Anda di halaman 1dari 2

Nama : Amalia Difa Lestari

NIM : 19/FAM/146
Kuis IRD
1. Jelaskan menurut kalian bagaimana peresepan obat ke depannya, lebih baik konvensional
resep atau E resep? Tantangan & hambatannya dilihat dari berbagai aspek.
Jawaban :
Setiap penemuan pasti ada kurang dan ada lebihnya, untuk resep konfensional dan E
resep juga pasti ada lebih kurangnya.
Menurut saya, peresepan obat untuk kedepannya yaitu lebih baik menggunakan E resep.
Seiring dengan perkembagan zaman, mau tidak mau manusia harus mengikuti
perkembangan tersebut agar tidak tertinggal.
E resep memiliki banyak manfaat yaitu: Keselamatan pasien dapat ditingkatkan melalui
penggunaan e-prescribing dengan meningkatkan keterbacaan resep, mengurangi waktu
yang diperlukan untuk meresepkan obat dan mengurangi kesalahan pemberian obat dan
mengurangi efek samping obat.
E Resep juga memiliki banyak kelebihan yaitu: Akses mudah dan cepat, Perubahan data
meninggalkan “jejak elektronik”, Penelusuran informasi medis yang cepat dan tepat,
Penyimpanan yang ringkas dan tidak memerlukan ruangan khusus, Mengurangi
penggunaan kertas.
Dilihat dari manfaat & kelebihannya, tentu E resep lebih unggul dibanding dengan resep
konvensional. Tapi ada juga kekurangan dari E resep yaitu : Risiko malware dan error,
Dapat terjadi kesalahan dalam proses input atau edit data, Biaya yang mahal untuk
mengembangkan dan merawat sistem agar tetap baik, Sangat bergantung pada
ketersediaan sumber tenaga listrik
Kendala teknis yang dirasakan dokter antara lain jika jam sibuk jaringan intranet
menjadi lambat karena server yang belum memadai.
Untuk tantangan & hambatannya, E resep dapat terjadi kesalahan dalam sistem komputer
dan kesalahan pada penggunanya (human error).
Namun, kesalahan – kesalahan tersebut dapat diatasi dengan menerapkan
protokol untuk mencegah kesalahan pemberian resep yang baik. Kebijakan untuk
melakukan pengecekan obat kembali/double-check sebelum obat diberikan ke pasien
dengan prinsip “5 benar”, yaitu: pasien yang benar, obat yang benar, dosis yang benar,
rute pemberian obat yang benar, dan frekuensi serta durasi pemberian obat yang benar.
Proses error recovery terdiri dari 3 tahap, yaitu: deteksi, penjelasan, dan pembenaran.
Apoteker dan farmasi memegang peranan penting dalam menjalankan proses ini.
Pengembangan sistem resep elektronik yang baik, mulai dari server, jaringan rumah sakit,
hingga pengadaan personel terlatih untuk merawat sistem komputer rumah sakit akan
mengurangi risiko terjadi kesalahan secara lebih optimal.

2. Menurut kalian akankah resep konvensional akan hilang? Atau sebaliknya E resep akan
kembali ke resep seperti dulu. Jelaskan berdasarkan hasil reset atau penelitian!
Jawaban :
Menurut saya, resep konvensional akan hilang karena berdasarkan jurnal penelitian
dengan judul “Analisis Pelayanan Resep Konvensional & Elektronik serta
pengaruhnya terhadap kualitas pelayanan kefarmasian di RSUD M. Natsir Solok
Indonesia.”
Menerangkan bahwa berdasarkan hasil penelitian terdapat perbedaan waktu tunggu yang
bermakna antara peresepan elektronik dengan peresepan konvensional (E resep = 22,27
menit dan resep konvensional 41,64 menit), tidak terdapat perbedaan yang bermakna
dalam kesalahan pemberian obat antara peresepan elektronik dan peresepan konvensional
(E resep = 0% dan resep konvensional = 2,4%), terdapat perbedaan kepuasan pelanggan
yang bermakna antara peresepan elektronik dengan peresepan konvensional (E resep =
83, 34 dan resep konvensional = 74,04) dan terdapat perbedaan yang bermakna dalam
kesesuaian resep dengan formularium antara peresepan elektronik dan peresepan
konvensional (E resep 98,2% dan resep konvensional 86,2%) serta kualitas pelayanan
kefarmasian pada peresepan elektronik lebih baik dibandingkan dengan peresepan
konvensional karena peresepan elektronik terdapat tiga indikator kualitas pelayanan
kefarmasian yang sesuai dengan standar pelayanan minimal yaitu waktu tunggu 22 menit,
kesalahan pemberian obat 0% dan skor kepuasan pelanggan 83.
Menurut Kepmenkes RI Nomor 129 tahun 2008 tentang Standar Pelayanan Minimal di
Rumah Sakit, indikator standar pelayanan farmasi rumah sakit meliputi waktu tunggu
pelayanan obat jadi adalah ≤ 30 menit dan obat racikan adalah ≤ 60 menit, tidak adanya
kejadian kesalahan pemberian obat adalah 100%, kepuasan pelanggan adalah ≥ 80% dan
penulisan resep sesuai formularium adalah 100%. Berdasarkan indikator tersebut,
peresepan konvensional belum dapat memenuhi kualitas pelayanan kefarmasian yang
baik. Hal ini disebabkan karena kesulitan petugas membaca resep yang ditulis secara
manual menyebabkan waktu tunggu menjadi lebih lama dibandingkan peresepan
elektronik. Selain itu, pada peresepan konvensional terdapat kesalahan pemberian obat
akibat adanya penulisan dosis dan aturan pakai yang tidak sesuai dengan aturan
pemberian obat sedangkan pada peresepan elektronik tidak terdapat kesalahan pemberian
obat disebabkan karena semua pilihan nama obat, dosis dan aturan pakai telah di sediakan
dalam menu penulisan resep sehingga dapat mencegah
kesalahan pemberian obat.
Jadi, dapat diambil kesimpulan bahwa seiring dengan berkembangnya zaman resep
konvensional akan tergantikan dengan E resep (resep elektronik) dilihat dari perbedaan
kualitas kedua peresepan tersebut. Atau bahkan resep konvensional akan hilang.

Anda mungkin juga menyukai