Anda di halaman 1dari 7

Polusi Udara di Kawasan Cekungan Bandung (Sumaryati)

POLUSI UDARA DI KAWASAN CEKUNGAN BANDUNG


Sumaryati
Peneliti Bidang Komposisi Atmosfer, LAPAN
e-mail: sumary.bdg@gmail.com,maryati@bdg.lapan.go.id

RINGKASAN

Pengelolaan polusi udara pada prinsipnya adalah mengelola aktifitas sumbernya


dan memanfaatkan karakteristik meteorologi setempat, sehingga dampak terhadap
lingkungannya minimal. Sumber utama polutan udara di Bandung adalah transportasi,
kegiatan rumah tangga, dan industri dengan cerobong relatif rendah. Bandung sebagai
daerah urban dengan penutupan lahan dari material dan topografi berbukit dengan
bentuk cekungan berpotensi terjadi inversi kuat. Adanya kejadian inversi dapat
menyebabkan pengendapan polutan dari polutan yang diemisikan pada sumber yang
rendah. Dinding topografi pada Cekungan Bandung menghambat penjalaran polutan
ke arah horizontal. Oleh karena itu polutan udara di Cekungan Bandung cenderung
terperangkap di pusat cekungan yang menghasilkan konsentrasi pekat.

1 PENDAHULUAN Agar tidak ada penilaian yang


Dalam pengelolaan polusi udara subyektif mengenai kualitas udara,
sebagaimana disebutkan dalam PP No. maka dibuat suatu nilai baku untuk
41 tahun 1999 tentang pengelolaan menentukan apakah kondisi udara itu
polusi udara yang dimaksud dengan sudah terpolusi atau belum, yaitu yang
polusi udara adalah kondisi dimana disebut sebagai baku mutu udara
kualitas udara ambien (udara bebas) ambien. Di Indonesia baku mutu udara
turun akibat adanya zat atau energi ambien diatur dalam Lampiran PP No.
(polutan) yang dihasilkan oleh kegiatan 41 tahun 1999. Nilai baku mutu ini
manusia (antropogenik) sehingga udara menjadi acuan apakah udara sudah
tidak dapat memenuhi fungsinya dapat dikatakan terpolusi atau belum.
sebagaimana mestinya. Definisi tersebut Selain baku mutu, untuk menen-
juga sesuai dengan definisi yang dibuat tukan derajat kualitas udara dapat
oleh Seinfeld dan Pandis. Definisi dinyatakan dengan Indeks Pencemar
tersebut memperbarui definisi yang Kualitas Udara (ISPU). ISPU diatur
dibuat Seinfeld sebelumnya (1998) yang dalam SK Kepala Bapedal No. 107 tahun
menyebutkan sumber polutan secara 1997. Nilai ISPU menentukan derajat
umum baik antropogenik maupun kualitas udara dalam kondisi baik,
alami. sedang, tidak sehat, sangat tidak sehat,
Ada dua hal yang dapat ditarik dari dan bahaya.
definisi polusi udara dalam pengelolaan
polusi udara tersebut. Pertama, adanya 2 TEORI PENGELOLAAN KUALITAS
UDARA
polutan sebagai hasil kegiatan manusia.
Kedua, kualitas udara turun sehingga Untuk menjaga kualitas udara
tidak dapat memenuhi fungsinya. Jadi agar tetap baik, maka harus ada upaya
pengelolaan polusi udara sasarannya pengelolaan polusi udara. Langkah
adalah sumber dari kegiatan manusia pertama dan utama yang harus di-
tidak termasuk sumber alami yang lakukan adalah mengelola sumbernya.
menyebabkan kualitas udara tidak Sumber polutan adalah aktifitas manusia,
dapat memenuhi fungsinya. maka yang harus dikelola pertama
83
Berita Dirgantara Vol. 12 No. 3 September 2011:83-89

adalah kegiatan manusia yang meng- sehingga jika ada hujan limpasan air
hasilkan polutan. Sumber utama polutan hujan tersebut mengalir ke arah pusat
udara di Bandung adalah kegiatan cekungan.
transportasi diikuti sumber lain, yaitu Dengan bantuan perangkat The
industri dan rumah tangga. Air Pollution Model (TAPM) topografi
Jika upaya pengelolaan sumber dapat digambarkan dengan resolusi
polutan telah dimaksimalkan dan masih sekitar 1 km (Gambar 3-1, dengan warna
ada polutan udara yang terbentuk maka semakin hitam menunjukkan topografi
diusahakan polutan tersebut menyebar yang semakin tinggi). Sebagaimana
dalam cakupan yang luas pada daerah ditunjukkan pada Gambar 3-1, secara
yang sedikit populasinya ataupun daerah administrasi, kawasan Cekungan Bandung
yang tahan terhadap dampak dari polusi meliputi seluruh Kota Bandung dan
udara, seperti udara di atas perairan sebagian besar Kabupaten Bandung
(laut) ataupun kawasan hutan. Polutan yang sekarang ini telah mengalami
yang menyebar ke daerah yang sedikit pemekaran menjadi Kabupaten Bandung,
populasinya akan mengurangi dampak Kabupaten Bandung Barat dan Kota
yang terkena polutan. Jika polutan yang Cimahi. Selain ke empat daerah tersebut,
menyebar dalam cakupan yang luas masih ada sebagian kecil wilayah
maka akan menghasilkan konsentrasi Kabupaten Garut, Sumedang, dan
udara ambien yang kecil sehingga Subang.
dampaknya dapat ditolerir atau bahkan
Sifat meteorologi di atas Cekungan
tidak ada dampak yang terasakan pada
Bandung tidak mendukung penyebaran
lingkungan.
polusi udara di atas Bandung dengan
Langkah pembentukan sebaran
baik. Topografi yang berbentuk cekungan
polutan tersebut dapat memanfaatkan
di Bandung menyebabkan penyebaran
karakter meteorologi yang berpengaruh
secara horizontal terhambat, polutan
terhadap penyebaran polutan di udara.
terperangkap dalam cekungan. Sedangkan
Parameter meteorologi yang berpengaruh
dalam Cekungan Bandung dapat di-
terhadap penyebaran polusi udara adalah
katakan tidak ada lagi kawasan hutan
arah dan kecepatan angin, kestabilan.
Arah dan kecepatan secara umum yang agak tahan terhadap dampak
dipengaruhi oleh angin global, tetapi untuk polusi udara, sehingga mau tidak mau
angin permukaan yang berpengaruh polutan selalu menyebar ke area
terhadap penyebaran polusi udara angin permukiman penduduk.
lokal yang terbentuk akibat bentuk Penyebaran polutan ke arah
topografi seperti laut, darat, dan gunung vertikal yang tinggi mampu mereduksi
bisa lebih dominan atau juga memper- konsentrasi polutan di permukaan tanah.
kuat angin global. Penyebaran polutan ke arah vertikal
terbatas hanya sampai pada lapisan
3 ANALISIS METEOROLOGI POLUSI yang disebut lapisan mixing height (tinggi
UDARA DI BANDUNG percampuran). Pada kondisi udara sangat
Bandung memiliki topografi yang tidak stabil yang banyak dijumpai pada
unik, yaitu suatu dataran tinggi yang siang hari, lapisan mixing height bias
berbetuk cekungan. Oleh karena itu di mencapai 2 km. Namun ketika udara
Bandung dikenal sebagai Cekungan sangat stabil terutama pada malam hari,
Bandung. Cekungan Bandung adalah lapisan mixing height hanya beberapa
daerah berbentuk cekungan yang ratus meter dari permukaan tanah
dibatasi oleh dinding topografi tertinggi, (ground).

84
Polusi Udara di Kawasan Cekungan Bandung (Sumaryati)

Gambar 3-1:Cekungan Bandung


(garis merah: Cekungan Bandung, garis hijau: batas wilayah administrasi, biru: waduk,
warna yang semakin gelap menunjukkan topografi yang semakin tinggi)

Kondisi tidak stabil atmosfer Kondisi ini sangat berbahaya, karena


terutama pada siang hari menguntung- bisa menyebabkan polutan mengendap
kan bagi penyebaran polusi udara. pada udara permukaan (subsidensi)
Pertama, kondisi atmosfer yang tidak yang kita hirup.
stabil menghasilkan tinggi percampuran Lapisan inversi terjadi karena
yang tinggi, sehingga penyebaran polutan adanya pendinginan pada permukaan
ke arah vertikal bisa jauh. Kedua, kondisi Bumi. Proses pendinginan tersebut
atmosfer yang tidak stabil dengan adanya disebabkan adanya bangunan atau
turbulensi yang kuat menyebabkan material yang memiliki sifat termal
polutan dapat tercampur dengan udara konduktor yaitu cepat panas bila
ambien lebih mudah. Kondisi ini akan terkena panas dan cepat dingin bila
mengencerkan polutan dari sumbernya.
sekelilingnya dingin. Kejadian itu bisa
Tetapi masih ada satu masalah
terjadi pada malam dan pagi hari atau
lagi dalam penyebaran polutan adalah
pada siang hari ketika tiba-tiba ada
adanya lapisan inversi. Lapisan inversi
awan. Bandung sebagai kota dengan
terjadi apabila kondisi udara amat
penutupan lahan dari material bersifat
sangat stabil (ekstrim stabil), yaitu jika
semakin ke atas temperatur bukan se- konduktor panas sangat berpotensi
makin rendah tetapi semakin tinggi. terjadi lapisan inversi pada waktu
Secara matematis dapat dikatakan terjadi malam, pagi dan siang hari ketika
inversi jika gradien temperatur (peru- berawan.
bahan temperatur terhadap ketinggian) Selain itu, inversi juga bisa
bernilai positif. Kondisi udara semakin ke terjadi karena ada udara panas mengalir
atas semakin panas bukan semakin di atas lapisan udara yang dingin atau
dingin, ini adalah kondisi anomali yang sebaliknya lapisan udara dingin mengalir
menyebabkan polutan tidak bisa di bawah lapisan udara yang panas.
bercampur dengan udara sekitarnya. Kejadian ini bisa terjadi di Bandung
85
Berita Dirgantara Vol. 12 No. 3 September 2011:83-89

dengan topografi yang berbukit, karena berada pada lapisan yang tidak stabil,
udara yang panas di puncak bukit pada akan terjadi olakan yang kuat, sehingga
siang hari mengalir ke atas lembah yang parcel polutan tersebut seakan diaduk
masih dingin, atau sebaliknya. Oleh sehingga dapat bercampur sempurna
karena itu, Bandung sebagai daerah dengan udara lingkungannya.
perkotaan dengan penutupan lahannya Skema Gambar 3-2 adalah
berupa material konduktor panas gambaran sederhana contoh kasus
dengan topografi yang berbukit dan penyebaran polutan yang berada pada
berbentuk cekungan potensi terjadi lapisan tidak stabil yang berada di
lapisan inversi yang kuat (Godish, 2004). bawah dan di atas lapisan inversi, serta
Lapisan inversi sangat penting pada lapisan inversi. Kasus pertama
dalam penyebaran polusi udara (Arya, (Gambar 3-2a) bias dijumpai pada
1999). Kondisi yang sangat stabil ini cerobong industri yang tinggi yang
tidak ada olakan (eddy), sehingga tidak mencapai di atas lapisan inversi. Pada
ada percampuran parcel udara yang kasus ini polutan menyebar bagus
mengandung polutan pekat ke ling- hanya pada lapisan tidak stabil di atas
kungannya. Dengan bahasa sederhana lapisan inversi dan tidak menyebar ke
dalam kondisi sangat stabil ini tidak ada lapisan inversi yang di bawahnya. Kondisi
pengadukan atau percampuran polutan seperti ini sangat menguntungkan dalam
dengan lingkungannya. Parcel udara pengelolaan kualitas udara (Sumaryati,
Polutan yang berada dalam lapisan 2007), karena lapisan bawah yang ber-
inversi hanya terdispersi melalui proses hubungan langsung dengan kehidupan
difusi dan menjalar sesuai arah angin manusia tidak terpapar polutan.
laminar. Sebaliknya jika parcel polutan

(a)

b)

(c)

Gambar 3-2: Skema sederhana bentuk penyebaran polusi terhadap lapisan inversi
(a. sumber polutan berada pada lapisan tidak stabil di atas lapisan
inversi, b. sumber polutan berada pada lapisan tidak stabil di bawah
lapisan inversi, c. sumber polutan berada pada lapisan inversi)
86
Polusi Udara di Kawasan Cekungan Bandung (Sumaryati)

Kasus ke dua (Gambar 3-2b) ada mengikuti aliran laminer angin, dan
lapisan inversi di atas permukaan tanah terdifusi dengan lingkungannya yang
yang kondisinya sangat tidak stabil, dan memiliki konsentrasi lebih rendah. Kondisi
pada permukaan tanah ini ada sumber ini sangat membahayakan, karena jika
polutan. Sumber polutan ini bisa cerobong manusia ataupun lingkungan yang
yang rendah atau dari aktivitas trans- terpapar akan berdampak yang sangat
portasi. Polutan yang berada pada signifikan.
lapisan tidak stabil ini dapat tercampur Mengendapnya polutan di lapisan
dengan sempurna dengan udara di bawah akan terlihat jelas pada pagi hari.
lingkungannya, tetapi hanya sebatas Lapisan inversi (Gambar 3-3) bisa dilihat
pada lapisan bawah saja, dan tidak bisa dengan pengukuran profil temperatur
menembus lapisan inversi. Kondisi ini misalnya dengan radiosonde maupun
sangat merugikan karena polutan hanya dengan menggunakan model. Ketika
menyebar pada lapisan bawah atmosfer terjadi inversi, kondisi Cekungan Bandung
yang berhubungan langsung dengan secara sederhana dapat digambarkan
kegiatan manusia. seperti Gambar 3-4. Pagi hari ketika
Kasus ke tiga (Gambar 3-2c) masih terjadi inversi dan emisi polutan
seperti kasus pertama, hanya sumber cukup tinggi karena kegiatan transportasi
polutan tidak bisa melampaui tinggi yang sudah ramai, polutan terperangkap
lapisan inversi. Parcel polutan tidak bisa dalam lapisan inversi dan tidak adanya
tercampur dengan udara sekitarnya turbulensi (pengadukan polutan ke
karena tidak ada olakan. Polutan lingkungan), sehingga polutan sangat
mengumpul pada lapisan bawah, mengalir pekat di permukaan.
3 Des 2005 jam 23:45
200 200
180 180
160 160
140
ketinggian(m)

140
ketinggian (m)

120 120
100 100
80 80
60
(m)

60
40 40
20 20
0 0
291,5 292 292,5 293 18 19 20 21

temperaturo(C)
temperatur (K)

Pengukurandenganradiosonde di Model TAPM


LAPAN
Gambar 3-3: Profil temperatur di Bandung saat kejadian inverse dari hasil pengukuran
radiosonde dan model lmeteorologi TAPM

87
Berita Dirgantara Vol. 12 No. 3 September 2011:83-89

Gambar 3-4: Pengendapan polutan di Cekungan Bandung oleh dinding topografi dan
kejadian inversi

Gambar 3-5: Smog fotokimia di Cekungan Bandung berwarna coklat ke abu-abuan

Jika pagi hari dari tempat yang konsentrasi polutan secara vertikal di
tinggi, terutama di pinggiran Cekungan kawasan Cekungan Bandung, fenomena
Bandung terlihat warna coklat keabu- smog fotokimia yang kasat mata tersebut
abuan di daerah bawah Cekungan telah menunjukkan adanya pengendapan
Bandung, itulah fenomena smog polutan di Cekungan Bandung.
fotokimia (Gambar 3-5) akibat pekatnya
polutan yang terjebak dalam lapisan 4 PENUTUP
inversi. Semakin siang, udara semakin
Bandung sebagai daerah urban
tidak stabil, lapisan inversi hilang dan
dengan bentuk topografi yang berbukit,
turbulensi mulai tinggi, maka polutan itu
tersebar dan tercampur dengan udara maka potensi terjadinya inversi pada
lingkungannya, sehingga menjadi encer permukaan sangat tinggi. Jika sumber
dan fenomena di atas mulai nampak polutan bisa melampaui lapisan inversi,
kabur. Meskipun belum ada pengukuran maka ini akan menguntungkan bagi

88
Polusi Udara di Kawasan Cekungan Bandung (Sumaryati)

kesehatan lingkungan udara di Cekungan Bapedal, 1997. Surat Keputusan Kepala


Bandung. Tetapi kondisi yang ada adalah Bapedal No. 107 tahun 1997
sebaliknya, mayoritas sumber polutan Perhitungan dan Pelaporan Serta
pada posisi rendah dekat permukaan Informasi Indeks Standar
tanah, terutama kegiatan transportasi Pencemar Udara.
dan rumah tangga. Sedangkan industri Godish, T., 2004. Air Quality, 4th edition.
pun di kawasan Cekungan Bandung Lewis Publisher, NY, 71-91.
relatif memiliki cerobong yang rendah. Keputusan Menteri No. 45 tahun 1997
Jika lapisan inversi menghalangi tentang Indeks Pencemar Polusi
polutan menyebar ke arah vertikal, Udara (ISPU).
penyebaran polutan ke arah horizontal Peraturan Pemerintah No. 41 tahun 1999
pun terhalang oleh dinding topografi tentang Pengelolaan Pencemaran
yang berbentuk cekungan. Dapat Udara.
dikatakan nasib polutan udara (air Seinfeld, J.H., 1986. Atmospheric Che-
pollutant fate) dari Cekungan Bandung mistry and Physics of Air Pollution.
terperangkap dan mengendap di dalam John Wiley and Sons, New York.
cekungan. Akan bergerak ke arah vertikal Seinfeld, J.H., dan Pandis, S.N., 1998.
terhalang lapisan inversi, bergerak ke Atmospheric Chemistry and Physics
arah horizontal terhalang dinding from Air Pollution to Climate Change.
topografi. John Wiley and Sons, Canada, 49-
124 dan 859-67.
DAFTAR RUJUKAN Sumaryati, 2007. Thesis: Penetapan
Beban Emisi Maksimum CO di
Arya, S.P., 1999. Air Pollution Meteorology
and Dispersion, Oxford University Kawasan Industri Dayeuh Kolot,
Press, New York, 42-75. ITB Bandung.

89

Anda mungkin juga menyukai