Anda di halaman 1dari 3

Praktikum Mikrobiologi

SOAL PEMBUATAN MEDIUM NA DAN PDA

1. Apakah perbedaan dari pembuatan medium NA dengan PDA?


Jawaban =
Nutrient Agar (NA) adalah salah satu contoh media yang sering digunakan untuk
menumbuhkan dan mengembangbiakkan bakteri. Sementara itu, Potato Dextrose
Agar (PDA) merupakan media yang sering digunakan untuk menumbuhkan dan
mengembangbiakkan yeast dan kapang. Nutrient Agar (NA) merupakan media
biakan yang dibuat dari ekstrak beef, pepton, dan agar, sedangkan Potato
Dextrose Agar (PDA) dibuat dari kentang dan agar.

2. Sebutkan beberapa spesies yang pengunjiannya menggunakan medium NA atau


PDA (Sumber cari dijurnal 3 tahun terakhir)
Jawaban=

3. Seberapa penting pembuatan medium untuk proses kultur?tuliskan alasannya.


Jawaban =
Media tumbuh kultur jaringan memang terlihat sederhana. Namun, sesungguhnya,
faktor terbesar yang mempengaruhi keberhasilan kultur jaringan adalah penyiapan
media yang komposisi dan sifatnya yang benar. Oleh karena itu, pada level
laboratorium tertentu, standarisasi penyiapan media tumbuh sangat diperhatikan.

Setiap praktisi kultur jaringan, pasti pernah menyiapkan media tumbuh. Sebagian
dari mereka bahkan selalu terlibat untuk memastikan “kebenaran” media yang
digunakannya. Media tumbuh kultur jaringan memang terlihat sederhana. Namun,
sesungguhnya, faktor terbesar yang mempengaruhi keberhasilan kultur jaringan
adalah penyiapan media yang komposisi  dan sifatnya yang benar. Oleh karena
itu, pada level laboratorium tertentu, standarisasi penyiapan media tumbuh sangat
diperhatikan.

Tentu banyak faktor yang menentukan “kebenaran” media tumbuh itu.  Salah
satunya adalah pemanasan media sebelum pengukuran pH media. Perlukah
pemanasan media kultur jaringan sebelum pengukuran pH. Ternyata penting
sekali. Saya membuat disain observasi untuk memastikan pH media yang saya
gunakan di laboratorium kami di Balitjestro.

Delapan macam media dasar digunakan seperti ditunjukkan oleh tabel, mengikuti
aturan konsentrasi yang ditentukan oleh produsen dan publikasi. Media dasar
tersebut diperkaya oleh 30 g/L gula, 100 mg/L myo-inositol tanpa zat pengatur
tumbuh dilarutkan di dalam aquades dengan pH 5.8. Pengukuran pH dilakukan
tanpa agar di dalam komposisi media yang diamati.

Larutan media dicampurkan dari stok (yang disiapkan secara langsung) dan
volume ditetapkan sesuai konsentrasi. pH media diukur sebelum dipanaskan
(pH0) kemudian sebagian media dipanaskan hingga mendidih selama 1-2 menit,
sementara lainnya tanpa pemanasan. Semua media diatur memiliki pH 5.6 (pHs)
sebagai pH standar menggunakan pH meter elektronik. Setiap pengukuran
dilakukan menurut standarisasi pengukuran pH larutan. Setelah pH meter
menunjukkan angka yang tetap masih dibiarkan selama 2 menit untuk
memastikan nilai pH media yang diperoleh. Setelah proses autoclave, media yang
Praktikum Mikrobiologi

dingin kembali diukur untuk mengetahui pH media terkini yaitu media tanpa
pemanasan (pHtd) dan yang dididihkan selama 1-2 menit (phd).

Hasilnya dapat dilihat pada tabel. Pemanasan ternyata benar-benar mempengaruhi


nilai pH media setelah sterilisasi basah menggunakan autoclave elektrik. Setiap
jenis media dasar memiliki pH yang berbeda. Ini tentu akibat komposisi nutrisi
“elemen makro-mikro’ dominan yang berbeda. Penyiapan media tanpa
pemanasan sebelum pengukuran pH menyebabkan penurunan pH media yang
signifikan besarnya. Media MS yang paling banyak digunakan, mengalami
pengurangan pH (D) sebanyak 0.34 dari pH yang ditetapkan sebesar 5.6 pada saat
penyiapan media. Hal yang sama terjadi pada 7 media lainnya. Penurunan pH
tertinggi dijumpai pada media Nitsch yaitu 0.59.

Penurunan pH (D) lebih rendah dijumpai pada media yang dipanaskan sebelum
pengukuran pH. Pada table 2 dapat kita lihat bahwa penurunan hanya berkisar
antara 0.12 sd 0.37. Observasi dasar ini memberi wawasan akan pentingnya
pengetahuan kimia dasar dalam menyiapkan media kultur jaringan. Kelarutan
bahan kimia akan lebih tinggi dengan bantuan pemanasan. Keseimbangan reaksi
yang terjadi akan mempengaruhi ketersediaan ion penyumbang sifat asam dan
basa di dalam media. Keberhasilan menumbuhkan sel/organ dipengaruhi kuat
oleh pH media. Kehati-hatian dalam menyiapkan media mengurangi resiko
pertumbuhan sel/organ yang buruk, bukan karena salah komposisi tetapi oleh
pengelolaan pH media yang tidak benar. (Dita AGISIMANTO, Laboratorium
Kultur Jaringan-Kelti Pemuliaan).

4. Bagaimana komposisi yang baik untuk pembuatan medium agar!


Jawaban :

Memformulasikan suatu medium atau bahan yang akan digunakan untuk


menumbuhkan mikroorganisme didalamnya harus memperhatikan berbagai
macam ketentuan seperti jika yang ingin kita membuat medium untuk organisme
bersel tunggal, biasanya, air sangat penting sebagai komponen utama
protoplasmanya serta untuk masuknya nutrien kedalam sel. Pembuatan medium
agar padat, digunakan agar-agar, gelatin atau gel (silika) agar merupakan media
tumbuh yang ideal yang diperkenalkan melalui metode bakteriaologikal.

Menurut (Frobisher 1974) mikrobia dapat tumbuh dengan baik jika dalam
suatu media tersebut memenuhi syarat-syarat antaralain sebagai berikut:
a) Harus mengandung semua zat hara yang mudah digunakan oleh mikroba.
b) Harus mempunyai tekanan osmosa, tegangan permukaan, dan PH yang
sesuai dengan kebutuhan mikroba yang ditumbuhkan.
c) Tidak mengandung zat-zat yang dapat menghambat pertumbuhan
mikroba.
d) Harus berada dalam kondisi seteril sebelum digunakan, agar mikroba yang
diinginkan dapat tumbuh baik.
Praktikum Mikrobiologi

5. Berikan 2 contoh video pembuatan medium selain menggunakan NA dan PDA


jelaskan spesifikasinya.
Jawaban=

Anda mungkin juga menyukai