Pembimbing:
dr. Nimim Putri Zahara, Sp.THT-KL
Anggota Kelompok 4.2:
● Fatah Jati Pamungkas ● Farah Dilla Yahya
● Cindy Savira ● Ika Nur Annnisa
● Selvira Pratiwi ● Maya Azizatin
● Muhammad Rihan Ode ● Ica Anindya Pangestika
● Ramadhan Esa Pradana ● Octavian Eka Kusuma
● Rahma Mulyani
● Hendriyani Putri Heranto
● Helina
● Novita Ayu Puspita A.
● Puja Putri Dewi Pati
Pasien laki-laki usia 50 tahun datang untuk kontrol rutin diabetes mellitus. Setelah
anamnesis dan pemeriksaan fisik, dokter spesialis menuliskan resep obat di rekam
medis tanpa menulis jumlah obat dan meminta dokter muda menyalin resep ke
kertas resep. Dokter muda menuliskan resep dengan jumlah obat sebanyak 10
sesuai dengan buku catatan obat pada kunjungan terakhir tanpa mengkonfirmasi
kembali pada dokter spesialis karena saat itu antrian pasien sedang sangat ramai.
Setelah resep sampai ke apotek, apoteker mendatangi dokter dan menanyakan
jumlah dari obat yang akan diresepkan karena biasanya pasien kontrol rutin
diresepkan obat sebanyak 30 (untuk 30 hari). Perawat poli juga meminta maaf
karena lupa untuk memeriksa ulang sebelum menyerahkan resep kepada pasien.
1. PENEGAKAN DIAGNOSIS/ RUMUSAN MASALAH
Dokter: Sebagai yang bertanggungjawab memberikan terapi, dokter kurang teliti dalam menuliskan resep yang
seharusnya sesuai dengan kaidah penulisan resep dan terkesan ceroboh karena terburu-buru dan tidak melakukan
pengecekan ulang sebelum menyerahkan resep kepada perawat
NERS:
Apoteker: Resep yang diberikan perawat terdapat perubahan jumlah obat yang diberikan. Penulis resep dalam
kertas resep dilakukan oleh dokter muda. Resep yang diterima dilakukan pengkajian resep untuk menjamin
kesesuaian resep. Dalam mencegah kesalahan pemberian jumlah obat maka Apoteker sebagai petugas pelayan
sediaan farmasi / obat ke pasien melakukan konfirmasi ulang ke pasien dan atau dokter penulis resep terkait resep
yang diterima.
2. Identifikasi kemungkinan penyebab masalah kolaborasi
Domain: Komunikasi
Dokter: Komunikasi sangat dibutuhkan dalam tercapai pemberian pelayanan kesehatan yang maksimal
dan menghindari terjadinya medical error, seorang dokter alangkah baiknya menanyakan kembali nama
pasien jumlah dosis, aturan pakai, kepada perawat sebagai bentuk konfirmasi dalam penulisan resep.
NERS:
Apoteker: Hasil pengkajian resep didapatkan terdapat penulisan resep yang tidak sesuai dari identifikasi
jumlah item obat. Tindakan komunikasi perlu ditingkatkan dengan Apoteker melakukan konfirmasi
kepada pasien dan atau tenaga kesehatan lainnya untuk menghindari terjadinya medical error.
3. Usulan solusi/tata laksana masalah kolaborasi → kesalahan penulisan resep
• Saat bekerjasama dengan dokter, apoteker dapat memberikan saran untuk obat yang akan diberikan
kepada pasien sehingga pasien akan lebih mendapat hasil yang nyata dengan adanya kolaborasi
antar profesi.
• Dokter merupakan tenaga kesehatan yang penting untuk mencapai tujuan pelayanan farmasi klinik. Layanan
perawatan apotek memerlukan persetujuan dari dokter.
• Oleh karena itu, apoteker dan dokter harus dapat berkolaborasi untuk mencapai tujuan tersebut.
• Disini pentingnya komunikasi yang merupakan salah satu elemen yang paling penting dalam
kolaborasi interprofesional.
• Dengan adanya komunikasi dan kolaborasi antar tim tenaga Kesehatan, pelayanan perawatan pasien
akan lebih terjamin sehingga pasien merasa puas dan kualitas pelayanan pun dapat meningkat
Nasir BB, Gezahegn GT, Muhammed OS. Degree of physician-pharmacist collaboration and influencing factors in a teaching specialized hospital in Ethiopia. J Interprof Care. 2021 May-Jun;35(3):361-367. doi: 10.1080/13561820.2020.1777953.
Kurniasih, D,dkk . Peran Apoteker dalam Kolaborasi Interprofesi: Studi Literatur Majalah Farmaseutik..2022.18(1):72-80
Nur, H. A., & Santoso, A. (2018). Komunikasi Interprofesional Dalam Peningkatan Keselamatan Pasien: Systematic Review. Jurnal Kepemimpinan Dan Manajemen Keperawatan, 1(1), 28–34. https://doi.org/10.32584/jkmk.v1i1.77
3. Usulan solusi/tata laksana masalah kolaborasi →
kesalahan penulisan resep
1. Dibutuhkan pembagian peran yang jelas pada setiap profesi. dengan melalui
kesepakatan dalam kelompok, perlu ditetapkan peran dan tugas masing-masing profesi
yang jelas dalam kerjasama antarprofesi ini. → sehingga dalam hal ini tidak ada yang
saling menyalahkan ataupun merasa bersalah, dan masing masing harus merefleksi
diri dan mendalami peran nya.
2. sehingga dokter sebagai dokter supervisor tetap harus meng crosscheck ulang
penulisan resep dokter muda walaupun pasien ramai, agar tidak terjadi kesalahan
dosis.
3. Apoteker tetap harus melakukan konfirmasi setiap terjadi kesalahan penulisan resep
atau obat yang tidak sesuai sediaan maupun dosis agar tetap meminimalisir
prescribing error dengan baik.
Poltekkes Kemenkes Surabaya. 2020. Modul Pembelajaran Interprofessional Education (IPE). Surabaya: Poltekkes Kemenkes Surabaya.
3. Usulan solusi/tata laksana masalah kolaborasi → kesalahan penulisan resep
Sabila, F.C., Oktarlina, R.Z. and Utami, N., 2018. Peresepan Elektronik (E-Prescribing) Dalam Menurunkan Kesalahan
Penulisan Resep. Jurnal Majority, 7(3), pp.271-275.
4. Rencana tindak lanjut
1. Memperbaiki pola komunikasi antar tenaga kesehatan sehingga dapat melakukan
komunikasi yang efektif → mengingatkan satu sama lain jika terjadi kesalahan
penulisan resep sebelum obat tersebut sampai di tangan pasien.
2. Memperdalam keilmuan masing-masing tenaga kesehatan (terutama dokter yang
menulis resep) mengenai aturan baku penulisan resep dan dosis-dosis obat.
3. Mengajukan perubahan sistem penulisan resep kepada pihak manajemen rumah
sakit dari sistem manual menjadi sistem elektronik yang terintegrasi (e-resep).
4. Dalam pemberian obat memperhatikan lima tepat (five rights) yang terdiri atas
tepat pasien (right client), tepat obat (right drug), tepat dosis (right dose),tepat
waktu (right time), dan tepat rate (right rute).