Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Judul Percobaan
Uji Biokimia terhadap Bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli
B. Latar Belakang
Bakteri merupakan organisme yang paling banyak jumlahnya dan
lebih tersebar luas dibandingkan mahluk hidup yang lain. Bakteri memiliki
ratusan ribu spesies yang hidup di darat hingga lautan dan pada tempat-
tempat yang ekstrim. Bakteri ada yang menguntungkan tetapi ada pula
yang merugikan. Salah satu ciri bakteri adalah melakukan metabolisme
pada dirinya sendiri, metabolisme pada suatu bakteri bertujuan
memperoleh suatu energi atau untuk kebutuhan hidupnya (Champbell,
2005).
Aktivitas kimiawi sel yang dilakukan oleh bakteri sangatlah rumit.
Pada dasarnya aktivitas kimiawi sel bakteri seperti metabolisme dilakukan
dengan bantuan katalisator. Dalam hal ini, katalisator yang digunakan
adalah biokatalisator yaitu enzim. Enzim ini akan membantu bakteri dalam
hal seperti kegiatan fisiologis meliputi penyusunan zat organik,
pencernaan makanan, pembongkaran dan zat makanan. Adanya tipe enzim
tertentu dalam baketri akan membuat bakteri tersebut spesifik terhadap
substrat tertentu, sehingga dapat pula dilakukan untuk menguji sifat
bakteri (Waluyo, 2007). Misal, pada Bacillus subtilis memiliki enzim
amylase yang digunakan untuk menghidrolisis pati (Clifton, 1958).
Bakteri dapat diidentifikasi dengan mengetahui reaksi biokimia
dari bakteri tersebut. Dengan menanamkan bakteri pada medium, maka
akan diketahui sifat-sifat suatu koloni bakteri. Sifat-sifat suatu koloni
tersebut ialah sifat-sifat yang ada sangkut pautnya dengan bentuk, susunan,
permukaan, pengkilatan, dan sebagainya (Dwidjoseputro, D. 1981.)
Uji biokimia dapat digunakan untuk menentukan sifat metabolisme
bakteri dilihat melalui interaksi reagen - reagen kimia dengan metabolit -
metabolit yang dihasilkan. Selain itu juga dapat dilihat dari kemampuan
bakteri dalam pemakaian suatu senyawa tertentu sebagai sumber karbon
dan sumber energi. Metode Uji Biokimia dapat digunakan sebagai upaya
untuk proses identifikasi bakteri (Backmann, 2006).
C. Tujuan Percobaan
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui sifat-sifat biokimia dari
bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Mikroorganisme tidak mempunyai varietas dan ciri-ciri anatomi, tidak
seperti halnya pada tumbuhan atau hewan yang mudah dipelajari dalam taksonomi.
Masalah yang paling mendasar di dalam bakteriologi adalah penyembuhan,
pembersihan, dan identifikasi dari kultur bakteri. Identifikasi bakteri didasarkan
pada varietas dari karakteristik yang dimiliki oleh bakteri tersebut, tidak hanya
dari morfologi tetapi juga karakteristik kultur mikroorganisme, fisiologi, dan
patogenitas (Seeley & VanDemark, 1971).
Metabolisme merupakan reaksi-reaksi kimia yang terjadi pada makhluk
hidup. Proses metabolisme dibedakan menjadi dua jenis yaitu anabolisme dan
katabolisme. Anabolisme (biosintesis) yaitu reaksi biokimia yang merakit
molekul-molekul sederhana menjadi molekul-molekul yang lebih kompleks.
Misalnya pembentukkan protein dari asam amino. Secara umum proses anabolik
membutuhkan energi. Sedangkan katabolisme yaitu reaksi biokimia yang
memecah atau menguraikan molekul-molekul kompleks menjadi molekul-
molekul yang lebih sederhana. Proses katabolik melepaskan energi yang
dibutuhkan oleh sel (Waluyo, 2004).
Aktivitas metabolisme tidak terlepas dari adanya enzim. Berdasarkan
tempat bekerjanya, bakteri memiliki juga jenis enzim yaitu endoenzim dan
eksoenzim. Endoenzim yaitu enzim yang berkerja dalam sel. Sistem endoenzim
selain bersifat anabolik dapat juga bersifat katabolik.sedangkan eksoenzim yaitu
enzim yang disekresikan ke luar sel dan berdifusi ke dalam media. Sebagian besar
eksoenzim bersifat hidroliktik, yang berarti bahwa eksoenzim menguraikan
molekul kompleks menjadi molekul yang molekul-molekul yang lebih sederhana.
Molekul-molekul yang lebih kecil ini kemudian dapat memasuki sel dan
digunakan untuk kepentingan sel (Waluyo, 2004).
Sifat metabolisme bakteri dalam uji biokimia biasanya dilihat dari
interaksi metabolit-metabolit yang dihasilkan dengan reagen-reagen kimia. Selain
itu dilihat kemampuannya menggunakan senyawa tertentu sebagai sumber karbon
dan sumber energi (Waluyo, 2004).
E. coli adalah suatu bakteri gram negative berbentuk batang, bersifat
anaerobic fakultatif, dan mempunyai flagella peritrikat. E. coli dibedakan atas
sifat serologinya berdasarkan antigen o (somatic), K (kapsul) dan H (flagella)
(Fardiaz, 1992)
Identifikasi Bakteri dapat dilakukan dengan beberapa uji antara lain uji
dalam melakukan fermentasi, reduksi terhadap nitart, uji oksidase, produksi
katalase, hidrolisis protein, uji sitart simmons, hidrolisis urea, hidrolisis H2S dan
uji motilitas (Funke, 2004).
Reduksi Nitrat digunakan untuk menentukan kemampuan beberapa
organisme dalam mereduksi nitrat menjadi nitrit atau di luar bentuk nitrit. Uji
menunjukan hasil positif karena pada saat panambahan serbuk Zn tidak terjadi
perubahan warna (Backmann, 2006).
Bakteri yang tergolong dalam grup fekal dapat memecah asam amino
triptofan dan menghasilkan suatu senyawa berbau busuk yang disebut indol.
Bakteri yang telah ditumbuhkan dalam medium yang mengandung triptofan,
kemudian diberi 3-5 tetes pereaksi Kovacs yang mengandung amil alkohol atau
diberi kristal asam oksalat. Adanya indol akan menyebabkan amil alkohol
berubah warnanya menjadi merah tua atau warna kristal asam oksalat menjadi
merah muda. Uji yang menggunakan penunjuk amil alkohol disebut metode
Kovacs, sedangkan yang menggunakan penunjuk asam oksalat disebut metode
Gnezda.
Uji fermentasi karbohidrat dilakukan untuk mengindetifikasi bakteri yang
mampu memfermentasikan karbohidrat. Pada uji gula-gula hanya terjadi
perubahan warna pada media glukosa yang berubah menjadi warna kuning,
artinya bakteri ini membentuk asam dari fermentasi glukosa. Pada media glukosa
juga terbentuk gelembung pada tabung durham yang diletakan terbalik didalam
tabung media, artinya hasil fermentasi berbentuk gas (Anonim, 2008)
Uji hidrolisis pati untuk melihat kemampuan bakteri dalam menghridolisis
bakteri dengan menghasilkan enzim amilase. Pati merupakan polisakarida yang
memiliki berat molekul yang tinggi, karena ukurannya yang besar, polisakarida
tidak mampu diserap oleh membrane sel (Capuccino & Sherman, 1992).
Uji peptonisasi dan fermentasi susu ini bertujuan untuk melihat
kemampuan bakteri dalam menggunakan komponen-komponen yang terdapat
pada susu, misalnya laktosa, proteinsusu (kasein), lacto-albumin, dan
lactoglobulin.
BAB III
METODE

A. Alat dan Bahan


1. Alat :
a. Petridish h. Bunsen
b. Vortex i. Pipet tetes
c. Tabung reaksi j. Propipet
d. Rak tabung reaksi k. Pipet ukur
e. Tabung durham l. Inkubator
f. Kapas m. Karet gelang
g. Jarum ose n. Kertas payung
2. Bahan :
a. Biakan bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli
b. Medium glukosa cair
c. Medium sukrosa cair
d. Medium laktosa cair
e. Medium BCPM
f. Medium nitrat cair
g. Larutan asam sulfanilat
h. Larutan alpha naphtylamin
i. Medium hidroksilat kasein
j. Larutan eter
k. Reagen ehrlich eter
l. Medium pati agar
m. Iodium
B. Cara Kerja
1. Fermentasi Karbohidrat
Biakan bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli
diambil dengan ose dan masing-masing diinokulasikan ke dalam
medium glukosa, fruktosa, dan laktosa cair secara aseptis. Kemudian
diinkubasi pada suhu 37oC selama 48 jam. Semua tabung diamati dan
dicatat hasilnya.
2. Peptonisasi dan Fermentasi Susu
Biakan bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli
diambil dengan ose dan masing-masing diinokulasikan ke dalam
medium BCPM secara aseptis. Kemudian diinkubasi pada suhu 37oC
selama 48 jam. Semua tabung diamati dan dicatat hasilnya. Jika terjadi
endapan, berarti terjadi peptonisasi. Jika terdapat lapisan kuning,
berarti terjadi fermentasi.
3. Reduksi Nitrat
Biakan bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli
diambil dengan ose dan masing-masing diinokulasikan ke dalam
medium nitrat cair secara aseptis. Kemudian diinkubasi pada suhu
37oC selama 48 jam. Reduksi nitrat diuji dengan ditambahkannya 1 ml
asam sulfanilat dan 1 ml alpha napthylamin. Jika digojok terbentuk
warna merah, berarti menunjukkan adanya nitrit (hasil reduksi nitrat)
4. Pembentukan Indol
Biakan bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli
diambil dengan ose dan masing-masing diinokulasikan ke dalam
medium hidroksilat kasein secara aseptis. Kemudian diinkubasi pada
suhu 37oC selama 48 jam. Pembentukan indol diuji dengan
ditambahkannya 1 ml eter pada tiap-tiap tabung, digojok dan
didiamkan hingga terbentuk lapisan. Reagen ehrlich ditambahkan
sebanyak 1 ml secara perlahan-lahan melalui dinding tabung. Masing-
masing tabung didiamkan dan diamati. Jika terbentuk cincin berwarna
merah muda, bakteri tersebut dapat membentuk indol.
5. Hidrolisis Pati
Biakan bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli
diambil dengan ose dan masing-masing diinokulasikan ke dalam
medium pati agar (dengan streak plate) secara aseptis. Kemudian
diinkubasi pada suhu 37oC selama 48 jam. Setelah diinkubasi, larutan
iodium atau lugol’s iodine solution dituangkan ke medium tersebut dan
didiamkan beberapa menit. Sisa dari larutan iodium dibuang.
Hidrolisis pati yang terjadi diamati. Jika berwarna biru, berarti tidak
terjadi hidrolisis. Jika warna birunya menghilang, berarti terjadi
hidrolisis pati.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
Kondisi Medium
No. Nama Uji Sebelum Sesudah Inokulasi & Inkubasi
Inokulasi SA EC
Fermentasi Karbohidrat
a. Glukosa cair Merah AG A
1
b. Sukrosa cair Merah AG O
c. Laktosa cair Merah AG A
Terjadi
Peptonisasi dan Biru Terjadi fermentasi
2 peptonisasi tanpa
Fermentasi Susu keunguan dan peptonisasi
fermentasi
Kuning (+) terbentuk (+) terbentuk
3 Reduksi Nitrat
bening endapan coklat endapan coklat
Kuning
4 Pembentukan Indol (-) (-)
bening
Putih
5 Hidrolisis Pati (-) (-)
bening

B. Pembahasan
Pada bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli dilakukan uji
biokimia seperti uji fermentasi. Uji fermentasi dilakukan dengan medium glukosa
cair, sukrosa cair, laktosa cair. Fermentasi adalah penggunaan piruvat atau
derivatnya sebagai aseptor electron untuk mengoksidasi NADH menjadi NAD+
(Presscott et.al, 2008). Sedangkan fermentasi karbohidrat adalah perombakan
monosakarida menjadi alkohol, gas karbondioksida, asam organik dan energi
dengan bantuan mikrobia. Adanya asam organik akan mengubah pH medium
sehingga indikator akan memberikan respon dan terjadi perubahan warna pada
medium. Pada indicator fenol merah yang digunakan jika dalam kondisi asam
akan menjadi berwarna kuning.
Hasil yang ditunjukan dalam uji fermentasi menggunakan medium yang
berisi gula berupa glukosa dan laktosa cair pada E. coli adalah positif dan pada
sukrosa menunjukkan hasil yang negatif. E. coli memiliki enzim beta-
galaktosidase yang dapat memecahkan laktosa menjadi glukosa dan galaktosa.
Selain itu E.coli juga memiliki enzim sukrase yang seharusnya dapat memecah
sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa. Setelah semua gula menjadi sederhana
yaitu berupa monosakarida, proses fermentasi dapat terjadi pada medium-medium
tersebut. Hasil fermentasi akan mengeluarkan asam organik yang dapat merubah
pH medium, karena itu medium tersebut akan mengalami perubahan warna akibat
respon indikator didalamnya.
Selain factor tersebut, E.coli merupakan bakteri anaerob fakultatif yang
dapat hidup dalam tidak hanya dalam kondisi aerob, sehingga kemampuan dalam
memfermentasikan zat sangat diperlukan untuk kelangsungan hidupnya karena
E.coli mendapatkan energi dari proses fermentasi tersebut.
Pada S. aureus reaksi positif yang menunjukan adanya proses fermentasi
hanya terjadi pada ketiga medium cair. Hal ini terjadi karena S. aureus memiliki
enzim beta-galaktosidase yang dapat memecah laktosa, mempunyai enzim sukrase
yang dapat memecah sukrosa menjadi fruktosa dan glukosa yang merupakan
monosakarida yang dapat difermentasikan.
Uji selanjutnya adalah mengenai kemampuan S. aureus dan E.coli dalam
melakukan fermentasi atau peptonisasi terhadap susu dengan menggunakan
medium BCPM (Brom Cresol Purple Milk). Pada medium BCPM yang
diinokulasikan E.coli menunjukan hasil yaitu perubahan warna yang pada
awalnya berwarna biru keunguan menjadi ada endapan dan terdapat lapisan
kekuningan. Hal tersebut menandakan terjadinya peptonisasi dan fermentasi susu.
Warna kuning yang terjadi disebabkan oleh adanya respon indicator terhadap
perubahan pH yang menjadi asam. Asam yang terdapat didalam medium adalah
asam organik hasil fermentasi oleh E.coli. Fermentasi yang terjadi didalam
medium tersebut adalah fermentasi laktosa. E.coli merupakan bakteri yang
memiliki enzim beta-galaktosidase yang dapat memecah laktosa menjadi glukosa
dan galaktosa, sehingga E.coli mampu memfermentasikan laktosa.
Pada medium BCPM yang diinokulasikan bakteri S. aureus menunjukan
perubahan warna yang semula biru keunguan menjadi berwarna kehijauan.
Berubahnya warna pada medium ini disebabkan oleh hasil peptonisasi yang
menyebabkan pH medium yang semula netral menjadi cenderung ke basa,
sehingga indikator didalamnya akan merespon dengan berubah warna. Kasein
akan dihidrolisis oleh enzim rennin dan enzim protease yang terdapat dalam S.
aureus menjadi para kasein dan pepton-pepton terlarut sehingga terjadi
peptonisasi.
Uji pembentukan indol dengan menggunakan medium hidroksilat kasein
yang didalamnya terkandung asam amino Triptofan. Triptofan yang memiliki
cincin indol akan didegradasi oleh bakteri dengan bantuan eter. Setelah itu, indol
yang dilepaskan akan berikatan dengan reagen Ehrlich membentuk cincin warna
merah. Tetapi hasil uji terhadap E. coli dan S. aureus menunjukan reaksi negatif.
Hal ini bisa saja disebabkan karena kedua bakteri tersebut tidak dapat
mendegradasi triptofan yang tersedia sehingga pembentukan indol tidak dapat
terjadi.
Uji selanjutnya adalah uji kemampuan E. coli dan S. aureus dalam
mereduksi nitrat menggunakan medium nitrat. E.coli dan S. aureus menunjukan
hasil positif, mampu mereduksi nitrat menjadi nitrit ditandai dengan terbentuknya
perubahan warna menjadi warna merah. E. coli merupakan bakteri fakultatif
anaerob merupakan bakteri yang dapat hidup di lingkungan dengan atau tanpa
oksigen. Pada kondisi aerob E. coli dapat menggunakan oksigen untuk
mendapatkan energi, sedangkan dalam kondisi anaerob nitrat dapat digunakan
oleh E.coli sebagai aseptor organik dalam usaha memperoleh energi. Sehingga
E.coli memiliki kemampuan untuk mereduksi nitrat. Pada bakteri S. aureus juga
dapat menggunakan oksigen untuk mendapatkan energi, sedangkan dalam kondisi
anaerob nitrat dapat digunakan sebagai aseptor organik dalam usaha memperoleh
energi. Berikut reaksi yang terjadi dalam reduksi nitrat :
Gambar 1. Reaksi reduksi nitrat

Gambar 2. Reaksi Pembentukan Warna Merah


Uji kemampuan bakteri dalam menghidrolisis pati didapatkan hasil
setelah penetesan Iod adalah pada E. coli dan S. aureus tidak terdapat zona jernih
yang berarti reaksi negatif. Hal tersebut berarti kedua bakteri ini tidak mampu
memecah pati menjadi lebih sederhana untuk digunakan sebagai energi.
BAB V
KESIMPULAN

Dari hasil uji diatas dapat disimpulkan bahwa S. aureus memiliki sifat
biokimia seperti memiliki enzim sukrase, enzim beta-galaktosidase, memiliki
enzim rennin dan protease, tidak dapat membentuk indol, dapat mereduksi nitrat,
mampu memfermentasikan dan menyebabkan terjadinya peptonisasi pada susu
serta tidak memiliki enzim amilase untuk menghidolisis pati. Sedangkan bakteri E.
coli memiliki sifat biokimia seperti, memiliki enzim beta-galaktidase, enzim
sukrase, tidak dapat membentuk indol, dapat mereduksi nitrat, mampu
memfermentasikan dan menyebabkan terjadinya peptonisasi pada susu, dan tidak
memiliki enzim amilase.
DAFTAR PUSTAKA

Backmann, A. 2006. Carbohydrate Metabolism in Bacteria-Use of Differences in


Carbohydrate Metabolism for Identifying Bacteria. Caister Academic
Press. USA.
Campbell, N.A., J.B. Reece. 2005. Biology Seventh Edition. Benjamin Cummings.
San Francisco.
Cliffton, C.E. 1950. Introduction to the bacteria. McGraw-Hill Book Company,
Inc. New York.
Dwidjoseputro, D. 1981. Dasar-dasar Mikrobiologi. Djambatan. Jakarta.
Fardiaz, S. 1992. Mikrobiologi Pangan. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
Funke BR, Tortora GJ, Case CL . 2004. Microbiology: An Introduction 8th
Edition. Benjamin Cummings. San Francisco.
Pelczar, M.J.Jr., E. C. S Chan, and N. R. Krieg. 1997. Microbiology. McGraw-
Hill Book Company, Inc. New York.
Prescott, L. M, J. P. Harley, dan D. A. Klein. 2008. Microbiology 7th Edition.
McGraw-Hill Book Company, Inc. USA.
Salle, A. J. 1961. Fundamental Principles of Bacteriology 5th Edition. McGraw-
Hill Book Company. New York.
Seeley, H. W., dan P. J. VanDemark. 1971. Microbes in Action A Laboratory
Manual Of Microbiology. W. H. Freeman and Company: San Fransisco
Waluyo, L. 2007. Mikrobiologi Umum. Penerbit Universitas Muhammadiyah
Malang. Malang.

Anda mungkin juga menyukai