Anda di halaman 1dari 7

IV.

1 Pembahasan

Air merupakan salah satu unsur yang sangat penting dibumi yang sangat diperlukan
bagi seluruh makhluk hidup. Air banyak digunakan untuk berbagai kepentingan sehari-hari,
seperti untuk minum, memasak, mencuci pakaian, rekreasi, dan masih banyak lagi. Sumber
daya air tawar terbagi menjadi dua golongan, yaitu air tanah dan air permukaan. Salah satu
jenis air yang tergolong dalam air permukaan adalah air danau. Danau merupakan perairan
yang tergenang berbentuk cekungan berisi air yang dikelilingi oleh daratan baik terbentuk
secara alami maupun buatan. Danau yang di ambil sample airnya adalah Danau Menjangan di
VCR Pertamina yang berada di daerah Pondok Ranji, letaknya di depan pemukiman
penduduk. Sebagian besar masyarakat di danau tersebut saat ini telah memiliki WC disetiap
rumah. Akan tetapi, masyarakat di Danau Menjangan VCR Pertamina sebagian besar masih
melakukan aktivitas seperti mandi dan mencuci langsung yang mengalir lewat pipa
pembuangan menuju ke perairan danau. Limbah yang dihasilkan dari kegiatan masyarakat
dibuang secara langsung ke lingkungan tanpa dilakukan pengolahan.

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor : 416/MEN.KES/PER/IX/1990


Tentang Syarat-syarat Dan Pengawasan Kualitas Air Pasal 1 ayat (1), air adalah air minum,
air bersih, air kolam renang, dan air pemandian umum. Air bersih adalah air yang digunakan
untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum
apabila dimasak. Sedangkan air minum adalah air yang kualitasnya memenuhi syarat
kesehatan dan dapat langsung diminum. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 907/MENKES/SK/VII/2002 Tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan
Kualitas Air Minum Pasal 1ayat (1) menyatakan bahwa air minum adalah air yang melalui
proses pengolahan atau tanpaproses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat
langsung diminum. Pasal 2 ayat(1) menyebutkan beberapa jenis air minum, yakni meliputi :

 Air yang didistribusikan melalui pipa untuk keperluan rumah tangga

 Air yang didistribusikan melalui tangki air

 Air kemasan

 Air yang digunakan untuk produksi bahan makanan dan minuman yang
disajikankepada masyarakat.
Dari semua jenis air ini harus memenuhi syarat kesehatan air minum. Syarat kesehatan air
minum dijelaskan dalam Pasal 2 ayat (2) yaitu Persyaratan kesehatan air minum
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi persyaratan bakteriologis, kimiawi, radioaktif
dan fisik.

a. Suhu

Berdasarkan hasil tabel hasil pengukuran di atas, nilai kisaran suhu yang diperoleh di
daerah badan perairan Danau Menjangan di VCR Pertamina Pondok ranji setelah diukur
dengan menggunakan Water Quality Checker berkisar antara 28,72 derajat Celcius. Kisaran
suhu ini umum dijumpai di daerah perairan tropis. Namun jika dikaitkan dengan kadar
maksimum pada parameter fisik yang dikeluarkan oleh Peraturan MenteriKesehatan Nomor :
416/MEN.KES/PER/IX/1990 Tentang Syarat-syarat Dan Pengawasan Kualitas Air maupun
Keputusan Menteri Kesehatan Republik IndonesiaNomor 907/MENKES/SK/VII/2002
Tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air seperti yang diperoleh dari sampel air di
Danau ini dapat dikatakan tidak memenuhi syarat untuk dijadikan air minum dan juga tidak
dapat dikatakan sebagai air bersih. Kondisi seperti ini berbanding lurus dengan kondisi saat
melakukan sampling langsung di lapangan. Secara kasat mata, air di danau yang
hijau,berminyak, dan berlendir di beberapa titik memang seharusnya tidak digunakan sebagai
air minum. Suhu badan perairan yang tinggi dapat dipengaruhi oleh beberapa factor dimana
salah satunya adalah dikarenakan penggundulan pohon-pohon sekitar badanperairan sehingga
terjadi kontak langsung yang lebih besar antara cahaya matahari dengan suatu badan air
(Barus,2004).

b. Kandungan Oksigen Terlarut

Sumber utama oksigen terlarut berasal dari atmosfer dan proses fotosintesis
tumbuhan hijau. Oksigen dari udara diserap melalui difusi langsung atau agitasi permukaan
air oleh angin dan arus (Effendi, 2003). Jumlah oksigen yang terkandung dalam air
tergantung pada struktur komunitas, suhu, konsentrasi garam terlarut, dan intensitas cahaya
matahari. Oksigen berkurang dari badan air juga disebabkan oleh adanya pernafasan biota,
penguraian bahan organik, masuknya air bawah tanah yang miskin O2, adanya zat besi,
kenaikan suhu, serta adanya gelembung gas lain melalui air juga secara efektif
menghilangkan oksigen terlarut (Goldman,1983). Nilai yang diperoleh dari pengukuran DO
yaitu 8,99 mg/L. Hasil ini tidak sesuai karena melebihi dengan kisaran umum yang biasanya
dimiliki oleh perairan tropis yakni berkisar antara 6,5-8 mg/L.

Seperti yang dijelaskan oleh Goldman (1983) bahwa suhu, salinitas, aktivitasbiota,
serta intensitas matahari dapat mempengaruhi kadar oksigen terlarut. Jika dikaitkan dengan
perolehan nilai suhu rata-rata yang diperoleh dengan nilai rata-rata kadar oksigen terlarut
hasil pengukuran ini, maka wajar bila terjadi kemungkinan adanya peningkatan kadar
oksigen terlarut dalam badan perairan ini. Tingginya suhu juga berarti berkaitan dengan
besarnya intensitas cahaya yang masuk ke badan perairan. Jika dirujuk pada nilai Status
Kualitas Air Berdasarkan Kadar Oksigen Terlarut ini menyatakan bahwa perairan Danau
tergolong kedalam air yang tidak tercemar sama sekali atau tercemar sangat sedikit.

c. Turbiditas Air (Kekeruhan)

Berdasarkan hasil pengukuran yang diperoleh nilai turbiditas air dari Danau adalah
360 NTU. Kekeruhan memiliki korelasi dengan padatan atau kandungan biota yang
tersuspensi. Semakin tinggi nilai padatan yang tersuspensi, maka nilai kekeruhan juga akan
semakin tinggi (Odum, 1998). Tingginya nilai turbiditas ini mungkin disebabkan oleh
banyaknya kandungan biota yang tersuspensi di danau ini dan juga bahan organik serta
materi tanah yang masuk dari inlet yang terlarut dalam air. Hasil turbiditas ini melebihi batas
maksimum yang diperbolehkan untuk dikatakan sebagai air bersih maupun air minum karena
batas maksimum yang diperbolehkan hanya sebatas 5 NTU saja (Odum, 1998). Jadi, dapat
dikatakan bahwa air Danau ini tidak dapat dikatakan sebagai air bersih maupun tidak
diperbolahkan digunakan sebagai air minum.

d. Jumlah Zat Padat Terlarut

Berdasarkan hasil pengukuran Total Dissolved Solids dengan menggunakan WQC,


nilai TDS di Danau tersebut 152.000 mg/L. Parameter yang diperbolehkan oleh Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor : 492/MEN.KES/PER/IV/2010 Tentang Syarat-syarat Dan
Pengawasan Kualitas Air untuk kategori air bersih, danau ini sudah tidak dalam batas
maksimum yang diperbolehkan yaitu 500 mg/L. Dilihat dari kondisi asli danau saat
dilapangan maupun dari segi parameter lain, danau ini sudah masuk dalam kategori tidak
bersih. Tingginya nilai TDS kemungkinan disebabkan oleh banyaknya bahan
organik,mikroorganisme, zat pencemar yang masuk dari inlet dan tersuspensi dalam air.
Kondisi air yang seperti ini jelas tidak lagi diperbolehkan untuk dikonsumsi sebagai air
minum karena tidak baik untuk kesehatan orang yang meminumnya.

e. Daya Hantar Listrik dan Salinitas


Berdasarkan hasil pengukuran DHL dengan menggunakan WQC, nilai daya hantar
listrik yang diperoleh dari danau tersebut adalah 0,233 mS/cm dengan kadar ideal adalah 60 –
80 mS/cm kemampuan air untuk meneruskan listrik. Oleh karena itu, semakin banyak garam-
garam terlarut yang dapat terionisasi, semakin banyak juga nilai DHL. dan salinitas yang
dihasilkan yaitu 100 ppm. Salinitas diartikan sebagai jumlah garam yang terlarut dalam air,
pada air danau nilai salinitas yang ideal adalah 0 – 500 ppm

f. Derajat Keasaman (pH) Air

Derajat keasaman suatu badan perairan biasanya di ukur untuk mengetahui keasaman
atau kebasaan dari badan perairan Danau Menjangan-Ciputat. Berdasarkan hasil yang
diperoleh yang di tunjukkan oleh dari tabel adalah badan perairan dari Danau rata-rata
bersifat basa. Nilai pH suatu badan perairan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu adanya
aktivitas biologi,suhu, kandungan oksigen, serta ion-ion lain yang ikut terlarut dalam air
(Suwargana.2008). Besarnya nilai pH pada badan perairan ini diduga karena banyaknya
material organik maupun anorganik serta buangan limbah yang masuk melalui dua inlet yang
ada di perairan ini. Mengendapnya material anorganik yang bercampur dengan limbah
buangan lain serta juga adanya aktivitas biologi organisme akuatik dimana menghasilkan
CO2 dari hasil respirasinya membuat tingkat kadar keasaman badan perairan ini menjadi
tinggi.

Jumlah ion H+ dan OH- di dalam air dapat di gunakan untuk menentukan derajat
keasaman atau kebasaan suatu zat. Semakin asam suatu zat, semakin banyak ion H+ dan
semakin sedikit jumlah ion OH- di dalam air. Sebaliknya semakin basa suatu zat, semakin
sedikit jumlah ion H+ dan semakin banyak ion OH- di dalam air.

Derajat keasaman disebut juga dengan pH yaitu tingkat keasaman atau kebasaan yang
dimiliki oleh suatu larutan dan didefinisikan sebagai kologaritmaaktivitas ion hidrogen (H+)
yang terlarut. Perlakuan awal yang dilakukan pada percobaan ini adalah memasukkan sampel
air aquades dan air danau ke dalam masing gelas kimia. Kemudian mencelupkan pH meter ke
dalam gelas kimia yang berisi aquades sampai pH meter menunjukkan pH = 7 dan konstan
(tidak berubah-ubah). Adapun fungsi aquades yaitu untuk menetralkan pH meter sebelum
digunakan untuk menetukan pH pada sampel air. Aquades juga berfungsi sebagai
pengkalibrasi pH meter, sehingga data yang diperoleh lebih akurat. Aquades memiliki pH = 7
karena larutan benar-benar murni dan hanya mengandung H 2O tanpa kandungan mineral dan
pencemaran (Handayani, 2010) dan suatu sampel air dikatakan tercemar bila nilai pH-nya
lebih atau kurang dari standar yang ditentukan. Adapun berdasarkan hasil pengujian, sampel
air danau Mejangan VCR Pertamina dengan pH 9,20 dapat dikatakan tidak normal dan
tercemar, karena melewati pH standar yang ditentukan yaitu 7.

Berdasarkan baku mutu air Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan
Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, nilai pH terendah ada pada titik 4 yaitu 5,9
dan tertinggi pada titik 5 yaitu 6,9. Nilai pH pada titik 4 cenderung lebih rendah
dibandingkan dengan titik 1, 2, 3 dan 5. Penurunan nilai pH pada titik 4 dipengaruhi oleh
aktivitas domestik seperti mandi, cuci dan budidaya ikan secara langsung di perairan. Sesuai
dengan pernyataan Rizki dkk (2015), yang menyatakan bahwa masuknya senyawa organik
dan anorganik pada perairan yang bersumber dari aktivitas domestik dan budidaya ikan dapat
mempengaruhi nilai pH pada perairan tersebut.
KESIMPULAN

Dari pembahasan hasil parameter faktor fisik yang diperoleh setelah pengujian dengan
menggunakan Water Quality Checker dan pH meter, maka kesimpulan yang diperoleh
adalah :

1. Hasil pengukuran suhu dengan WQC melebihi batas maksimum yang diperbolehkan
untuk menjadi kategori air bersih dan air minum

2. Hasil pegukuran turbiditas dan TDS dengan WQC melebihi batas maksimum yang
diperbolehkan untuk menjadi kategori air bersih dan air minum

3. Danau Mejangan VCR Pertamina di daerah Pondok Ranji tidak dapat dikategorikan
sebagai perairan yang memiliki air yang bersih.

4. Danau Mejangan VCR Pertamina di daerah Pondok Ranji tidak dapat dijadikan
tempat untuk suplay air minum

5. Sampel air danau dengan pH 9,20 dapat dikatakan tidak normal dan tercemar, karena
melewati pH standar yang ditentukan yaitu 7.
DAFTAR PUSTAKA

Barus, T.A., 2004.Pengantar Limnologi Studi Tentang Ekologi Sungai dan Danau,
ProgramStudi Biologi USU FMIPA.Medan, Hlm.5-8.

Effendie,M.I.2003.Biologi Perikanan.Yayasan Pustaka Nusantara.

Haslam,S.M.1995.River Pollution, an Ecological Perspective.Belhaven Press.London UK

Goldman, C.R. and Alexander,J.H.1983.Limnology.McGraw-Hill Book Company,Japan.

Jeffries,M.,and D.Millis.1996.Freshwater Ecology, Principles and Aplications.John Wiley


andSons.Chicester UK.

Novonty,V.,and H.Olem.1994.Water Quality, Prevention, Identification and Management of


Diffuse Pollution.Van Nostrans Reinhold.New York.

Odum,E.P.1998.Dasar-Dasar Ekologi.Edisi Ketiga, (Penerjemah Tjahjono


Samirang).UniversitasGajad Mada Press.Yogyakarta.

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor : 416/MEN.KES/PER/IX/1990 Tentang Syarat-syarat


DanPengawasan Kualitas Air. Diakses tanggal 10 Oktober 2012.

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 907/MENKES/SK/VII/2002


TentangSyarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air. Diakses tanggal 17 Oktober 2012.

Suwargana, N. 2008. PH meter.suwargana. Multiplayer.com jurnal/ item 16


Rizki, A.; Yunasfi; Muhtadi, A. 2015. Analisis Kualitas Air dan Beban Pencemar di Danau
Pondok Lapan Kecamatan Salapian Kabupaten Langket. Sumatra Utara: Program Studi
Manajemen Sumberdaya Perairan. Fakultas Pertanian. Universitas Sumatra Utara

Handayani, Cok,I,M.; Arthana, I,W.; Merit, I, N. 2010. Identifikasi Sumber Pencemar dan
Tingkat Pencemaran Air di Danau Batur Kabupaten Bangli. Bali: Fakultas Pertanian.
Universitas Udayana

Anda mungkin juga menyukai