Anda di halaman 1dari 2

PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)

TATA LAKSANA KASUS


RSU CUT MEUTIA
RSUCM
ACEH UTARA
2017
HYPERSPLENISME ICD-10-D73.1

 Berlebihnya fungsi limpa normal secara primer


 Ditandai dengan berat >500g atau panjang > 15cm
 Penyebab utama sitopenia pada hipersplenisme adalah
peningkatan penghancuran sel darah merah dalam limpa.
Penyebabnya antara lain pembesaran limpa, defek instrinsik sel
darah atau penghancuran autoimun sel darah. Limpa yang
hiperplastik menjadi tidak selektif dalam hiperfungsinya akibatnya
selain sel darah merah sel darah yang lain seperti trombosit dan
leukosit.
 Hipersplenisme primer adalah diagnosis eksklusi setelah
pemeriksaan seksama (termasuk pemeriksaan patologis limpa)
1. Pengertian (Definisi) terhadap keadaan yang dapat menyebabkan hipersplenisme
sekunder. Hipersplenisme primer sejati sangat jarang terjadi,
sebagian besar kasus didiagnosis sebagai hipersplenisme primer
terdapat keterlibatan defek instrinsik sel darah atau adanya
antibody sel darah yang tidak diketahui. Limfoma atau
leukemiaawalnya dapat salah didiagnosis sebagai hipersplenisme
primer
 Hipersplenisme sekunder timbul berkaitan dengan splenomegali
dengan sebab yang diketahui. Umumnya timbul akibat
splenomegaly kongestif yang disebabkan oleh hipertensi portal
(sirosis atau obstruksi vena lienalis), akibat penyakit hematologis
atau neoplastic yang melibatkan limpa(mis.limfoma, leukemia)
atau akibat keradangan, kelainan metabolic atau autoimun

 Rasa penuh pada kuadran abdomen kiri atas


 Rasa tidak nyaman sampai nyeri kuadran abdomen kiri atas ]
 Rasa cepat kenyang

2. Anamnesis  Hematemesis karena pecahnya varises gastroesofagus


 Purpura, mudah berdarah dan perdarahan membrane mukosa
jarang dijumpai
 Infeksi berulang dan ulkus kronik pada kaki akibat leukopenia
berat

 Splenomegali
3. Pemeriksaan Fisik  Tanda petechie, purpura
 pansitopenia
4. Kriteria Diagnosis Anamnesa, pemeriksaan fisik, penunjang

5. Diagnosis Kerja ABSES LIMPA ICD-10-D73.1


 Leukemia
 Limfoma
 Sferositosis herediter
6. Diagnosis Banding  Hemoglobinopati dengan splenomegaly
 Talasemia mayor
 Mielofibrosis
 Idiopathic Thrombocytopenic Purpura
 Anemia aplastik
 Pemeriksaan penunjang
o Ro Thorax
o USG abdomen

7. Pemeriksaan o Ct Scan abdominal dengan kontras


Penunjang  Laboratorium
o Darah perifer lengkap
o Tes fungsi hati dan ginjal
o Hemostasis lengkap

 Bergantung penyakit dasarnya (medic atau bedah berupa


8. Terapi
splenektomi)
1. Kemungkinan komplikasi
2. Penderita/keluarga mengerti tentang keadaan penyakitnya
9. Edukasi 3. Rencana tindakan yang akan dilakukan
4. Penyulit yang mungkin timbul dan komplikasinya
5. prognosisnya
Bergantung pada derajat cedera dan keadaan umum penderita.
Ad vitam : dubia ad bonam/malam
10. Prognosis Ad sanationam : dubia ad bonam/malam
Ad fungsionam : dubia ad bonam/malam

IV
11. Tingkat Evidens
C
12. Tingkat Rekomendasi
PP-IKABDI
13. Penelaah Kritis
Bergantung pada penyeba, lokasi, dan adanya injuri penyerta
14. Indikator Medis
1. Maingot Abdominal Operations edisi 12
2. Schwartz’s Manual of Surgery. Edisi 10. New York: The McGraw
15. Kepustakaan
Hill Companies; 2015
3. Halte Debas: Gastrointestinal Surgery; 2009

Anda mungkin juga menyukai