperti lelaki. Wanita-wanita yang pandai dan berilmu maka disebut penyihir dan harus
disucikan dengan dibakar. Wanita ke dudukannya hanya rendah seperti budak belaka.

Maka wajarlah saat ini banyak sekali di barat atau kebudayaan lain muncul gerakan
feminisme yang menyuarakan persamaan hak antara pria dan wanita. Karena memang mereka
merasa tidak puas dengan kebudayaan yang memiliki latar belakang menggambarkan wanita
sangatlah rendah

Sejarah Perempuan Indonesia

7
Sejak berabad-abad lalu, sebenarnya perempuan sudah memiliki kedudukan yang tinggi di
masyarakat, misalnya pada kurun abad ke-14, dalam sejarah tercatat ada tiga penguasa Islam
perempuan di Indonesia,yaitu Sultanah Khadijah, Sultanah Maryam, dan Sultanah Fatimah.

Tapi sayang, mereka harus menyerahkan kekuasaannya, karena pada saat itu muncul
peraturan dari Qodli Makkah (sebagai pusat pemerintahan Islam), bahwa perempuan tidak
boleh menjadi pemimpin. Hal ini menunjukkan diskriminasi hukum yang diterima perempuan,
meski sebenarnya kapabilitas mereka tidak kalah dari kaum laki-laki. Jika ditelaah lebih lanjut
tentang peristiwa tersebut, masyarakat memiliki penerimaan yang lebih baik terhadap peran
perempuan dibanding hukum yang diberlakukan.

Selain itu, ada juga Ratu Tri Buana Tungga Dewi dalam sejarah Majapahit serta Ratu Sima
dari kerajaan Kalingga. Ini menunjukkan bahwa di Indonesia, perempuan sudah diakui peran dan
kapasitasnya di sektor publik sejak zaman dahulu.

Pada masa penjajahan, perempuan Indonesia juga turut andil dalam perjuangan menuju
kemerdekaan, sebut saja misalnya Nyi Ageng Serang, Tjut Nyak Dien, Tjut Meutia, Martha
Christina Tiahahu, Wolanda Maramis juga tokoh-tokoh perempuan lain yang perannya tidak
boleh dianggap kecil dalam proses pencapaian kemerdekaan.

Dalam masa selanjutnya, muncul Kartini yang namanya melegenda disebabkan trobosan
pemikiran yaang terhitung sangat maju dibanding zamannya, Kartini mulai mencoba mendobrak
sekat-sekat yang sudah mapan pada saat itu mengenai diskriminasi terhadap perempuan,
terutama pada bidang pendidikan, sehingga Kartini mendirikan sekolah bagi perempuan ketika
dia diperistri oleh Bupati Rembang. Selain itu, sikapnya yang menolak ketika akan dimadu
mencerminkan sikap Kartini yang tegas terhadap keadilan yang dirasanya timpang terhadap
kaum perempuan.

Di samping Kartini, ada toko-tokoh wanita lain seperti Rohana Koedoes yang mendirikan
sekolah Kerajinan Perempuan (1911), di sekolah ini selain diajarkan berbagai macam kerajinan
8
demi tercapainya kemandirian secara ekonomi, juga diajarkan pendidikan agama termasuk baca
tulis Arab. Selanjutnya pada 1912, ia mulai menerbitkan surat kabar Soenting Melayu yang
menjadi tonggak persebaran informasi serta media menyebarkan semangat memajukan
perempuan.
Tokoh perempuan lain yang berkecimpung dalam dunia perempuan adalah Rasuna Said,
Rahmah el-Yunusiah, Dewi Sartika, dan Nyai Dahlan. Sementara di dunia jurnalistik muncul Hj.
Siti Latifah Herawati Diah.

Bab 3
C. Penutup

9
Kesimpulan
Dari ketiga teori yang diuraikan diatas bisa disimpulkan bahwa dalam sejarah wanita berbagai
dipelajari melalui berbagai pendekatan. Meskipun belum banyak literatur pendukung yang
mengulas banyak hal mengenai sejarah wanita namun kita dengan ini kita dapat menggambarkan
bagaimana sejarah wanita itu sendiri bermula.
Melalui pendekatan sosial kita mengetahui bahwa sejarah wanita adalah kenyataan mengenai
sejarah itu sendiri. Melalui pendekatan kebudayaan kita bisa menyimpulkan bahwa sejarah
wanita ialah melukiskan morfologi wanita dalam berbagai bentuk dalam berbagai bentuk dan
fungsinya sebagaimana yang tampak dalam simbol-simbol budaya. Melalui pendekatan politik
kita akan mengerti bahwa sejarah wanita itu mengenai tentang pergerakan kaum wanita yang
mencoba melepaskan diri dari dunia yang dikuasai oleh laki-laki, dimana hegemoni dan
kekuasaan diperjuangkan untuk direbutkan. Adapaun mengenai contoh sejarah wanita di
indonesia adalah beberapa contoh mengenai peranan dan juga gerakan yang telah dilakukan oleh
wanita-wanita indonesia.

10
Daftar Pustaka

Kuntowijoyo. 2003. Metodologi Sejarah. Yogyakarta: PT. Tiara Wacana Yogya


http://ibbaspakistan.blogspot.com/2013/05/sejarah-wanita-dalam-berbagai-kebudayaan.html

11
 Annisa Widi R 13405241040
 Mufthi Amri Nugroho 13405241041
 Arbai Yoso Suharto 13405241042
Kelas : A09

Program Studi Pendidikan Geografi


Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Yogyakarta
2013/2014

12

Anda mungkin juga menyukai