Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

Dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan terknologi serta perkembangan


zaman yang semakin maju, sekarang ini banyak kasus – kasus pasien dengan keluhan
ortopaedik seperti patah tulang, kelainan posisi tulang akibat trauma, dan kasus -
ortopaedik yang lain. Terapi modalitas menggunakan alat – alat atau metode terapi
yang berbeda untuk memungkinkan pemulihan akibat cedera fisik, kelainan dan
masalah kronis jangka panjang yang sangat banyak.1

Terapi fisik dilatih dalam penerapan terapi dari berbagai macam agen dasar
yaitu yang sebut sebagai modalitas. Misalnya agen termal yang berupa panas dan
dingin, suara, listrik, cahaya dan mekanik. Dari semua agen tersebut digunakan untuk
mengurangi rasa sakit dan pembengkakan sendi, mengurangi kejang otot,
mengembalikan mobilitas sendi, mengembalikan aliran darah lokal ke jaringan yang
terluka, dan lain-lain.1

Modalitas terapi telah lama ada, dan akan terus menjadi bagian dari
rehabilitasi dan digunakan untuk melengkapi elemen lain dari rencana perawatan
pasien yang lebih komprehensif seperti terapi latihan (misalnya strengthening,
stretching, neuromuscular reeducation, balance), terapi manual (misalnya mobilisasi
jaringan dan sendi, manipulasi sendi) dan edukasi pasien (tubuh harus sering
bergerak, postural retraining home exercise, mengurangi resiko).2

Maka, dalam pengambilan keputusan klinis khususnya kasus ortopaedik dapat


dilakukan berdasarkan pengalaman dan penilaian untuk menetukan intervensi klinis
yang perlu dilakukan dan kemungkinan besar yang dapat memperbaiki masalah yang
didapatkan selama pemeriksaan. Prinsip pemilihan modalitas terapi didasarkan atas
pencapaian hasil positif dari terapi baik kuantitatif maupun kualitatif. Sehingga bila

1
dipilih dan diterapkan secara hati-hati, modalitas terapi dapat memberikan manfaat
yang sangat besar dalam perawatan pasien pada kasus ortopedik.3

Berdasarkan penjelasan diatas, maka akan dibahas lebih dalam mengenai


modalitas terapi pada kasus ortopedik, sehingga diharapkan kita dapat memahami
berbagai macam modalitas terapi yang digunakan untuk menangani kasus – kasus
ortopedik.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Terapi Modalitas


Dari berbagai sumber menjelaskan, terapi modalitas memiliki arti
sebagai suatu alat atau perangkat yang dijadikan sebagai penatalaksanaan
kasus ortopedik berupa terapi panas, dingin, pemijatan, ultrasound, dan
diathermy yang telah digunakan oleh praktisi kesehatan selama bertahun-
tahun. Terapi modalitas ini dapat dikatakan sebagai agen fisik karena
penanganan yang diberikan pada terapi ini menyebabkan beberapa perubahan
pada tubuh.1
Sedangkan menurut (Bellew et al, 2016), terapi modalitas dapat
diartikan sebagai terapi yang menggunakan suhu, mekanik, elektromagnetik,
dan suara untuk efek terapeutik tertentu misalnya, untuk mengurangi rasa
nyeri, meningkatkan range of movement (ROM), memperbaiki penyembuhan
jaringan, atau memperbaiki aktivasi otot. syarat-syarat modalitas terapeutik
dan agen fisik sering digunakan secara bergantian untuk menggambarkan
beragam perawatan dan intervensi yang menyediakan berbagai manfaat
terapeutik. istilah agen fisik mencerminkan penggunaan energi fisik seperti
termal, mekanik, elektromagnetik, atau cahaya namun gagal memasukkan
tujuan atau maksud penerapannya. 2
Modalitas terapeutik telah lama ada, dan akan terus menjadi bagian dari
rehabilitasi dan digunakan untuk melengkapi elemen lain dari rencana
penanganan pasien yang lebih komprehensif, seperti strengthening, stretching,
dan reduksi neuromuscular. manual terapi seperti mobilisasi sendi dan
jaringan, manipulasi), dan edukasi pasien seperti sering menggerakan otot dan
hindari resiko yang memperburuk terapi.2

3
B. Klasifikasi Terapi Modalitas

Terapi modalitas secara umum dapat diklasifikasikan yaitu suhu (panas


dan dingin), elektromagnetik (terapi listrik, diathermy, pancaran sinar ultraviolet
dan inframerah), dan secara mekanik (traksi dan kompresi). Modalitas ini
digunakan untuk meningkatkan efek terapi secara spesifik seperti mengurangi
nyeri, meningkatan ROM, menyembuhkan jaringan sekaligus mengembalikan
fungsi otot). Terapi modalitas yang menggunakan penanganan berupa ultrasound,
ataupun terapi yang dilaksanakan di rumah seperti ice packs, low level heat
wraps, dan bahkan rangsangan listrik yang berfungsi untuk meningkatkan
intervensi terapi tambahan.2

Adapapun penjelasan klasifikasi terapi modalitas, sebagai berikut :

1. Terapi Modalitas Suhu


a. Cryotherapy
Cryotherapy dapat juga disebut terapi dingin merupakan terapi
yang menggunakan suhu dingin sebagai terapi dan respon fisiologis yang
dapat menurunkan suhu pada jaringan. Efek Penggunaan terapi dingin
adalah dapat menurunkan laju aliran darah dan metabolisme jaringan
sehingga respon fisiologis yang dihasilkan dapat menurunkan perdarahan
dan inflamasi akut yang diikuti dengan kerusakan dan gangguan jaringan.
Selain itu, efek penggunaan terapi dingin ini juga dapat menurunkan nyeri
yang dimana ambang batas nyeri menjadi meningkat, sehingga dapat
mengurangin efek aferen dari reseptor nosiseptor. Dan juga secara kolektif
dapat mengurangi pembengkakan dan nyeri dapat berkurang. 2
Terapi dingin dapat menggunakan es, air dingin, jelly yang
dingin atau vapocoolant sprays. Paket es (ice packs) adalah yang paling
sering digunakan untuk terapi dingin. Paket es dapat dengan mudah dibuat

4
dirumah dan digunakan oleh pasien. Paket dingin yang komersial yang
sering digunakan adalah jelly yang dibuat dingin dan diolesi dibagian
tubuh. Air dingin juga dapat memberikan manfaat terapi dan dapat
diaplikasikan misalnya pada saat mandi dengan air dingin atau dapat
diberikan juga paket es untuk menjaga suhu air agar tetap dingin, sehingga
efek dingin dapat mengenai semua bagian tubuh.

Gambar 1. Terapi Dingin (Cryotherapy) menggunakan Ice Packs 2

Selain itu dapat juga menggunakan potongan es yang dapat


dipegang tagan seperti “ Ice massage atau Ice Pop “. Juga dapat
menggunakan vapocoolant spray untuk mengurangi suhu jaringan secara
topikal. Efek dingin yang dihasilkan dapat berlangsung cepat dan hanya
mengenai daerah permukaan. 2

5
Gambar 2. Terapi Dingin (Cryotherapy) menggunakan Ice Pop 2

Prinsip Terapi Dingin (Crotherapy)


Cryotherapy menjelaskan beberapa jenis terapi dingin yang menggunakan
jenis energi elektromagnetik tergolong sebagai radiasi infra merah. Saat
dingin dioleskan ke kulit (benda lebih hangat), panas dihilangkan atau hilang.
Ini disebut sebagai abstraksi panas. Modus panas yang paling umum adalah
transfer dengan terapi dingin adalah konduksi dan penguapan. terapi dingin
yang dilakukan kurang dari 15 menit menyebabkan pendinginan kulit segera,
pendinginan jaringan subkutan. Setelah sedikit tertunda, dan penundaan yang
lebih lama dalam pendinginan otot jaringan. Kedalaman penetrasi dingin bisa
mencapai 5 cm. Besarnya perubahan suhu tergantung pada:3
1. Tipe agen-agen pendingin seperti es dan air dingin
2. Perbedaan suhu antara objek dingin dan jaringan
3. Jumlah insulasi subkutan (lemak)
4. Konduktivitas pada daerah yang didinginkan

6
5. Durasi selama terapi
6. Luas daerah terapi

Terapi dingin menyebabkan vasokonstriksi pada sel tingkat dan


mengurangi metabolisme jaringan (yaitu, berkurang kebutuhan akan oksigen),
yang mengurangi hipoksia sekunder. Permeabilitas kapiler dan nyeri
menurun, dan pelepasannya mediator inflamasi dan sintesis prostaglandin
terhambat. Seperti suhu saraf perifer menurun, penurunan yang sesuai terlihat
pada konduksi saraf. Kecepatan melintasi sinaps saraf, sehingga meningkat
ambang batas yang dibutuhkan untuk merespon saraf. Teori gate pain
menghipotesiskan bahwa dingin menghambat transmisi rasa nyeri dengan
merangsang neuron berdiameter besar di sumsum tulang belakang, bertindak
sebagai penghambat, yang menghambat persepsi rasa nyeri.3
Karena penghambatan aktivitas syaraf dan otot spindle, spasme
otot, memutus siklus nyeri dan menyebabkan efek analgesik. Penelitian juga
telah menunjukkan bahwa selama aplikasi es, terjadi penurunan ketegangan
serat otot yangcepat terjadi sehingga mengakibatkan penurunan ketegangan
serabut otot secara perlahan, sehingga meningkatkan daya tahan otot.3
Cryotherapy biasanya dioleskan selama 20 sampai 30 menit dari
maksimum jaringan superficial dan dalam. hambatan yang digunakan antara
es dan kulit biasa mempengaruhi panas. Penelitian telah menunjukkan bahwa
elastic wrap sebaiknya tidak digunakan dalam perawatan. Waktu 30 menit
atau kurang. Sebaliknya, agen dingin seharusnyaditerapkan langsung ke kulit
untukefek terapi optimal. pemberian dilanjutkan pada tahap pertamadari 24
sampai 72 jam setelah cedera, atau sampai pendarahan akut dan kapiler
hingga kebocoran telah berhenti. Pertimbangan lain adalah lamanya waktu
yang diperlukan untuk mengembalikan suhu luka. Waktu pengembalian suhu
untuk mendekati suhu tubuh normal minimal 90 menit.3

7
Tabel Indikasi dan Kontraindikasi dari Cryotherapy3

Ada banyak metode yang digunakan pada Cryotherapy yaitu


ice massage, ice packs, ice immersion dan kolam air dingin, gel dingin,
chemical packs, dan vapocoolant sprays.
a) Ice Massage
Ice Massage adalah salah satu metode termurah dan efektif
yang dilakukan dan biasanya penanganannya di area yang tidak terlalu
luas seperti otot perut, tendon, lemak atau yang disebut trigger point
(lokalisasi tempat tersering spasme otot). Efek dari ice massage
menyebabkan reaksi pada kulit seperti hiperemis atau meningkatkan
aliran darah didaerah pijatan. Pijatan menggunakan es (ice massage)
tidak dilakukan pada luka akut. Pijatan es sangat berguna untuk efek
analgesik dalam menghilangkan rasa nyeri sehingga dapat
menghambat perengangan otot, dan telah menunjukkan berkurangnya
nyeri otot.3

8
b) Ice Packs
Ice packs atau paket es juga merupakan metode yang murah
dan sering digunakan karena menjaga suhu tetap konstan sehingga
sangat efektif untuk mendinginkan jaringan. Saat paket es ditempelkan
di kulit, ditunggu selama 30-40 menit tanpa ada timbulnya
perandangan kulit akibat dingin. Biasanya juga paket es dibungkus dan
dikompresi dibagian luka atau lokasi trauma dan ditinggikan, daerah
yang trauma sehingga dapat menurunkan pembengkakan dan
mempercepat penyatuan cairan di ruang interstisial.3
Cryocuffs merupakan salah satu alat komersial yang memiliki
fungsi yang mirip karena es dimasukkan kedalam termos, dan kompres
dingin yang diberikan lebih lama yaitu selama 5 sampai 7 jam, dan
juga efek samping peradangan akibat dingin lebih minimal.3

Gambar 3. Terapi dingin menggunakan kompresi ice packs 3

9
Gambar 4. Terapi Dingin menggunakan Crypcuffs 3

c) Ice Immersion
Ice Immersion atau perendaman es digunakan untuk
mengurangi suhu dengan cepat pada seluruh permukaan esktremitas
distal (lengan bawah, tangan, pergelangan kaki). Berbagai wadah atau
baskom digunakan untuk metode ini, efek analgesik yang diharapkan
digunakan selama fase inflamasi untuk mengurangi edema setelah
cedera tumpul, selain itu juga meningkatkan ROM. Suhu yang
digunakan untuk perendaman es adalah 4-10 C, semakin rendah suhu
maka semakin pendek durasi saat pencelupan. Terapi ini dilakukan
selama 5 sampai 15 menit.3

10
Gambar 5. Terapi Dingin menggunakan perendaman es3

d) Gel Dingin
Gel packs terdiri dari substansi gelatin yang terdiri dari zat
campuran vinyl atau plastik kuat. Dan digunakan untuk kompresi.
Paket gel ini disimpan pada suhu -5 C untuk 2 jam sebelum
digunakan. Perlu diperhatikan paket gel yang disimpan dibawah suhu
3
nol derajat dapat menyebabkan peradangan akibat dingin.

Gambar 6. Terapi Dingin menggunakan Gel Packs 3

11
e) Vapo-coolant spray
Fluorometana adalah semprotan non toksik yang tidak mudah
terbakar dan merupakan bahan kimia yang cepat menguap pada area
kulit yang didinginkan untuk mengurangi peregangan otot, namun
efeknya bersifat sementara dan dangkal. Selain mengurangi
peregangan otot juga dapat meningkatkan ROM, untuk
penggunannnya dilakukan penyemprotan sekitar 12-18 inci jauh dari
kulit, dan disemprot dua sampai tiga kali secara searah dan sejajar
tepat di area yang diharapakan.

Gambar 7. Terapi Dingin menggunakan Vapo-coolant Spray 3

12
b. Thermotherapy
Penggunaan terapi panas dapat memberikan berbagai manfaat
dalam rencana terapi komprehensif. Panas dapat memperbaiki jaringan,
memberikan efek relaksasi otot skelet dan menurunkan spasme otot,
menurunkan nyeri, meningkatkan aliran darah dan juga dapat
memperbaiki sendi, struktur kapsular otot, dan jaringan lunak lain yang
menyebabkan stretching.1
Terapi panas bisa diaplikasikan dalam berbagai cara, yaitu air
hangat seperti yang digunakan saat mandi. Penggunaan heat packs, baik di
klinik maupun di rumah, telah menyebabkan banyak produksi komersial
menggunakan heat wraps pada bagian tubuh. Panas juga dapat digunakan
melalui penggunaan energi cahaya, suara, dan elektromagnetik.
Kehangatan sinar matahari adalah contoh perpindahan panas, yang
terkenal melalui energi ultraviolet. shortwave diathermy (SWD) dapat
memberikan terapi panas melalui penggunaan energi elektromagnetik dan
energi akustik atau suara dari ultrasound dapat digunakan untuk
meningkatkan suhu jaringan. air hangat dan heat packs digunakan untuk
menaikkan suhu jaringan di kulit dan jaringan subkutan superfisial,
sedangkan ultrasound gelombang terus menerus dan SWD lebih sesuai
untuk menaikkan suhu pada jaringan yang lebih dalam (Sampai 5 cm).
Pemilihan bentuk terapi panas yang sesuai akan bergantung pada beberapa
faktor, termasuk area yang harus ditangani, kedalaman jaringan yang akan
dipanaskan, toleransi pasien terhadap panas, riwayat medis pasien, dan
intervensi yang akan digunakan. 1,2

13
Gambar 8. Terapi Panas (Thermotherapy) menggunakan Wrap Heat 2

Prinsip Terapi Panas (Thermotherapy)


Termoterapi atai terapi panas biasanya digunakan pada tahap
kedua rehabilitasi untuk meningkatkan aliran darah dan mempercepat
penyembuhan luka atau trauma. Jika dilakukan pada tahap masih peradangan
akut justru akan menimbulkan perdarahan dan edema. Namun bila
diaplikasikan saat yang tepat dapat meningkatkan sirkulasi dan metabolism
sel, menurunkan nyeri mempercepat metabolism sel dan mengurangi spasme
otot. Efek dari panas akan menyebabkan vasodilatasi sehingga akan
meningkatkan sirkulasi untuk oksigen dan nutrisi sehingga mempercepat
penyembuhan jaringan yang rusak.
Jika digunakan sebelum peregangan otot, mobilisasi sendi atau
olahraga aktif, thermoterapi akan meningkatkan ROM, dan melenturkan otot
sehingga tidak mudah terjadi kejang otot. Dengan cara yang sama seperti
terapi dingin, konduksi panas juga akan melalui jaringan , sehingga perubahan

14
pada jaringan permukaan juga akan mempengaruhi suhu, sehingga tergantung
beberapa factor yakni sebagai berikut :
 Intensitas pemberian panas
 Waktu paparan panas
 Medium panas yang ada dipermukaan

Tabel Indikasi dan Kontraindikasi dari Termotherapy3

Tingkat kenaikan suhu tertinggi terjadi pada kulit dan jaringan subkutan
sekitar 0,5 cm dari kulit. Didaerah ini sirkulasi cuku, sehingga suhu maksimal dalam
waktu 6-8 menit setelah paparan. Suhu otot pada kedalaman 1-2 cm membutuhkan
waktu paparan panas yang lebih lama yaitu 15 – 30 menit untuk mencapai efek terapi.
Untuk daerah otot, biasanya digunakan media panas seperti shockwave diathermy
yang dimana, alat ini dapat mengatur suhu yang dapat memberikan respon terapi
hingga ke otot tanpa membakar kulit dan lapisan subkutan.

15
Fluidotherapy
Fluidotherapy adalah modalitas terapi yang biasanya digunakan pada
kondisi cedera akut yang menimbulkan luka dan pembengkakan, sehingga terapi ini
digunakan dengan tujuan untuk menurunkan pembengkakan pasca akut,
meningkatkan ROM dan memperlancar aliran darah yang tidak adekuat.
Fluidotherapy ini terdiri dari partikel selulosa yang tersuspensi. Prinsip dari terapi ini
udara panas dari alat fluidotherapy akan menyebabkan penguapan panas. Suhu
perawatan fluidotherapy berkisar 38,8 – 47,8 C. durasi perawatan berkisar 15 – 20
menit, khusus daerah yang terdapat luka terbuka, disarankan menggunakan plastik
untuk melapisi luka agar tidak terkontaminasi.2

Gambar 9. Terapi Panas (Thermotherapy) menggunakan


Fluidotherapy 2

2. Terapi Modalitas Elektromagnetik (Electrotherapy)


Arus listrik digunakan untuk berbagai manfaat terapi tergantung
kebutuhan yang diharapkan. Umumnya electrotherapy bermanfaat misalnya
pada :2

16
1. penguatan dan pelemasan otot – otot skelet
2. Menurunkan nyeri
3. Reduksi neuromuscular
4. Menambah ROM
5. Menurunkan atrofi otot
6. Mempercepat penyembuhan jaringan dan luka
7. Menurunkan edema
8. Meningkatkan aliran darah local
9. Mempercepat penghantaran ion-ion secara transdermal

Yang terpenting dari terapi elektromagnetik ini adalah dasar pemilihan


parameter spesifik dari arus listrik yaitu pada amplitude, durasi dan
frekuensinya.2

Hal yang mendasari penggunaan listrik adalah stimulasi depolarisasi


atau aktivasi dari saraf perifer. Dengan menggunakan terapi ini dapat
menurunkan persepsi nyeri dan efek klinis berupa respon estensi. Aktivasi
pada otot skelet digunakan untuk meningkatkan kekuatan otot (disebut
sebagai NMES atau neuromuscular electrical stimulation) atau untuk
mengembalikan atau meningkatkan fungsi dari otot skelet seperti berjalan
disebut sebagai FES (functional electrical stimulation).2

Penggunanan terapi elektro secara terus menerus akan memberikan


efek pertumbuhan sel baru yang berguna dalam penyembuhan luka dan
jaringan. Iantophoresis juga menggunakan terapi listrik terus-menerus yang
berfungsi menghantarkan ion dan kandungan obat yang bertujuan untuk
mengurangi inflamasi jaringan, menerunkan nyeri lokal, menurunkan deposit
kalsium dan menurunkan restriksi.2

Radiasi elektromagnetik dapat digunakan dari berbagai macam terapi


seperti thermal dan non thermal. Klasifikasi menurut frekuensi gelombang

17
elektromagnetik sebagai modalitas terapi radiasi seperti SWD, radiasi
inframerah (IR) dan radiasi ultraviolet (UVA dan UVB). Selanjutnya SWD
dan inframerah digunakan untuk menaikkan suhu jaringan. Pada inframerah
dapat meningkatkan suhu jaringan yang superficial sedangkan SWD dapat
meningkatkan suhu jaringan superficial dan dalam. Manfaat terapi ini adalah
meningkatkan suhu jaringan dan pergerakan sendi, aktivasi otot, melenturkan,
penyembuhan jaringan dan mengurangi nyeri.2

Gambar 10. Penggunaan Diathermy dapat memanaskan jaringan


hingga ke dalam. 2

SWD terutama digunakan di modalitas suhu. Sedangkan manfaat


terapi non thermal seperti terapi radiasi elektromagnetik, contohnya UVA dan
UVB dan pulsed diathermy) belum memiliki kejelasan yang pasti untuk efek
aktivitas seluler, mungkin saja dapat mengubah permeabilitas menjadi
semipermeabel lapisan fosfolipid, meningkatkan aktivitas metabolisme sel
dan produksi adenosine triphospahe (ATP), atau meningkatkan aktivitas
pengikatan membrane sel dengan protein.2

18
Prinsip Terapi Elektromagnetik (Electrotherapy)

Terapi listrik adalah modalitas terapi yang popular dan sering


diterapkan pada otot yang mengalami cedera. Berbagai bentuk elektro terapi
digunakan untuk mengurangi nyeri, meningkatkan aliran darah,
meningkatkanROM dan kekuatan otot, mengurangi inflamasi dan
mempercepat penyembuhan luka.4

Pada prinsipnya energy listrik mengalir diantar dua titik. Dalam


sebuah atom, proton bermuatan positif dan electron bermuatan negative dan
neutron bersifat netral. Transfer energy dari satu atom ke yang berkiutnya
melibatkan pergerakan electron hanya dari nucleus sehingga menciptakan
ketidakseimbangan listrik, sedangkan pengurangan dan penambahan electron
akan menyebabkan atom menjadi elektrik, maka atom inilah disebut ion.
Sehingga ion merupakan electron yang bermuatan negative, sedangkan proton
adalah ion yang bermuatan positif. Prinsip listrik inilah yang digunakan pada
terapi listrik.3,4

Ada beberapa parameter yang perlu diperhitungkan dalam terapi


listrik, parameter ini secara umum termasuk amplitude, durasi, muatan,
elektroda, dan durasi. Prinsipnya durasi terapi listrik ini dilakukan selama 15-
30 menit. Berdasarkan parameter tersebut makadibuatlah parameter
modifikasi yang menjadi acuan untuk melakukan terapi pada kasus-kasus
ortopedik.4

19
Tabel Parameter Modifikasi pada Electrotherapy4

Tipe – tipe Electrotherapy

a) Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation


TENS merupakan suatu portable generator bipafik yang
digunakan untuk mengendalikan nyeri melalui high frecunecy, low
frequency dan brief-intense stimulation. Alat ini digunakan sehingga dapat
menurunkan nyeri akun dan kronik sertanyeri yang berisfat asosiasi yang
onset lambat akibat nyeri otot. TENS ini sering digunakan terus menerus
setelah operasi dalam waktu 30 – 60 menit. Prinsip dari TENS adalah
mengalihkan sinyal nyeri dan merangsang pengeluaran endomorfin yang
merupakan obat golongan opiad yang dihasilkan oleh tubuh sehingga
nyeri dapat berkurang. Alat ini menggunakan elektroda bersilikon untuk
mengirimkan pulse listrik melalui kulit.4

20
Gambar 11. Terapi listrik dengan TENS (Transcutaneous electrical
nerve stimulation) 4

b) High Voltage Pulsed Stimulation (HVPS)


Prinsip dari tipe ini adalah menyediakan gelombang
monofasik, dengan amplitude diatas 150mV. Stimulasi yang tinggi sering
digunakan untuk menstimulasi otot agar berfungsi normal misalnya pada
otot yang mengalam atrofi, meningkatkan mobilitas sendi, mempercepat
penyembuhan jaringan, menurunkan nyeri dan edema.4

c) Interferential Stimulation
Pada tipe ini arus listrik bekerja pada jaringan, arus gelombang
aplmitudo yang diharapkan berkira antara 1 sampai 10 Hz (1 sampai
100A), yang dimana semakin rendah frekuensi, makan resistensi kulit juga
lebih rendah, sehingga memunculkan respon yang lebih kuat dengan
intensitas yang rendah. Stimulasi inerferential digunakan untuk

21
mengurangi nyeri akut, edema kronis dan spasme otot, dan juga
memperbaiki aliran darah, mempercepat penyembuhan luka dan
meredakan disfungsi pada perut.4

d) Low Intensity Stimulation


Pada tipe ini awalanya menggunakan instilah MENS
(microcurrent electrical nerve stimulators). Tipe ini menggunakan
intensitas rendah dengan modifikasi gelombang monofasik hingga bifasik.
Gelombang yang digunakan adalah kurang dari 1000A. terapi ini
bertujuan untuk mengurangi edema dan memudahkan penyembuhan luka,
strain, sprain, neuropati.4

Gambar 12. Stimulasi otot menggunakan terapi listrik 4

22
Tabel Indikasi dan Kontraindikasi Electrotherapy3

3. Terapi Modalitas Mekanik


a. Kompresi
Kekuatan, salah satu dari tujuan kompresi atau distraktif, yang
bermanfaat dalam modalitas terapi selama rehabilitasi. Kompresi yang kuat
dapat digunakan dengan pompa kompresi dan juga dari air melaluli tekanan
hidrostatik saat tubuh terendam air. Teknik kompresi digunakan untuk
mencegah melemahnya atau kembalinya bengkak yang disebabkan akibat
kerusakan jaringan lunak atau gangguan pada sistem sirkulasi atau juga
digunakan menghambat pembentukan jaringan parut selama proses proliferasi
dan maturasi pada fase pembentukan jaringan parut.2
Prinsip utama pada mekanisme yang mendasari penggunaan kompresi
adalah untuk mengelola edama dengan cara melakukan kompresi eksternal

23
pada badan atau bagian badan dengan meningkatkan tekanan hidrostatik di
ruang interstisial. Kompresi juga digunakan selama pembentukan jaringan
parut misalnya pada luka bakar sehingga diharapkan dengan kompresi dapat
meminimalisir pembentukan jaringan parut dan menurunkan hypertropic
scarring. Tidak seperti sintesis kolagen yang membutuhkan oksigen, lisis
kolagen tidak membutuhkan oksigen sehingga dengan kompresi dapat
digunakan untuk membatasi pembentukan jaringan parut sementara.2

Gambar 13. Kompresi digunakan untuk menurunkan pembengkakan


akibat kerusakan jaringan lunak 2

b. Traksi
Manual traksi digunakan untuk menurunkan kompresi pada sebuah
struktur, dan yang tersering adalah trakasi spinal, yaitu dengan memisahkan
atau menurunkan kompresi pada segmen yang berdekatan seperti pada sendi,
menurunkan tekanan pada struktur anatomi misalnya pada saraf, pembuluh
darah, kapsul sendi. Traksi juga digunakan untuk menurunkan nyeri,
meningkatkan ROM, memperbaiki fungsi pergerakan,dan meningkatkan
aliran darah. Modalitas terapi dengan cara melakukan latihan untuk kekuatan
otot dan melatih dan memobilisasi otot dengan menggunakan traksi.2

24
Gambar 14. Manual traksi dilakukan untuk menurunkan kompresi
yang mengenai struktur seperti sendi, saraf dan jaringan 2

Prinsip terapi dari traksi adalah menekankan pada proses


menarik segmen tubuh untuk kembali ke posisi awal, misalnya traksi pada
tulang belakang yang dilakukan pada pasien dengan gangguan tulang
vertebra maka dilakukan traksi untuk peregangan dan relaksasi otot
paraspinal dan ligamentum dari tulang belakang. Gaya distraktif untk
traksi ini dapat dilakukan dengan alat mekanik atau secara manual dengan
bantuan dokteer. Diaplikasikan teurs menerus hingga 30 menit. Pada
pasien dengan traksi di tulang servikal maka biasanya dilakukan traksi
dengan posisi pasien terlentang atau duduk.4

25
Tabel Indikasi dan Kontraindikasi Traksi3

4. Terapi Modalitas Suara (UltraSound)

Modulitas terapi suara (Ultrasound) yaitu terapi yang menggunakan


gelombang frekuensi akustik (suara) bukan energi dari elektromagnetik untuk
mendapatkan efek panas. Efek dari ultrasound Ini dapat menembus jaringan hingga
kedalaman 3 cm atau lebih. Penggunaan energy ini terjadi didalam struktur yang lebih
dalam tanpa menyebabkan pemanasan yang berlebihan di struktur diatasnya.
Mekanisme sederhana dari ultrasound adalah melalui efek balik piezoelektrik yang
mengkonversi arus listrik ke energi mekanik sehingga menimbulkan gelombang
suara yang membentuk gelombang longitudinal, getaran ini yang menggerakan energi
ke dalam jaringan untuk menghasilkan efek kenaikan suhu (thermal effect) dan
perubahan mekanis dan kimiawi didalam jaringan. Efek dari modalitas ultrasound ini
yaitu dapat meningkatkan perluasan jaringan kolagen, aliran darah, sensorik dan
kecepatan impuls dari motor-neuron dan aktivitas enzim, juga menurunkan spasme
otot, kekakuan sendi serta peradangan dan nyeri.5

26
Gambar 15 Modalitas terapi menggunakan Ultrasound 5

Prinsip Terapi Suara (Ultrasound)


Ultrasound digunakan untuk menangani beberapa kerusakan pada
jaringan lunak seperti tendinitis, bursitis, spasme otot, kontraktur sendi, nyeri
dan jaringan parut. Penyembuhan luka dapat ditingkatkan dengan ultrasound
intensitas rendah. Biasanya perawatan ultrasound dilakukan mulai 2 minggu
setelah cedera selama fase proliferative. Umumnya penyembuhan jaringan
dapat terjadi melalui efek nonthermal dari ultrasound dengan 0,5 sampai 1,0
W/cm2 pulsed 20% yang direkomendasikan pada luka superfisial. Untuk lesi
kulit dan ulser intensitas frekuensi dari 3MHz atau lebih tinggi. Ultrasound
sering digunakan dengan kombinasi modalitas terapi yang lain dan digunakan
bersamaan pada modalitas terapi panas untuk mengurangi spasme otot yang
berlebihan. Efek superfisial dari terapi panas, dan efek terapi bagian dalam
dengan terapi ultrasound.5

27
Tabel Indikasi dan Kontraindikasi Ultrasound3

Tipe – Tipe Ultrasound

a) Phonophoresis
Phonophoresis adalah ultrasound sering digunakan untuk meningkatkan
penyerapan obat anti inflamasi perkutaneus misalnya kortisol, salisilat,
deksametason) dan analgesik lokal seperti lidokain melalui kulit ke jaringan
dibawahnya. Keutungan dari terapi ini adalah obat tersebut dapat sampai secara
langsung ke tempat dimana efek dari obat tersebut diharapkan. Obat tersebut
dapat tembus hingga kedalaman 5 sampai 6 cm secara subkutan kedalam otot
skelet dan saraf perifer
Biasanya tahap ini dilakukan pascaakut tujuannya untuk mengobati titik
yang menyebabkan nyeri akibat bursitis, contusion, atau kondisi terjadi
kerusakan kronik pada jaringan lunak. Pengobatan ini menggunakan intensitas
frekuensi rendah (1 sampai 1,5 W/cm2) selama 5 – 15 menit.5

28
b) Extracorporeal Shockwave Theraoy (ESWT)

Tujuan utama dari terapi ESWT adalah untuk menaikkan suhu


jaringan ke dalam kisaran fisiologi yaitu 37,5 sampai 44 C, jaringan yang lebih
dalam itu kedalaman 2,5 sampai 5 cm. dimana kedalaman penetrasi dan luasnya
produksi panas tergantung pada frekuensi gelombang, sifat listrik dari jaringan
yang menerima energi eletromagnetik. Salah satu metode dari ESWT adalah
dengan metode CSWD ( Continous Shockwave diathermy, Efek fisiologi dengan
CSWD dapat dilakukan dengan pemanasan ringan yang biasanya pada kasus
gangguan muskuloskeletal yang kondisi akut, sedangkan pemanasan yang kuat
dibutuhkan pada kasus kronis karena efeknya dapat menembus jaringan yang
lebih dalam.5

ESWT digunakan untuk meningkatkan kemampuan pemulihan


jaringan kolagen, mengurangi kekakuan sendi, mengurangi nyeri dan
meringankan spasme otot, juga meningkatkan aliran darah serta mengurangi
peradangan.5

29
BAB III
KESIMPULAN

Berdasarkan penjelasan diatas mengenai terapi modalitas pada kasus


orthopedik maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Terapi modalitas adalah suatu alat atau perangkat yang dijadikan terapi untuk
penatalaksanaan pasien dengan keluhan orthopedik berupa terapi suhu,
elektromagnetik, mekanikal dan suara.
2. Modalitas terapi menggunakan suhu terbagi atas dua yaitu cryotherapy (terapi
dingin) dan thermotherapy (terapi panas)
3. Modalitas terapi menggunakan elektromagnetik disebut sebagai
electrotherapy
4. Modalitas terapi secara mekanik terdiri dari traksi dan kompresi
5. Modalitas terapi menggunakan suara terdiri dari Ultrasound dan
Extracorporeal Shock Wave Therapy (ESWT)
6. Modalitas terapi merupakan bagian dari terapi rehabilitasi, modalitas terapi
pada prinsipnya berfungsi untuk menurunkan rasa nyeri, meningkatan range
of movement (ROM), mempercepat pemulihan jaringan dan otot.

30
DAFTAR PUSTAKA

1. Ethan, S, et al. 2016. Therapeutic modalities for musculoskeletal injuries. Fouth


Edition. Human Kinetics Publishing : New York, United States of America
2. Bellew, J. et al. 2010. Modalities for Therapeutic intervention. Sixth Edition.
Davis Company, Philadelphia, United States of America
3. Starkey, C. 2012. Therapeutic Modalities. Fourth Edition. Davis Company,
Philadelhpia, United States of America
4. Knight, K. et al. 2013. Therapeutic modalities the art and science. Second
Edition. Lippincott Williams & Wilkims, Philadelphia, United States of America
5. Prentice, W. et al. 2009. Therapeutic modalities for sports medicine and athletic
training. Sixth Edition. New York, United States of America

31

Anda mungkin juga menyukai