Anda di halaman 1dari 33

Referat Tumor mamae

Pembimbing: dr. Tiko Wijayantya, Sp.B

Nanang Agung Permadi – 112016340

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Kepaniteraan Klinik Stase Bedah RSUD Koja

Periode 2 April – 10 Juni 2018

1
Pendahuluan

Payudara merupakan organ seks sekunder yang merupakan simbol feminitas perempuan.
Adanya kelainan pada payudara akan dapat mengganggu pikiran, emosi, serta menurunkan
kepercayaan diri seorang perempuan.
Payudara mulai tumbuh sejak minggu keenam masa embrio berupa penebalan ectodermal
di sepanjang garis (disebut garis susu) yang terbentang dari aksila sampai region inguinal. Pada
manusia, golongan primate gajah, dan ikan duyung, dua pertiga kaudal dari garis tersebut segera
menghilang dan meninggalkan bagian dada saja, yang akan berkembang menjadi cikal bakal
payudara.
Beberapa hari setelah kelahiran, dapat terjadi pembesaran payudara unilateral atau bilateral
diikuti dengan sekresi cairan keruh. Keadaan yang disebut mastitis neonatorum ini disebabkan
oleh berkembangnya system duktus dan tumbuhnya asinus serta vaskularisasi pada stroma yang
dirangsang secara tidak langsung oleh tingginya kadar esterogen ibu dalam sirkulasi darah bayi.
Setelah lahir, terjadi penurunan kadar esterogen yang merangsang hipofisis untuk memproduksi
prolactin. Prolactin inilah yang menimbulkan perubahan pada payudara.1

Anatomi
Payudara wanita dewasa berada di dalam fascia superficial dari dinding depan dada. Dasar
dari payudara terbentang dari iga kedua di sebelah atas sampai iga keenam atau ketujuh di sebelah
bawah, dan dari sternum batas medialnya sampai ke garis midaksilrasis sebagai batas lateralnya.
Duapertiga dasar tersebut terletak di depan M.pectoralis major dan sebagian M.serratus anterior.
Sebagian kecil terletak di atas M.obliquus externus.
Pada 95% wanita terdapat perpanjangan dari kuadran lateral atas sampai ke aksila. Ekor
ini (tail of Spence) dari jaringan mammae memasuki suatu hiatus (dari Langer) dalam fascia
sebelah dalam dari dinding medial aksilaI. Hanya ini jaringan mammae yang ditemukan secara
normal di bawah fascia sebelah dalam. 2,3

2
Gambar 1. Potongan sagital mammae dan dinding dada sebelah depan2

Setiap payudara terdiri dari 15 sampai 20 lobus, beberapa lebih besar daripada yang
lainnya, berada dalam fascia superficial, dimana dihubungkan secara bebas dengan fascia sebelah
dalam. Lobus-lobus ini beserta duktusnya adalah kesatuan dalam anatomi, bukan kesatuan dalam
bedah. Suatu biopsy payudara bukan suatu lobektomi, dimana pada prosedur semacam itu,
sebagian dari 1 atau lebih lobus diangkat. Antara fascia superficial dan yang sebelah dalam
terdapat ruang retromammary (submammary) yang mana kaya akan limfatik.
Lobus-lobus parenkim beserta duktusnya tersusun secara radial berkenaan dengan posisi
dari papilla mammae, sehingga duktus berjalan sentral menuju papilla seperti jari-jari roda
berakhir secara terpisah di puncak dari papilla. Segmen dari duktus dalam papilla merupakan
bagian duktus yang tersempit. Oleh karena itu, sekresi atau pergantian sel-sel cenderung untuk
terkumpul dalam bagian duktus yang berada dalam papilla, mengakibatkan ekspansi yang jelas
dari duktus dimana ketika berdilatasi akibat isinya dinamakan lactiferous sinuse . Pada area bebas
lemak di bawah areola, bagian yang dilatasi dari duktus laktiferus (lactiferous sinuses) merupakan
satu-satunya tempat untuk menyimpan susu. Intraductal papillomas sering terjadi di sini.

Vaskularisasi mammae
Vaskularisasi mammae terdiri dari arteri dan vena yaitu:
1. Arteri
• Cabang-cabang perforantes A. mammaria interna (A. thoracica interna)
• Cabang lateral dari A. intercostalis posterior
• Cabang-cabang dari A. axillaris

3
• A. thoracodorsalis yang merupakan cabang A. subscapularis

2. Vena
• Cabang-cabang perforantes V. thoracica interna
• Cabang-cabang V. axillaris yang terdiri dari V. thoraco-acromialis, V. thoracica lateralis
dan V thoraco dorsalis
• Vena-vena kecil yang bermuara pada V. Intercostalis

Gambar 2. Vaskularisasi mammae

Gambar 3. Persarafan Mammae

Payudara sisi superior dipersarafi oleh N. Supraclavicula yang berasal dari cabang ke-3
dan ke-4 plexus servicalis. Payudara sisi medial dipersarafi oleh cabang N. Cutaneus Anterior dan
N. Intercostalis II-VII. Papilla mammae tertama dipersarafi oleh cabang N. Cutaneus Lateral dari

4
N. Intercostalis IV. Sedangkan cabang N. Cutaneus Lateral dari N. Intercostalis lain mempersarafi
areola dan mammae sisi lateral. Persarafan kulit mammae bersifat segmental dan berasal dari
segmen dermatom T2 sampai T6. Jaringan kelenjar mammae sendiri diurus oleh sistem saraf
otonom. Pada prinsipnya inervasi mammae berasal dari N. intercostalis IV, V, VI dan cabang dari
plexus cervicalis.
Di daerah ruang axilla terdapat N. Intercostobrachialis dan N. Cutaneus Brachiusmedialis,
dimana cedera pada saraf ini dapat mengakibatkan mati rasa atau dysesthesia di sepanjang
permukaan medial dan posterior lengan, juga mati rasa pada kulit axilla di sepanjang dinding dada
yang dipersarafinya. Pada diseksi axilla saraf ini sukar disingkirkan sehingga sering terjadi mati
rasa pasca bedah.
Terdapat 6 kelompok kelenjar limfatik yang dikenali oleh ahli bedah yaitu kelompok
limfatik vena aksilaris, mammaria eksterna, skapular, sentral, subclavicular, dan interpektoral
(Rotter’s group). Sekitar 75% aliran limfatik payudara mengalir ke kelompok limfatik aksila,
sebagian lagi ke kelenjar parasternal (mammaria interna), terutama bagian sentral, medial dan
interpektoralis. Pada aksila, terdapat rata-rata 50 buah kelenjar getah bening yang berada di
sepanjang arteri dan vena brachialis.
Jika dilakukan perabaan pada payudara, akan terasa perbedaan di tempat yang berlainan.
Pada bagian lateral atas (dekat aksila), cenderung terasa bergumpal-gumpal besar. Pada bagian
bawah, akan terasa seperti pasir atau kerikil. Sedangkan bagian di bawah puting susu, akan terasa
seperti kumpulan biji yang besar. Namun, perabaan ini dapat berbeda pada orang yang berbeda.
Untuk mempermudah menyatakan letak suatu kelainan, payudara dibagi menjadi lima regio, yaitu:
a. Kuadran atas bagian medial (inner upper quadrant)
b. Kuadran atas bagian lateral (outer upper quadrant)
c. Kuadran bawah bagian medial (inner lower quadrant)
d. Kuadran bawah bagian lateral (outer lower quadrant)
e. Regio puting susu (nipple)

Aliran Limfe
Aliran limfe mammaria secara praktis dibagi menjadi kuadran-kuadran. Kuadran lateral
mengalirkan cairan limf nya ke nodi axillares anteriores atau kelompok pectorales (terletak tepat
posterior terhadap pinggir bawah musculus pectoralis mayor). kuadran medial mengalirkan cairan

5
limf nya melalui pembuluh-pembuluh yang menembus ruangan intercostalis dan masuk ke dalam
kelompok nodi thoracales internae (terletak di dalam cavitas thoracis di sepanjang arteria thoracica
interna). Beberapa pembuluh limf mengiktui arteriae intercostales posteriores dan mengalirkan
cairan limf nya ke posterior ke dalam nodi intercostales posteriores (treletak di sepanjang arteriae
intercostales posteriores); beberapa pembuluh berhubungan dengan pembuluh limf dari payudara
sisi yang lain dan berhubungan juga dengan kelenjar di dinding anterior abdomen.3

Gambar 4. Aliran limf Kelenjar mammae


Fisiologi Payudara
Perkembangan dan fungsi payudara dimulai oleh berbagai hormon. Esterogen diketahui
merangsang perkembangan duktus mamilaris. Progesteron memulai perkembangan lobulus-
lobulus payudara juga diferensiasi sel epitelial. Payudara mengalami tiga macam perubahan yang
dipengaruhi oleh hormon, antara lain:

a. Perubahan pertama adalah mulai dari masa hidup anak melalui masa hidup pubertas. Sejak
pubertas pengaruh estrogen dan progesteron yang diproduksi ovarium dan juga hormon
hipofise, telah menyebabkan duktus berkembang dan timbulnya asinus.
b. Perubahan kedua adalah perubahan sesuai dengan daur haid. Sekitar hari ke-8 sebelum
haid, payudara menjadi lebih besar dan pada beberapa hari sebelum haid berikutnya terjadi
pembesaran maksimal. Kadang-kadang timbul benjolan yang nyeri dan tidak rata. Selama
beberapa hari menjelang haid, payudara menjadi tegang dan nyeri sehingga pemeriksaan
fisik terutama palpasi tidak mungkin dilakukan. Begitu haid dimulai, semuanya berkurang.
c. Perubahan ketiga terjadi pada masa hamil dan menyusui. Pada masa kehamilan, payudara
menjadi besar karena epitel duktus lobul dan duktus alveolus berproliferasi, dan tumbuh
6
duktus baru. Sekresi hormon prolaktin dari hipofisis anterior memicu laktasi. Air susu
diproduksi oleh sel-sel alveolus mengisi asinus, kemudian dikeluarkan melalui duktus ke
puting susu.
d. Pada saat menopause lobulus beinvolusi digantikan oleh lemak.

Tumor Payudarah
Tumor payudara adalah benjolan tidak normal akibat pertumbuhan sel yang terjadi secara
terus menerus. Dalam klinik, istilah tumor sering digunakan untuk semua tonjolan dan diartikan
sebagai pembengkakan, yang dapat disebabkan baik oleh neoplasma maupun oleh radang, atau
perdarahan.3

Epidemiologi
Berdasarkan penelitian di Yamanmulai Januari 2006- Desember 2009 ditemukan sebanyak
635 kasus yangdidiagnosis sebagai penyakit tumor payudara. Terdapat kelainan sebanyak 493
(77.6%) yang merupakan penyakit tumor payudara jinak dan 142 (22.4%) penyakit tumor
payudara ganas padarentang usia 40-49 tahun dan kejadian yang paling sering terjadi adalah
fibroadenoma 40,5% dengan rentang usia20-29 tahun.Penelitian di Nigeria Timur (2000-2004)
dari 1.050 spesimen payudara yang diteliti, 722 kasus (68,8%) merupakan tumor jinak.
Fibroadenoma adalah lesi yang palingbanyak dan umum terjadi dengan 318 kasus (44%) yang
terjadi pada usia rata-rata 16-32 tahun.
Di Indonesia data penyakit FAM masih belum lengkap, Data dari Jakarta Breast Center,
klinik di Jakarta yang mengkhususkan untuk penanganan keluhan pada payudara, menunjukkan
bahwa dari 2.495 pasien yang datang pada tahun 2001 sampai 2002, ternyata 79% menderita tumor
payudara jinak dan hanya 14% yang menderita kanker. Berdasarkan survei pendahuluan yang
dilakukan dari data rekam medik di RS Santa Elisabeth Medan tahun 2007- 2011 ditemukan
penderita FAM sebanyak 103 orang, dimana ditemukan 5 orang penderita pada tahun 2007, 25
orang pada tahun 2008, 23 orang pada tahun 2009, 23 orang tahun 2010 dan 27 orang pada tahun
2011.4

7
Etiopatogenesis dan Faktor Risiko
Sampai saat ini, penyebab pasti tumor payudara belum diketahui. Namun, ada beberapa faktor
resiko yang telah teridentifikasi, yaitu :
a) Jenis kelamin: Wanita lebih beresiko menderita tumor payudara dibandingkan dengan pria.
Prevalensi tumorpayudara pada pria hanya 1% dari seluruh tumorpayudara.
b) Riwayat keluarga: Wanita yang memiliki keluarga tingkat satu penderita tumor payudara
beresiko tiga kali lebih besar untuk menderita tumor payudara.
c) Faktor genetic: Mutasi gen BRCA1 pada kromosom 17 dan BRCA2 pada kromosom 13
dapat meningkatkan resiko tumor payudara sampai 85%. Selain itu, gen p53, BARD1,
BRCA3 juga diduga meningkatkan resiko terjadinya kanker payudara.
d) Faktor usia: Resiko tumor payudara meningkat seiring dengan pertambahan usia.
e) Faktor hormonal: Kadar hormon yang tinggi selama masa reproduktif, terutama jika tidak
diselingi oleh perubahan hormon akibat kehamilan, dapat meningkatkan resiko terjadinya
tumor payudara. Insidens nya juga meningkat pada usia menarke yang <12 tahun, dan usia
menopause >55 tahun.
f) Usia saat kehamilan pertama: Hamil pertama pada usia >35 tahun beresiko dua kali lipat
dibandingkan dengan hamil pada usia kurang dari 35 tahun.
g) Terpapar radiasi pada dinding dada
h) Intake alcohol
i) Pemakaian kontrasepsi oral : Pemakaian kontrasepsi oral dapat meningkatkan resiko tumor
payudara.
Dalam keadaan normal, antara pertumbuhan dan apoptosis dalam hal seimbang, dan
diaregulasi oleh DNA. Adapun hal-hal yang dapat menyebabkan perubahan atau kerusakan pada
struktur DNA akan mempengaruhi keseimbangan tersebut. Oleh karena itu kerusakan pada DNA
akan menyebabkan pertumbuhan sel yang tidak terkontrol sehingga menimbulkan tumor. Pada
saat menjelang menstruasi atau dalam kondisi dimana kadar hormon estrogen yang tinggi
menyebabkan stimulasi pertumbuhan dan perkembangan epitel di jaringan mammae.5

Klasifikasi
Neoplasma merupakan sel tubuh yang mengalami transformasi dan tumbuh secara autonom, lepas
dari kendali pertumbuhan sel normal sehingga bentuk dan struktur sel ini berbeda dengan sel

8
normal. Sifat sel tumor ini bergantung pada besarnya penyimpangan bentuk dan fungsi,
autonominya dalam sifat pertumbuhan, dan kemampuan dalam berinfiltrasi serta bermetastasis.
Klasifikasi neoplasma dibagi menjadi 2:
a. Neoplasma jinak: memiliki batas tegas dan tidak infiltratif, tidak merusak, serta tidak
bermetastasis, tetapi dapat bersifat ekspansif, yaitu dapat terus membesar sehingga
menekan jaringan sekitarnya
b. Neoplasma ganas atau kanker: tumbuh secara tidak terkendali, menginfiltrasi ke jaringan
sekitar sekaligus merusaknya, dan dapat menyebar ke bagian tubuh lain yang dapat disebut
sebagai metastasis.1

Tumor Jinak Payudara


Tumor jinak mammae ialah lesi jinak yang berasal dari parenkim, stroma, areola dan papilla
mamma. Termasuk: Tumor jinak jaringan lunak mamma, lipoma, hemangioma mamma
dan displasia mamma.
Jenis – Jensi Tumor Jinak Payudara
1. Fibroadenoma Mammae

Gambar 5. Tumor Jinak


Fibroadenoma merupakan neoplasma jinak yang terutama terdapat pada wanita muda, dan
jarang ditemukan setelah menopause. Berdasarkan laporan dari NSW Breast Cancer Institute,
FAMumumnya terjadi pada wanita dengan usia 21–25 tahun, kurang dari 5% terjadi pada usia di
atas 50 tahun. Fibroadenoma adalah kelainan pada perkembangan payudara normal dimana ada
pertumbuhan berlebih dan tidak normal pada jaringan payudara terdiri dari sel epitel dan stroma

9
Etiologi
Penyebab dari fibroadenoma mammae adalah pengaruh hormonal. Hal ini diketahui karena
ukuran fibroadenoma dapat berubah pada siklus menstruasi atau pada kehamilan. Lesi membesar
pada daur haid dan selama hamil. Fibroadenoma mammae ini terjadi akibat adanya kelebihan
hormon estrogen. Namun ada yang dapat mempengaruhi timbulnya tumor, antara lain genetika
dan juga adanya kecenderungan pada keluarga yang menderita kanker.
Fibroadenomaini sensitif terhadap perubahan hormon. Besar fibroadenoma
bervariasiselama siklus menstruasi, kadang dapat terlihat menonjol, dan dapat membesar selama
masa kehamilan dan menyusui. Akan tetapi tidak menggangu kemampuan seorang wanita untuk
menyusui. Yang paling sering terjadi, jika dibiarkan ukuran fibroadenoma akan membesar atau
tetap. Fibroadenoma biasanya ditemukan pada kuadran luar atas, merupakan tumor yang berbatas
tegas, konsistensi kenyal padatdan tidak sulit untuk diraba, permukaan licin, benjolan ini dapat
tumbuh tunggal atau multipel.
Apabila benjolan didorong ataudiraba akan terasaseperti bergerak-gerak sehingga beberapa
orang menyebut fibroadenoma sebagai “breast mouse”.Biasanya fibroadenoma tidak terasa sakit,
namun kadang kala akan menimbulkan rasa tidak nyaman dan sangat sensitif apabila disentuh.6

Klasifikasi
Fibroadenoma mammae dapat dibagi menjadi:

a. Common Fibroadenoma

Gambar. 6 Common Fibroadenoma

10
Common fibroadenoma memiliki ukuran 1-4 cm, disebut juga dengan simple
fibroadenoma. Sering ditemukan padawanita kelompok umur muda antara 21-25 tahun. Ketika
fibroadenoma dapat dirasakan sebagai benjolan, benjolan itu biasanya berbentuk oval atau bulat,
halus, tegas, dan bergerak sangat bebas. Sekitar 80% dari seluruh kasus fibroadenoma yang terjadi
adalah fibroadenoma tunggal.

b. Giant Fibroadenoma

Gambar 7. Giant Fibroadenoma


Giant fibroadenoma adalah tumor jinak payudara yang memiliki ukuran dengan diameter
lebih dari 5 cm. Secara keseluruhan insiden giant fibroadenoma sekitar 4% dari seluruh kasus
fibroadenoma. Giant fibroadenoma biasanya ditemui pada wanitahamil dan menyusui. Giant
fibroadenoma ditandai dengan ukuran yang besar dan pembesaran massa enkapsulasi payudara
yang cepat. Giant fibroadenoma dapat merusak bentuk payudara dan menyebabkan tidak simetris
karena ukurannya yang besar, sehingga perlu dilakukan pemotongan dan pengangkatan terhadap
tumor ini.
Fibroadenoma mammae secara histologi dapat dibagi menjadi:

a. FAM intrakanalikuler : Fibroadenoma pada payudara yang secara tidak teratur dibentuk
dari pemecahan antara stroma fibrosa yang mengandung serat jaringan epitel. stroma
tumbuh mendesak kanalikulus pada sistem duktulus intralobulus. Rongga mirip duktus
atau kelenjar dilapisi oleh satu atau lebih lapisan sel yang regular dengan membran basal
jelas dan utuh, dimana sebagian lesi rongga duktus terbuka, bundar sampai oval dan cukup
teratur.
b. FAM perikanalikuler : Fibroadenoma pada payudara yang menyerupai kelenjar atau kista
yang dilingkari oleh jaringan epitel pada satu atau banyak lapisan. Sebagian lainnya
11
tertekan oleh proliferasi ekstensif stroma mengitari sistem kanalikulus sistem duktulus
intralobulus sehingga pada potongan melintang rongga tersebut tampak sebagai celah atau
struktur irregular mirip bintangstroma tumbuh proliferative.
Pada gambaran histologis menunjukkan stroma dengan proliferasi fibroblast yang
mengelilingi kelenjar dan rongga kistik yang dilapisi epitel dengan bentuk dan ukuran yang
berbeda.Setelah menopause, fibroadenoma biasa menjadi mikrokalsifikasi yang dapat terjadi pada
tipe distrofi dan terjadi dalam stroma di celah epitel.

Tanda dan Gejala Fibroadenoma Mammae (FAM)


Gejala klinis yang sering terjadi pada fibroadenoma mammae adalah adanya bagian yang
menonjol pada permukaan payudara, benjolan memiliki batas yang tegas dengan konsistensi
padat dan kenyal. Ukuran diameter benjolan yang sering terjadi sekitar 1-4 cm, namun kadang
dapat tumbuh dan berkembang dengan cepat dengan ukuran benjolan berdiameter lebih dari 5
cm. Benjolan yang tumbuh dapat diraba dan digerakkan dengan bebas. Umumnya fibroadenoma
tidak menimbulkan rasa nyeri atau tidak sakit.
a. Secara makroskopik : tumor bersimpai, berwarna putih keabu-abuan, pada penampang
tampak jaringan ikat berwarna putih, kenyal
b. Ada bagian yang menonjol ke permukaan
c. Ada penekanan pada jaringan sekitar
d. Ada batas yang tegas
e. Bila diameter mencapai 10 – 15 cm muncul Fibroadenoma raksasa (Giant
Fibroadenoma)
f. Memiliki kapsul dan soliter
g. Benjolan dapat digerakkan
h. Pertumbuhannya lambat
i. Mudah diangkat dengan lokal surgery

Patofisiologi
Fibroadenoma merupakan tumor jinak payudara yang sering ditemukan pada masa
reproduksi yang disebabkan oleh beberapa kemungkinan yaitu akibat sensitivitas jaringan
setempat yang berlebihan terhadap estrogen sehingga kelainan ini sering digolongkan dalam
mamary displasia. Fibroadenoma biasanya ditemukan pada kuadran luar atas, merupakan lobus

12
yang berbatas jelas, mudah digerakkan dari jaringan di sekitarnya. Pada gambaran histologis
menunjukkan stroma dengan proliferasi fibroblast yang mengelilingi kelenjar dan rongga kistik
yang dilapisi epitel dengan bentuk dan ukuran yang berbeda. Pembagian fibroadenoma
berdasarkan histologik yaitu :
1. Fibroadenoma Pericanaliculare Yakni kelenjar berbentuk bulat dan lonjong dilapisi epitel
selapis atau beberapa lapis.
2. Fibroadenoma intracanaliculare Yakni jaringan ikat mengalami proliferasi lebih banyak
sehingga kelenjar berbentuk panjang-panjang (tidak teratur) dengan lumen yang sempit atau
menghilang. Pada saat menjelang haid dan kehamilan tampak pembesaran sedikit dan pada
saat menopause terjadi regresi.

2. Fibrokistik
Kelainan ini paling sering ditemukan, bersifat jinak tetapi memiliki hubungan dengan
meningkatnya resiko terjadinya keganasan. Fibrokistik atau yang disebut mammary displasia
adalah penyebab tumor yang terbanyak pada wanita berusia 30 sampai 50 tahun. Kelainan
fibrokistik pada payudara adalah kondisi yang ditandai penambahan jaringan fibrous dan
glandular. Kelainan ini bermanifestasi dalam beberapa bentuk yang biasanya melibatkan
kombinasi dari 3 respon jaringan dasar yaitu proliferasi epitel (proliferatif), fibrosis dan
pertumbuhan kista (nonproliferatif).
Benjolan ini memiliki konsistensi kenyal lunak, permukaan licin, berbatas tegas, benjolan
ini dapat membesar dan terasa sangat nyeri selama periode menstruasi karena hubungannya
dengan perubahan hormonal tiap bulannya. Wanita dengan kelainan fibrokistik mengalami nyeri
payudara siklik berkaitan dengan adanya perubahan hormon estrogen dan progesteron.
Pembengkakan payudara biasanya berkurang setelah menstruasi berhenti. Keluhan-keluhan dari
perubahan fibrokistik biasanya berhenti setelah menopause namun bisa menjadi lebih lama jika
wanita tersebut melakukan terapi sulih hormon.Pada periode menjelang menopause, sifat benjolan
pada kelainan ini tidak berbatas tegas dan kenyal. Perubahan fibrokistik biasanya ditemukan pada
kedua payudara baik di kuadran atas maupun bawah.

3. Tumor Filoides ( Sistosarkoma Filoides )


Tumor filodes atau dikenal dengan sistosarkoma filodes adalah tumor fibroepitelial yang
ditandai dengan hiperselular stroma dikombinasikan dengan komponen epitel. Tumor filodes

13
umum terjadi pada dekade 5 atau 6. Benjolan ini jarang bilateral (terdapat pada kedua payudara),
dan biasanya muncul sebagai benjolan yang terisolasi dan sulit dibedakan dengan FAM. Ukuran
bervariasi, meskipun tumor filodes biasanya lebih besar dari FAM, mungkin karena
pertumbuhannya yang cepat. Berdasarkan pemeriksaan histologi (sel), diketahui bahwa tumor
filodes jinak berkisar 10%, dimana tumor filodes ganas berkisar 40%.
Tumor filoides merupakan suatu neoplasma jinak yang bersifat menyusup secara lokal dan
mungkin ganas (10-15%). Pertumbuhannya cepat dan dapat ditemukan dalam ukuran yang besar.
Tumor ini terdapat pada semua usia, tapi kebanyakan pada usia sekitar 45 tahun.
Tumor filoides adalah tipe yang jarang dari tumor payudara, yang hampir sama dengan
fibroadenoma yaitu terdiri dari dua jaringan, jaringan stroma dan glandular. Perbedaan antara
tumor filoides dengan fibroadenoma adalah bahwa terdapat pertumbuhan berlebih dari jaringan
fibrokonektif pada tumor filoides. Sel yang membangun jaringan fibrokonektif dapat terlihat
abnormalitasnya dibawah mikroskop. Secara histologis, tumor filoides dapat diklasifikasikan
menjadi jinak, ganas, atau potensial ganas (perubahan tumor ke arah kanker masih di ragukan).
Tumor filoides tidak berespon terhadap terapi hormon dan hampir sama dengan kanker
payudara yang berespon terhadap kemoterapi atau radiasi.

4. Lipoma
Lipoma adalah suatu tumor (benjolan) jinak yang berada dibawah kulit yang terdiri dari
lemak. Biasanya lipoma dijumpai pada usia lanjut (40-60 tahun), namun juga dapat dijumpai pada
anak-anak.Lipoma umumnya terdapat subkutan.Lipoma dapat single dapat pula multiple. Bentuk
lipoma bila msaih kecil bulat atau oval, bila sudah besar berbenjol-benjol atau lobuler, karena
adanya sekat-sekat jaringan ikat yang masuk ke dalam tumor. Lipoma dapat mencapai ukuran yang
sangat besar 10 kg atau lebih dan dapat menggantung dari kulit sepert buah. Konsistensi lipoma
tergantung dari jaringan lain yang menyertai. Umumnya lunak, dapat kisteus (pseudokisteus) dan
dapat pula padat, dapat digerakkan, dan tidak nyeri, pertumbuhannya sangat lambat dan jarang
sekali menjadi ganas. Lipoma kebanyakan berukuran kecil, namun dapat tumbuh hingga mencapai
lebih dari diameter 6 cm.

14
5. Galaktokel

Galaktokel adalah kista retensi berisi air susu. Galaktokel berbatas jelas dan mobile, dan
biasanya timbul 6-10 bulan setelah berhenti menyusui.Galaktokel biasanya terletak di tengah
payudara atau dibawa puting. Tata laksana galaktokel adalah aspirasi jarum untuk mengeluarkan
secret susu dan pembedahan baru dilakukan jika kista terlalu kental untuk bisa diaspirasi atau jika
terjadi infeksi dalam galaktokel.

6. Intraductal Papilloma
Papilloma intraduktal adalah pertumbuhan menyerupai kutil dengan disertai tangkai yang
tumbuh dari dalam payudara yang berasal dari jaringan glandular dan jaringan fibrovaskular.
Papilloma seringkali melibatkan sejumlah besar kelenjar susu. Lesi jinak yang berasal dari
15amper laktiferus dan 75% tumbuh di bawah areola mamma ini memberikan gejala berupa
sekresi cairan berdarah dari putting susu. Hampir 90% dari Papilloma Intraduktus adalah dari tipe
soliter dengan diameternya kurang dari 1cm dan sering timbul pada 15amper laktiferus dan
15amper 70% dari pasien datang dengan nipple discharge yang serous dan bercampur darah. Ada
juga pasien yang datang dengan keluhan massa pada area subareola walaupun massa ini lebih
sering ditemukan pada pemeriksaan fisis. Massa yang teraba sebenarnya adalah duktus yang
berdilatasi.

7. Kista Mammae
Kista adalah ruang berisi cairan yang dibatasi sel-sel glandular. Kista terbentuk dari cairan
yang berasal dari kelenjar payudara. Mikrokista terlalu kecil untuk dapat diraba, dan ditemukan
hanya bila jaringan tersebut dilihat di bawah mikroskop. Jika cairan terus berkembang akan
terbentuk makrokista. Makrokista ini dapat dengan mudah diraba dan diameternya dapat mencapai
1 sampai 2 inchi. 7,8

15
Gambar 8.Kista Mamae
Secara klasik, kista dialami wanita perimenopausal antara usia 45 dan 52 tahun, walaupun
terdapat juga insidens yang diluar batas usia ini terutamanya pada individu yang menggunakan
terapi pengganti hormon. Karakteristik kista mammae adalah licin dan teraba kenyal pada palpasi.
Kista dapat tunggal maupun multipel, unilateral atau bilateral dan biasanya terasa nyeri bila di
palpasi. Kista teraba sebagai massa yang berbatas jelas, mobile, dan berisi cairan. Gambaran klasik
dari kista ini bisa menghilang jika kista terletak pada bagian dalam mammae. Jaringan normal dari
nodular mammae yang meliputi kista bisa menyembunyikan gambaran klasik dari lesi yakni licin
semasa dipalpasi. Diagnosis kista mammae ditegakkan melalui aspirasi sitologi dan ultrasonografi.
Kista biasanya berisi cairan yang keruh dan debris. Cairan dari kista bisa berbeda warnanya, mulai
dari kuning pudar sampai hitam, kadang terlihat translusen dan bisa juga kelihatan tebal dan
bengkak Jumlah cairan yang diaspirasi biasanya antara 6 atau 8 ml. Sebelum ini, eksisi merupakan
tatalaksana bagi kista mammae. Namun terapi ini sudah tidak dilakukan karena simple aspiration
sudah memadai. Setelah diaspirasi, kista akan menjadi lembek dan tidak teraba tetapi masih bisa
dideteksi dengan mammografi.

8. Adenosis
Adenosis adalah temuan yang sering didapat pada wanita dengan kelainan fibrokistik.
Adenosis adalah pembesaran lobulus payudara, yang mencakup kelenjar-kelenjar yang lebih
banyak dari biasanya. Apabila pembesaran lobulus saling berdekatan satu sama lain, maka
kumpulan lobulus dengan adenosis ini kemungkinan dapat diraba.
Banyak istilah lain yang digunakan untuk kondisi ini, diantaranya adenosis agregasi, atau
tumor adenosis. Sangat penting untuk digarisbawahi walaupun merupakan tumor, namun kondisi
ini termasuk jinak dan bukanlah kanker. Adenosis sklerotik adalah tipe khusus dari adenosis
16
dimana pembesaran lobulus disertai dengan parut seperti jaringan fibrous. Apabila adenosis dan
adenosis sklerotik cukup luas sehingga dapat diraba, dokter akan sulit membedakan tumor ini
dengan kanker melalui pemeriksaan fisik payudara. Kalsifikasi dapat terbentuk pada adenosis,
adenosis sklerotik, dan kanker, sehingga makin membingungkan diagnosis. Biopsi melalui aspirasi
jarum halus biasanya dapat menunjukkan apakah tumor ini jinak atau tidak. Namun dengan biopsi
melalui pembedahan sabat dianjurkan untuk memastikan tidak terjadinya kanker.

9. Ektasia Duktus
Ektasia duktus merupakan pelebaran dan pengerasan dari duktus, dicirikan dengan sekresi
puting yang berwarna hijau atau hitam pekat, dan lengket. Pada puting serta daerah disekitarnya
akan terasa sakit serta tampak kemerahan. Ektasia duktus adalah kondisi yang biasanya menyerang
wanita usia sekitar 40 sampai 50 tahun. Ektasia duktus adalah kelainan jinak yang walaupun begitu
dapat mengacaukan diagnosis dengan kanker dikarenakan benjolan yang keras di sekitar duktus
yang abnormal akibat terbentuknya jaringan parut.8

Tumor ganas payudara (Kanker payudara)


Kanker payudara merupakan sebuah tumor ganas yang tumbuh di dalam jaringan payudara.
Tumor ganas ini dapat berasal dari kelenjar, saluran kelenjar, jaringan lmak maupun jaringan ikat
payudara. Kanker payudara merupakan kanker tersering pada perempuan (22%) dan menjadi
penyebab utama kematian akibat kanker di dunia.. Kanker payudara dibagi menjadi kanker yang
belum menembus membrane basal (noninvasif) dan kanker yang sudah menembus membran basal
(invasif). Bentuk utama karsinoma payudara dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
A. Noninvasif
1. Karsinoma duktal in situ (DCIS)
Karsinoma duktal in situ merupakan kanker non-invasif dimana sel-sel abnormal ditemukan pada
lapisan duktus laktiferus. DCIS mempunyai gambaran histologis yang bermacam-macam, dari
arsitekturnya yaitu tipe komedokarsinoma, solid, kribiformis, papilaris, dan clinging (menempel)
serta gambaran nukleus yang bervariasi dari derajat rendah dan monomorfik hingga derajat tinggi
dan heterogen. Prognosis DCIS lebih dari 97% pasien dapat bertahan hidup lama.
2. Penyakit paget

17
Penyakit pada puting payudara yang disebabkan oleh perluasan karsinoma duktal in situ ke duktus
laktiferus, tampak sebagai erupsi eksematosa (eritema, edema, papul, vesikel) kronik yang
berkembang menjadi ulkus basah.1
Karsinoma lobular in situ (LCIS)
Sel-sel abnormal tumbuh dalam lobulus, kelenjar penghasil susu pada akhir saluran payudara.
Pertumbuhnannya tetap dalam lobulus dan tidak menyebar ke jaringan sekitarnya. Karsinoma
lobular in situ biasanya didiagnosis sebelum menopause pada rentang usia 40-50 tahun. Gambaran
mikroskopis dari LCIS adalah uniform, sel bersifat monomorfik dengan nukleus polos bulat dan
terdapat dalam kelompok kohesif di duktus dan lobules.
B. Invasif
1. Karsinoma lobular invasif
Karsinoma lobular invasif telah menembus dinding lobulus dan mulai menyerang jaringan
payudara sekitar. Gejala klinis dari karsinoma lobular invasive ini dapat asimptomatik dan juga
bisa teraba massa besar yang bersifat multifocal bilateral. Sekitar 10% dari semua kanker payudara
invasif adalah karsinoma lobular invasive (Kumar et al, 2007). Gambaran sel pada karsinoma
lobular invasif mirip dengan sel pada LCIS. Sel-sel tersebut menginvasi stroma dan terkadang
mengelilingi asinus atau duktus sehingga membentuk yang disebut sebagai mata sapi (bull’s eye).
2. Karsinoma duktal invasif
Sekitar 70 - 80% dari semua kanker payudara adalah karsinoma ductal invasif. Kanker ini yang
telah menembus dinding duktus laktiferus dan menyerang jaringan payudara sekitarnya.
Gambaran mikroskopis dari karsinoma duktal invasif heterogen, nukleus dengan derajat rendah,
sel tumor yang anaplastik, tepi tumor iregular. Kanker dengan tahap lanjut menimbulkan gambaran
massa melekat ke otot pektoralis sehingga terjadi fiksasi lesi, melekat ke kulit sehingga
menyebabkan retraksi dan cekungan (dimpling) kulit payudara. Keganasan ini sering timbul pada
saat sebelum maupun sesudah menopause pada usia dekade kelima dan keenam.1
Penelitian Wahyuni (2006), menunjukkan bahwa karsinoma duktal invasive mempunyai
ketahanan hidup lima tahun sebesar 70% (Wahyuni, 2006). Subtipe dari karsinoma duktal invasif
terdiri dari :
a. Karsinoma tubulus
b. Karsinoma medular
c. Karsinoma koloid (Musinosa)

18
d. Karsinoma papiler invasif
e. Karsinoma sistik adenoid
3. Karsinoma inflamasi
Karsinoma inflamasi ini jarang ditemukan yang mempunyai gambaran klinis berupa pembesaran
dan pembengkakan payudara, kemerahan, biasanya tanpa teraba massa yang disebabkan oleh
penyumbatan pada saluran limf dermis. Kanker ini tumbuh dan menyebar dengan cepat, dengan
prognosis yang buruk.5

Faktor resiko
1. Usia: Faktor usia paling berperan dalam menimbulkan kanker payudara. Satu dari delapan
keganasan payudara invasif ditemukan pada wanita berusia dibawah 45 tahun. Dua dari tiga
keganasan payudara invasif di temukan pada wanita berusia 55 tahun.
2. Genetik: Sekitar 5-10% kanker payudara terjadi akibat adanya predisposisi genetik terhadap
kelainan ini.
3. Reproduksi dan hormonal: Usia menarche yang lebih dini, yakni dibawah 12 tahun,
meningkatkan risiko kanker payudara sebanyak 3 kali, sedangkan usia menopause yang lebih
lambat, yakni diatas 55 tahun meningkatkan risiko kanker payudara sebanyak 2 kali. Perempuan
yang melahirkan bayi aterm lahir hidup pertama kalinya pada usia diatas 35 tahun mempunyai
risiko tertinggi mengidap kanker payudara. Selain itu, penggunaan kontrasepsi hormonal eksogen
juga turut meningkatkan risiko kanker paudara.
4. Gaya hidup: Obesitas pascamenopause, kurangnya aktifitas fisik, merokok,
dan mengkonsumsi alkohol terbukti dapat meningkatkan risiko kanker payudara.
5. Lingkungan: Pajanan eksogen dari lingkungan hidup juga berisiko menginduksi timbulnya
kanker payudara. Salah satu zat kimia yang berpengaruh adalah pestisida atau DDT. Pekerjaan
lain yang berisiko adalah penata kecantikan kuku yang setiap harinya menghirup uap pewarna
kuku, penata radiologi, tukang cat yang sering menghirup cadmium dari larutan catnya.5
Patogenesis
Patogenesis kanker payudara terbagi atas beberapa tahap:
1. Hiperplasia duktal, Terjadi proliferasi sel epitel poliklonal yang tersebar tidak rata dengan inti
yang saling bertumpang tindih dan lumen duktus tidak teratur dan sering menjadi tanda awal

19
kecenderungan keganasan. Sel-sel tersebut relatif memiliki sedikit sitoplasma dan batas selnya
tidak jelas.
2. Hiperplasia atipik (klonal), Perubahan lebih lanjut, sitoplasma sel menjadi lebih jelas dan tidak
tumpang tindih dengan lumen duktus yang teratur.
Secara klinis risiko kanker payudara meningkat.
3. Karsinoma in situ, terjadi proliferasi sel dengan gambaran sitologis sesuai keganasan. Proliferasi
belum menginvasi stroma atau menembus membrane basal. Karsinoma in situ lobular biasanya
menyebar ke seluruh jaringan payudara, bahkan hingga bilateral, dan tidak teraba pada
pemeriksaan serta tidak terlihat pada pencitraan. Kasinoma duktal in situ sifatnya segmental, dapat
mengalami kalsifikasi sehingga gambarannya bervariasi.
4. Karsinoma invasif, sel-sel tumor menembus membran basal dan menginvasi stroma, tumor
menjadi invasif, dapat menyebar secara hematogen da limfogen sehingga menimbulkan
metastasis.
Manifestasi klinik
Manifestasi klinis yang timbul bergantung pada lokasi dan jenis tumor. Biasanya
pasien datang dengan:
• Benjolan di payudara yang tidak nyeri
• Nyeri lokal di salah satu payudara
• Retraksi puting
• Keluarnya cairan dari putting, radang dan ulserasi
• Pembesaran KGB pada ketiak
• Retraksi kulit (skin dimpling) akibat infiltrasi kanker pada otot pektoralis akan bertambah jelas
saat otot dikontraksikan
• Limfangitis karsinomatosa dapat tampak sebagai inflamasi infeksius (nyeri, bengkak, merah,
demam dan malaise)
• Peau d’orange

Stadium1
Kategori T (Tumor)
 TX Tumor primer tidak bisa diperiksa
 T0 Tumor primer tidak terbukti

20
 Tis Karsinoma in situ
o Tis (DCIS) Ductal carcinoma in situ
o Tis (LCIS) Lobular carcinoma in situ
o Tis(Paget’s) Paget’s disease pada puting payudara tanpa tumor
 T1 Tumor 2 cm atau kurang pada dimensi terbesar
o T1mic Mikroinvasi 0.1 atau kurang pada dimensi terbesar
o T1a Tumor lebih dari 0.1 cm tetapi tidak lebih dari 0.5 cm pada dimensi terbesar
o T1b Tumor lebih dari 0.5 cm tetapi tidak lebih dari 1 cm pada dimensi terbesar
o T1c Tumor lebih dari 1 cm tetapi tidak lebih dari 2 cm pada dimensi terbesar
 T2 Tumor lebih dari 2 cm tetapi tidak lebih dari 5 cm pada dimensi terbesar
 T3 Tumor berukuran lebih dari 5 cm pada dimensi terbesar
 T4 Tumor berukuran apapun dengan ekstensi langsung ke dinding dada / kulit
o T4a Ekstensi ke dinding dada, tidak termasuk otot pectoralis
o T4b Edema (termasuk peau d’orange) atau ulserasi kulit payudara atau satellite skin
nodules pada payudara yang sama
o T4c Gabungan T4a dan T4b
o T4d Inflammatory carcinoma
Kelenjar Getah Bening (KGB) regional (N)
 Nx KGB regional tak dapat dinilai (mis.: sudah diangkat)
 N0 Tak ada metastasis KGB regional
 N1 Metastasis pada KGB aksila ipsilateral level I dan II yang masih dapat digerakkan
o pN1mi Mikrometastasis >0,2 mm < 2 mm
o pN1a 1-3 KGB aksila
o pN1b KGB mamaria interna dengan metastasis mikro melalui sentinel node biopsy
tetapi tidak terlihat secara klinis
o pN1c T1-3 KGB aksila dan KGB mamaria interna dengan metastasis mikro melalui
sentinel node biopsy tetapi tidak terlihat secara klinis
 N2 Metastasis pada KGB aksila ipsilateral yang terfiksir atau KGB mamaria interna yang
terdekteksi secara klinis* jika tidak terdapat metastasis KGB aksila secara klinis.
o N2a Metastatis pada KGB aksila ipsilateral yang terfiksir satu sama lain (matted)
atau terfiksir pada struktur lain pN2a 4-9 KGB aksila

21
o N2b Metastasis hanya pada KGB mamaria interna yangterdekteksi secara klinis*
dan jika tidak terdapat metastasis KGB aksila secara klinis.
o pN2b KGB mamaria interna, terlihat secara klinis tanpa KGB aksila
 N3 Metastatis pada KGB infraklavikula ipsilateral dengan atau tanpa keterlibatan KGB
aksila, atau pada KGB mamaria interna yang terdekteksi secara klinis dan jika terdapat
metastasis KGB aksila secara klinis; atau metastasis pada KGB supraklavikula ipsilateral
dengan atau tanpa keterlibatan KGB aksila atau mamaria interna.
o N3a Metastasis pada KGB infraklavikula ipsilateral
o pN3a > 10 KGB aksila atau infraklavikula
o N3b Metastasis pada KGB mamaria interna ipsilateral dan KGB aksila
o pN3b KGB mamaria interna, terlihat secara klinis, dengan KGB aksila atau >3
KGB aksila dan mamaria interna dengan metastasis mikro melalui sentinel node
biopsy namun tidak terlihat secara klinis
o N3c Metastasis pada KGB supraklavikula ipsilateral
o pN3c KGB supraklavikula
Metastasis Jauh (M)
 Mx Metastasis jauh tak dapat dinilai
 M0 Tak ada metastasis jauh
 M1 Terdapat Metastasis jauh
Pengelompokan Stadium
Penetapan stadium berguna untuk:
a. Penetapan diagnosa
b. Penetapan strategi terapi
c. Prakiraan prognosa
d. Penetapan tindak lanjut setelah terapi ( follow up )

e. Pengumpulan data epidemiologis dalam registrasi kanker (standarisasi)

f. Penilaian beban dan mutu layanan suatu institusi kesehatan

22
Diagnosis
Diagnosis tumor payudara dapat ditegakkan dengan berdasarkan anamnesis yang baik,
pemeriksaan fisik dasar dan pemeriksaan penunjang. Sedangkan diagnosis pasti adalah
pemeriksaan histopatologi anatomi.

1. Anamnesa meliputi riwayat reproduksi dan ginekologi, riwayat timbulnya tumor, adanya
faktor resiko untuk terjadinya tumor payudara dan adanya tanda-tanda penyebaran tumor.
2. Pemeriksaan fisik dari tumor payudara:
Pada inspeksi pasien diminta untuk duduk tegak posisi tangan jatuh bebas, tolak pinggang,
kemudian mengangkat tangan ke atas dilakukan inspeksi terhadap bentuk kedua payudara, warna
kulit, lekukan, retraksi papila, adanya kulit berbintik seperti kulit jeruk, ulkus dan benjolan.
Cekungan kulit akan terlihat jelas dengan pasien mengangkat tangan ke atas.
Palpasi pasien berbaring dengan bantal tipis dipunggung, palpasi dilakukan dengan ruas
pertama jari telunjuk, tengah dan manis yang digerakkan perlahan tanpa tekanan pada setiap
kuadran payudara dengan melingkar lalu memijat halus puting susu untuk mengetahui pengeluaran
cairan. Dilakukan pula perabaan pada aksila dan kelenjar getah bening sekitar leher.
Klinis jinak memberikan gambaran sebagai berikut:

a. Bentuk bulat, teratur atau lonjong.

23
b. Permukaan rata
c. Konsistensi kenyal, lunak
d. Mudah digerakkan terhadap sekitar
e. Tidak nyeri tekan.

Klinis ganas memberikan gambaran sebagai berikut:

a. Permukaan tidak rata dan berbenjol-benjol


b. Tepi tidak rata
c. Bentuk tidak teratur
d. Konsistensi keras, padat
e. Batas tidak tegas
f. Sulit digerakkan terhadap jaringan sekitar
g. Kadang nyeri tekan
h. Adanya gambaran seperti kulit jeruk atau ulkus pada kulit diatas benjolan
i. Pada pemijatan puting susu dapat keluar cairan atau darah.

3. Pemeriksaan penunjang
a. Mammography
Mammography adalah suatu teknik pemeriksaan soft tissue. Adanya proses keganasan
akan memberikan tanda-tanda primer dan sekunder. Tanda primer berupa fibrosis reaktif, cornet
sign, adanya perbedaan yang nyata ukuran klinik, dan adanya mikrokalsifikasi. Tanda-tanda
sekunder berupa retraksi, penebalan kulit, bertambahnya vaskularisasi, perubahan posisi papilla
dan areola berupa bridge of tumor, keadaan daerah tumor dan jaringan fibroglanduler tidak teratur,
infiltrasi dalam jaringan lunak di belakang mammae, dan adanya metastasis ke kelenjar.
Mammografi dapat mendeteksi tumor-tumor yang secara palpasi tidak teraba, jadi sangat baik
untuk diagnosis dini dan skrining. Hanya saja untuk mass screening. Cara ini merupakan cara yang
mahal dan hanya dianjurkan pada wanita dengan faktor high risk.

Indikasi mamografi adalah :

- Evaluasi benjolan yang diragukan atau perubahan kearah keganasan


- Mammae kontralateral jika (pernah) ada kanker payudara

24
- Mencari karsinoma primer jika ada metastasis sedangkan sumbernya tidak diketahui
- Screening karsinoma mammae pada risiko tinggi

b. Ultrasonografi (USG) mammae


Ultrasonografi digunakan untuk menentukan ukuran lesi dan membedakan kista dengan tumor
solid, pemeriksaan ini dapat menentukan ukuran lesi, kadang dapat ditemukan kista sebesar 1-2
cm.

c. Magnetic Resonance Imaging (MRI)


MRI dilakukan pada pasien usia muda karena gambaran mammografi yang kurang jelas karena
payudara yang padat atau pada payudara dengan implant, dipertimbangkan pasien dengan risiko
tinggi untuk menderita kanker payudara, untuk mendeteksi adanya rekurensi dini keganasan
payudaradan juga penyebaran atau metastase kanker ke organ lain.

d. Biopsi  pemeriksaan histopatologi atau sitologi


- Terbuka : dilakukan dengan operasi seperti biasa dapat berupa pengangkatan seluruh
benjolannya pada tumor dengan diameter ≤ 3cm (eksisi) atau sebagian saja pada tumor
yang >3cm (insisi).
- Tertutup : biopsi aspirasi jarum halus

Hasil pemeriksaan sitologi:

a. Fibrokistik /mammary dysplasia: mempunyai inti biasanya berbentuk bulat atau oval,
membesar dengan ukuran bervariasi dan hiperkromatik ringan sampai sedang, beberapa
kelompok sel menunjukkan inti pleomorfik berbentuk spindel, berbentuk seperti serabut
atau memanjang

Gambar 9. Sitology Fibrokistik Mamary displasia


25
b. Fibroadenoma Mammae (FAM): Gambaran sitologi sebagai berikut pada sediaan apus
biasanya penuh sel (hiperseluler), sebagian besar sediaan apus mengandung sejumlah besar
sel-sel epitel yang berbentuk lempengan bahkan menutupi seluruh lapangan sediaan
dibawah mikroskop. Lempengan sel menunjukkan satu lapisan sel dengan ukuran sel yang
bervariasi, tetapi kebanyakan epitel berlapis dengan susunan kohesi sel yang kompak,
menonjol seperti jari tangan atau bangunan teratur. Inti telanjang, tidak diketahui pasti
asalnya mungkin berasal dari stroma atau sel duktus lapisan luar atau sel mioepitel apabila
inti-inti telanjang tersebut ukurannya kecil, bewarna hitam dan berbentuk spindle.

Gambar 10. Sitologi FAM


c. Tumor filoides
Tumor ini mungkin kecil (diameter 3 hingga 4 cm), stroma tumor ini sangat selular
dan padat, serta memperlihatkan aktivitas mitotik yang tinggi, tetapi sebagian besar tumbuh
hingga berukuran besar/ massif sehingga payudara membesar. Gambaran sitologi sel
epitelial yang sama dengan fibroadenoma, tetapi mengandung sel -sel spindel atipik yang
menyerupai fibrosarkoma. Sel-sel stroma membentuk susunan sel yang terlepas atau
longgar dengan sitoplasma yang banyak. Inti sel stroma adalah besar dan pleiomorfik
dengan nukleoli nyata.

Gambar 11. Tumor filoides

26
e. Pemeriksaan imunohistokimia

Pemeriksaan Imunohistokimia (IHK) adalah metode pemeriksaan menggunakan antibodi


sebagai probe untuk mendeteksi antigen dalam potongan jaringan (tissue sections) ataupun bentuk
preparasi sel lainnya. IHK merupakan standar dalam menentukan subtipe kanker
payudara.Pemeriksaan IHK pada karsinoma payudara berperan dalam membantu menentukan
prediksi respons terapi sistemik dan prognosis. Pemeriksaan imunohistokimia yang standar
dikerjakan untuk kanker payudara adalah reseptor hormonal yaitu reseptor estrogen (ER) dan
reseptor progesteron (PR), HER2, Ki-67.

Tatalaksana
Pasien dengan kecurigaan kanker payudara dirujuk ke spesialis bedah onkologi untuk
mendapatkan tata laksana definitif. Tindakan bedah hanya dilakukan pada kanker dibawah stadium
IIIA. Untuk stadium IIIB dan IV tatalaksana yang diberikan adalah paliatif.
1. Tindakan pembedahan:
• Mastektomi radikal klasik: Pengangkatan seluruh kelenjar payudara dengan sebagian besar
kulitnya, otot pektoralis mayor, minor dan kelenjar limfe kadar I, II dan III.
• Mastektomi radikal modifikasi: Sama dengan mastektomi radikal klasik namun otot pektoralis
mayor dan minor dipertahankan.

27
• Mastektomi sederhana: seluruh kelenjar payudara diangkat, tanpa pengangkatan kelenjar limfe
aksila dan otot pektoralis. Dilakukan jika dipastikan tidak ada penyebaran ke kelenjar limfe.
• Breast conserving surgery (BCS). Prosedur ini membuang massa tumor dengan memastikan
batas bebas tumor dan diseksi aksila kadar I dan II atau dilakukan sentinel node biopsy terlebih
dahulu.
2. Radioterapi
Radioterapi dapat digunakan sebagai adjuvan kuratif pada pembedahan BCT, mastektomi simpel,
mastektomi radikal modifikasi dan terapi paliatif pasca mastektomi, metastasis tulang dan otak.
Pemberian radioterapi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu penyinaran dari luar dan dari dalam.
Radiasi dari luar dilakukan bergantung pada jenis prosedur bedah yang dilakukan dan ada tidaknya
keterlibatan kelenjar getah bening. Radiasi dari dalam atau brakiterapi adalah menanam bahan
radioaktif di jaringan payudara sekitar lesi.1
3. Terapi hormonal
Terapi hormonal terdiri dari obat-obatan anti-estrogen seperti (tamoksifen, toremifen) analog
LHRH, inhibitor aromatase selektif (anastrazol, letrozol), agen progetasional (megesterol asetat),
agen androgen dan prosedur ooforektomi.1
4. Kemoterapi
Kemoterapi dapat berupa kemoterapi adjuvan maupun paliatif. Kemoterapi adjuvan merupakan
kemoterapi yang diberikan pasca mastektomi untuk membunuh sel-sel tumor yang mungkin
tertinggal atau menyebar secara mikroskopik. Kemoterapi neoadjuvan merupakan kemoterapi
yang diberikan sebelum pembedahan untuk memperkecil besar tumor sehingga dapat diangkat
dengan lumpektomi atau mastektomi simpel. Regimen kemoterapi yang paling sering digunakan
yaitu CMF (ciklofosfamid, metotreksat, dan 5-fluorourasil), FAC (5-fluorourasil, adriamisin,
siklofosfamid,), AC (adriamisin dan siklofosfamid), dan CEF (ciklofosfamid, epirubisin, 5-
fluorourasil).1

28
Pencegahan

a. Pencegahan primer

Pencegahan (primer) adalah usaha agar tidak terkena kanker payudara . Pencegahan primer
berupa mengurangi atau meniadakan faktor-faktor risiko yang diduga sangat erat kaitannyadengan
peningkatan insiden kanker payudara. Pencegahan primer atau supaya tidak terjadinya kanker
secara sederhana adalah mengetahui faktor-faktor risiko kanker payudara, seperti yang telah
disebutkan di atas, dan berusaha menghindarinya. Prevensi primer agar tidak terjadi kanker
payudara saat ini memang masih sulit, yang bisa dilakukan adalah dengan meniadakan atau
memperhatikan beberapa faktor risiko yang erat kaitannya dengan peningkatan insiden kanker
payudara.

b.Pencegahan sekunder

Pencegahan sekunder adalah melakukan skrining kanker payudara. Skrining kanker


payudara adalah pemeriksaan atau usaha untuk menemukan abnormalitas yang mengarahpada
kanker payudara pada seseorang atau kelompok orang yang tidak mempunyai keluhan. Skrining
adalah untuk menurunkan angka morbiditas akibat kanker payudara dan angka
kematian.Pencegahan sekunder merupakan primadona dalam penanganan kanker secara
keseluruhan.
Skrining untuk kanker payudara adalah mendapatkan orang atau kelompok orang yang
terdeteksi mempunyai kelainan/abnormalitas yang mungkin kanker payudara dan selanjutnya
memerlukan diagnosa konfirmasi. Skrining ditujukan untuk mendapatkan kanker payudara dini
sehingga hasil pengobatan menjadi efektif; dengan demikian akan menurunkan kemungkinan
kekambuhan, menurunkan mortalitas dan memperbaiki kualitas hidup. Yang dapat dilakukan
adalah:

a. Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI)


Adalah suatu upaya deteksi dini tumor payudara untuk menemukan adanya tumor yang
belum lama tumbuh, masih kecil, masih lokal, dan belum menimbulkan kerusakan yang berarti
sehingga masih dapat disembuhkan. Deteksi dini biasanya dilakukan pada orang-orang yang
“kelihatannya sehat”, asimptomatik, atau pada orang yang beresiko tinggi menderita tumor.
Wanita usia 20 tahun ke atas sebaiknya melakukan SADARI sebulan sekali, yaitu 7-10 hari setelah

29
menstruasi. Pada saat itu, pengaruh hormon ovarium telah hilang sehingga konsistensi payudara
tidak lagi keras seperti menjelang menstruasi. Untuk wanita yang telah menopause, SADARI
sebaiknya dilakukan setiap tanggal 1 setiap bulan agar lebih mudah diingat. Pemeriksaan payudara
sendiri (SADARI) dilakukan dalam tiga tahap, yaitu :
A. Melihat payudara
B. Meraba payudara
C. memijat puting susu payudara

Jika ditemukan benjolan maka yang akan dilakukan:


1). Lokasi tumor
2). Deskripsi tumor

Gambar 12. Teknik SADARI1


b. Skrining mamografi
Mamografi adalah pencitraan menggunakan sinar X pada jaringan payudara yang
dikompresi.Mamogram adalah gambar hasil mamografi.Untuk memperoleh interpretasi hasil
pencitraan yang baik, dibutuhkan dua posisi mamogram dengan proyeksi berbeda 45 derajat
(kraniokaudal dan Mediolateralobligue). Mamografi dapat bertujuan skrining kanker payudara,
diagnosis kanker payudara, dan follow up / kontrol dalam pengobatan. Mammografi dikerjakan
pada wanita usia diatas 35 tahun, namun karena payudara orang Indonesia lebih padat maka hasil
terbaik mamografi sebaiknya dikerjakan pada usia >40 tahun. Pemeriksaan Mamografi sebaiknya
dikerjakan pada hari ke 7-10 dihitung dari hari pertama masa menstruasi; pada masa ini akan
mengurangi rasa tidak nyaman pada wanita pada waktu dikompresi dan akan memberi hasil yang
optimal. Untuk standarisasi penilaian dan pelaporan hasil mamografi digunakan BIRADS yang
dikembangkan oleh American College of Radiology.

30
Gambar 13. Teknik Mammography

Gambar 14. Hasil mammography


Prognosis
Prognosis kanker payudara buruk jika pasien menderita kanker payudara bilateral, pada
usia muda, adanya mutasi genetik, dan adanya triple negatif yaitu grade tumor tinggi dan seragam,
reseptor ER (estrogen receptor) dan PR (Progesteron receptor) negatif, dan reseptor permukaan
sel HER-2 juga negatif Tipe histologik karsinoma payudara (tubulus, medular, lobulus, papilar,
dan musinosa) lebih baik dibandingkan dengan tipe histologik karsinoma ductal.8

31
Kesimpulan
Benjolan pada payudara dapat merupakan tumor jinak ataupun ganas, untuk mendiagnosa
nya diperlukan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang yang mendukung terutama
biopsi pada benjolan untuk mengetahui prognosis penyakit tersebut. Tumor payudara dapat
dicegah dengan mengetahui faktor risiko dan mengetahui cara pencegahannya. Pencegahan yang
dapat dilakukan adalah pemeriksaan payudara sendiri (SADARI). Deteksi dini penyakit tumor
payudara dapat dilakukan untuk meningkatkan harapan hidup serta memberikan pilihan terapi
yang tepat pada pasien.

32
DAFTAR PUSTAKA

1. Samuel J, Chaula S, Ni made, De Jong WD. Buku ajar ilmu bedah. Edisi 3: Jakarta:
EGC, 2010.h. 471-490.

2. Cohen S.M, Aft R.L, and Eberlein T.J. 2002. Breast Surgery. In: Doherty G.M et all, ed.
The Washington Manual of Surgery. Third edition. Philadelphia: Lippincott Williams and
Wilkins. p 40.
3. Kumpulan Naskah Ilmiah Muktamar Nasional VI Perhimpunan Ahli Bedah Onkologi
Indonesia. Semarang.2003
4. Moningkey, Shirley Ivonne, 2000. Epidemiologi Kanker Payudara. Medika; Januari 2000.
Jakarta.
5. Breast Cancer. Pavani Chalasani ,John V Kiluk. 8 Maret 2018. Diunduh dari
https://emedicine.medscape.com/article/1947145-overview. 30 April 2018
6. Tjindarbumi, 2000. Deteksi Dini Kanker Payudara dan Penaggulangannya, Dalam: Deteksi
Dini Kanker. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta
7. Vaidya, M.P, and Shukla, H.S. A textbook of Breast Cancer. Vikas Publishing House PVT
LTD.
8. Evans A, Ellis I. 2002. Breast Benign Calcification. In: Evans A, Pinder S, Wilson R, Ellis
I, ed. 2002. Breast Calcification a Diagnostic Manual. London: Greenwich Medical
Media. p 4, 5-6, 12, 20.

33

Anda mungkin juga menyukai