Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi dan memahami: (1) Perencanaan program
pelatihan tata busana di Balai Perlindungan dan Rehabilitasi Sosial Wanita (BPRSW) Daerah Istimewa
Yogyakarta (DIY), (2) Pelaksanaan program pelatihan tata busana BPRSW DIY, (3) Evaluasi program
pelatihan tata busana BPRSW DIY. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan studi
kasus. Subjek penelitian ini adalah penyelenggara program pelatihan tata busana di BPRSW DIY, kepala
bagian Perlindungan dan Rehabilitasi Sosial, pendamping, instruktur, dan peserta pelatihan (klien) yang
sudah lama menempuh program pelatihan. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik
observasi, wawancara, dan dokumentasi. Instrumen utama penelitian yaitu peneliti sendiri yang dibantu
dengan pedoman observasi, pedoman wawancara, dan pedoman dokumentasi. Teknik analisis data yang
digunakan adalah teknis analisis data komponensional melalui tahapan reduksi, penyajian data, dan vetifikasi
data. Teknik keabsahan data yang digunakan yaitu trianggulasi sumber dan trianggulasi metode. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa: (1) perencanaan meliputi penentuan peserta, materi, media, metode, waktu,
sarpras, instruktur, dan waktu. Perencanaan melalui kordinasi penyelenggara dan instruktur. (2) Pada
pelaksanaannya, instruktur mempunyai peran penting dalam mengolah komponen-komponen lainnya seperti
materi, sarana dan prasarana, media, metode, peserta, serta memanfaatkan waktu. Setiap peserta diberikan
materi yang berbeda sesuai dengan pencapaiannya, karena adanya sistem buka tutup. (3) Evaluasi dilakukan
di dalam kelas yang menggunakan pengamatan langsung terhadap kinerja peserta serta hasilnya dan evaluasi
tri wulan membahas semua komponen-komponen pelatihan. Faktor pendukung program yaitu adanya
sumber daya yang saling mendukung seperti pendamping, instruktur, ketersedian sarpras yang mencukupi
serta keleluasaan peserta untuk menggunakan sarpras di luar jam belajar. Sedangkan faktor penghambat
adanya kualitas sarpras yang berbeda-beda seperti mesin jahit dan bordir, serta kesulitan mencari bahan
pendukung yang kompatibel.
Abstract
This research aimed to get infomations and discern (1) plan of dressmaking training program in
BPRSW DIY, (2) implementation of dressmaking training program in BPRSW DIY, (3) evaluation of
dressmaking training program in BPRSW. This research is descriptive with case study approach. This
research subject is the organizer of the dressmaking training program in BPRSW DIY, instructors and
trainees (client) that have long been taking the training program. The data was collected by observation,
interview, and documentation. The main instrument of reseach is researcher that assisted by observation
guidelines, interview guidelines, and documentation guidelines. Data analysis technique used is a technical
analysis of the komponensional data through reduction phase, data display, and veritification. Mechanical
validity of data used is source triangulation and methods triangulation. The results showed that (1) Plan of
program includes participans, teachmaterials, medias, metode, times, facilities and infrastructures,
instructors, and times. Plan throughs coordination organizers and instructors. (2) Implementation, the
instructors have an important role in the process of other components such as teachmaterials, facilities and
infrastructures, medias, methods, participants, and use the time. Each participant is given a different
material in accordance with its achievement, because the existence of a system of open lid. (3) Evaluation is
209 Jurnal Pendidikan Luar Sekolah Edisi Vol VI Nomor 02 Tahun 2017
done in the class that use direct observation on performance of the participants and the learning evaluation
and evaluation of triwulan discussing all training components. The factors supporting a program is the
existence of resources that supports each other. They are escorts, instructors, availability of sufficient leeway
and facilities participants to use outside of the study. While the factors restricting the quality of different
facilities like sewing machines and embroidery, as well as the difficulty of finding a compatible supporting
materials.
korban dan pada tahun 2014 terdapat 17.338 kinerja, dan keberhasilan program serta
korban (Sub Direktorat Statistik Politik dan pencapaian tujuan. Dalam hal ini peranan dari
Keamanan, 2015: 98). komponen program dan manajemen sangat
Wanita yang menjadi korban berpengaruh dalam keberhasilan program,
kekerasan adalah bagian dari warga negara termasuk program pelatihan tata busana.
Indonesia yang berhak mendapat Pada penyelenggaraan kegiatan
perlindungan dan kesejahteraaan sosial sesuai rehabilitasi sosial BPRSW Yogyakarta
dengan UU No 11 Tahun 2009 dan Perpres menerapkan sistem rekruitmen buka tutup,
No 18 Tahun 2014 tentang jaminan artinya selama kuota klien di BPRSW masih
kesejahteraan sosial dan jaminan tersedia maka akan ada perekrutan klien baru.
kesejahteraan khusus bagi wanita. BPRSW Kuota yang tersedia untuk melayani klien di
merupakan lembaga yang berfungsi untuk BPRSW 65 Klien. Sistem buka tutup menjadi
memberikan perlindungan, pelayanan, dan masalah karena klien/peserta yang baru
rehabilitasi sosial dalam rangka membantu masuk akan mengalami banyak kertinggaalan
permasalahan sosialnya. materi dari klien/peserta yang sudah lama.
Layanan berupa Rumah Penanganan Pada penyelenggaraan kegiatan
Trauma Center (RPTC), bimbingan mental rehabilitasi sosial BPRSW Yogyakarta
sosial dan bimbingan keterampilan menerapkan sistem rekruitmen buka tutup,
(pelatihan). Pelatihan yaitu kegiatan belajar artinya selama kuota klien di BPRSW masih
dan praktek untuk sesuatu tujuan baik, tersedia maka akan ada perekrutan klien baru.
dilakukan secara berulang-ulang dan terus- Kuota yang tersedia untuk melayani klien di
menerus untuk memperoleh mengembangkan BPRSW 65 Klien. Sistem buka tutup menjadi
kemampuan, sikap, dan pengetahuan (Saleh masalah karena klien/peserta yang baru
Marzuki, 2012: 175). Pelatihan diupayakan masuk akan mengalami banyak kertinggaalan
untuk membekali peserta (klien) dengan materi dari klien/peserta yang sudah lama.
keterampilan praktis agar ketika peserta atau Berdasarkan uraian di atas,
alumni kembali di masyarakat mempunyai pelaksanaan program pelatihan tata busana
kemampuan untuk berperan sebagai menggunakan sistem buka tutup menarik
masyarakat yang wajar. Salah satu pelatihan untuk dikaji, oleh karena itu, peneliti tertarik
yang ada di BPRSW adalah pelatihan tata untuk melakukan penelitian terkait dengan
busana, mengingat bahwa busana merupakan penyelenggaraan program pelatihan tata
bagian dari kebutuhan sandang yang harus busana di BPRSW DIY. Penelitian ini
dipenuhi. Maka setiap manusia memerlukan diharapkan mampu menemukan temuan
sandang dalam menjalani hidupnya. menarik yang dapat dijadikan sebagai bahan
Dalam pelatihan program tata busana masukan untuk memperbaiki maupun
ada yang perlu diperhatikan untuk melihat
211 Jurnal Pendidikan Luar Sekolah Edisi Vol VI Nomor 02 Tahun 2017
Kamis dan Sabtu setiap pukul 10.00-12.00, Pendamping dan instruktur selalu
kemudian PBKL selama satu Bulan (26 hari). melakukan pengecekan khusus terkait dengan
Peserta dapat melakukan PBKL setelah bahan-bahan yang diperlukan agar tidak
benar-benar memenuhi syarat pada setiap mengamati kekurangan ketersediaan. Sarana
mata bidangnya, syarat tersebut adalah bagian dan prasarana dapat dimanfaatkan oleh
dari materi yang menjadi materi puncak pada peserta di luar jam belajar selama peserta
setiap bidangnya. Seperti yang sudah memiliki waktu luang, sarana dan prasarana
dikemukakan sebelumnya, bahwa syarat dapat leluasa digunakan sebab semua peserta
bidang bordir adalah bordir baju, bidang wajib tinggal di asrama. Jadi adanya sarana
desain yaitu membuat desain tiga dimensi, dan prasarana memang ditujukan untuk
pada bidang kerajinan membuat peyet dan kelangsungan proses belajar, baik
pada bidang jahit membuat kebaya pemanfaatannya di dalam jam belajar (sesuai
Instruktur menyampaikan materi jadwal) maupun di luar jam belajar.
dengan menggunakan penugasan perindividu Dalam komunikasi maupun
yang berupa praktek adapun medianya sesuai berinteraksi dengan peserta, instruktur dapat
dengan kebutuhan, namun yang lebih memahami kondisi peserta dalam menangkap
dominan digunakan adalah media materi pola (rumus pola). Saat beberapa
percontohan yang menyesuaikan materi dan peserta mengalami kesulitan dalam
bidangnya. Dalam setiap materi pada semua memahami apa yang diajarkan oleh
bidang, peserta selalu mendapatkan tugas. instruktur, saat itulah instruktur berusaha
Tugas tidak serta merta diberikan begitu saja, sedemikian rupa agar materi pola atau lainnya
sambil peserta mengerjakan tugas/praktek, dapat mudah dipahami oleh peserta. Maka
instruktur pada saat itu memberikan arahan saat itulah terjadi proses pengembangan atau
langsung baik berupa ceramah maupun peningkatan kemampuan instruktur.
demonstrasi agar peserta benar-benar Instruktur mengembangkan dirinya seperti
memahaminya. Metode yang digunakan dalam hal komunikasi maupun dalam
dengan penugasan sebab program ini adalah pengembangan materi agar materi yang
program yang menitikberatkan pada praktek. disampaikan tidak rumit dipahami oleh
Penggunaan metode praktek tidak terlepas peserta
dari dukungan sarana dan prasarana itu Setiap peserta pada umumnya dapat
sendiri, tanpa sarana dan prasarana yang menguasai materi yang disampaikan oleh
memadai penggunaan metode praktek tidak instruktur, namun bukan berarti peserta tidak
akan optimal bahkan tidak menjadi hambatan mengalami kesulitan. Kesulitan-kesulitan ini
dalam proses pembelajaran terutama dalam dapat diatasi oleh peserta dengan bertanya
proses penguasaan materi oleh para peserta. kepada instruktur maupun kepada peserta
lain, adanya sistem buka tutup mempunyai
215 Jurnal Pendidikan Luar Sekolah Edisi Vol VI Nomor 02 Tahun 2017
kerjasama. Apabila kinerja dari peserta saat atau tidak menyimpang, sebab di luar sana
PBKL itu memuaskan, peserta dapat direkrut banyak cara-cara yang tidak sesuai dengan
pada badan usaha tersebut. Contohnya pada norma-norma masyarakat.
modiste yang dimiliki oleh instruktur bidang Hasil dan manfaat program pelatihan
menjahit yaitu Ibu SW, beliau merekrut tiga tata busana bagi peserta sesuai dengan
peserta PBKL untuk menjadi karyawan di manfaat pelatihan yang dikemukakan oleh
modistenya atau bagian dari modistenya. Ikka Kartika A. Fauzi (2011: 15), yaitu
Setelah peserta bekerja akan dimonitoring adanya peningkatan kemampuan,
perkembangan ditempat kerjanya dalam mengembangkan sikap-sikap positif yang
jangka waktu tiga tahun dalam setiap dibentuk selama proses pelatihan, kemudian
bulannya. Hal ini dukung oleh Suharsimi bekal kemampuan dan sikap yang dimiliki
Arikunto dan Cepi Syafrudin Abdul Jabar peserta tersebut akan berguna dalam
(2009: 20) bahwa evaluasi merupakan pemenuhan kebutuhan ekonominya melalui
kegiatan pengumpulan informasi yang lingkungan kerja. Hal ini juga sesuai dengan
digunakan untuk menentukan alternatif yang temuan Muhammad Adil Arnady Iis Prasetyo
tepat dalam mengambil suatu keputusan. (vol. 3 no. 1 tahun 2016) yang menyatakan
Hasil dan manfaat pelatihan, dalam hal bahwa hasil suatu program pelatihan dapat
ini yang lebih merasakannya yaitu peserta, dilihat dari adanya peningkatan keterampilan,
namun instruktur dan pendamping juga dapat sikap, dan pengetahuan.
mengetahui manfaat yang diperoleh peserta Pendukung program yang dirasakan
dari hasil pelatihan. Hasil dan manfaat yang oleh instruktur yaitu koordinasi antar sumber
diperoleh peserta pada saat pelatihan peserta daya yang saling mendukung, seperti adanya
yaitu peserta mempunyai keterampilan terkait pendamping yang berperan untuk selalu
dengan menjahit, membordir, desain dan memotivasi peserta.
membuat pernak-pernik. Dalam proses untuk Sumber daya pendukung lainnya
menguasai keterampilan tersebut membentuk adalah ketersediaan sarana dan prasarana
sikap peserta seperti kesabaran, ketekukan, untuk kelancaran proses belajar bagi peserta
ketelitian, meningkatkan kreativitas/ide. dan instruktur. Selain ketersediaan sarana dan
Manfaat dalam penguasaan keterampilannya prasarana juga dapat dimanfaatkan oleh
yaitu peserta menjadi lebih percaya diri peserta diluar jam belajar selama peserta
dengan keterampilan yang dimiliki, dan tersebut mau memanfaatkan waktu luangnya.
diharapkan mampu menunjang kehidupannya Instruktur merupakan tokoh yang penting
terutama dalam perekonomian atau peserta dalam pelaksanaan program tata busana.
mampu bekerja maupun mendirikan usaha instruktur berperan dalam mengolah
jahit/modiste. Hal ini mengarah pada cara komponen-komponen pelatihan khususnya
pemenuhan kebutuhan ekonomi yang wajar dalam memberi dukungan kepada peserta.
217 Jurnal Pendidikan Luar Sekolah Edisi Vol VI Nomor 02 Tahun 2017