Anda di halaman 1dari 19

1

MAKALAH

PENGELOLAAN PERUBAHAN PSIKOLOGI

DISUSUN OLEH:
NUR AZIZAH
02171281

TUGAS
PSIKOLOGI KEBIDANAN
DOSEN : ANDI SITTI UMRAH, S.ST., M.Keb.

AKADEMI KEBIDANAN MUHAMMADIYAH


PALOPO
2018
2

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan rahmat dan nikmat-Nya sehingga makalah yang berjudul
“Pengelolaan Perubahan Psikologi ” dapat kami selesaikan dengan tepat waktu
dan tak lupa pula kita curahkan shalawat dan salam kepada junjungan Nabi
Muhammad SAW yang telah membawa kita dari alam yang gelap gulita menuju
alam yang terang benderang seperti sekarang ini.
Terima kasih kami ucapakan kepada semua pihak yang telah memberikan
dorongan dan bantuan sehingga makalah ini dapat kami selesaikan, namun kami
menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Semoga dengan selesainya
makalah ini dapat mempemudah pembaca untuk memperoleh penambahan ilmu
pengetahuan agar pembaca mudah memahami mengenai materi yang ada
dimakalah ini. Kami mengucapkan terima kasih banyak kepada semua pihak baik
pembaca makalah ini serta pihak yang memberikaan kritik dan saran kepada kami
tentang makalah ini.

Palopo, Desember 2018

Penulis

i
3

DAFTAR ISI

JUDUL HALAMAN
KATA PENGANTAR ......................................................................................... i
DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................... 1
B. Tujuan Penulisan ............................................................................................ 2
C. Manfaat Penulisan .......................................................................................... 3
D. Sistematika Penulisan .................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................... 6
A. Pengelolaan gangguan psikologi menstruasi ................................................. 6
B. Pengelolaan gangguan psikologi pada saat perkawinan ................................ 7
C. Pengelolaan perubahan psikologi yang berhubungan dengan perkawinan .... 9
D. Cara mengatasi gangguan psikologis pada persalinan ................................... 9
E. Cara mengatasi gangguan psikologis pada masa nifas .................................. 11
F. Cara mengatasi gangguan psikologis pada masa menopause ........................ 13
BAB III PENUTUP ............................................................................................. 15
A. Kesimpulan .................................................................................................... 15
B. Saran .............................................................................................................. 16
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 17

ii
4

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Emosi sangat mendukung dalam kehidupan, baik itu emosi
positif maupun emosi negatif. Pentingnya individu mengelola
emosi dalam kehidupan karena seseorang yang cakap secara emosi
akan mampu mengetahui dan menangani perasaan mereka sendiri
dengan baik. Hubungan personal membutuhkan pengelolaan emosi
yang baik, pengelolaan emosi disini menyangkut bagaimana
individu mampu memahami perasaan orang lain dan mampu
mengatur diri sendiri sehingga bisa menempatkan diri dalam posisi
yang tepat dan bersikap baik terhadap diri sendiri dan orang lain
(Malna, 2010).
Menurut Walton (Islamia, 2005) masalah-masalah yang
menjadi sumber konflik dapat bersifat emosional, yaitu yang
berkaitan dengan perasaan seperti kemarahan, ejekan, penolakan
atau perasaan takut.Individu yang stabil emosinya tentu dapat
mengendalikan emosinya dengan efektif dan mampu mengontrol
emosi serta mampu menyeimbangkan perasaan negatif dalaam
dirinya.Menghadapi semua situasi yang menekan dan
meminimalisasi dampak negatifnya secara psikologis, individu
membutuhkan kemampuan untuk mengelola emosi secara
efektif.Hal ini didasarkan bahwa stres dan stresor tidak bisa
dihindari (Malna, 2010).
Individu yang memiliki kemampuan untuk mengendalikan
emosi, maka akan lebih cakap menangani ketegangan emosi,
karena kemampuan pengendalian emosi ini akan medukung
individu menghadapi dan memecahkan konflik dalam kehidupan
secara efektif. Individu dalam keadaan stabilemosinya akan
cenderung berada dalam kondisi bahagia dan lebih percaya diri

1
25

dalam menghadapi kehidupan yang menekan (Safaria dan Saputra,


2009).
Menjaga agar emosi tetap terkendali merupakan kunci
menuju kesejahteraan emosi. Emosi yang berlebihan dengan
intensitas yang terlampau tinggi atau untuk waktu yang lama akan
mengoyak kestabilan individu. Salah satu kemampuan untuk
menstabilkan emosi adalah kemampuan menghibur diri maupun
relaksasi, dengan menghibur diri dan relaksasi maka emosi negatif
akan dapat ditekan atau mengurangi rasa sedih, marah atau kecewa
(Safaria dan Saputra, 2009).
Mekanisme tubuh manusia mengharuskan adanya relaksasi
ketika kegiatan fisik dan mental melebihi ukuran biasanya. Orang
yang kelelahan sehabis olahraga memerlukan relaksasi untuk
mengembalikan kondisi tubuh pada posisi normal, demikian juga
dengan orang yang mengalami ketegangan emosional, perlu
relaksasi karena sebagai kendali kestabilan emosional dalam diri,
yang berperan dalam relaksasi adalah saraf parasintetis dengan
pola respon relaksasi, yaitu serangkaian reaksi diseluruh tubuh
yang membangkitkan keadaan menenangkan dan puas sehingga
mempermudah kerja sama (Safaria dan Saputra, 2009).

B. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan dalam makalah ini, sebaagai berikut:
1. Untuk mengetahui cara mengatasi gangguan psikologis
menstruasi melalui pendekatan komunikasi
terapeutik/konseling.
2. Untuk mengetahui cara mengatasi gangguan psikologis saat
perkawinan dan yang berhubungan tentang perkawinan.
63

3. Untuk mengetahui cara mengatasi gangguan psikologis yang


berhubungan dengan persalinan melalui pendekatan
komunikasi terapeutik dan peningkatan support
mental/dukungan keluarga.
4. Untuk mengetahui cara mengatasi gangguan psikologis yang
berhubungan dengan masa nifas melalui peningkatan support
mental/dukungan keluarga.
5. Untuk mengetahui cara mengatasi gangguan psikologis yang
berhubungan dengan masa menopause melalui konseling dan
kolaborasi dengan psikologi.

C. Manfaat Penulisan
Manfaat psikologi kebidanan:
1. Dengan mempelajari pengelolaan perubahan psikologi, kita
mampu memahami perubahan-perubahan psikologi yang terjadi
pada seseorang yang sedang mengalami gangguan psikologis
pada saat menstruasi, perkawinan, persalinan, nifas dan
menopause.
2. Dapat memahami gangguan psikologi yang sedang dialami oleh
wanita menstruasi, perkawinan, persalinan, nifas dan
menopause.
3. Dapat memberikan bantuan fisik maupun psikis pada wanita
yang sedang mensruasi, perkawinan, persalinan, nifas dan
menopause.

D. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan Penulisan
C. Manfaat Penulisan
D. Sistematika Penulisan
47

BAB II PEMBAHASAN
1. Pengelolaan gangguan psikologi menstruasi
a. Cara mengatasi gangguan psikologis
b. Pendekatan komunikasi terapeutik/konseling
2. Cara mengatasi gangguan psikologis pada saat perkawinan
3. Cara mengatasi gangguan psikologis pada saat perkawinan
4. Cara mengatasi gangguan psikologis yang berhubungan
dengan perkawinan
5. Cara mengatasi gangguan psikologis yang berhubungan
dengan persalinan
a. Pendekatan dengan komunikasi terapeutik
b. Peningkatan support mental/dukungan keluarga
6. Cara mengatasi gangguan psikologis yang berhubungan
dengan nifas
a. Peningkatan support mental/dukungan keluarga
7. Cara mengatasi gangguan psikologis yang berhubngan
dengan menopause
a. Konseling
b. Kolaborasi dengan psikologi
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
8

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengelolaan Gangguan Psikologi Menstruasi


Pada masa menstruasi banyak sekali gangguan-gangguan baik dari
segi segi fisik maupun dari segi psikologis. Gangguan-gangguan
menstruasi ini dapat menyebabkan terganggunya aktivitas-aktivitas dari
wanita yang mengalami gangguan menstruasi tersebut. Gangguan-
gangguan pada saat menstruasi yaitu (Marmi & Margiyati, 2013):
1. Kecemasaan atau ketakutan terhadap menstruasi secara terus menerus
serta berlebihan yang tidak diatasi segera maka akan menimbulkan
fobia pada menstruasi.
2. Merasa terhalangi atau merasa dibatasi kebebasan dirinya oleh
datangnya menstruasi. Wanita akan merasa kebebasannya terbatas
akibat datangnya menstruasi, misalnya wanita akan terbatas dalam
melaksanakan aktivitasnya sehari-hari contohnya ia tidak dapat
melaksanakan ibadah, aktivitas olahraga dan aktivitas-aktivitas
laainnya.
3. Mudah tersinggung atau mudah marah. Perasaan ini timbul dikarenakan
akibat dari perubahan cara kerja hormon dan pengaruh rasa nyeri yang
timbul pada saat menstruasi.
4. Perubahan pola makan, pola makan cenderung meningkat terutama
pada makanan yang manis.
5. Merasa gelisah dan gangguan tidur. Pada saat menstruasi seorang
wanita akan mengalami gangguan atau masalah susah tidur (insomnia).
a. Cara mengatasi gangguan psikologis menstruasi
1) Pendekatan komunikasi terapeutik/konseling
Cara mengatasi gangguan-gangguan psikologi pada masa
menstruasi adalah dengan melakukan konsultasi atau konseling
pada tenaga kesehatan seperti bidan, dokter dan sebagainya
dan menjadikan tenaga kesehatan tersebut sebagai konselor.

5
69

Peran dan tugas sebagai konselor ini yaitu sebagai berikut


(Marmi & Margiyati, 2013).
a) Memberi penjelasan kepada klien, bahwa proses menstruasi
merupakan suatu proses fisiologi atau normal yang pasti
akan terjadi dan akan dialami oleh setiap wanita yang
subur.
b) Memberi informasi-informasi positif yang berguna
mengenai mengenai menstruasi agar tidak terjadi kesalah
pahaman terhadap proses menstruasi tersebut.
c) Memberikan saran untuk mengurangi ketegangan dan rasa
nyeri pada saat proses menstruasi berlangsung, seperti
istrahat yang cukup, perbanyak minum air putih dan
melakukan kompres air hangat pada bagian perut.
d) Memberikan support mental atau dukungan pada klien,
agar lebih percaya diri dan tidak meraasa takut dalam
menghadapi masa menstruasi.

B. Pengelolaan Gangguan Psikologi Saat Perkawinan


Pada saat perkawinan terdapat banyak sekali gangguan-gangguan
terutama dari segi gangguan psikologis. Gangguan-gangguan tersebut
diantaranya adalah (Eko Suryani & Hesty Widyasih, 2009).
1. Ketegangan dan kecemasan pada saat perkawinan.
2. Kejenuhan dalam perkawinan, rasa jenuh pada perkawinan akan timbul
karena dalam perkawinan seseoraang akan cenderung melakukan
rutinitas yang sama.
3. Ketidak puasan terhadap pasangannya.
4. Merasa aktivitasnya terbatasi oleh perkawinan sehingga akan
menimbulkan perasaan tertekan dan akhirnya akan menyebabkan
depresi.
10
7

a. Cara mengatasi gangguan psikologi dalam perkawinan


Cara untuk mengatasi gangguan psikologi dalam
perkawinan adalah dengan melakukan konseling kepada tenaga
kesehatan misalnya bidan atau tenaga kesehatan lainnya. Adapun
cara mengatasi gangguan psikologi pada perkawinan adalah
(Marmi & Margiyati, 2013).
1) Memberikan informasi-informasi mengenai perkawinan,
sehingga tidak terjadi ketegangan dan kesalah pahaman
mengenai perkawinan.
2) Memberikan penjelasan bahwa konflik-konflik yang terjadi
dalam perkawinan merupakan hal yang wajar.
3) Memberikan saran kepada pasangan, jika terjadi perbedaan
pendapat dalam perkawinan, maka salah satu dari mereka
harus ada yang mengalah. Sehingga tidak menimbulkan
tekanan dan ketegangan dalam perkawinan.
Selain melalui proses konseling oleh bidan dan tenaga kesehatan
lainnya, usaha lain yang dapat dilakukan untuk mengatasi kesulitan
dalam perkawinan yaitu (Eko Suryani & Hesty Widyasih, 2009):
a) Menghadapi kenyataan
Suami istri menghadapi kenyataan hidup dari semua
yang terungkap dan tersikap.
b) Penyusaian timbal balik
Perlu usaha terus menerus dengan saling memperhatikan,
saling mengungkapkan cinta dengan tulus, menunjukkan
pengertian, penghargaan dan saling memberikan dukungan.
c) Latar belakang suasana yang baik
Untuk menciptakan suasana yang baik, dilatar belakangi
oleh pikiran-pikiran, perbuatan dan tindakan yang penuh kasih
sayang.
11
8

d) Komunikasi yang baik dengann membina dan memelihara


komunikasi didalam keluarga dan dengan masyarakat diluar
keluarga.

C. Pengelolaan Gangguan Psikologi yang Berhubungan dengan


Perkawinan
Adapun cara mengatasi gaangguan psikologis yang berhubungan
dengan perkawinan yaitu (Eko Suryani & Hesty Widyasih, 2009):
a. Persiapan diri
1) Belajar sebanyak mungkin mengenal wanita atau pria yang akan
menjadi pasangannya.
2) Mempertimbangkan sejauh mana sikapnya cocok sesuai dengan
sikap sendiri. Sejauh mana pribadi masing-masing bila saling
mengisi dan menyatu dalam perjalan hidup.
3) Persiapan fisik, psikis dan emosi yang matang.
b. Menyadari adanya perbedaan-perbedaan
1) Cara memandang dan melihat sesuatu tercakup dalam sikap umum
sebagai pria dan wanita.
2) Perbedaan sifat, mental,emosi dan rasio
a) Memupuk pengertian dan penyusaian.
b) Berlandaskan cinta kasih

D. Cara Mengatasi Gangguan Psikologis yang Berhubungan dengan


Persalinan
Kegiatan komunikasi terapeutik pada ibu melahirkan merupakan
pemberian bantuan pada ibu yang akan melahirkan dengan kegiatan
bimbingan proses persalinan (Marmi & Margiyati, 2013).
1. Tujuan komunikasi terapeutik pada ibu dengan gangguan psikologis
saat persalinan yaitu:
a. Membantu pasien memperjelas serta mengurangi beban perasan dan
pikiran selama proses persalinan.
12
9

b. Membantu mengambil tindakan yang efektif buat pasien.


c. Membantu mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik dan diri
sendiri untuk kesejahteraan ibu dan proses persalinan agar dapat
berjalan dengan semestinya.
2. Pendekatan komunikasi terapeutik
a. Menjalin hubungan yang mengenakkan (rapport) dengan klien.
Bidan menerima klien apa adanya dan memberikan dorongan
verbal yang positif.
b. Kehadiran.
Kehadiran merupakan bentuk tindakan aktif keterampilan yang
meliputi mengatasi semua kekacauan atau kebingungan dan
memberikan perhatian total kepada klien. Bila memungkinkan
anjurkan pendamping untuk mengambil peran aktif dalam asuhan.
c. Mendengarkan.
Bidan selalu mendengarkan dan memperhatikan keluhan klien.
d. Sentuhan dalam pendampingan klien yang bersalin.
Komunikasi non verbal kadang-kadang lebih bernilai dari pada
kata-kata. Sentuhan bidan terhadap klian akan member rasa nyaman
dan dapat membantu relaksasi.
e. Memberikan informasi tentang kemajuan persalinan.
Hal ini diupayakan untuk memberi rasa percaya diri bahwa
klien dapat menyelesaikan. Pemahaman dapat mengurangi
kecemasan dan dapat mempersiapkan diri untuk menghadapi apa
yang akan terjadi.
f. Memandu persalinan dengan memandu instruksi khusus tentang
bernafas, berelaksasi dan posisi postur tubuh.
g. Mengadakan kontak fisik dengan klien.
Kontak fisik dapat dilakukan dengan menggosok punggung,
memeluk dan menyeka keringat serta membersihkan wajah klien.
13
10
00
00
00
00
h. Memberikan pujian. 00
Pujian diberikan kepada klien atas usaha yang 00
telah
dilakukannya.
i. Memberikan ucapan selamat kepada klien atas kelahiran bayinya dan
menyatakan ikut bahagia.
3. Peningkata support mental/dukungan keluarga
Peningkatan support mental atau dukungan keluarga dalam
mengatasi gangguan psikologis yang berhubungan dengan persalinan
yaitu (Marmi & Margiyati, 2013):
a. Menghibur atau menenangkan ketika merasa cemas, takut dan sedih.
b. Mendoakan keselamatan ibu dan janin dalam kandungan.
c. Membantu memenuhi kebutuhan berupa perlengkapan pada saat
persalinan.
d. Memberikan dukungan berupa kehangatan, kepedulian maupun
ungkapan empati yang akan menimbulkan keyakinan bahwa ibu
merasa dicintai dan diperhatikan oleh suaminya.

E. Cara Mengatasi Gangguan Psikologis yang Berhubungan dengan


Nifas
1. Baby blues (post partum blues)
Cara mengatasi gangguan psikologis pada masa nifas post
partum blues yaitu dengan cara peningkatan support mental atau
dukungan keluarga. Peningkatan support mental atau dukungan
keluarga dalam mengatasi gangguan psikologis yang berhubungan
dengan masa nifas sangat berpengaruh karena ada kalanya ibu
mengalami perasaan sedih yang berkaitan dengan bayinya keadaan ini
disebut baby blues. Adapun cara mengatasinya yaitu (Lubis, 2016):
a. Minta bantuan suami atau keluarga yang lain, jika membutuhkan
istirahat untuk menghilangkan kelelahan.
b. Beritahu suami mengenai apa yang sedang ibu rasakan. Mintalah
dukungan dan pertolongannya.
14
11

c. Buang rasa cemas dan kekhawatiran akan kemampuan merawat bayi


karena semakin sering merawat bayi, ibu akan semakin terampil dan
percaya diri.
d. Carilah hiburan dan luangkan waktu untuk diri sendiri.
Selain hal diatas, penanganan pada klien post partum bluespun
dapat dilakukan pada diri klien sendiri, diantaranya dengan cara(Lubis,
2016).
1) Belajar tenang dengan menarik nafas panjang dan meditasi.
2) Tidurlah ketika bayi tidur.
3) Berolahraga ringan.
4) Ikhlas dan tulus dengan peran baru sebagai ibu.
5) Tidak perfeksionis dalam hal mengurus bayi.
6) Bersikap fleksibel.
7) Bergabung dengan kelompok ibu.
2. Depresi post partum
Untuk mengurangi kejadian depresi, sebaiknya ibu post partum
senantiasa didorong untuk berbicara dan tunjukkan jika anda mengerti.
Lakukan hal-hal berikut ini yaitu (Marmi & Margiyati, 2013):
a. Buat batasan kunjungan dan beritahu teman-teman “tidak bisa”
ketika istri tidak ingin dikunjungi.
b. Terima pertolongan dari orang-orang yang sukarela membantu
menyelesaikan pekerjaan rumah.
c. Bertindak setia dan penuh kasih sayang secara fisik tanpa minta
dilayani secara seksual.
d. Kurangi konsumsi caffein dan alkohol, karena hal ini justru akan
memicu datangnya penyakit lain seperti kanker dan migrain.
e. Lakukanlah sarapan pagi bersama suami, karena dengan makan akan
memberikan asupan energi sehinngga dapat memberikan kekuatan
dalam melakukan segala macam aktivitas.
12
15

F. Cara Mengatasi Gangguan Psikologis yang Berhubungan dengan


Masa Menopause
Penyusaian diri lanjut usia pada kondisi psikologisnya baerkaitan
dengan dimensi emosionalnya dapat dikatakan bahwa lanjut usia dengan
keterampilan emosi yang berkembang baik berarti kemungkinan besar ia
akan bahagia dan berhasil dalam kehidupan, orang yang tidak dapat
menghimpun kendali tertentu atas kehidupan emosinya akan mengalami
pertarungan batin yang merampas kemampuan mereka untuk
berkonsentrasi ataupun untuk memiliki pikiran yang jernih (Marmi &
Margiyanti, 2013).
Ketika individu memasuki fase lanjut usia, gejala umum yang
nampak dialami oleh lansia adalah “perasaan takut menjadi tua”.
Ketakutan tersebut bersumber dari penurunan kemampuan yang ada dalam
dirinya. Kemunduran mental terkait dengan penurunan fisik sehingga
mempengaruhi kemampuan memori, inteligensi, dan sikap kurang senang
terhadap diri sendiri (Marmi & Margiyanti, 2013).
Pada menopaus tejadi perubahan yang menimbulkan gangguan
diantaranya insomia, gangguan konsep diri dan infatile. Adapun cara
mengatasi gangguan tersebut melalui konseling dan kolaborasi yaitu
(Marmi & Margiyati, 2013):
1. Kembangkan kebiasaan tidur, membaca bacaan ringan, nonton TV,
acara santai dan musik yang menyenangkan
2. Makanlah jangan terlalu banyak atau kenyang dan jangan kurang
karena akan mengganggu tidur.
3. Atur kenyamanan diri, pastikan ruangan jangan terlalu panas atau
dingin dan kamar harus bersih dan juga rapih.
4. Dapatkan udara segar, jangan tidur dengan selimut menutupi kepala
akan mengurangi oksigen dan menambah karbondioksida yang dihirup.
5. Jernihkan pikiran, cobalah menyelesaikan masalah pada siang dan
singkirkan semua kecemasan sebelum tidur.
13
16

6. Mengerti dan menerima diri sendiri tulus ikhlas merupakan fitrah dari
Tuhan.
7. Aktifitas dan sosial agama dapat memberikan kepuasan batin,
memperkaya iman dan memberikan rasa berserah diri kepada-Nya.
8. Ketenangan dalam keluarga yaitu adanya pengertian dan dorongan
anggota keluarga akan membantu mengurangi gejala yang timbul,
terasa ringan dan membawa kebahagiaan.
9. Pengobatan dengan estrogen dan kombinasi psikoterapi.
Adapun beberapa cara untuk mengatasi gangguan psikologos
melalui konseling yaitu (Marmi & Margiyati, 2013):
a. Memberikan konseling bahwa berhentinya haid adalah hal yang
fisiologis dan akan dialami oleh setiap wanita.
b. Memberikan nasehat agar wanita tersebut mau dan bisa menerima
statusnya.
c. Memberi nasehat agar dapat menerima keadannya dengan lapang
dada.
d. Memberikan informasi agar selalu mengkomunikasikan setiap
masalah atau perubahan yang terjadi kepada suaminya.
e. Memberi nasehat untuk mencari tahu lebih banyak tentang hal yang
dihadapi melalui media cetak, elektronik, dan lain-lain.
f. Menganjurkan untuk berolahraga.
g. Melibatkan anggota keluarga terutama suami dalam memahami
kondisi istrinya.
h. Memberikan perhatian dan kepedulian kepada wanita tersebut.
17

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Cara mengatasi gangguan psikologis menstruasi
a. Memberi penjelasan kepada klien, bahwa proses menstruasi
merupakan suatu proses fisiologi atau normal yang pasti akan terjadi
dan akan dialami oleh setiap wanita yang subur.
2. Pengelolaan gangguan psikologi saat perkawinan
a. Memberikan saran kepada pasangan, jika terjadi perbedaan pendapat
dalam perkawinan, maka salah satu dari mereka harus ada yang
mengalah. Sehingga tidak menimbulkan tekanan dan ketegangan
dalam perkawinan.
3. Cara mengatasi gangguan psikologis yang berhubungan dengan
perkawinan
a. Persiapan diri.
b. Menyadari adanya perbedaan-perbedaan.
4. Cara mengatasi gangguan psikologis yang berhubungan dengan
persalinan
a. Menjalin hubungan yang mengenakkan (rapport) dengan klien.
Bidan menerima klien apa adanya dan memberikan dorongan
verbal yang positif.
5. Cara mengatasi gangguan psikologis yang berhubungan dengan nifas
a. Buang rasa cemas dan kekhawatiran akan kemampuan merawat bayi
karena semakin sering merawat bayi, ibu akan semakin terampil dan
percaya diri.
6. Cara mengatasi gangguan psikologis yang berhubungan dengan masa
menopause
a. Memberikan konseling bahwa berhentinya haid adalah hal yang
fisiologis dan akan dialami oleh setiap wanita.

14
15
18

B. Saran
Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat memahami makna
yang terkandung didalamnya, dan dapat mengetahui lebih banyak tentang
cara mengatasi gangguan psikologis pada saat menstruasi, perkawinan,
nifas dan menopause.
16
19

DAFTAR PUSTAKA

Eko Suryani & Hesti Widyasi. (2009). Psikologi Ibu dan Anak. Yogyakarta:
Fitramaya.

Lubis. (2016). Pengantar Psikologi Untuk Kebidanan. Jakarta: Kencana.

Malna. (2010). Komunikasi dan Konseling dalam Praktik Kebidanan. Malang:


Budi Utama.

Marmi & Margiyanti. (2013). Pengantar Psikologi Kebidanan. Yogyakarta:


Pustaka Pelajar.

Safaria & Saputra . (2009). Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta: Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai