Anda di halaman 1dari 12

Penyelenggaraan Program Pelatihan…(Abdul Rohman Nurfaal) 208

PENYELENGGARAAN PROGRAM PELATIHAN TATA BUSANA DI


BALAI PERLINDUNGAN DAN REHABILITASI SOSIAL WANITA
(BPRSW) DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (DIY)

IMPLEMENTATION OF DRESSMAKING TRAINING PROGRAM IN BALAI


PERLINDUNGAN DAN REHABILITASI SOSIAL WANITA (BPRSW) DAERAH ISTIMEWA
YOGYAKARTA

Oleh: Abdul Rohman Nurfaal, Pendidikan Luar Sekolah, nurfaal@gmail.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi dan memahami: (1) Perencanaan program
pelatihan tata busana di Balai Perlindungan dan Rehabilitasi Sosial Wanita (BPRSW) Daerah Istimewa
Yogyakarta (DIY), (2) Pelaksanaan program pelatihan tata busana BPRSW DIY, (3) Evaluasi program
pelatihan tata busana BPRSW DIY. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan studi
kasus. Subjek penelitian ini adalah penyelenggara program pelatihan tata busana di BPRSW DIY, kepala
bagian Perlindungan dan Rehabilitasi Sosial, pendamping, instruktur, dan peserta pelatihan (klien) yang
sudah lama menempuh program pelatihan. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik
observasi, wawancara, dan dokumentasi. Instrumen utama penelitian yaitu peneliti sendiri yang dibantu
dengan pedoman observasi, pedoman wawancara, dan pedoman dokumentasi. Teknik analisis data yang
digunakan adalah teknis analisis data komponensional melalui tahapan reduksi, penyajian data, dan vetifikasi
data. Teknik keabsahan data yang digunakan yaitu trianggulasi sumber dan trianggulasi metode. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa: (1) perencanaan meliputi penentuan peserta, materi, media, metode, waktu,
sarpras, instruktur, dan waktu. Perencanaan melalui kordinasi penyelenggara dan instruktur. (2) Pada
pelaksanaannya, instruktur mempunyai peran penting dalam mengolah komponen-komponen lainnya seperti
materi, sarana dan prasarana, media, metode, peserta, serta memanfaatkan waktu. Setiap peserta diberikan
materi yang berbeda sesuai dengan pencapaiannya, karena adanya sistem buka tutup. (3) Evaluasi dilakukan
di dalam kelas yang menggunakan pengamatan langsung terhadap kinerja peserta serta hasilnya dan evaluasi
tri wulan membahas semua komponen-komponen pelatihan. Faktor pendukung program yaitu adanya
sumber daya yang saling mendukung seperti pendamping, instruktur, ketersedian sarpras yang mencukupi
serta keleluasaan peserta untuk menggunakan sarpras di luar jam belajar. Sedangkan faktor penghambat
adanya kualitas sarpras yang berbeda-beda seperti mesin jahit dan bordir, serta kesulitan mencari bahan
pendukung yang kompatibel.

Kata kunci: penyelenggaraan program, pelatihan tata busana, BPRSW

Abstract
This research aimed to get infomations and discern (1) plan of dressmaking training program in
BPRSW DIY, (2) implementation of dressmaking training program in BPRSW DIY, (3) evaluation of
dressmaking training program in BPRSW. This research is descriptive with case study approach. This
research subject is the organizer of the dressmaking training program in BPRSW DIY, instructors and
trainees (client) that have long been taking the training program. The data was collected by observation,
interview, and documentation. The main instrument of reseach is researcher that assisted by observation
guidelines, interview guidelines, and documentation guidelines. Data analysis technique used is a technical
analysis of the komponensional data through reduction phase, data display, and veritification. Mechanical
validity of data used is source triangulation and methods triangulation. The results showed that (1) Plan of
program includes participans, teachmaterials, medias, metode, times, facilities and infrastructures,
instructors, and times. Plan throughs coordination organizers and instructors. (2) Implementation, the
instructors have an important role in the process of other components such as teachmaterials, facilities and
infrastructures, medias, methods, participants, and use the time. Each participant is given a different
material in accordance with its achievement, because the existence of a system of open lid. (3) Evaluation is
209 Jurnal Pendidikan Luar Sekolah Edisi Vol VI Nomor 02 Tahun 2017

done in the class that use direct observation on performance of the participants and the learning evaluation
and evaluation of triwulan discussing all training components. The factors supporting a program is the
existence of resources that supports each other. They are escorts, instructors, availability of sufficient leeway
and facilities participants to use outside of the study. While the factors restricting the quality of different
facilities like sewing machines and embroidery, as well as the difficulty of finding a compatible supporting
materials.

Keyswords: implementation programs, dressmaking training, BPRSW

PENDAHULUAN (Ambar Tegus Sulistiyani, 2004: 27).


Ketidakberdayaan dan tertutupnya akses
Kemiskinan di negara-negara
terhadap kerja akan mengarah pada persoalan
berkembang menjadi masalah yang tidak
pengangguran.
kunjung selesai, salah satunya di Indonesia.
Data pengangguran penduduk DIY
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik
pada Bulan Februari 2015 sebanyak 85.500
jumlah penduduk miskin di Indonesia pada
jiwa dengan angka 4,07 %, pada Bulan
tahun 2013 yaitu 28.553.930 jiwa, pada tahun
Agustus 2015 jumlah pengangguran sebanyak
2014 jumlah penduduk miskin yaitu
80.200 dengan angka 4,07%, dan pada Bulan
27.727.780 jiwa, pada tahun 2015 jumlah
Februari 2016 jumlah pengangguran sebanyak
penduduk miskin yaitu 28.513.570 jiwa (BPS
59.000 jiwa dengan angka 2,81 % (BPS,
2016, diakses 18 Juni 2016). Jumlah
2016: 57).
penduduk miskin pada tahun 2016
Masalah pengangguran menyebabkan
menunjukan angka kemiskinan pada level
penyimpangan sosial contohnya mencuri,
11,13 % (BPS, 2016: 109). Data tersebut
menodong, menjambret, membunuh, dan lain-
masih menunjukan besarnya jumlah
lain. Pada dasarnya setiap manusia
penduduk miskin di Indonesia. Daerah
mempunyai kebutuhan yang harus dipenuhi
Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan salah
agar manusia tersebut mampu bertahan hidup.
satu provinsi dengan angka kemiskinan cukup
Ketidak mampuan dalam melakukan usaha
tinggi yaitu 13,16 % (BPS, 2016: 114).
yang wajar karena kemampuan yang kurang
Kemiskinan dipandang sebagai
mendorong manusia pada tindakan
ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk
krimimal/kejahatan (Kartini Kartono: 2015:
memenuhi kebutuhan dasar makanan dan
140). Maka penyimpangan sosial mengarah
bukan makanan yang diukur dari sisi
pada tindak kriminal atau tindak kekerasan.
pengeluaran (BPS, 2016: 110). Kemiskinan
Daerah Istimewa Yogyakarta
tidak hanya menyangkut permasalahan
merupakan salah satu provinsi dengan jumlah
kesejahteraan semata, masalah kemiskinan
kekerasan terhadap wanita yang cukup
disebabkan dengan adanya persoalan
banyak. Pada tahun 2012 terdapat 15.309
kerentanan, ketidakberdayaan, tertutupnya
korban, pada tahun 2013 terdapat 15.118
akses tehadap peluang kerja, dan sebagainya
210 Jurnal Pendidikan Luar Sekolah Edisi Vol VI Nomor 02 Tahun 2017

korban dan pada tahun 2014 terdapat 17.338 kinerja, dan keberhasilan program serta
korban (Sub Direktorat Statistik Politik dan pencapaian tujuan. Dalam hal ini peranan dari
Keamanan, 2015: 98). komponen program dan manajemen sangat
Wanita yang menjadi korban berpengaruh dalam keberhasilan program,
kekerasan adalah bagian dari warga negara termasuk program pelatihan tata busana.
Indonesia yang berhak mendapat Pada penyelenggaraan kegiatan
perlindungan dan kesejahteraaan sosial sesuai rehabilitasi sosial BPRSW Yogyakarta
dengan UU No 11 Tahun 2009 dan Perpres menerapkan sistem rekruitmen buka tutup,
No 18 Tahun 2014 tentang jaminan artinya selama kuota klien di BPRSW masih
kesejahteraan sosial dan jaminan tersedia maka akan ada perekrutan klien baru.
kesejahteraan khusus bagi wanita. BPRSW Kuota yang tersedia untuk melayani klien di
merupakan lembaga yang berfungsi untuk BPRSW 65 Klien. Sistem buka tutup menjadi
memberikan perlindungan, pelayanan, dan masalah karena klien/peserta yang baru
rehabilitasi sosial dalam rangka membantu masuk akan mengalami banyak kertinggaalan
permasalahan sosialnya. materi dari klien/peserta yang sudah lama.
Layanan berupa Rumah Penanganan Pada penyelenggaraan kegiatan
Trauma Center (RPTC), bimbingan mental rehabilitasi sosial BPRSW Yogyakarta
sosial dan bimbingan keterampilan menerapkan sistem rekruitmen buka tutup,
(pelatihan). Pelatihan yaitu kegiatan belajar artinya selama kuota klien di BPRSW masih
dan praktek untuk sesuatu tujuan baik, tersedia maka akan ada perekrutan klien baru.
dilakukan secara berulang-ulang dan terus- Kuota yang tersedia untuk melayani klien di
menerus untuk memperoleh mengembangkan BPRSW 65 Klien. Sistem buka tutup menjadi
kemampuan, sikap, dan pengetahuan (Saleh masalah karena klien/peserta yang baru
Marzuki, 2012: 175). Pelatihan diupayakan masuk akan mengalami banyak kertinggaalan
untuk membekali peserta (klien) dengan materi dari klien/peserta yang sudah lama.
keterampilan praktis agar ketika peserta atau Berdasarkan uraian di atas,
alumni kembali di masyarakat mempunyai pelaksanaan program pelatihan tata busana
kemampuan untuk berperan sebagai menggunakan sistem buka tutup menarik
masyarakat yang wajar. Salah satu pelatihan untuk dikaji, oleh karena itu, peneliti tertarik
yang ada di BPRSW adalah pelatihan tata untuk melakukan penelitian terkait dengan
busana, mengingat bahwa busana merupakan penyelenggaraan program pelatihan tata
bagian dari kebutuhan sandang yang harus busana di BPRSW DIY. Penelitian ini
dipenuhi. Maka setiap manusia memerlukan diharapkan mampu menemukan temuan
sandang dalam menjalani hidupnya. menarik yang dapat dijadikan sebagai bahan
Dalam pelatihan program tata busana masukan untuk memperbaiki maupun
ada yang perlu diperhatikan untuk melihat
211 Jurnal Pendidikan Luar Sekolah Edisi Vol VI Nomor 02 Tahun 2017

mengembangkan program pelatihan tata Teknik keabsahan data yang


busana di BPRSW DIY. digunakan dalam peneletian ini yaitu
METODE trianggulasi sumber dan trianggulasi metode.
Jenis Penelitian Hasil Penelitian serta Pembahasan
Penelitian ini merupakan penelitian 1. Perencanaan Program Pelatiaahan
penelitian deskriptif dengan pendekatan studi Tata Busana
kasus. a. Tujuan
Setting Penelitian Dalam penyelenggaraan program
Penelitian akan dilaksanakan di pelatihan tata busana memiliki tujuan, yaitu :
BPRSW DIY yang terletak di Dusun 1) Agar klien menguasai keterampilan
Cokrobedog, Kelurahan Sidoarum, menjahit, membordir, membuat pernak-
Kecamatan Godean, Kabupaten Sleman. pernik, dan mendesain.
Subjek Penelitian 2) Agar klien mampu memanfaatkan
Subjek penelitian ini adalah peserta keterampilan/keahlian yang diperoleh dari
pelatihan yang sudah lama menempuh program pelatihan tata busana untuk
program pelatihan tata busana, instruktur, menunjang kebutuhan hidupnya dalam
kepala bagian perlindungan dan rehabilitasi bermasyarakat, tidak terjerumus dengan
sosial (PRS), pendamping program pelatihan cara pemenuhan hidup yang salah.
tata busana yang bersatus sebagai pekerja Tujuan program pelatihan tata busana
sosial maupun sebagai staff PRS. secara tertulis lebih menekankan kepada
Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen penguasaan keahlian utama menjahit dan
Penelitian keahlian penunjang yaitu bordir, kerajinan
Teknik pengumpulan data yang digunakan dan desain. Walaupun demikian, pada
dalam pemelitian ini yaitu observasi, kenyataannya tidak mungkin suatu keahlian
wawancara, dan dokumentasi. Intrumen dikuasai tanpa dibarengi dengan pengetahuan.
peneletian yaitu peneliti sendiri yang dibantu Kemudian dalam proses penguasaan keahlian-
dengan pedoman observasi, pedoman keahlian teserbut membentuk sikap-sikap
wawancara, dan pedoman dokumentasi. yang positif kepada peserta. Dalam praktek
Teknik Analisis Data penguasaan materi melalui penugasan
Teknik analisis data yang digunakan individu tersebut secara pelahan membentuk
dalam penelitian ini yaitu analisis sikap ketelitian, ketenangan, kesabaran,
komponensional yang melalui tahapan keuletan. Sebagai contoh ketika peserta
reduksi data, penyajian data dan penarikan mengendalakan gas mesin jahit/bordir/obras
kesimpulan atau verifikasi data. memerlukan ketenangan, ketelitian dan tempo
Pengujian Keabsahan Data yang pas untuk menghasilkan produk yang
bermutu. Tujuan program pelatihan tata
212 Jurnal Pendidikan Luar Sekolah Edisi Vol VI Nomor 02 Tahun 2017

busana didukung oleh teori yang c. Instruktur


dikemukakan oleh Ikka Kartika A. Fauzi Penentuan instruktur yang dipilih
(2011: 14) sebagai berikut harus sesuai dengan kompetensi program
1) Untuk mengembangkan yang telah dirumuskan agar peserta pelatihan
keahlian, sehingga pekerjaan dapat
mampu mencapai tujuan program pelatihan.
diselesaikan dengan lebih cepat dan
efektif. 2) Untuk mengembangkan Dalam memilih instruktur pada program
pengetahuan, sehingga pekerjaan
pelatihan tata busana BPRSW adalah bagian
dapat dikerjakan secara rasional. 3)
Untuk mengembangkan sikap, seksi perlindungan dan pelayanan rehabilitasi
sehingga menimbulkan kemauan dan
sosial (PRS). instruktur dipilih sesuai dengan
kerjasama dengan teman-teman,
pegawai, dan pimpinan. kebutuhan bidang yang ada di program
pelatihan tata busana, bidang tersebut
b. Rekruitmen
Sistem rekruitmen yang digunakan meliputi bidang jahit, bidang bordir, bidang
yaitu sistem buka tutup, dalam rekruitmen desain, dan bidang kerajinan. Dalam
yang menjadi pelaku adalah para pekerja menemukan orang yang memiliki keahlian
sosial. Pekerja sosial melakukan sosialisasi, yang sesuai dengan bidang yang dibutuhkan
kemudian melakukan seleksi dengan kriteria yaitu melalui rekomendasi dari pegawai
yang sudah ditentukan. Dalam BPRSW maupun seksi PRS langsung.
pelaksanaannya ada tiga hal dalam rekruitmen Pertimbangan lainnya dalam memilih
yaitu calon klien yang mendatangi langsung instruktur adalah orang yang
ke kantor BPRSW DIY, mendapat rujukan telaten/tekun/sabar. Tahapan selanjutnya
dari lembaga sosial yang telah bekerja sama, adalah penetapan calon instruktur melalui
dan laporan dari masyarakat. BPRSW DIY rapat triwulan dan tahap seleksi non tes serta
adalah Badan yang bergerak di bidang sosial penerimaan. Hasil temuan tersebut didukung
untuk melayani masyarakat, khususnya oleh Oemar Hamalik (2007: 127) yang
wanita yang mengalami permasalahan sosial. menyatakan bahwa instruktur dipilih harus
Klien adalah peserta pelatihan yang sesuai dengan kompetensi program yang telah
mempunyai karakteristik secara umum yaitu dirumuskan agar peserta pelatihan mampu
wanita yang mengalami permasalahan sosial. mencapai tujuan program pelatihan.
Berdasarkan hasil temuan yang ada di d. Materi, Metode, Sarana dan Prasarana
lapangan sudah sesuai dengan teori yang Penetapan materi, metode, media,
dikemukakkan oleh Tim Dosen AP UNY sarana dan prasarana. Dalam menetapkan
(2011: 52) dan Ikka Kartika A. Fauzi (2011: keempat hal tersebut sesuai dengan kebutuhan
27) terkait dengan rekruitmen calon peserta yang ada dan sinkronisasi antar komponen
yang meliputi adanya tim khusus rekruitmen, tersebut termasuk tujuan. Kebutuhan dapat
sosialiasasi, pendaftaran dan seleksi yang diketahui dengan menanyakan kepada
didasarkan kriteria klien. instruktur, yang berarti instruktur memiliki
213 Jurnal Pendidikan Luar Sekolah Edisi Vol VI Nomor 02 Tahun 2017

wewenang penuh dalam menentukan rincian Instruktur memiliki wewenang penuh


keempat komponen tersebut. dalam menentukan keempat komponen
Dalam menentukan materi ada dua tersebut, namun bukan berarti instruktur yang
gaya yang dilakukan oleh instruktur, yang harus menyusun semua hal itu sendiri. Untuk
pertama instruktur bidang jahit, bordir, dan media, dan sarana dan prasarana (alat dan
desain. Ketiga instruktur tersebut menyusun bahan) yang bertugas untuk pengadaannya
materi dari hal yang dasar atau dasar-dasar adalah PRS, sedangkan untuk pemeliharaan
dari ketiga bidang tersebut kemudian materi dan perawatan sarana dan prasarana terkait
sifatnya bertingkat, atau materi yang dengan adalah bagian TU. PRS dan TU
sebelumnya disampaikan adalah fondasi mengadakan hal tersebut sesuai dengan
untuk melanjutkan/mempelajari materi kebutuhan, sedangkan kebutuhan dapat
berikutnya. Kemudian instruktur bidang diketahui dengan menanyakan instruktur.
kerajinan menetapkan materi sesuai tren yang secara resmi koordinasi tersebut dilakukan
ada dengan memperhatikan prinsip bahan dan saat rapat triwulan. Jadi semua sumber daya
alat ekonomis. Selain kedua hal yang manusia memiliki peran masing-masing untuk
dipertimbangkan oleh keempat instruktur mendukung program pelatihan tata busana.
tersebut ada hal lain seperti ketersediaan e. Waktu
sarana dan prasarana dan waktu. Tentunya dalam menentukan materi,
Instruktur dalam metode, media, instruktur juga memperkirakan waktu yang
sarana dan prasarana menyesuaikan dengan diperlukan peserta untuk menguasai materi.
materi yang ada, secara garis besar metode Dalam menentukan jumlah kasaran waktu
yang dipakai oleh setiap instruktur adalah yaitu PRS, sedangkan instruktur
praktek, ceramah hanya dilakukan sedikit menyesuaikan waktu yang disediakan oleh
ketika mengarahkan para peserta. Pada bidang PRS untuk menyusun materi.
jahit ada sesi ceramah khusus selain saat . Temuan terkait waktu ini didukung
melakukan pengarahan/pengamatan yaitu oleh pendapat Ikka Kartika A. Fauzi (2011:
ketika menjelaskan mengenai rumus pola. 115) bahwa waktu pelatihan tergantung pada
Dalam menetapkan metode, didukung oleh kebutuhan waktu untuk mencapai kompetensi
Ikka Kartika A. Fauzi (2011: 73-74) yang atau menguasai meteri.
harus memperhatikan tujuan pelatihan, 2. Pelaksanaan program pelatihan tata
materi, waktu, sarana dan prasarana, busana
kemampuan peserta, dan kemampuan Proses pembelajaran dibagi menjadi
pendidik, sama halnya dengan mentukan dua tahapan yaitu belajar dalam kelas dan
media dan sarana dan prasarana yang harus PBKL. Waktu pembelajaran di ruang kelas
menyesuaikan komponen lainya. maksimal yaitu 10-11 bulan yang
dilaksanakan pada Senin, Selasa, Rabu,
214 Jurnal Pendidikan Luar Sekolah Edisi Vol VI Nomor 02 Tahun 2017

Kamis dan Sabtu setiap pukul 10.00-12.00, Pendamping dan instruktur selalu
kemudian PBKL selama satu Bulan (26 hari). melakukan pengecekan khusus terkait dengan
Peserta dapat melakukan PBKL setelah bahan-bahan yang diperlukan agar tidak
benar-benar memenuhi syarat pada setiap mengamati kekurangan ketersediaan. Sarana
mata bidangnya, syarat tersebut adalah bagian dan prasarana dapat dimanfaatkan oleh
dari materi yang menjadi materi puncak pada peserta di luar jam belajar selama peserta
setiap bidangnya. Seperti yang sudah memiliki waktu luang, sarana dan prasarana
dikemukakan sebelumnya, bahwa syarat dapat leluasa digunakan sebab semua peserta
bidang bordir adalah bordir baju, bidang wajib tinggal di asrama. Jadi adanya sarana
desain yaitu membuat desain tiga dimensi, dan prasarana memang ditujukan untuk
pada bidang kerajinan membuat peyet dan kelangsungan proses belajar, baik
pada bidang jahit membuat kebaya pemanfaatannya di dalam jam belajar (sesuai
Instruktur menyampaikan materi jadwal) maupun di luar jam belajar.
dengan menggunakan penugasan perindividu Dalam komunikasi maupun
yang berupa praktek adapun medianya sesuai berinteraksi dengan peserta, instruktur dapat
dengan kebutuhan, namun yang lebih memahami kondisi peserta dalam menangkap
dominan digunakan adalah media materi pola (rumus pola). Saat beberapa
percontohan yang menyesuaikan materi dan peserta mengalami kesulitan dalam
bidangnya. Dalam setiap materi pada semua memahami apa yang diajarkan oleh
bidang, peserta selalu mendapatkan tugas. instruktur, saat itulah instruktur berusaha
Tugas tidak serta merta diberikan begitu saja, sedemikian rupa agar materi pola atau lainnya
sambil peserta mengerjakan tugas/praktek, dapat mudah dipahami oleh peserta. Maka
instruktur pada saat itu memberikan arahan saat itulah terjadi proses pengembangan atau
langsung baik berupa ceramah maupun peningkatan kemampuan instruktur.
demonstrasi agar peserta benar-benar Instruktur mengembangkan dirinya seperti
memahaminya. Metode yang digunakan dalam hal komunikasi maupun dalam
dengan penugasan sebab program ini adalah pengembangan materi agar materi yang
program yang menitikberatkan pada praktek. disampaikan tidak rumit dipahami oleh
Penggunaan metode praktek tidak terlepas peserta
dari dukungan sarana dan prasarana itu Setiap peserta pada umumnya dapat
sendiri, tanpa sarana dan prasarana yang menguasai materi yang disampaikan oleh
memadai penggunaan metode praktek tidak instruktur, namun bukan berarti peserta tidak
akan optimal bahkan tidak menjadi hambatan mengalami kesulitan. Kesulitan-kesulitan ini
dalam proses pembelajaran terutama dalam dapat diatasi oleh peserta dengan bertanya
proses penguasaan materi oleh para peserta. kepada instruktur maupun kepada peserta
lain, adanya sistem buka tutup mempunyai
215 Jurnal Pendidikan Luar Sekolah Edisi Vol VI Nomor 02 Tahun 2017

kelebihan yaitu penguasaan tingkatan materi pengamatan terhadap hasil penugasan


yang berbeda-beda oleh setiap pesertanya bertujuan supaya peserta yanng melenceng
karena perbedaan waktu masuk, peserta dari rambu-rambu, dapat segera diarahkan
dengan penguasaan materi level awal tentu agar proses dan hasilnya menjadi optimal.
dapat bertanya kepada peserta lain yang Evaluasi yang dilakukan dalam kelas lebih
tingkatan level materinya lebih tinggi. memfokuskan pada pencapaian peserta, agar
Temuan-temuan terkait dengan peserta sepenuhnya menguasai materi yang
pelaksanaan program didukung oleh Djuju diberikan kepada instruktur.
Sudjana (2008: 92) bahwa pelaksanaan Produk yang dihasilkan peserta
adalah pengimplementasian pelaksanaan, digunakan oleh instruktur sebagai media atau
kemudian dalam proses pembelajaran terjadi model percontohan. Produk juga dipamerkan
interaksi anatara masukan sarana dengan namun dalam event tertentu saja, padahal
masukan mentah. produk-produk tersebut jumlahnya banyak
3. Evaluasi program pelatihan tata serta mempunyai kualitas yang tidak kalah
busana bagus.
Evaluasi dilakukan di dalam kelas dan Evaluasi yang dilakukan di luar kelas
di luar kelas. Pelaksanaan evaluasi di dalam yang disebut sebagai evaluasi triwulan atau
kelas dilakukan setiap pertemuan oleh rapat triwulan yang dilaksanakan setiap tiga
instruktur dan pendamping, instruktur dan bulan sekali, dalam evaluasi ini melibatkan
pendamping mengevaluasi peserta tidak semua instruktur, pendamping, dan pegawai-
menggunakan tes, melainkan menggunakan pegawai lainnya. Dalam evaluasi ini tidak
pengamatan secara langsung terhadap hanya membahas mengenai peserta,
masing-masing peserta serta melihat dari hasil melainkan membahas mengenai sarana dan
penugasannya. Kemudian instruktur prasarana, waktu, PBKL dan penempatannya.
memberikan arahan dan bimbingan atau PBKL menjadi ajang pembuktian bagi
umpan balik langsung kepada setiap peserta peserta bahwa dirinya benar-benar sudah
maupun kelompok pada saat itu juga. menguasai apa yang telah diajarkan oleh
Umumnya setiap peserta mempunyai instruktur-instruktur, dan belajar bekerja pada
umpan balik yang berbeda dengan yang lain. sesuai dengan kenyataan/keadaan yang ada.
Evaluasi yang melihat dari hasil tugas juga Tindaklanjut dari PBKL peserta akan ditanyai
tidak jauh berbeda, peserta menyerahkan hasil terkait rencana kerja, peserta yang sudah
penugasan kepada instruktur kemudian saat memiliki gambaran rencana tempat kerja oleh
itu juga instruktur memberikan umpan balik BPRSW untuk akses mediasi di tempat kerja,
atau tanggapan terkait dengan penugasan sedangkan bagi peserta yang belum memiliki
tersebut. Pengamatan yang dilakukan oleh gambaran akan diberikan pilihan-pilihan oleh
instruktur saat proses belajar maupun BPRSW di tempat kerja yang sudah menjalin
216 Jurnal Pendidikan Luar Sekolah Edisi Vol VI Nomor 02 Tahun 2017

kerjasama. Apabila kinerja dari peserta saat atau tidak menyimpang, sebab di luar sana
PBKL itu memuaskan, peserta dapat direkrut banyak cara-cara yang tidak sesuai dengan
pada badan usaha tersebut. Contohnya pada norma-norma masyarakat.
modiste yang dimiliki oleh instruktur bidang Hasil dan manfaat program pelatihan
menjahit yaitu Ibu SW, beliau merekrut tiga tata busana bagi peserta sesuai dengan
peserta PBKL untuk menjadi karyawan di manfaat pelatihan yang dikemukakan oleh
modistenya atau bagian dari modistenya. Ikka Kartika A. Fauzi (2011: 15), yaitu
Setelah peserta bekerja akan dimonitoring adanya peningkatan kemampuan,
perkembangan ditempat kerjanya dalam mengembangkan sikap-sikap positif yang
jangka waktu tiga tahun dalam setiap dibentuk selama proses pelatihan, kemudian
bulannya. Hal ini dukung oleh Suharsimi bekal kemampuan dan sikap yang dimiliki
Arikunto dan Cepi Syafrudin Abdul Jabar peserta tersebut akan berguna dalam
(2009: 20) bahwa evaluasi merupakan pemenuhan kebutuhan ekonominya melalui
kegiatan pengumpulan informasi yang lingkungan kerja. Hal ini juga sesuai dengan
digunakan untuk menentukan alternatif yang temuan Muhammad Adil Arnady Iis Prasetyo
tepat dalam mengambil suatu keputusan. (vol. 3 no. 1 tahun 2016) yang menyatakan
Hasil dan manfaat pelatihan, dalam hal bahwa hasil suatu program pelatihan dapat
ini yang lebih merasakannya yaitu peserta, dilihat dari adanya peningkatan keterampilan,
namun instruktur dan pendamping juga dapat sikap, dan pengetahuan.
mengetahui manfaat yang diperoleh peserta Pendukung program yang dirasakan
dari hasil pelatihan. Hasil dan manfaat yang oleh instruktur yaitu koordinasi antar sumber
diperoleh peserta pada saat pelatihan peserta daya yang saling mendukung, seperti adanya
yaitu peserta mempunyai keterampilan terkait pendamping yang berperan untuk selalu
dengan menjahit, membordir, desain dan memotivasi peserta.
membuat pernak-pernik. Dalam proses untuk Sumber daya pendukung lainnya
menguasai keterampilan tersebut membentuk adalah ketersediaan sarana dan prasarana
sikap peserta seperti kesabaran, ketekukan, untuk kelancaran proses belajar bagi peserta
ketelitian, meningkatkan kreativitas/ide. dan instruktur. Selain ketersediaan sarana dan
Manfaat dalam penguasaan keterampilannya prasarana juga dapat dimanfaatkan oleh
yaitu peserta menjadi lebih percaya diri peserta diluar jam belajar selama peserta
dengan keterampilan yang dimiliki, dan tersebut mau memanfaatkan waktu luangnya.
diharapkan mampu menunjang kehidupannya Instruktur merupakan tokoh yang penting
terutama dalam perekonomian atau peserta dalam pelaksanaan program tata busana.
mampu bekerja maupun mendirikan usaha instruktur berperan dalam mengolah
jahit/modiste. Hal ini mengarah pada cara komponen-komponen pelatihan khususnya
pemenuhan kebutuhan ekonomi yang wajar dalam memberi dukungan kepada peserta.
217 Jurnal Pendidikan Luar Sekolah Edisi Vol VI Nomor 02 Tahun 2017

Pendukung program tersebut didukung sangat berpengaruh terhadap keberlangsungan


oleh pendapat yang dikemukakan oleh Djuju proses pembelajaran, jika kurang diperhatikan
Sudjana (2008: 92) bahwa dalam proses maupun ketersediannya kurang maka dapat
pembelajaran merupakan interaksi antara menghambat proses pelaksanaan program
masukan sarana dan masukan mentah. Jadi Kesimpulan
ketersediaan sumber daya pendukung pada Berdasarkan hasil penelitian dan
masukan sarana dan peserta sangat pembahasan mengenai pelaksanaan program
diperlukan untuk melaksanakan program pelatihan tata busana di BPRSW DIY, dapat
pelatihan disimpulkan sebagai berikut:
Penghambat program yang dirasakan 1. Pada perencanaan meliputi perencanaan
oleh peserta yaitu kualitas yang tidak stabil peserta, materi, media, metode, waktu,
pada mesin jahit/bordir. Kemudian ada mesin sarpras, instruktur, dan waktu.
bordir yang baru, namun sudah mengalami Perencanaan melalui kordinasi
kerusakan. Menurut informasi yang penyelenggara dan instruktur, dalam
disampaikan instruktur, mesin bordir baru menentukan kompononen sesuai dengan
yang rusak adalah mesin bordir tiruan kebutuhan, sedangkan peran
sehingga kualitasnya lebih rendah di banding penyelenggara adalah menyediakan
dengan merk yang asli, dari segi harganya komponen yang dibutuhkan oleh
memang yang tiruan lebih murah instruktur dalam mendukung program
dibandingkan dengan yang asli namun pelatihan.
kualitasnya kalah jauh, terbukti dua mesin 2. Pada pelaksanaannya, instruktur
bodir asli yang usianya lebih tua namun mempunyai peran dalam mengolah
kualitasnya bagus, daya tahan (keawetannya) komponen-komponen seperti materi,
sampai sekerang masih baik. sarpras, media, metode, peserta, dan
Faktor penghambat lainnya yaitu memanfaatkan waktu. Kemudian setiap
kesulitan yang dirasakan oleh penyedia bahan peserta diberikan materi yang berbeda
ataupun alat. Bahan atau alat harus sesuai dengan pencapaiannya.
kompatibel dengan komponen-komponen 3. Evaluasi dilakukan di dalam kelas dan di
lainnya. Alat atau bahan terserbut tidak selalu luar kelas. Evaluasi di dalam kelas
ada di toko atau kehabisan stok, bahkan toko dilakukan oleh instruktur dan
lainnya juga demikian. Faktor penghambat ini pendamping, instruktur melakukan
mengarah pada sarana dan prasarana, adanya evaluasi melalui pengamatan langsung
permasalahan terkait dengan sarana dan pada setiap peserta, kemudian langsung
prasarana dapat menghambat program di ditindaklanjuti dengan memberikan
dukung oleh Ikka Kartika A Fauzi (2011: arahan dan bimbingan. Pada evaluasi
116) bahwa kualitas sarana dan prasarana triwulan melibatkan seluruh pegawai
218 Jurnal Pendidikan Luar Sekolah Edisi Vol VI Nomor 02 Tahun 2017

BPRSW DIY, dimana komponen- Ambar Teguh Sulistiyani. (2004). Kemitraan


dan Model-Model Pemberdayaan.
komponen yang dievaluasi tidak hanya
Yogyakarta: Gava Media.
pencapaian peserta. Produk yang Badan Pusat Statistik. (2016). Tingkat
Pengangguran Terbuka (TPT)
dihasilkan peserta dapat dipamerkan dan
Menurut Provinsi, 1986-201.
dijadikan sebagai model percontohan. https://www.bps.go.id/linkTabelStatis/
view/id/981 (diakses 14 April 2016)
Faktor pendukung yaitu adanya
. (2016). Laporan Bulanan Data
pendamping yang berperan untuk Sosial Ekonomi Juni 2016. Jakarta:
Badan Pusat Statistik.
memotivasi, keuletan instruktur,
Djuju Sudjana. (2008). Evaluasi Program
ketersediaan sarpras. Selain itu peserta Pendidikan Pendidikan Luar Sekolah
untuk Pendidikan Nonformal dan
boleh memanfaatkan sarpras di luar jam
Pengembangan Sumberdaya Manusia.
belajar untuk belajar atau menyelesaikan Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Ikka Kartika A. Fauzi. (2011). Mengelola
tugas. Sedangkan faktor penghambatnya
Pelatihan Partisipatif. Bandung:
kualitas sarana seperti mesin jahit dan Alfabeta.
Kartini Kartono. (2015). Patologi Sosial Jilid
mesin bordir tidak stabil.
1. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Saran Muhammad Adil Arnady Iis Prasetyo. (2016).
Evaluasi Program Kecakapan Hidup di
Berdasarkan temuan penelitian, ada
Sanggar Kegiatan Belajar Bantul,
beberapa saran yang disampaikan yaitu: Yogyakarta. Jurnal Pendidikan dan
Pemberdayaan Masyarakat, 3(1), 60-
1. Perlunya perluasan pemasaran terhadap
74.
produk-produk peserta, yang harapannya
Oemar Hamalik. (2007). Manajemen
BPRSW DIY maupun alumninya semakin Pelatihan Ketenagakerjaan
dikenal baik oleh masyarakat Pendekatan Terpadu Pengembangan
Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi
2. Dalam hal pengadaan sarpras hendaknya Aksara.
lebih memperhatikan kualitas. Sebab Peraturan Presiden No 18 Thn 2014 tentang
Perlidungan dan Pemberdayaan
kualitas yang baik akan mempermudah Perempuan dan Anak dalam Konflik
dan mengoptimalkan proses belajar. Sosial.
Saleh Marzuki. (2012). Pendidikan
Kemudian perlu perbaikan secara tanggap Nonformal Dimensi dalam
dan cepat terhadap mesin yang Keaksaraan Fungsional, Pelatihan
dan Andragogi. Bandung: PT Remaja
bermasalah. Rosdakarya.
3. Dalam pengadaan alat dan bahan perlunya Sub Direktorat Statistik Politik dan
Keamanan. (2015). Katalog BPS
membangun jaringan/networking dari Statistik Kriminal 2015. Jakarta:
instruktur untuk mempermudah Badan Pusat Statistik.
Suharsimi Arikunto dan Cepi Safrudin Abdul
pengadaan alat dan bahan yang sesuai Jabar. (2009). Evaluasi Program
kebutuhan. Pendidikan Pendoman Teoritis Praktis
Bagi Mahasiswa dan Pratisi
Daftar Pustaka Pendidikan Edisi kedua. Jakarta: Bumi
Aksara
219 Jurnal Pendidikan Luar Sekolah Edisi Vol VI Nomor 02 Tahun 2017

Tim Dosen AP UNY. (2000). Manajemen


Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009
tentang Kesejahteraan Sosial.

Anda mungkin juga menyukai