BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
LAPORAN KASUS
Umur : 7 hari
Agama : Islam
Pekerjaan :-
Suku : Minang
2.2 ANAMNESA
Telaah :
Pasien datang ke IGD Rumah Sakit Umum Daerah Padang Pariaman dengan keluhan
bayi kuning dan demam sejak 2 hari yang lalu serta tidak mau menyusu. Bayi kuning sampai ke
wajah dan seluruh tubuh. BBL: 2800 gram, PB: 48 cm, BB saat ini: 2.500 gram, lingkar kepala:
29 cm, jenis kelamin: perempuan. BAK dan mekonium dalam batas normal.
Riwayat Persalinan :
Bayi lahir dibidan dengan persalinan spotan pervaginam. Bayi merupakan anak pertama. Bayi
lahir cukup bulan, kelainan (-), tali pusar kemerahan, plasenta komplit. Riwayat penyakit ibu saat
LAPORAN KASUS | NEONATORUM HIPERBILIRUBINEMIA 3
hamil (-), riwayat konsumsi obat-obatan selama hamil (-). Penyulit selama persalinan(-), ketuban
pecah dini (-), warna ketuban jernih, mekonium (-)
Tidak Ada
Tidak Ada
KEADAAN UMUM
KEADAAN GIZI
Refleks Fisiologis:
KEPALA LEHER
Inspeksi Inspeksi
Normocephali, ubun-ubun besar masih KGB : Tidak ada pembesaran
terbuka, tidak ada penonjolan Posisi trakea : Midline
Rambut :Hitam, Distribusi merata,
tidak mudah dicabut
Wajah : kuning
Bulu mata : Tidak ada kelainan
Mata : Anemis (-/-), ikterik (+/+)
Hidung : Nafas cuping hidung (-),
sekret(-), deviasi septum(-)
Bibir : Sianosis (-),
labiopalatognatoschizis (-)
Lidah : Tidak ada kelainan
THORAX
THORAX DEPAN THORAX BELAKANG
Inspeksi Inspeksi
Paru Paru
- Bentuk : Simetris, retraksi - Bentuk : Simetris
dada(-)
- Otot bantu nafas : Tidak ada Perkusi
Paru : tidak dilakukan pemeriksaan
Palpasi
Paru: Tidak dilakukan pemeriksaan
Jantung : ictus cordis tidak teraba
Perkusi
LAPORAN KASUS | NEONATORUM HIPERBILIRUBINEMIA 5
ABDOMEN GENITALIA
Inspeksi Tidak ada kelainan
Simetris(+), Distensi(-)
Palpasi Anus: Ada
Distensi(-),
- Hepar : Tidak teraba
- Lien : Tidak teraba
Perkusi :Tympani (+)
Auskultasi : Peristaltik Usus (+) normal
EKSTREMITAS
Ekstremitas Atas Ekstremitas Bawah
- Bengkak : Tidak ada - Bengkak :Tidak ada
- Merah : Tidak ada - Merah : Tidak ada
- Pucat : Tidak ada - Pucat :Tidak ada
- Kuning : ada - Kuning : Ada
LAPORAN KASUS | NEONATORUM HIPERBILIRUBINEMIA 6
2.7 PENATALAKSAAN
Non Farmakologis :
- Fototherapy intensive
- Pasang OGT
Farmakologis :
Follow Up harian
Tanggal S O A P
11/11/ - Demam (-) - Sens: CM Neonatus Non Farmakologis :
2018 - Kuning (+) - HR: 140x/i Hiperbilirubi - Fototherapy intensive
seluruh badan - RR: 42x/i nemia + - Pasang OGT
- Daya hisap - Temp: 36,8°C sepsis Farmakologis :
lemah - ASI 12 x 35 cc/sonde
- IVFD NS 20 gtt/i
(mikro)
- Paracetamol drops 4 x
0,3 cc
- Inj. Ampicillin 2 x 140
mg
- Inj. Gentamicin 1 x 14
mg
12/10/ - Demam (-) - Sens: CM Neonatus Non Farmakologis :
2018 - Kuning - HR: 152x/i Hiperbilirubi - Fototherapy intensive
berkurang - RR: 42x/i nemia + - Pasang OGT
- Daya hisap - Temp: 37,0°C sepsis Farmakologis :
masih lemah - ASI 8x45 cc/sonde
- IVFD NS 20 gtt/i
Hasil lab : (mikro)
Hemaglobin : 15.0 - Paracetamol drops 4 x
Haematokrit : 46,0% 0,3 cc
Trombosit : 69.000 - Inj. Ampicillin 2 x 140
mg
Inj. Gentamicin 1 x 14 mg
LAPORAN KASUS | NEONATORUM HIPERBILIRUBINEMIA 8
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
2. Ikterus Patologi
Ikterus patologis adalah ikterus yang mempunyai dasar patologis atau kadar bilirubin
mencapai suatu nilai yang disebut hiperbilirubinemia. Adapun tanda-tandanya sebagai
berikut :
a. Ikterus terjadi dalam 24 jam pertama.
b. Kadar bilirubin melebihi 10 mg% pada neonatus cukup bulan atau melebihi 12,5%
pada neonatus kurang bulan.
c. Pengangkatan bilirubin lebih dari 5 mg% per hari.
d. Ikterus menetap sesudah 2 minggu pertama.
e. Kadar bilirubin direk melebihi 1 mg%.
f. Mempunyai hubungan dengan proses hemolitik (defisiensi G6PD) (Arief ZR,
2009. hlm. 29)
Waktu timbulnya ikterus mempunyai arti penting pula dalam diagnosis dan
penatalaksanaan penderita karena saat timbulnya ikterus mempunyai kaitan erat dengan
kemungkinan penyebab ikterus tersebut(Etika et al, 2006).
3. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan serum bilirubin(direk dan indirek) harus dilakukan pada neonatus
yang mengalami ikterus.
Terutama pada bayi yang tampak sakit atau bayi bayi yang tergolong resiko
tingggi terserang hiperbilirubinemia berat. Pemeriksaan tambahan yang sering
dilakukan untuk evaluasi menentukan penyebab ikterus antara lain adalah golongan
darah dan ‘Coombs test’, darah lengkap dan hapusan darah, hitung retikulosit,
skrining G6PD dan bilirubin direk. Pemeriksaan serum bilirubin total harus diulang
setiap 4-24 jam tergantung usia bayi dan tingginya kadar bilirubin. Kadar serum
albumin juga harus diukur untuk menentukan pilihan terapi sinar atau transfusi
LAPORAN KASUS | NEONATORUM HIPERBILIRUBINEMIA 15
3.7 PENATALAKSANAAN
Pada dasarnya, pengendalian bilirubin adalah seperti berikut:
a) Stimulasi proses konjugasi bilirubin menggunakan fenobarbital. Obat ini kerjanya
lambat, sehingga hanya bermanfaat apabila kadar bilirubinnya rendah dan ikterus yang
terjadi bukan disebabkan oleh proses hemolitik. Fenobarbital dapat menstimulasi hati
untuk menghasilkan enzim yang meningkatkan konjugasi bilirubin dan mengeksresinya.
Obat ini sudah jarang dipakai lagi.
c) Memberi terapi sinar hingga bilirubin diubah menjadi isomer foto yang tidak toksik dan
mudah dikeluarkan dari tubuh karena mudah larut dalam air dan dapat dikeluarkan
melalui urin dan feses. Foto terapi diberika jika bilirubin indirek >10 mg/dl.
g) Menyusui bayi dengan ASI. Bilirubin juga dapat dipecah jika bayi mengeluarkan feses
dan urin. Untuk itu bayi harus mendapatkan cukup ASI. Akan tetapi, pemberian ASI juga
harus dibawah pengawasan dokterkarena beberapa kasus, ASI justru meningkatkan kadar
bilirubin bayi (Breast Milk Jaundice). Kejadian ini biasanya muncul di minggu pertama
dan kedua setelah bayi lahir dan berakhir di minggu ke-3.
h) Terapi dengan sinar matahari hanya merupakan terapi tambahan. Biasanya dianjurkan
setelah bayi selesai dirawat di RS. Caranya, bayi dijemur selama setengah jam dengan
posisi berbeda-beda, misalnya seperempat jam telentang, lalu seperempat jam telungkup.
Pukul 07.00 sampai 09.00 pagi merupakan waktu ketika sinar matahari efektif
mengurangi kadar bilirubin.
Terapi sinar pada ikterus bayi baru lahir yang di rawat di rumah sakit.
Dalam perawatan bayi dengan terapi sinar,yang perlu diperhatikan sebagai
berikut:
1) Diusahakan bagian tubuh bayi yang terkena sinar dapat seluas mungkin dengan
membuka pakaian bayi.
2) Kedua mata dan kemaluan harus ditutup dengan penutup yang dapat memantulkan
cahaya agar tidak membahayakan retina mata dan sel reproduksi bayi.
3) Bayi diletakkan 8 inci di bawah sinar lampu. Jarak ini dianggap jarak yang terbaik
untuk mendapatkan energi yang optimal.
4) Posisi bayi sebaiknya diubah-ubah setiap 18 jam agar bagian tubuh bayi yang terkena
cahaya dapat menyeluruh.
LAPORAN KASUS | NEONATORUM HIPERBILIRUBINEMIA 17
5) Suhu bayi diukur secara berkala setiap 4-6 jam. 6) Kadar bilirubin bayi diukur
sekurang-kurangnya tiap 24 jam.
6) Kadar bilirubin bayi diukur sekurang-kurangnya tiap 24 jam.
7) Hemoglobin harus diperiksa secara berkala terutama pada bayi dengan hemolisis.
3.8 KOMPLIKASI
Terjadi kernikterus yaitu kerusakan otak akibat perlengketan bilirubin indirek pada
otak. Pada kern ikterus, gejala klinis pada permulaan tidak jelas antara lain: bayi tidak
mau menghisap, letargi, mata berputar-putar, gerakan tidak menentu, kejang tonus otot
meninggi, leher kaku dan akhirnya opistotonus. Bayi yang selamat biasanya menderita
gejala sisa berupa paralysis serebral dengan atetosis, gangguan pendengaran, paralysis
sebagian otot mata dan dysplasia dentalis.
LAPORAN KASUS | NEONATORUM HIPERBILIRUBINEMIA 18
BAB IV
PEMBAHASAN
Teori Kasus
Gambaran klinik neonatorum Dari hasil uraian diatas, kami menemukan
hiperbilirubinemia: beberapa gejala atau gambaran klinis dari os
Ikterus patologis: yang menjurus ke neonatorum
a) Timbul pada umur <24 jam hiperbilirubinemia.
b) Cepat berkembang
c) Bisa disertai anemia Beberapa gejala tersebut antara lain :
d) Menghilang lebih dari 2 minggu - seluruh badan kuning hingga ke wajah .
e) Ada faktor resiko
f) Dasar: proses patologis Pada pemeriksaan fisik dijumpai :
Ikterus fisiologi: Seluruh badan kuning hingga ke wajah
a) Tampak pada hari 2,3,4
b) Bayi tampak sehat(normal) Pada pemeriksaan laboratorium dijumpai
c) Kadar bilirubin total peningkatan nilai bilirubin total : 33 mg/dl.
d) Menghilang paling lambat 10-14 hari
e) Tak ada faktor resiko Kasus ini termasuk ikterik patologis karena
f)Sebab: proses fisiologis(berlangsung nilai kadar bilirubin >10 mg/dl
dalam kondisi fisiologis
Terapi yang diberikan pada kasus ini yaitu:
laboratorium ikterus patologis: Non Farmakologis :
a. Kadar bilirubin melebihi 10 mg% pada - Fototherapy intensive
neonatus cukup bulan atau melebihi 12,5% - Pasang OGT
pada neonatus kurang bulan.
b. Pengangkatan bilirubin lebih dari 5 mg% Farmakologis :
per hari. - ASI 8x45 cc/sonde
c. Ikterus menetap sesudah 2 minggu - IVFD NS 20 gtt/i (mikro)
pertama. - Paracetamol drops 4 x 0,3 cc
d. Kadar bilirubin direk melebihi 1 mg%. - Inj. Ampicillin 2 x 140 mg
LAPORAN KASUS | NEONATORUM HIPERBILIRUBINEMIA 19
PENATALAKSANAAN
1. Foto terapi
2. Transfusi pengganti
3. Terapi obat
4. Menyusui bayi dengan ASI.
5. Terapi sinar matahari
LAPORAN KASUS | NEONATORUM HIPERBILIRUBINEMIA 20
BAB V
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
2. Stell BJ. The-High Risk Infant. Nelson Textbook of Pediatrics 19th edition. Dalam
Kliegman RM, editor. Philadelphia, USA: Saunders 2011.
3. IDAI. Buku Ajar Neonatologi Edisi Pertama. Jakarta: Badan Penerbit IDAI; 2010
5. Rennie MJ, Roberton NRC. A manual of neonatal intensive care; edisi ke-4.
London:Arnold, 2002; 62-88.
6. Aurora S, Snyder EY. Perinatal asphyxia. Dalam : Cloherty JP, Stark AR, eds. Manualof
neonatal care; edisi ke-5. Boston : Lippincott Williams & Wilkins, 2004; 536-54.
8. Prawirohartono EP, Sunarto (ed), Ikterus dalam Pedoman Tata Laksana Medik Anak
RSUP.Dr. Sardjito, Edisi 2, Cetakan 2, Medika FK UGM, Yogyakarta 2000, hal 37-43.