Anda di halaman 1dari 10

PENDEKATAN LEAN HEALTHCARE UNTUK MEMINIMASI WASTE DI

RUMAH SAKIT ISLAM UNISMA MALANG

LEAN HEALTHCARE APPROACH FOR WASTE MINIMIZATION AT


MALANG ISLAMIC HOSPITAL OF UNISMA

Yolla Adellia1), Nasir Widha Setyanto2), Ceria Farela Mada Tantrika3)


Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Brawijaya
Jalan MT. Haryono 167, Malang 65145, Indonesia
E-mail: jolachan@yahoo.com1), nazzyr_lin@ub.ac.id2), ceria_fmt@ub.ac.id3)

Abstrak

Lean adalah suatu upaya terus-menerus untuk menghilangkan pemborosan (waste) dan meningkatkan
nilai tambah (value added) produk, baik barang maupun jasa, kepada pelanggan. Lean yang diterapkan
dalam industri kesehatan disebut juga lean healthcare. Salah satu Rumah Sakit swasta yang ada di daerah
Malang yakni Rumah Sakit Islam Unisma. Penelitian ini akan difokuskan pada waste yang ditemukan di Unit
Rawat Jalan dan Rawat Inap, yang mana kondisi saat ini masih terdapat aktivitas yang tergolong waste.
Pada penelitian ini Big Picture Mapping digunakan untuk mengidentifikasi proses yang ada di dalam
instalasi rawat jalan dan rawat inap. Identifikasi aktivitas sepanjang big picture mapping bertujuan untuk
mengetahui dan menghitung presentase aktivitas-aktivitas yang termasuk kategori aktivitas yang
memberikan nilai tambah, aktivitas yang penting namun tidak memberikan nilai tambah, dan aktivitas yang
tidak memberikan nilai tambah. Fishbone Diagram digunakan untuk menganalisis sebab dan akibat suatu
permasalahan sehingga ditemukan akar permasalahan dari waste kritis yang terjadi. FMEA digunakan
untuk mengidentifikasi dan memberikan prioritas kegagalan. Hasil dari FMEA menunjukkan penyebab kritis
dari waste motion adalah kondisi tata letak dokumen dalam rak pada ruang penyimpanan status rekam
medis belum ergonomis, penyebab kritis dari waste transportation adalah petunjuk ruang kurang jelas,
penyebab kritis dari waste waiting adalah penulisan keterangan obat di rak kurang jelas dan sudah jelek,
penataan kertas resep obat tidak rapi, hanya ada satu loket resep obat, sedangkan penyebab kritis dari waste
defect adalah tulisan petunjuk ruang berwarna sama dengan warna pintu dan petunjuk ruang terlalu kecil.
Alternatif solusi yang diusulkan yakni peletakan dokumen pada rak ruang penyimpanan status rekam medis
pada tempat yang jauh lebih ergonomis, , pembuatan alat kontrol visual, pengkondisian meja pegawai,
denah rumah sakit yang dilengkapi dengan detail foto, diagram alir pelayanan, perbaikan papan nama,
pembedaan loket resep racikan dan non racikan, pemberian nomer antrian, dan pelabelan pada rak obat.

Kata Kunci : Big Picture Mapping, Fishbone, FMEA dan Lean Healthcare.

1. Pendahuluan
Rumah sakit saat ini mengalami yang merupakan waktu tunggu pada praktek
persaingan yang semakin ketat dengan semakin dokter spesialis THT, praktek dokter spesialis
bertambahnya rumah sakit yang ada, sehingga Kulit dan Kelamin, praktek dokter spesialis
rumah`sakit dituntut untuk semakin Pasien Penyakit Dalam, lama proses menunggu
berkompetensi dengan meningkatkan pelayanan termasuk dalam hal yang mempengaruhi tingkat
yang ada, seperti halnya memberikan pelayanan kepuasan pelanggan. Selain itu masih terdapat
kesehatan yang sebaik-baiknya kepada aktivitas yang tidak efektif seperti penulisan
masyarakat dan berorientasi pada kesehatan kembali data pasien lama dikarenakan data
individu. tidak ada atau hilangnya data pasien lama dan
Salah Satu Rumah sakit swasta yang ada di juga transportasi dari pegawai informasi untuk
daerah Malang yakni Rumah Sakit Islam mengirim berkas rekam medis, untuk lebih
Unisma. Berdasarkan hasil wawancara terhadap jelasnya dapat dilihat pada tabel 2. Semua
pegawai rumah sakit dan pasien juga permasalahan tersebut merupakan pemborosan
berdasarkan pengamatan yakni masih terdapat (waste) yang tidak memberikan nilai tambah
permasalahan adanya antrian yang meliputi (non value added).
waktu menunggu aktivitas administrasi, waktu
menunggu proses pemeriksaan oleh dokter,
untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 1

292
Tabel 1. Waiting Pasien Rawat Jalan Lean merupakan suatu upaya terus
Pasien Waktu Pasien Waktu Pasien Waktu menerus untuk menghilangkan pemborosan
THT Tunggu KK Tunggu PD Tunggu
(dalam atau waste dan meningkatkan nilai tambah
menit) (value added) produk barang maupun jasa agar
1 5 1 19 1 5
memberikan nilai kepada pelanggan atau
2 17 2 23 2 18 customer value. Tujuan lean ialah untuk
3 25 3 32 3 22 meningkatkan customer value melalui
4 39 4 41 4 33 peningkatan terus menerus rasio antara nilai
tambah terhadap waste (the value-to-waste
ratio)(Gasperz,2011). Lean Healthcare
Tabel 2. Pengamatan Transportasi Pegawai
Pukul Transportation merupakan strategi yang berfokus
18.10-18.36 Petugas Informasi memberikan berkas ke menghilangkan tidak efisien dan dengan
tempat pemeriksaan sebanyak dua kali demikian memberikan waktu yang lebih untuk
18.37-18.40 Petugas Informasi memberikan berkas ke
tempat pemeriksaan sebanyak satu kali aktivitas pelayanan pasien (Lestie,2006).
18.41-18.47 Petugas penyimpanan rekam memberikan Big Picture Mapping merupakan tool yang
berkas ke tempat pemeriksaan sebanyak satu digunakan untuk menggambarkan sistem secara
kali
18.48-18.55 Petugas Informasi memberikan berkas ke keseluruhan dan value stream yang ada di
tempat pemeriksaan sebanyak satu kali, dan dalamnya. Dari tool ini, informasi tentang aliran
petugas rekam medis memberikan berkas ke
tempat pemeriksaan sebanyak satu kali
informasi dan fisik dalam sistem dapat
diperoleh. Selain itu penggunaan tool ini juga
Beberapa metodologi telah diusulkan dapat digunakan untuk mengidentifikasi dimana
untuk menangani ketidakefisienan dalam terdapat pemborosan, serta mengetahui
pelayanan kesehatan. Salah satu metodologi keterkaitan antara aliran informasi dan aliran
yang dapat digunakan yakni lean (Kim et material( Hines and Taylor,2000).
al,2006). Lean adalah suatu upaya terus- Diagram sebab akibat digunakan untuk
menerus untuk menghilangkan pemborosan menunjukkan secara jelas berbagai penyebab
(waste) dan meningkatkan nilai tambah (value masalah yang mempengaruhi suatu masalah
added) produk baik barang maupun jasa agar dengan cara memilih kemudian
memberikan nilai kepada pelanggan menghubungkannya dengan penyebab masalah.
(Gaspersz,2011). Setiap akibat dapat ditimbulkan dari beberapa
Filosofi dari lean thinking yang dipelopori penyebab utama. Penyebab utama dapat dibagi-
oleh Toyota secara cepat merambah dan diikuti bagi ke dalam beberapa kategori, seperti
pemimpin pelayanan kesehatan, Beberapa kebijaksanaa, manusia, prosedur, bahan, alat
rumah sakit dan grup pengobatan mengadopsi dan fasilitas (Pohan,2002).
dari lean sebagai pendekatan sistematik mereka FMEA adalah suatu prosedur terstruktur
untuk meningkatkan kualitas dan efisiensi. untuk mengidentifikasi dan mencegah sebanyak
Aplikasi dari prinsip lean dapat memberikan mungkin mode kegagalan. Suatu mode
efek perubahan pada pelayanan kesehatan kegagalan adalah apa saja yang termasuk dalam
dengan pencapaian yang dramatis dalam hal kecacatan atau kegagalan dalam desain, kondisi
kualitas, safety, dan efisiensi. Lean berfokus di luar batas spesifikasi yang telah ditetapkan
pada tujuan secara terus menerus mengubah atau perubahan pada produk yang menyebabkan
waste menjadi value dari perspektif pelanggan. terganggunya fungsi dari produk tersebut
Ini merupakan pendekatan sistematik yang (Gasperz, 2002).
setepat-tepatnya untuk proses peningkatan Pada penelitian ini digunakan pendekatan
(improvement), error proofing, dan mereduksi Lean Healthcare untuk mengidentifikasikan
waste (Kim et al,2006). Dalam penelitian ini waste dari proses pelayanan, sehingga dapat
juga digunakan Big Picture Mapping untuk mengurangi waste dari proses pelayanan
mengetahui gambaran besar proses secara sehingga kondisi rumah sakit jauh lebih efektif
keseluruhan, dipetakan setiap detail elemen dan efisien, serta kualitas pelyanan dan
aktivitasnya. Dari aliran tersebut aktivitas kepuasan konsumen meningkat.
dalam proses dapat digolongkan menjadi
aktivitas value added dan non value added, 2. Metode Penelitian
sehingga dari pemetaan tersebut dapat Metode penelitian membahas mengenai
dilakukan perbaikan yang tepat sasaran. tahapan-tahapan yang dilakukan dalam

293
penelitian agar proses penelitian dapat terarah 2.3 Pengolahan Data
dengan baik sesuai dengan tujuan penelitian. Setelah dilakukan pengamatan pada
perusahaan dan pengambilan data-data yang
2.1 Jenis Penelitian diperlukan, maka data tersebut akan diolah
Penelitian ini termasuk jenis penelitian melalui tahapan-tahapan berikut:
deskriptif (deskriptif research), yaitu penelitian 1. Big Picture Mapping digunakan untuk
yang bertujuan untuk menggambarkan sifat menggambarkan proses yang ada di dalam
sesuatu yang tengah berlangsung pada saat riset departemen. Dengan big picture mapping
dilakukan dan memeriksa sebab-sebab dari didapatkan gambaran rangkaian proses
suatu gejala tertentu. Travers (dalam Umar, aliran informasi, aliran material yang ada
2008). Sedangkan menurut Gay (dalam Umar, di dalam departemen. Dari big picture
2008), metode ini bertujuan untuk menjawab mapping informasi dimana terjadinya
pertanyaan yang menyangkut sesuatu pada waste dan seluruh aktivitas yang tergolong
waktu sedang berlangsungnya proses riset. value added , non value added, necessary
but non value added. Dari big picture
2.2 Pengumpulan Data mapping akan dapat diidentifkasi aktivitas-
Metode pengumpulan data yang aktivitas yang tergolong waste.
dipergunakan dalam penelitian ini adalah 2. Pembobotan waste. Dari identifikasi
dengan teknik survey (field research) dan studi aktivitas yang tergolong waste dalam
literatur (library research). departemen dilakukan pembobotan
1. Penelitian Lapangan (Field Research) berdasarkan frekuensi kemunculan dan
a. Interview, adapun data yang didapatkan dampak yang diakibatkan.
yakni mengenai alur pasien rawat jalan 3. Fishbone diagram digunakan untuk
dan rawat inap, penyebab dari waste yang menelusuri penyebab dan dampak dari
terjadi, crosscheck terhadap hasil sebuah permasalahan yang terjadi.
pengolahan data waste kritis. 4. Tahap Analisa dan Perbaikan
b. Observasi, adapun data yang didapatkan Dalam tahapan ini akan dilakukan analisa
yakni mengenai perhitungan waktu setiap dari permasalahan yang terjadi dengan
proses pelayanan penggunaan FMEA untuk mengidentifikasi
c. Dokumentasi, adapun data yang didapat dan memberikan prioritas kegagalan dan
yakni jumlah pegawai dan data umum kemudian akan diberikan rekomendasi
perusahaan seperti visi, misi, sejarah. perbaikan.
d. Brainstorming, adapun data yang di 5. Tahap Kesimpulan dan Saran
dapat yakni aliran informasi dan aliran Setelah analisa dilakukan dapat diperoleh
fisik pelayanan, penyebab akar kesimpulan dari penelitian ini dan juga
permasalahan, analisa FMEA, waste serta diajukan beberapa saran atau rekomendasi.
usulan perbaikan
e. Kuesioner, Penyebaran kuesioner 3. Hasil dan Pembahasan
dilakukan untuk mendapatkan informasi Pada bab ini akan dijelaskan tentang hasil
tentang frekuensi waste yang terjadi. dan pembahasan.
2. Studi Literatur
Studi literatur merupakan suatu metode 3.1 Big Picture Mapping
dengan jalan mempelajari literatur di Adapun proses penggambaran Big Picture
perpustakaan, serta membaca buku-buku, Mapping yakni dimulai dengan pengumpulan
jurnal, dan sumber informasi lainnya yang informasi aliran fisik dan aliran informasi
relevan dengan permasalahan, sehingga dengan pelayanan rawat jalan maupun rawat inap.
cara ini diperoleh secara teori mengenai Setelah itu dilakukan penggambaran sepanjang
permasalahan/topik yang dibahas. Teori-teori proses pelayanan instalasi rawat jalan dan
yang dipelajari pada penelitian ini adalah instalasi rawat inap yang dimulai dari
mengenai lean, lean healthcare, Big Picture kedatangan pasien sampai pasien pulang.
Mapping, Fishbone diagram dan FMEA Gambar 1 menyajikan Big Picture Mapping
(Failure Mode and Effect Analysis). Pasien Rawat Jalan sedangkan Gambar 2
menyajikan Big Picture Mapping Pasien Rawat
Inap.

294
Pembuatan kartu
pasien
Input data pasien
1 orang
1 orang
Pasien Pulang
Pasien Pemeriksaan
PT : 76,5 detik
PT : 75 detik Penunjang
WT : -
WT : - 1 dokter

T : 58,5 detik

Kartu pasien
(pasien lama)
Pasien baru

Kartu pasien Jika tidak melakukan


Hasil pemeriksaan pemeriksaan
Kartu pasien penunjang penunjang

Rincian biaya
pemeriksaan

Pembayaran biaya Pemberian Resep Pembayar obat di Pemberian obat


Pendaftaran Pembayaran Pemeriksaan Apotek Proses asuransi tanpa pemeriksaan
penunjang Obat di Apotek apotek
1 petugas 1 Orang 1 Orang penunjang
1 Kasir 1 Orang 1 Apoteker
2 Komputer 1 dokter 1 Mesin 1 Mesin
! Mesin VA : 1193,85 detik 20,56 %

PT : 4 detik PT : 28,5 detik PT : 548,25 detik PT : 28,5 detik PT : 51,5 detk PT : 108,25 detik PT : 468,01 detik NNVA : 180 detik 3,1 %
WT : 210 detik T : 5,75 (kursi
kuitansi WT :1263,75detik WT : 1365 detik
antrian( WT : 1191,24 detik
Pendaftaran pasien, T : 5,75 (kursi NVA : 4431,99 detik 76,33 %
konsultasi I : 270 detik
informasi antrian)
Penunjukan syarat-
Pembuatan resep Pencarian resep obat dan
syarat pasien asuransi pembuatan obat
Proses asuransi dengan pemeriksaan
penunjang

Kartu pasien VA : 1222,3 detik 20,64 %


( pasien lama) Kartu status rekam Resep Obat
Rekam Medis medis pasien lama
NNVA : 265,75 detik 4,48 %

1 orang petugas Jika melakukan NVA : 4432 detik 74,86 %


pemeriksaan
penunjang
PT :133,5 detik

T : 36,25 detik
Proses pasien lama tanpa Proses pasien baru tanpa
pemeriksaan penunjang pemeriksaan penunjang

VA :1222,3 detik 20,94 % VA : 1223,8 detik 21,60 %

NNVA : 1815 detik 3,1 % NNVA : 139,5 detik 2,46 %


0 detik 28,5 detik 27,25 detik 29,5 detik 5,75 detik 5,75 detik
28,5 detik 51,5 detik 468,01
4 detik 28,5 detik 108,25 detik NVA : 4431,99 detik 75,94 % VA : 4300 detik 75,92 %
548,25 detik detik

Proses pasien lama dengan Proses pasien baru dengan


pemeriksaan penunjang pemeriksaan penunjang

VA : 1250,8 detik 21,02 % VA : 1252,3 detik 21,67 %

NNVA : 267,25 detik 4,49 % NNVA : 225,25 detik 3,89 %

VA : 4300 detik 74,426


NVA : 4432 detik 74,48 %
%

Gambar 1. Big Picture Mapping Pasien Rawat Jalan


Pembuatan kartu
pasien
Input data pasien
1 orang
1 orang Pasien Pulang
Pasien Pemeriksaan
PT : 76,5 detik
PT : 75 detik Penunjang
WT : -
WT : - 1 dokter Pembelian Obat di
Apotek Pemeriksaan
Penunjang Operasi
T : 58,5 detik 1 Apoteker

Kartu pasien
(pasien lama)
Pasien baru

Kartu pasien Hasil pemeriksaan


Kartu pasien penunjang

Pengambilan Obat Hasil pemeriksaan


penunjang operasi

Pemasangan Infus di Pendaftaran Rawat Administrasi Obat di Administrasi


Pendaftaran Pembayaran Pemeriksaan Proses Perawatan
UGD Inap apotek Pembayaran
1 petugas 1 Kasir 1 Perawat 1 Orang 1 Admin 1 Admin
2 Komputer 1 dokter
! Mesin

PT : 4 detik PT : 28,5 detik PT : 548,25 detik PT : 240 detk PT : 108,25 detik PT : 28,5 detik

WT : 210 detik kuitansi WT :1263,75detik WT :255 detik WT : 1365 detik Melunasi biaya perawatan

Pendaftaran pasien, Pelunasan obat selama


konsultasi
informasi perawatan
Penunjukan syarat-
Pembuatan resep
syarat pasien asuransi

Kartu pasien
( pasien lama) Kartu status rekam
Rekam Medis medis pasien lama

1 orang petugas

PT :133,5 detik Proses pasien asuransi

T : 36,25 detik VA : 995,5 detik 22,10 %

NNVA : 281,75 detik 6,25 %

NVA : 3225,75 detik 71,63 %

28,25
76,5 detik 62,5 detik detik
12 detik Proses pasien lama Proses pasien baru
0 detik 28,5 detik 27,75 detik
108,25 detik 28,5 detik
4 detik 28,5 detk 548,25 detik
240 detik VA : 1024 detik 22,58 % VA : 1025,5 detik 23,51 %

NNVA : 283,25 detik 6,24 % NNVA : 241,5 detik 5,53 %

NVA : 3225,75 detik 71,16 % NVA : 3093,75 detik 70,94 %

Gambar 2. Big Picture Mapping Pasien Rawat Inap

295
3.2 Identifikasi Aktivitas Sepanjang Big tunggu yakni menunggu periksa dokter
Picture Mapping menunggu proses administrasi menunggu
Identifikasi aktivitas sepanjang big picture hasil tes di laboratorium, menunggu
mapping bertujuan untuk mengetahui dan dokumen, specimen yang menunggu untuk
menghitung presentase aktivitas-aktivitas yang di tes, menunggu kamar untuk pasien rawat
termasuk kategori value added, necessary but inap dan menunggu pembayaran obat,
non value added, dan non value added. Dasar menunggu obat di farmasi.
pengklasifikasian aktivitas yakni didasarkan 3. Unnecessary Transportation
pada tipe aktivitas dalam organisasi (Hines & Unnecessary Transportation dalam
Taylor, 2000). Persentase aktivitas pelayanan pelayanan rawat jalan dan rawat inap
rawat jalan diperlihatkan pada tabel 3 meliputi, perpindahan pasien yang berlebih
sedangkan persentase aktivitas pelayanan rawat dan mengambil berkas yang letaknya jauh
inap diperlihatkan pada tabel 4. yakni pengiriman berkas rekam medis ke
tempat periksa.
Tabel 3. Persentase Aktivitas Pelayanan Rawat 4. Overprocessing
Jalan Overprocessing pada instalasi rawat jalan
Persentase
Sub Proses Pelayanan
VA NNVA NVA dan instalasi rawat inap yakni pencatatan
Pasien Lama tanpa Pemeriksaan 20,94 % 3,11 % 75, 94% identitas pasien dilakukan berulang-ulang,
Penunjang
Pasien Lama dengan 21,02 % 4,49 % 74,48 % yakni pada dokumen rekam medis, buku
Pemeriksaan Penunjang register, kartu kendali, dan komputer.
Pasien Baru tanpa Pemeriksaan 21,60 % 2,46 % 75,92 %
Penunjang 5. Unnecessary Inventory
Pasien Baru dengan Pemeriksaan 21,67 % 3,89 % 74,42 % Unnecessary Inventori yang terjadi adalah
Penunjang
Pasien Asuransi tanpa 20,56 % 3,1 % 76,33 % persediaan obat yang berlebih, persediaan
Pemeriksaan Penunjang peralatan laboratorium yang berlebih,
Pasien Asuransi dengan 20,64 % 4,48 % 74,86 %
Pemeriksaan Penunjang dokumen yang masih diproses yakni
penumpukan dokumen pasien, dan
Tabel 4. Persentase Aktivitas Pelayanan Rawat Inap persediaan peralatan rumahsakit yang
Persentase berlebih yakni kartu rekam medis yang
Sub Proses Pelayanan
VA NNVA NVA
Pasien Lama 22,58 % 6,24 % 71,16 % belum terpakai.
Pasien Baru 23,51 % 5,53 % 70,94 % 6. Unnecessary motion
Pasien Asuransi 22,10 % 6,25 % 71,63 %
Unnecessary motion yang terjadi yakni
Berdasarkan tabel 3 dan tabel 4 dapat mencari dokumen rekam medis,
dilihat bahwa rata-rata sub proses pelayanan mengumpulkan peralatan medis, adanya
mempunyai nilai NVA lebih dari 70%, maka gerakan yang tidak diperlukan pada bagian
dalam proses pelayanan masih sangat banyak informasi dan pendaftaran untuk
terdapat waste. Oleh karena itu diperlukan menjangkau barang-barang (mencari
identifikasi lebih lanjut untuk mengidentifikasi kuitansi alat tulis), mencari obat.
waste sepanjang proses pelayanan. 7. Defect
Defect terjadi baik di instalasi rawat jalan
3.3 Identifikasi 8 Waste Sepanjang Proses dan rawat inap yakni hilangnya data pasien
Pelayanan yang di gambarkan pada Big karena data tidak ada, kesalahan proses
Picture Mapping billing, salah memberi label, dokter
Adapun waste yang teridentifikasi pada mengganti resep obat yang telah dibuat pada
proses pelayanan rawat jalan dan rawat inap pasien karena obat yang ada pada resep awal
sebagai berikut: tidak tersedia di farmasi, ketidak lengkapan
1. Overproduction kartu status pasien yang meliputi kartu
Waste overproduction di dalam proses kunjungan berobat, dan pasien mendatangi
pelayanan rawat jalan dan rawat inap yang ruang pemeriksaan yang salah. Adanya hasil
meliputi mengeluarkan hasil tes foto rontgen yang tidak dapat dibaca atau
laboratorium berulang-ulang dengan pengulangan proses foto rontgen.
informasi yang sama. 8. Underutilized abilities of people
2. Waiting Waste Underutilized abilities of people
Waste waiting terjadi ketika pasien yakni dokter kurang memberikan edukasi
menunggu untuk proses selanjutnya di ruang pada pasien, perawat rawat inap kurang

296
memberikan perhatian yang optimum
Transportasi pasien berlebihan
kepada pasien.
Jarak yang jauh antara lokasi
pembayaran dan lokasi
pemeriksaan Petunjuk ruang
3.4 Identifikasi 8 Waste Paling Kritis kurang jelas
sepanjang Big Picture Mapping
Pada Identifikasi waste yang paling kritis Pasien salah
diidentifikasi dengan cara menyebarkan memasuki ruang

kuesioner. Hasil penyebaran kuesioner


didapatkan empat waste paling kritis dari Lingkungan
delapan waste healthcare, yakni waste motion,
Gambar 9. Diagram Sebab Akibat Waste
waste transportation, waste waiting dan waste Transportation
defect. Pada waste motion terdapat waste paling
kritis yakni waste mencari dokumen rekam
medis, pada waste transportation didapatkan manusia
waste paling kritis yakni waste perpindahan
pasien yang berlebih, pada waste waiting
didapatkan waste paling kritis yakni waste Membutukan mengobrol
ketelitian
menunggu obat di instalasi farmasi sedangkan untuk
waste paling kritis pada defect yakni waste meracik Hanya ada 1
resep obat loket resep
pasien mendatangi ruang pemeriksaan yang obat
salah.
Menunggu Obat di instalasi Farmasi
Transportasi ke
3.5 Identifikasi Akar Penyebab Masalah dokter untuk
Penataan kertas
resep obat tidak rapi
Waste Kritis dengan Fishbone Diagram mengganti resep

Pada setiap waste yang paling kritis akan Mencari resep obat
Kertas resep obat tercampur baur
diidentfikasi akar penyebab dengan
Obat yang ada di
menggunakan Fishbone Diagram. Fishbone resep tidak ada di
Lama waktu
mencari obat
Diagram untuk waste motion, waste apotek

transportation, waste waiting dan waste defect Proses


disajikan dalam gambar 8 sampai dengan Penulisan keterangan obat di Rak Kurang
Jelas dan sudah jelek
gambar 11.
Pegawai kurang Gambar 10. Diagram Sebab Akibat Waste Waiting
disiplin dalam
peletakan
manusia dokumen
lingkungan manusia

Dokumen tidak
ditaruh pada rak
yang seharusnya Ada beberapa ruangan yang tidak
Petugas kurang
ada Nama Penunjuk Ruang
memberikan arahan
Petunjuk Ruang pada pasien
kurang jelas
Motion yang berlebih dokumen rekam medis
Pasien Salah Memasuki Ruangan
Kondisi tata letak dokumen dalam rak
belum ergonomis

Peletakan dokumen rekam medis di letakkan Tulisan penunjuk


tempat yang tidak mudah terjangkau Ruang terlalu Kecil

Tulisan Penunjuk
Alat/Bahan Ruang berwarna sama
dengan warna pintu
Gambar 8. Diagram Sebab Akibat Waste
Motion Gambar 11. Diagram Sebab Akibat Waste Defect

297
3.6 FMEA 3.7 Rekomendasi Perbaikan
FMEA digunakan untuk memberikan Rekomendasi perbaikan yang diberikan
prioritas rekomendasi perbaikan setiap waste yakni peletakan dokumen pada rak ruang
kritis pada penelitian ini. Severity, occurrence penyimpanan status rekam medis pada tempat
dan detection pada penelitian ini diadaptasi dari yang jauh lebih ergonomis, pembuatan alat
Reichert (2004). FMEA waste motion, waste kontrol visual, pengkondisian meja pegawai,
transportation, waste waiting dan waste defect denah rumah sakit yang dilengkapi dengan
disajikan pada tabel 5 sampai dengan tabel 8. detail foto, diagram alir pelayanan, perbaikan
papan nama, pembedaan loket resep racikan
Tabel 5. FMEA Waste Motion dan non racikan, pemberian nomer antrian, dan
pelabelan pada rak obat.

3.8 Analisa Rekomendasi Perbaikan


Adanya usulan perbaikan yang telah
diberikan pada ruang penyimpanan status
rekam medis dapat mengurangi resiko
terjadinya cidera pada pegawai. Pemberian
rekomendasi berupa alat kontrol visual dapat
membuat waktu pencarian dokumen rekam
Tabel 6. FMEA Waste Transportation medis semakin cepat dikarenakan pegawai tidak
perlu mencari dokumen rekam medis pada
penempatan dokumen dalam rak yang salah.
Rekomendasi pengkondisian meja pegawai
penyimpanan status rekam medis agar lebih rapi
dapat memberikan kenyamanan pada pegawai.
Usulan perbaikan berupa pemberian denah
yang didekatkan dengan diagram alir pasien
dapat mengurangi resiko pasien salah
Tabel 7. FMEA Waste Waiting memasuki ruang, selain itu dengan lebih
jelasnya keterangan ruang pasien, transportasi
pasien jauh lebih terarah dan menghindari
pasien salah memasuki ruang. Sehingga
kepuasan pasien dan proses pemberian layanan
jasa jauh lebih cepat. Minimalisir waktu pasien
dalam tranportasi didalam pelayanan jasa di
rumah sakit dapat meningkatkan tingkat
keamanan pasien karena proses ke tahapan
pelayanan selanjutnya jauh lebih cepat.
Pemberian rekomendasi pada instalasi farmasi
dapat mengurangi waktu tunggu pada pasien,
sehingga tingkat kepuasan konsumen lebih
tinggi, selain itu pemberian rekomendasi nomer
Tabel 8. FMEA Waste Defect antrian yang nantinya akan diletakkan pada
resep obat diharapkan pasien yang datang lebih
awal dapat dilayani lebih dahulu, sehingga
tingkat kepuasan pasien meningkat. Dengan
adanya pendekatan Lean Healthcare pada
rumah sakit efisiensi rumah sakit jauh lebih
meningkat, keamanan pada pegawai dan pada
pasien jauh lebih meningkat sehingga kualitas
pelayanan jauh lebih meningkat sehingga
kepuasan konsumen meningkat karena dengan
adanya minimasi waste sepanjang proses
pelayanan di rumah sakit.

298
3.9 Analisa Future State yakni 7 pasien/jam. Rata-rata tingkat pelayanan
1. Proses yang tidak mengalami perubahan yakni 468 detik atau 7,8 menit.
Proses yang tidak mengalami perubahan Rata-rata bagian pelayanan sibuk pada
yakni pada proses pendaftaran, input data instalasi farmasai, dapat dihitung dengan
pasien, pembuatan kartu pasien, rekam medis menggunakan persamaan 3
pemeriksaan, pembayaran, pembayaran biaya .…….………...……………..…(3)
penunjang, pemeriksaan penunjang,
pemasangan infus di UGD, pendaftaran rawat
inap, proses perawatan. Proses yang tidak Probabilitas tidak ada panggilan (Po)
mengalami perubahan pada future state dihitung dengan menggunakan persamaan 4
dianggap memiliki proses waktu yang sama
dengan current state. …………….…(4)
∑ * +
2. Proses yang tetap ada namun mengalami
perubahan waktu
Proses yang tidak mengalami perubahan ∑ [ ]
akan tetapi waktu berkurang yakni pada bagian
pembayaran obat di instalasi farmasi, dengan
menggunakan model M,M,1,I,I. Adapun tingkat
kedatangan rata-rata pasien yakni 7 pasien/jam.
Rata-rata tingkat pelayanan yakni 108,25 detik
atau 1,8 menit.
Waktu rata-rata dalam antrian dapat
Adapun waktu rata-rata dalam antrian pada dihitung dengan menggunakan persamaan 5
pembayaran obat di instalasi farmasi, dapat
dihitung dengan menggunakan persamaan 1 ̅ ……………….. (5)
( )
̅ .....………………….…..(1)
̅
̅ ( )
̅̅̅̅ ̅

Adapun waktu rata-rata dalam sistem Waktu rata-rata dalam sistem dapat
pada pembayaran obat di instalasi, dapat dihitung dengan menggunakan persamaan 6
dihitung dengan menggunakan persamaan 2 ̅ ……………………………. (6)
̅ ……..……………………..(2) ̅
̅ ̅
̅ b. Ruang Penyimpanan Status Rekam Medis
Pemberian rekomendasi perbaikan dapat
Setelah dilakukan tahap perhitungan sesuai mengurangi waktu.
model M,M,1,I,I, maka diharapkan kondisi
waktu rata-rata dalam sistem tidak lebih dari 3 Tabel 9. Pencarian Dokumen Rekam Medis
menit dan waktu rata menunggu dalam antrian Dokumen Waktu (detik)
1 15
tidak lebih dari 0,5 menit, dengan adanya 2 10
penerapan standarisasi waktu pada proses 3 12
4 13
pembayaran di instalasi farmasi. Rata-rata 12,5
3. Proses yang tetap ada namun mengalami
perubahan fasilitas Tabel 10. Tranportasi Pegawai Penyimpanan
a. Instalasi Farmasi Transportasi Waktu (detik)
1 29
Proses yang ditambahkan yakni pada 2 35
instalasi farmasi dikarenakan dengan pemberian 3 26
4 32
rekomendasi penambahan dan pembedaan loket Rata-rata 30,5
resep obat racikan dan non racikan sehingga
jumlah loket resep obat menjadi dua. Adapun Gambar 12 merupakan Future State Value
analisa yakni dengan menggunakan teori Stream Mapping Pelayanan Rawat Jalan
antrian dengan menggunakan model M/M/2/I/I. sedangkan gambar 13 merupakan Future State
Adapun tingkat kedatangan rata-rata pasien Value Stream Mapping Pelayanan Rawat Inap.

299
Pembuatan kartu
pasien
Input data pasien
1 orang
1 orang
Pasien Pulang
Pasien Pemeriksaan
PT : 76,5 detik
PT : 75 detik Penunjang
WT : -
WT : - 1 dokter

T : 58,5 detik

Kartu pasien
(pasien lama)
Pasien baru

Kartu pasien Hasil pemeriksaan


Kartu pasien penunjang

Rincian biaya
pemeriksaan

Pembayaran biaya Pemberian Resep Pembayar obat di Pemberian obat


Pendaftaran Pembayaran Pemeriksaan Apotek
penunjang Obat di Apotek apotek
1 petugas 1 Orang 1 Orang 2 Apoteker
1 Kasir 1 Orang
2 Komputer 1 dokter 1 Mesin 1 Mesin 2 server
! Mesin

PT : 4 detik PT : 28,5 detik PT : 548,25 detik PT : 28,5 detik PT : 51,5 detk PT : 108 detik PT : 468 detik
WT : 210 detik kuitansi WT :1263,75detik T : 5,75 (kursi
antrian( WT : 28,70 detik WT : 122,18 detik
Pendaftaran pasien,
konsultasi Pencarian resep obat dan
informasi pembuatan obat
Penunjukan syarat-
Pembuatan resep
syarat pasien asuransi

Kartu pasien
( pasien lama) Kartu status rekam Resep Obat Minimasi Minimasi
Rekam Medis medis pasien lama waktu waktu
1 orang petugas Jika melakukan
pemeriksaan
penunjang
PT : 14 detik

T : 30,5 detik

Minimasi
waktu

0 detik 28,5 detik 27,25 detik 29,5 detik 5,75 detik 5,75 detik
28,5 detik 51,5 detik 108,25 detik 468 detik
4 detik 28,5 detik
548,25 detik

Gambar 12. Future State Value Stream Mapping Pelayanan Rawat Jalan
Pembuatan kartu
pasien
Input data pasien
1 orang
1 orang Pasien Pulang
Pasien Pemeriksaan
PT : 76,5 detik
PT : 75 detik Penunjang
WT : -
WT : - 1 dokter Pembelian Obat di
Apotek Pemeriksaan
Penunjang Operasi
T : 58,5 detik 1 Apoteker

Kartu pasien
(pasien lama)
Pasien baru

Kartu pasien Hasil pemeriksaan


Kartu pasien penunjang

Pengambilan Obat Hasil pemeriksaan


penunjang operasi

Pemasangan Pendaftaran Administrasi Obat di Administrasi


Pendaftaran Pembayaran Pemeriksaan Proses Perawatan
Infus di UGD Rawat Inap instalasi farmasi Pembayaran
1 petugas 1 Kasir 1 Perawat 1 Orang 1 Admin 1 Admin
2 Komputer 1 dokter
! Mesin

PT : 4 detik PT : 28,5 detik PT : 548,25 detik PT : 240 detk PT : 108 detik PT : 28,5 detik

WT : 210 detik kuitansi WT :1263,75detik WT :255 detik WT : 28,70 detik Melunasi biaya perawatan

Pendaftaran pasien, Pelunasan obat selama


konsultasi
informasi perawatan
Penunjukan syarat-
Pembuatan resep
syarat pasien asuransi

Kartu pasien Minimasi


( pasien lama) Kartu status rekam waktu
Rekam Medis medis pasien lama

1 orang petugas

PT : 14 detik

T : 30,5 detik

Minimasi
waktu

28,25
76,5 detik 62,5 detik detik
12 detik
0 detik 28,5 detik 27,75 detik
108 detik 28,5 detik
4 detik 28,5 detk 548,25 detik
240 detik

Gambar 13. Future State Value Stream Mapping Pelayanan Rawat Inap

300
4. Kesimpulan jauh lebih ergonomis, pembuatan alat
Dari penelitian ini didapatkan kontrol visual, pengkondisian meja
kesimpulan sebagai berikut : pegawai, denah rumah sakit yang
1. Berdasarkan hasil penelitian masih dilengkapi dengan detail foto, diagram
terdapat 8waste healthcare yang alir pelayanan, perbaikan papan nama,
terdapat pada unit rawat jalan dan rawat pembedaan loket resep racikan dan non
inap. racikan, pemberian nomer antrian, dan
2. Waste kritis pada pelayanan rawat jalan pelabelan pada rak obat.
dan rawat inap yakni mencari dokumen
rekam medis, pasien mendatangi ruang Daftar Pustaka
pemeriksaan yang salah, perpindahan
pasien yang berlebih, menunggu obat di Gaspers.V. (2002). Pedoman Implementasi
farmasi. Program Sig Sigma Terintegrasi Dengan ISO
3. Adapun akar penyebab terjadinya waste 9001:2000, MBNQA, dan HACCP. Jakarta:
kritis yakni pegawai kurang disiplin PT Gramedia Pustaka Utama.
dalam peletakan dokumen yang
mengakibatkan dokumen tidak ditaruh Gaspers.V & Fontana.A. (2011). Lean Sig
pada rak yang seharusnya, kondisi tata Sigma for Manufacturing and Service
letak dokumen dalam rak belum Industries. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
ergonomis sehingga peletakan dokumen Utama.
rekam medis diletakkan pada tempat
yang tidak mudah terjangkau, petunjuk Hines,P., & Taylor, D. (2000). Going Lean.
ruang kurang jelas sehingga Cardiff Business School: Lean Enterprise
mengakibatkan pasien salah memasuk Research Center.
ruang, jarak yang jauh antara lokasi
pembayaran dan lokasi pemeriksaan Kim, et al.(2006). Lean Healthcare: What
sehingga menyebabkan transportasi Can Hospital Learn from a World-Class
pasien berlebih, pegawai mengobrol, Automaker.Journal of Hospital Medicine Vol
pegawai membutuhkan ketelitian untuk 1 / No 3 / May / june 2006.
meracik obat, penataan kertas resep
obat tidak rapi sehingga mengakibatkan Lestie, Hagood, Royer, Reece & Maloney.
kertas resep obat tercampur baur, (2006). Using Lean Methods to Improve OR
sehingga mengakibatkan mencari resep turnover times. Aorn Journal Vol 84, No 5.
obat sehingga mengakibatkan lama
waktu mencari obat, selain itu penulisan Pohan, Imbalo S. (2002). Jaminan Mutu
keteranga-keterangan obat pada rak Layanan Kesehatan. Jakarta: Penerbit Buku
kurang jelas dan sudah jelek juga Kedokteran.
mengakibatkan lama waktu mencari
obat, selain itu transportasi ke dokter Reichert, Todd A. & Wakemed. (2004).
untuk mengganti resep dan obat yang Applying Failure Modes and Effects Analysis
ada di resep tidak ada di instalasi (FMEA) in Healthcare.
farmasi, petugas kurang memberikan
arahan pada pasien sehingga pasien Subagyo, Pangestu., Asri, Marwan. &
salah memasuki ruang, ada beberapa Handoko, Aani. (2000). Dasar-Dasar
ruangan yang tidak ada nama penunjuk Operation Research Edisi 2. Yogyakarta:
ruang, tulisan penunjuk rang terlalu BPFE.
kecil dan juga tulisan penunjuk ruang
berwarna sama dengan warna pintu Umar, Husein. (1998). Metode Penelitian
mengakibatkan petunjuk ruang kurang untuk Skrpsi dan Tesis Bisnis. Jakarta: PT
jelas dan pasien salah memasuki ruang. RajaGrafindo Persada.
4. Adapun usulan perbaikan yang
diberikan yakni Rekomendasi perbaikan
yang diberikan yakni peletakan
dokumen pada rak ruang penyimpanan
status rekam medis pada tempat yang

301

Anda mungkin juga menyukai