Aktualisasi Pancasila Dalam Kehidupan Berbangsa Dan Bernegara Di Era
Aktualisasi Pancasila Dalam Kehidupan Berbangsa Dan Bernegara Di Era
Topik diskusi : Dalam era globalisasi, aktualisasi pancasila dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara perlu diwujudkan menghadapi perkembangan dunia yang tidak menentu dengan
kemajuan teknologi yang canggih. Bagaimana perwujudan aktualisasi pancasila tersebut yang di
harapkan? Jelaskan pokok-pokok pikiran anda!
– Pancasila : Pancasila adalah ideologi dasar bagi negara Indonesia. Nama ini terdiri dari dua
kata dari Sanskerta: pañca berarti lima dan śīla berarti prinsip atau asas. Pancasila merupakan
rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia.
Dalam 10 tahun terakhir ini banyak bermunculan kasus – kasus sosial. Mulai dari ringan, sedang
hingga sampai yang berat, dalam bentuk tindak pelanggaan, perilaku menyimpang dan tindak
kriminal. Antara lain seks bebas, penggunaan narkoba, terorisme, dan berbagai aktifitas yang
menyimpang lainnya. Kegelisahan pun muncul di kalangan para orang tua, masyarakat, pemuka
agama, apalagi para pendidik. Namun sayangnya tidak semua pihak yang mengambil sikap,
peran serta kontibusi yang jelas dan nyata untuk mencari jalan keluar mengenai masalah –
masalah sosial yang sedang terjadi saat ini. Yang bisa dilakukan adalah pengarahan, penyuluhan,
dan penyuluhan dan himbauan kepada seluruh warga masyarakat.
Terdapat norma – norma yang tidak berfungsi lagi atau bahkan hilang akibat era globalisasi,
yang semestinya harus diketahui dan dipahami untuk dimanifestasikan dalam kehidupan sosial.
Di dalam realitasnya, kehidupan mengalami disfungsi nilai – nilai.
Perilaku ini semua berpangkal pada tatakelola negara yang kurang bertanggung jawab dengan
korupsi, kolusi, dan nepotisne. Melihat kondisi bangsa ini seperti itu diperlukan upaya – upaya
untuk mengatasinya. Untuk itu saat ini yang menjadi pertanyaan kita saat ini adalah bagaimana
cara kita mengaktualisasikan Pancasila dalam kehidupan kita??
Sebagai manyarakat Indonesia, kita seharusnya sadar apa yang menjadi dasar kita sebagai rakyak
Indonesia yaitu Pancasila. Pancasila adalah sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia yang
menjadi visi dan misi oleh bangsa ini. Pancasila merupakan dasar dalam kita warga negara
Indonesia dalam melakukan aktifitas kita sehari – hari dalam berprilaku.
Jika kita sebagai warga Indonesia menanamkan nilai – nilai Pancasila dalam diri kita masing –
masing maka negara kita ini pasti akan mengalami perkembangan. Menurut saya, aktualisasi
Pancasila dapat terealisasi jika kita sebagai warga Indonesia memahami nilai – nilai apa saja
yang terdapat dalam Pancasila lalu menjalankan dalam kehidupan kita sehari – hari.
Namun yang menjadi pertanyaan kita saat ini adalah bagaimana cara kita
mengaktualisasikan Pancasila dalam kehidupan kita sehari – hari?
1. Aktualisasi Pancasila
Sebelum kita masuk pada pokok bahasan kita perlu tau lebih dulu apa makna sebenarnya dari
aktualisasi tersebut. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, aktualisasi diambil dari kata
actual yaitu “betul – betul ada (terlaksana)”. Jadi aktualisasi Pancasila adalah mengaplikasikan
atau mewujudkan nilai – nilai Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Pancasila sebagai dasar filsafat negara Indonesia mengandung konsekuensi setiap aspek dalam
penyelenggaraan negara dan sikap dan tingkah laku bangsa Indonesia dalam bermasyarakat dan
bernegara harus berdasar pada nilai – nilai Pancasila. Hakikat Pancasila adalah bersifat universal,
tetap dan tidak berubah. Nilai – nilai tersebut perlu dijabarkan dalam setiap aspek dalam
penyelenggaraan negara dan dalam wujud norma – norma baik norma hukum, kenegaraan,
maupun norma – norma moral yang harus dilaksanakan oleh setiap warga negara Indonesia.
Permasalah pokok dalam aktualisasi Pancasila adalah bagaimana wujud realisasinya itu, yaitu
bagaimanna nilai – nilai pancasila yang universal itu dijabarkan dalam bentuk – bentuk norma
yang jelas dalam kaitannya dengan tingkah – laku semua warga negara dalam bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara serta dalam kaitannya dengan segala aspek penyelenggaraan negara.
Berdasarkan pada hakikat sifat kodrat manusia bahwa setiap manusia adalah sebagai individu
dan sekaligus sebagai makhluk sosial. Kesepakatan kita sebagai suatu kesepakatan yang luhur
untuk mendirikan negara Indonesia yang berdasarkan pada Pancasila mengandung konsekuensi
bahwa kita harus merealisasikan Pancasila itu dalam setiap aspek penyelenggaraan negara dan
tingkah – laku dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Bagi bangsa Indonesia
merealisasikan Pancasila adalah merupakan suatu keharusan moral maupun yuridis.
Aktualisasi Pancasila dapat dibedakan atas dua macam yaitu aktualisasi Pancasila obyektif dan
subyektif :
Dalam pasal 2 UU No.22 tahun 2003 tentang system pendidikan nasional yang menyatakan
“pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang – Undang Dasar Negara Kesatuan
Republik Indonesia tahun 1945”. Pendidikan karakter mempunyai makna lebih tinggi dari
pendidikan moral, karena bukan sekedar mengajarkan mana yang benar dan mana yang salah,
lebih dari itu pendidikan karakter menanamkan kebiasaan tentang hal yang baik sehingga peserta
didik menjadi paham tentang mana yang baik dan mana yang tidak baik, mampu merasakan nilai
yang baik dan biasa melakukanya. Jadi, pendidikan karakter terkait erat dengan “habit” atau
kebiasaan yang terus – menerus dipraktekkan atau dilakukan. Brikut prinsip – prinsip yang
digunakan dalam pengembangan pendidikan karakter :
1. Berkelanjutan : menganduung makna bahwa proses pengembangan nilai – nilai karakter
merupakan sebuah proses panjang yang dimulai dari awal peserta didik sampai selesai suatu
pendidikan. Proses pertama dimulai dari TK, berlanjut ke SD, lalu ke SMP. Pendidikan
karakter di SMA adalah kelanjutan dari roses yang telah terjadi selama 9 tahun. Selanjutnya,
pendidikan karakter di Perguruan Tinggi merupakan penguatan dan pemantapan pendidikan
karakter yang telah diperoleh di SMA.
2. Melalui semua mata pelajaran, pengembangan diri, dan budaya satuan pendidikan.
3. Nilai tidak diajarkan tetapi dikembangkan melalui proses belajar. Maksudnya adalah materi
nilai – nilai karakter bukanlah bahan ajar biasa. Tidak semata – mata dapat ditangkap sendiri
atu diajarkan, tetapi lebih jauh diinternalisasikan melalui proses belajar. Aktifitas belajar dapat
digunakan untuk mengembangkan kemampuan dalam ranah kognitif, afektif, konotatif, dan
psikomotor.
4. Proses pendidkan dilakukan peserta didik secara aktif dan menyenangkan.
Walaupun yang terjadi sekarang ini, pendidikan karakter mutlak diperlukan oleh seluruh warga
negara Indonesia baik dari anak – anak, remaja, maupun orang – orang dewasa.
Dengan melihat relita yang sedang terjadi dalam negara kita sekarang, yang sedang terjadi krisis
karakter maka nilai – nilai Pancasila harus di sosialisasikan kembali kepada masyarakat
Indoonesia.
Bilamana nilai – nilai Pancasila telah dipahami, diserapi, dan dihayati oleh seseorang maka
orang itu telah memiliki moral Pancasila. Dan dari situlah seseorang mulai dapat
mengaktualisasikan Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Berbagi permasalahan pokok negara terus – menerus muncul dan tantangan yang dihadapi untuk
mengatasinya pun tak kalah sulitnya. Upaya mengembangkan masyarakat untuk memiliki
perilaku dan sikap bertannggung jawab secara etis, mengarahkan masyarakat menjadi
masyarakat yang cerdas dan mandiri, menciptakan system kehidupan yang tertib, aman, adil dan
dinamis, serta system pendidikan nasiaonal yang menunjang sosialisasi nilai – nilai Pancasila
dan menginternalisasikan ke dalam diri insan Indonesia.
Salah satu cara menghadapi krisis karakter ini adalah melalui pendidikann karakter sebagai
sosialisasi nilai – nilai Pancasila. Walaupun sulit tapi kita harus mencobanya agar dapat
diwujudkannya generasi yang benar – benar memahami dan menerapkan nilai – nilai Pancasila
tersebut dalam kehidupannya sehari – hari.
4 pilar bangsa Indonesia yaitu Pancasila, UUD, Bhineka Tunggal Ika, dan NKRI merupakan
harga mati, dan tidak bisa ditawar – tawar lagi. Pancasila merupakan dasar dari 3 pilar
berikutnya yang menjadi dasar dari negara kita Indonesia. Jika Pncasila telah tercermin dalam
kehidupan kita, pasti 3 pilar berikutnya dapat kita realisasikan.
Kesimpulan
Dari pembahasan kita dalam makalah ini, kita seharusnya jangan mebiarkan negara kita terus
terpuruk. Kita harus mengaktualisasikan nilai – nilai Pancasila dalam setiap kehidupan kita
masing – masing. Kita jangan hanya menjadi pembaca – pembaca yang baik, tapi kita harus
mewujudkannya dalam setiap kehidupan kita dalam berbangsa dan bernegara.
Saran
Hendaklah kita sebagai warga negara bukan sampai dalam deskripsi saja, namun hendaklah kita
sebagai warga negara mampu menerapkan nilai – nilai Pancasila dalam kehidupan sehari – hari.
Karena dengan begitu negara kita akan mengalami perubahan kearah yang lebih baik.
Contohnya : dalam penyelenggaraan kenegaraan maupun tertib hukum Indonesia, asas politik
dan tujuan negara, serta pelaksanaan konkretnya didasarkan pada dasar falsafah negara
(Pancasila)
Seluruh hidup kenegaraan dan tertib hukum di Indonenesia didasarkan atas serta diliputi
oleh dasar filsafat negara, asas politik dan tujuan negara, yakninya Pancasila, diantaranya:
- Garis-garis Besar Haluan Negara.
- Hukum, perundang-undangan dan peradilan.
- Pemerintahan.
- Politik dalam negeri dan luar negeri.
- Keselamatan, keamanan dan pertahanan.
- Kesejahteraan
- Kebudayaan
- Pendidikan dan lain sebagainya.
2. Aktualisasi Pancasila secara Subyektif
Aktualisasi Subyektif, artinya realisasi penjabaran nilai-nilai Pancasila dalam bentuk
norma-norma ke dalam diri setiap pribadi, perseorangan, setiap warga negara, setiap individu,
setiap penduduk, setiap penguasa dan setiap orang Indonesia. aktualisasi ini berkaitan dengan
kesadaran , ketaatan serta kesiapan individu untuk mengamalkan Pancasila (norma-norma
moral). Aktualisasi Pancasila subyektif ini diharapkan dapat tercapai agar nilai-nilai pancasila
tetap melekat dalam hati sanubari bangsa Indonesia, dan demikian itu disebut dengan
Kepribadian Bangsa Indonesia (Kepribadian Pancasila). Maka dengan hal inilah bangsa
Indonesia memiliki ciri karakteristik yang menunjukkan perbedaannya dengan bangsa lain.
Aktualisasi Subyektif ini lebih penting dari Aktualisasi Obyektif, karena Aktualisasi
Pancasila yang subyektif merupakan kunci keberhasilan Aktualisasi Pancasila secara Obyektif.
PENGERTIAN GLOBALISASI
Menurut asal katanya, kata "GLOBALISASI" diambil dari kata global, yang maknanya
ialah universal. Globalisasi adalah proses penyebaran unsur-unsur baru khususnya yang
menyangkut informasi secara mendunia melalui media cetak maupun elektronik atau bisa
dikatakan juga bahwa globalisasi adalah keterkaitan dan ketergantungan antar bangsa dan antar
manusia di seluruh dunia melalui perdagangan, investasi, perjalanan, budaya populer, dan
bentuk-bentuk interaksi yang lain sehingga batas-batas suatu negara menjadi semakin
sempit.Globalisasi adalah suatu proses di mana antar individu, antar kelompok, dan antar negara
saling berinteraksi, bergantung, terkait, dan memengaruhi satu sama lain yang melintasi batas
negara
Menurut LAURENCE E. ROTHENBERG: “Globalisasi adalah percepatan dan
intensifikasiinteraksi dan integrasiantara orang-orang, perusahaan, dan pemerintah dari
negara yang berbeda.”
Menurut Selo Soemardjan : “globalisasi adalah suatu proses terbentuknya sistem organisasi dan
komunikasi antarmasyarakat di seluruh dunia. Tujuan globalisasi adalah untuk mengikuti sistem dan
kaidah-kaidah tertentu yang sama misalnya terbentuknya PBB, OKI”
Menurut Achmad Suparman : “Globalisasi adalah suatu proses menjadikan sesuatu (bendaatau
perilaku) sebagai ciri dari setiap individu di dunia ini tanpa dibatasi oleh wilayah”.
Menurut Scholte : “Globalisasi diartikan sebagai meningkatnya hubungan internasional .Dalam hal
ini masing-masing negara tetap mempertahankan identitasnya masing-masing, namun menjadi
semakin tergantung satu sama lain”.
a. Perubahan dalam konsep ruang dan waktu. Perkembangan barang-barang seperti telepon
genggam, televisi satelit, dan internet menunjukkan bahwa komunikasi global terjadi demikian
cepatnya, sementara melalui pergerakan massa semacam turisme memungkinkan kita merasakan
banyak hal dari budaya yang berbeda.
b. Pasar dan produksi ekonomi di negara-negara yang berbeda menjadi saling bergantung sebagai
akibat dari pertumbuhan perdagangan internasional, peningkatan pengaruh perusahaan
multinasional, dan dominasi organisasi semacam World Trade Organization (WTO).
c. Peningkatan interaksi kultural melalui perkembangan media massa (terutama televisi, film,
musik, dan transmisi berita dan olah raga internasional). saat ini, kita dapat mengonsumsi dan
mengalami gagasan dan pengalaman baru mengenai hal-hal yang melintasi beraneka ragam
budaya, misalnya dalam bidang fashion, literatur, dan makanan.
d. Meningkatnya masalah bersama, misalnya pada bidang lingkungan hidup, krisis multinasional,
inflasi regional dan lain-lain. Dalam banyak hal, globalisasi mempunyai banyak karakteristik
yang sama dengan internasionalisasi sehingga kedua istilah ini sering dipertukarkan. Sebagian
pihak sering menggunakan istilah globalisasi yang dikaitkan dengan berkurangnya peran negara
atau batas-batas negara. Globalisasi menyangkut dalam berbagai bidang di dunia,hampir semua
bidang terkena oleh arus globalisasi. Bdang-bidang tersebut daiantaranya adalah bidang
informasi,komunikasi,ekonomi sosial dan budaya.
Sikap Terhadap Pengaruh dan Implikasi Globalisasi Terhadap Bangsa dan Negara
Indonesia
Kehadiran era globalisasi membawa dampak positif maupun negatif. Globalisasi
membuka peluang-peluang baru untuk peningkatan kesejahteraan manusia melalui kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi. Akan tetapi globalisasi juga memberikan tantangan kepada
suatu bangsa akan kekuatannya menghadapi pengaruh global pada semua aspek kehidupan
berbangsa dan bernegara dapatkah ia menjaga eksistensinya atau justru menjadi korban atas
semua pengaruh global tersebut. Oleh karena itu globalisasi dapat menjadi berkah apabila suatu
bangsa dapat memanfaatkan peluang dengan tepat, tetapi akan menjadi musibah atau
mendatangkan masalah bagi bangsa yang tidak mempunyai kesiapan untuk memasukinya.
Sebagai bangsa kita tidak mungkin menutup diri dari pergaulan dengan bangsa asing.
Keterbukaan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi pada eraglobalisasi ini tidak
mungkin kita abaikan begitu saja. Proses akulturasi budaya sebagai akibat frekuensi hubungan
antar bangsa yang semakin intensif merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindarkan lagi.
Akibatnya nilai-nilai sosial budaya negara lain yang belum tentu sesuai dengan kepribadian
bangsa kita pun akan masuk dan berkembang di dalam masyarakat. Oleh karena itu diperlukan
sikap yang tepat dalam merespon masuknya arus globalisasi supaya kita tidak sekedar menjadi
obyek dari segala perubahan tersebut tetapi menjadi subyek yang mampu memilih pengaruh
budaya luar dan tata nilai yang bermanfaat bagi kemajuan bangsa.
Dalam menghadapi pengaruh globalisasi ada tiga sikap merespons yang dapat dilakukan,
antara lain:
a. Sikap anti modernisasi yaitu: sikap menolak semua pengaruh modernisasi barat atau globalisasi.
Pandangan yang ekstrim ini menganggap kebudayaan barat semua negatif.
b. Sikap menerima semua pengaruh barat dan menjadikan kebudayaan barat sebagai akibat atau
asal model.
c. Sikap selektif artinya: tidak menolak atau menerima kebudayaan barat begitu saja, akan tetapi
disesuaikan dengan dasar norma-norma dan kepribadian suatu bangsa.
Berdasarkan beberapa alternatif sikap dalam menghadapi pengaruh globalisasi tersebut
di atas, bangsa Indonesia menentukan sikap untuk selektif terhadap segala kemajuan yang
datang. Artinya kita tidak mungkin menutup diri dari segala perubahan tetapi kita harus tetap
waspada bahkan menolak terhadap pengaruh negatif dari perubahan tersebut. Dengan demikian
kita akan menerima segala pengaruh yang bersifat positif demi kemajuan bangsa dan
kesejahteraan rakyat, tetapi menolak tegas segala pengaruh yang akan membawa akibat
kesensaraan rakyat dan hilangnya kepribadian atau jati diri kita sebagai bangsa. Adapun dasar
atau ukuran nilai-nilai tersebut sesuai dengan kepribadian kita tentu saja adalah
ideologi nasional yaitu Pancasila.
Jadi adanya kehadiran globalisasi tentunya membawa pengaruh bagi kehidupan suatu
negara termasuk Indonesia. Pengaruh tersebut meliputi dua sisi yaitu pengaruh positif dan
pengaruh negatif. Dampak-dampak pengaruh globalisasi tersebut kita kembalikan kepada diri
kita sendiri sebagai generasi muda Indonesia agar tetap menjaga etika dan budaya, agar kita tidak
terkena dampak negatif dari globalisasi.
A. Pancasila sebagai dasar Negara
Pengertian pansila sebagai dasar negara di peroleh dari alinea ke-4 UUD 1945dan
sebagaimana tertuang dalam memorandum DPR-GR 9 Juni 1966 yang mendasarkan pancasila
sebagai pandangan hidup bangsa yang telah dimurnikan dan dipadatkan oleh PPKI atas nama
rakyat Indonesia menjadi dasar negara RI. Ketetapan MPR No. IX / MPR/1978 yang
menegaskan kedudukan pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum atau tertib hukum
di Indonesia.
Inilah sifat dasar pancasila yang pertama dan utama, yakni sebagai dasar negara RI.
pAancasila yang terkandung dalam alinea ke-4 pembukaan UUD 1945 tersebut di tetapkan
sebagai dasar nagara pada tanggal 18 Agustus 1945 oleh PPKI yang dapat dianggap sebagai
penjelmaan kehendak seluruh rakyat Indonesia yang merdeka.
Dengan syarat utama sebuah bangsa menurut Ernest Renan:kehendak untuk bersatu dan
memmahami pancasila dari sejarahnya dapat diketahui bahwa pancasila merupakan sebuah
kompromi dan konsensus nasional karena memuat nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh semua
golongan dan lapisan masyarakat Indonesia. Namun pada kenyataannya pancasila sebagai dasar
ideologi negara menjadi teraabaikan dan kurang bermakna dalam kehidupan bermasyarakat ,
berbangsa dan bernegara.
Selama enamp pulih tahun perjalanan bangsa, pancasila telah mengalami berbagai ujian
dan dinamika sejarah sestem politik, sejak jaman demokrasi parlementer, era demojrasi
terpimpin, era demokrasi pancasila, hingga demokrsi multipartaidi era reformasi saat ini. Di
setiap jaman pancasila melewati alur dialektika peradaban yang menguji ketangguhannya sebagi
dasar filosofis jh mbangsa Indonesiayang terus berkembang dan dan tak pernah berhenti di satu
titik terminal sejarah.
Mengenai hal itu, pantaslah di ingat pendapat Prof. Dr. Supomo: “ jika kita hendak
mendirikan negara indonesia, maka negara kita harus mendasar atas aliran pikiran negara
(staatside) integralistik ...”Negara tidak mempersatukan diri dengan golongan yang terbesar
dalam masyarakat, juga tidak mempersatukan diri dengan golongan yang paling kuat, melainkan
mengatasi segala golongan dan segala perorangan, mempersatukan diri dengan segala lapisan
rakyatnya...”
Aktualisasi Pancasila dapat dibedakan atas dua macam yaitu aktualisasi obyektif dan
subyektif. Akualisasi Pancasila obyektif yaitu aktualisasi Pancasila dalam berbagai bidang
kehidupan kenegaraan yang meliputi kelembagaan negara antara lain legislative, eksekutif
maupun yudikatif. Selain itu juga meliputi bidang-bidang aktualisasi lainnya seperti politik,
ekonomi, hukum terutama dalam penjabaran ke dalam undang-undang, GBHN, pertahanan
keamanan, pendidikan maupun bidang kenegaraan lannya. Adapun aktualisasi Pancasila
Subyektif adalah aktualisasi Pancasila pada setiap individu terutama dalam aspek moral dalam
kaitannya dengan hidup negara dan masyarakat. Aktualisasi yang subjektif tersebut tidak
terkecuali baik warga negara biasa, aparat penyelenggara negara, penguasa negara, terutama
kalangan elit politik dalam kegiatan politik perlu mawas diri agar memiliki moral Ketuhanan dan
Kemanusiaan sebagaimana terkandung dalam Pancasila.
Para founding father kita dengan cerdas dan jitu telah merumuskan formula alat perekat
yang sangat ampuh bagi negara bangsa yang spektrum kebhinekaannya teramat lebar (multfi-
facet natio state) seperti Indonesia. Alat perekat tersebut tiada lain daripada Pancasila yang
berfungsi pula sebagai ideologi, dasar negara serta jatidiri bangsa. Sampai kiniPancasila diyakini
sebagai yang terbaik dari sekian alternatif yang ada,merupakan ramuan yang tepat dan mujarab
dalam mempersatukan bangsa, sehinggaProf. Dr. Syafi’i Maarif menyebutnya sebagai
“IndonesiaMasterpiece” (Karya Agung Bangsa Indonesia). Namun demikian Pancasila tidak
akan dapat memberimanfaat apapun manakala keberadannya hanya bersifat sebagai konsep atau
software belaka.
Untuk dapat berfungsi penuh sebagai perekat bangsa. Pancasila harus diimplementasikan
dalam segala tingkat kehidupan, mulai dari kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara (Pancasila), dan dalam segala aspek meliputi politik, ekonomi, sosial budaya, dan
hukum sebagai berikut :
B. Bidang Politik
Landasan aksiologis (sumber nilai) system politik Indonesia adalah dalam pembukaan
UUD 1945 alenia IV “….. maka disusunlah Kemerdekaan KebangsaanIndonesia itu dalam suatu
Undang-undang dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan Negara
Republik Indonesia yang Berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada Ketuhanan Yang Maha
Esa, Kemasusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia dan kerakyatan yang dipimpin
oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan / perwakilan, serta dengan mewujudkan
suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia”. Sehingga system politik Indonesia adalah
Demokrasi pancasila.
Globalisasi merupakan sekutu masyarakat dan bukan lawan seperti terkesan selama ini.
Tetapi perlu diingat pula bahwa setiap agenda politik Indonesia di era global harus sejalan
dengan apa yang menjadi aspirasi dan kepentingan rakyatIndonesia. Selama ini, sedang gencar-
gencarnya Negara maju dalam melakukan politik luar negeriny yang selalu mengintervensi
Negara lain dengan tujuan tertentu. Misalnya, menyangkut ekspolitasi sumber daya alam di
Freeport, pertambangan BlokCepu, dan tempat-tempat yang melalui agenda politiknya.
Selain itu, terjadi intervensi politik berkaitan dengan isu demokrasi, hak asasi manusia,
terorisme, lingkungan hidup yang justru merugikan negara kuat. Oleh karena itu, sebagai
pengamalan dari Pancasila Indonesia perlu memosisikan diri dalam mengambil sikap politik
yang berorientasi pada kepentingan nasionalnya, bukan pada kepentingan Negara lain.
Dimana demokrasi pancasila itu merupakan system pemerintahan dari rakyat dalam arti
rakyat adalah awal mula kekuasaan Negara sehingga rakyat harus ikut serta dalam pemerintahan
untuk mewujudkan suatu cita-cita. Organisasi sosial politik adalah wadah pemimpin-pemimpin
bangsa dalam bidangnya masing-masing sesuai dengan keahliannya, peran dan tanggung
jawabnya. Sehingga segala unsur-unsur dalam organisasi sosial politik seperti para pegawai
Republik Indonesia harus mengikuti pedoman pengamalan Pancasial agar berkepribadian
Pancasila karena mereka selain warga negara Indonesia, juga sebagai abdi masyarakat, dengan
begitu maka segala kendala akan mudah dihadapi dan tujuan serta cita-cita hidup
bangsaIndonesia akan terwujud.
Sejak Republik Indonesia berdiri, masalah korupsi, kolusi, dan nepotisme selalu muncul
ke permukaan. Bermacam-macam usaha dan program telah dilakukan oleh setiap pemerintahan
yang berkuasa dalam memberantas korupsi tetapi secara umum hukuman bagi mereka tidak
sebanding dengan kesalahannya, sehingga gagal untuk membuat mereka kapok atau gentar.
Mengapa tidak diterapkan, misalnya hukuman mati atau penjara 150 tahun bagi yang terbukti.
Para elit politik dan golongan atas seharusnya konsisten memegang dan mengaplikasikan
nilai-nilai Pancasila dalam setiap tindakan. Dalam era globalisasi saat ini , pemerintah tidak
punya banyak pilihan. Karena globalisasi adalah sebuah kepastian sejarah, maka pemerintah
perlu bersikap. ”Take it or Die” atau lebih dikenal dengan istilah ”The Death of Government”.
Kalau kedepan pemerintah masih ingin bertahan hidup dan berperan dalam paradigma baru ini
maka orientasi birokrasi pemerintahan seharusnya segera diubah menjadi public services
management.
C. Bidang Ekonomi
Seiring dengan kemajuan teknologi Informasi yang menghadirkan kemudahan dalam
melakukan akses informasi, aktifitas perekonomian berkembang pesat melampaui batas Negara.
Kemajuan tersebut telah mendorong globalisasi ekonomi yang membentuk pasar bebas.
Regionalisme dan aliansi ekonomi berkembang pesat dengan adanya aliansi-aliansi ekonomi
seperti Asia-Pasific Economic Cooperation ( APEC ), ASEAN Free Trade Agreement ( AFTA ),
North American Free Trade Agreement ( NAFTA ), dan European Union ( EU). Pemberlakuan
pasar bebas dan perdagangan bebas menciptakan iklim kompetisi yang ketat, mendorong setiap
negara mendorong mengembangkan produk-produk unggulan yang kompetitif.
Ekonomi menurut pancasila adalah berdasarkan asas kebersamaan, kekeluargaan artinya
walaupun terjadi persaingan namun tetap dalam kerangka tujuan bersama sehingga tidak terjadi
persaingan bebas yang mematikan. Dengan demikian pelaku ekonomi di Indonesia dalam
menjalankan usahanya tidak melakukan persaingan bebas, meskipun sebagian dari mereka akan
mendapat keuntungan yang lebih besar dan menjanjikan. Hal ini dilakukan karena pengamalan
dalam bidang ekonomi harus berdasarkan kekeluargaan. Jadi interaksi antar pelaku ekonomi
sama-sama menguntungkan dan tidak saling menjatuhkan.
Pilar Sistem Ekonomi Pancasila yang meliputi :
ekonomika etik dan ekonomika humanistik
nasionalisme ekonomi & demokrasi ekonomi
ekonomi berkeadilan sosial.
Namun pada kenyataannya, sejak pertengahan 1997 krisis ekonomi yang menimpa
Indonesia masih terasa hingga hari ini. Di tingkat Asia, Indonesia yang oleh sebuah studi dari
The World Bank (1993) disebut sebagai bagian dari Asia miracle economics, the unbelieveble
progress of development, ternyata perekonomiannya tidak lebih dari sekedar economic bubble,
yang mudah sirna begitu diterpa badai krisis (World Bank, 1993).
Seorang pengamat Ekonomi Indonesia, Prof. Laurence A. Manullang, mengatakan bahwa
selama bertahun-tahun berbagai resep telah dibuat untuk menyembuhkan penyakit utang
Internasional, tetapi hampir disepakati bahwa langkah pengobatan yang diterapkan pada krisis
utang telah gagal. Fakta yang menyedihkan adalah Indonesia sudah mencapai tingkat
ketergantungan (kecanduan) yang sangat tinggi terhadap utang luar negeri. Sampai sejauh ini
belum ada resep yang manjur untuk bisa keluar dari belitan utang. Penyebabnya adalah berbagai
hambatan yang melekat pada praktik yang dijalankan dalam sistem pinjaman internasional,
tepatnya negara-negara donor (Bogdanowicz-Bindert, 1993).
Keputusan pemerintah yang terkesan tergesa-gesa dalam mengambil kebijakan untuk
segera memasuki industrialisasi dengan meninggalkan agraris, telah menciptakan masalah baru
bagi national economic development. Bahkan menurut sebagian pakar langkah Orde baru dinilai
sebagai langkah spekulatif seperti mengundi nasib, pasalnya, masyarakat Indonesia yang sejak
dahulu berbasis agraris Sebagai konsekuensinya, hasil yang didapat, setelah 30 tahun dicekoki
ideologi ‘ekonomisme’ itu justru kualitas hidup masyarakat Indonesia semakin merosot tajam
(dekadensia).
Jika hingga saat ini kualitas perekonomian belum menampakkan perubahan yang
signifikan, tidak menutup kemungkinan, akan mendapat pukulan mahadasyat dari arus
globalisasi. Kekhawatiran ini muncul, karena pemerintah dalam proses pemberdayaan
masyarakat lemah masih parsial dan cenderung dualisme, antara kemanjaan (ketergantungan)
pemerintah kepada IMF, sementara keterbatasan akomodasi bentuk perekonomian masyarakat
yang tersebar (diversity of economy style) di seluruh pelosok negeri tidak tersentuh. Hal ini juga
terlihat jelas pada kebijakan-kebijakan pemerintah yang tidak proporsional, tidak mencerminkan
model perekonomian yang telah dibangun oleh para Founding Father terdahulu. Hal ini dapat
dilihat pada beberapa kasus, misalnya, pencabutan subsidi di tengah masyarakat yang sedang
sulit mencari sesuap nasi, mengelabuhi masyarakat dengan raskin (beras untuk rakyat miskin),
atau jaring pengaman sosial (JPS) lain yang selalu salah alamat.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan