Anda di halaman 1dari 11

CASE BASED DISCUSSION 2

Pembimbing:
dr. Nimim Putri Zahara, Sp.THT-KL
Anggota Kelompok 4.2:
● Fatah Jati Pamungkas ● Farah Dilla Yahya
● Cindy Savira ● Ika Nur Annnisa
● Selvira Pratiwi ● Maya Azizatin
● Muhammad Rihan Ode ● Ica Anindya Pangestika
● Ramadhan Esa Pradana ● Octavian Eka Kusuma
● Rahma Mulyani
● Hendriyani Putri Heranto
● Helina
● Novita Ayu Puspita A.
● Puja Putri Dewi Pati

INTERPROFESIONAL EDUCATION (IPE)


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2022
SKENARIO

Pasien laki-laki usia 50 tahun datang untuk kontrol rutin diabetes mellitus. Setelah
anamnesis dan pemeriksaan fisik, dokter spesialis menuliskan resep obat di rekam
medis tanpa menulis jumlah obat dan meminta dokter muda menyalin resep ke
kertas resep. Dokter muda menuliskan resep dengan jumlah obat sebanyak 10
sesuai dengan buku catatan obat pada kunjungan terakhir tanpa mengkonfirmasi
kembali pada dokter spesialis karena saat itu antrian pasien sedang sangat ramai.
Setelah resep sampai ke apotek, apoteker mendatangi dokter dan menanyakan
jumlah dari obat yang akan diresepkan karena biasanya pasien kontrol rutin
diresepkan obat sebanyak 30 (untuk 30 hari). Perawat poli juga meminta maaf
karena lupa untuk memeriksa ulang sebelum menyerahkan resep kepada pasien.
1. PENEGAKAN DIAGNOSIS/ RUMUSAN MASALAH

1. Apa masalah yang terjadi pada kasus tersebut?

Di kasus tersebut terjadi konflik pada beberapa domain Interprofesional:


● Komunikasi: komunikasi antar profesi tidak terjadi dengan baik, yaitu dokter
muda tidak melakukan konfirmasi kembali kepada dokter spesialis setelah
melakukan penulisan resep.
● Teamwork & peran-tanggung jawab: kerjasama antara dokter dan perawat
tidak berlangsung dengan baik karena perawat poli lupa untuk memeriksa
ulang resep yang ditulis sebelum menyerahkan resep kepada pasien.
2. Apakah akibat yang terjadi pada pasien jika terjadi kesalahan penulisan resep
obat ?

Kesalahan penulisan resep dapat menimbulkan efek berupa pemberian dosis


yang salah. Jika dosis obat yang diberikan terlalu kecil, pasien mungkin akan
mengalami proses penyembuhan yang lebih lama dari seharusnya atau bahkan
tidak memberikan efek terapi sama sekali. Sebaliknya, jika dosis yang diberikan
terlalu besar akan membuat pasien cepat mengalami efek samping atau bahkan
sampai mengalami efek toxic obat yang bisa menimbulkan kerusakan organ.
2. Identifikasi kemungkinan penyebab masalah kolaborasi

Domain: Peran dan Tanggung Jawab

Dokter: Sebagai yang bertanggungjawab memberikan terapi, dokter kurang teliti dalam menuliskan resep yang
seharusnya sesuai dengan kaidah penulisan resep dan terkesan ceroboh karena terburu-buru dan tidak melakukan
pengecekan ulang sebelum menyerahkan resep kepada perawat

NERS:

Apoteker: Resep yang diberikan perawat terdapat perubahan jumlah obat yang diberikan. Penulis resep dalam
kertas resep dilakukan oleh dokter muda. Resep yang diterima dilakukan pengkajian resep untuk menjamin
kesesuaian resep. Dalam mencegah kesalahan pemberian jumlah obat maka Apoteker sebagai petugas pelayan
sediaan farmasi / obat ke pasien melakukan konfirmasi ulang ke pasien dan atau dokter penulis resep terkait resep
yang diterima.
2. Identifikasi kemungkinan penyebab masalah kolaborasi

Domain: Komunikasi

Dokter: Komunikasi sangat dibutuhkan dalam tercapai pemberian pelayanan kesehatan yang maksimal
dan menghindari terjadinya medical error, seorang dokter alangkah baiknya menanyakan kembali nama
pasien jumlah dosis, aturan pakai, kepada perawat sebagai bentuk konfirmasi dalam penulisan resep.

NERS:

Apoteker: Hasil pengkajian resep didapatkan terdapat penulisan resep yang tidak sesuai dari identifikasi
jumlah item obat. Tindakan komunikasi perlu ditingkatkan dengan Apoteker melakukan konfirmasi
kepada pasien dan atau tenaga kesehatan lainnya untuk menghindari terjadinya medical error.
3. Usulan solusi/tata laksana masalah kolaborasi → kesalahan penulisan resep

• Saat bekerjasama dengan dokter, apoteker dapat memberikan saran untuk obat yang akan diberikan
kepada pasien sehingga pasien akan lebih mendapat hasil yang nyata dengan adanya kolaborasi
antar profesi.
• Dokter merupakan tenaga kesehatan yang penting untuk mencapai tujuan pelayanan farmasi klinik. Layanan
perawatan apotek memerlukan persetujuan dari dokter.
• Oleh karena itu, apoteker dan dokter harus dapat berkolaborasi untuk mencapai tujuan tersebut.
• Disini pentingnya komunikasi yang merupakan salah satu elemen yang paling penting dalam
kolaborasi interprofesional.
• Dengan adanya komunikasi dan kolaborasi antar tim tenaga Kesehatan, pelayanan perawatan pasien
akan lebih terjamin sehingga pasien merasa puas dan kualitas pelayanan pun dapat meningkat

Nasir BB, Gezahegn GT, Muhammed OS. Degree of physician-pharmacist collaboration and influencing factors in a teaching specialized hospital in Ethiopia. J Interprof Care. 2021 May-Jun;35(3):361-367. doi: 10.1080/13561820.2020.1777953.
Kurniasih, D,dkk . Peran Apoteker dalam Kolaborasi Interprofesi: Studi Literatur Majalah Farmaseutik..2022.18(1):72-80
Nur, H. A., & Santoso, A. (2018). Komunikasi Interprofesional Dalam Peningkatan Keselamatan Pasien: Systematic Review. Jurnal Kepemimpinan Dan Manajemen Keperawatan, 1(1), 28–34. https://doi.org/10.32584/jkmk.v1i1.77
3. Usulan solusi/tata laksana masalah kolaborasi →
kesalahan penulisan resep
1. Dibutuhkan pembagian peran yang jelas pada setiap profesi. dengan melalui
kesepakatan dalam kelompok, perlu ditetapkan peran dan tugas masing-masing profesi
yang jelas dalam kerjasama antarprofesi ini. → sehingga dalam hal ini tidak ada yang
saling menyalahkan ataupun merasa bersalah, dan masing masing harus merefleksi
diri dan mendalami peran nya.
2. sehingga dokter sebagai dokter supervisor tetap harus meng crosscheck ulang
penulisan resep dokter muda walaupun pasien ramai, agar tidak terjadi kesalahan
dosis.
3. Apoteker tetap harus melakukan konfirmasi setiap terjadi kesalahan penulisan resep
atau obat yang tidak sesuai sediaan maupun dosis agar tetap meminimalisir
prescribing error dengan baik.

Poltekkes Kemenkes Surabaya. 2020. Modul Pembelajaran Interprofessional Education (IPE). Surabaya: Poltekkes Kemenkes Surabaya.
3. Usulan solusi/tata laksana masalah kolaborasi → kesalahan penulisan resep

Dokter tetap mengkomunikasikan kepada pasien mengenai dosis obat dan


sediaan yang diberikan serta berapa lama mengonsumsi obatnya sebagai bagian
dari patient centered care → agar jika kemudian terjadi kesalahan dosis pasien
dapat mengkonfirmasi kepada apoteker langsung pada tahap penyerahan obat ke
pasien

Poltekkes Kemenkes Surabaya. 2020. Modul Pembelajaran Interprofessional Education (IPE).


Surabaya: Poltekkes Kemenkes Surabaya.
3. Usulan solusi/tata laksana masalah kolaborasi →
menggunakan sistem e prescribing
1. Sistem peresepan elektronik (e-prescribing) adalah suatu sistem peresepan dengan
menggunakan perangkat lunak yang didesain untuk mempermudah dalam pelayanan
peresepan obat
2. Penggunaan e- prescribing diharapkan dapat menggantikan resep manual, resep yang
dicetak dengan komputer dan computer faxed prescription.
3. E- prescribing mempunyai beberapa keunggulan dibanding dengan peresepan manual, di
antaranya dapat mencegah terjadinya risiko salah membaca resep, dapat memberikan
dosis obat yang tepat, input data lebih cepat, lebih hemat dalam penggunaan kertas dan
lebih praktis. Pada peresepan manual,
4. pencatatan dilakukan secara manual dan memerlukan waktu yang lebih lama dibandingkan
dengan e-prescribing → sehingga jika pasien ramai memungkinkan terjadinya peningkatan
human error

Sabila, F.C., Oktarlina, R.Z. and Utami, N., 2018. Peresepan Elektronik (E-Prescribing) Dalam Menurunkan Kesalahan
Penulisan Resep. Jurnal Majority, 7(3), pp.271-275.
4. Rencana tindak lanjut
1. Memperbaiki pola komunikasi antar tenaga kesehatan sehingga dapat melakukan
komunikasi yang efektif → mengingatkan satu sama lain jika terjadi kesalahan
penulisan resep sebelum obat tersebut sampai di tangan pasien.
2. Memperdalam keilmuan masing-masing tenaga kesehatan (terutama dokter yang
menulis resep) mengenai aturan baku penulisan resep dan dosis-dosis obat.
3. Mengajukan perubahan sistem penulisan resep kepada pihak manajemen rumah
sakit dari sistem manual menjadi sistem elektronik yang terintegrasi (e-resep).
4. Dalam pemberian obat memperhatikan lima tepat (five rights) yang terdiri atas
tepat pasien (right client), tepat obat (right drug), tepat dosis (right dose),tepat
waktu (right time), dan tepat rate (right rute).

Anda mungkin juga menyukai