Anda di halaman 1dari 23

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Entomologi tentang Ordo
Isoptera
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan
makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang ordo isoptera untuk memenuhi
tugas mata kuliah entomologi ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Bandung, November 2017

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................................................................ i


Daftar Isi .......................................................................................................................................... ii
Bab I Pendahuluan .......................................................................................................................... 1
Pendahuluan...................................................................................................................................1
Bab II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................................................. 3
Anatomi............................................................................................................................................ 3
Kepala............................................................................................................................................... 3
Antenna............................................................................................................................................ 4
Mata ................................................................................................................................................. 8
Alat mulut ........................................................................................................................................ 10
Tungkai ............................................................................................................................................. 10
Sayap ................................................................................................................................................ 11
Abdomen.......................................................................................................................................... 12
Isoptera ............................................................................................................................................ 14
Bab III Penutup ................................................................................................................................ 19
Kesimpulan....................................................................................................................................... 19
Daftar Pustaka.................................................................................................................................. 20

ii
BAB I

PENDAHULUAN

Kita menyadari sesungguhnya manusia memperoleh banyak manfaat dari kehadiran


serangga. Rasanya, lanpa layanan penyerbukan serangga seperti lebah, kita akan sedikit sekali
mempunyai sayuran, buah-buahan dan bahan lainnya. Tanpa ada lebah madu (Apis mellifera), maka
sampai saat ini kita mungkin tidak pemah merasakan bagaimana nikmatnya madu. Serangga juga
menghasilkan malam tawon, sutra (di hasilkan oleh ulat sutra, Bombyx mori), zat-zat pewama
(dihasilkan oleh serangga kokineum, Dacylopyus coccus). Sejumlah serangga juga berperan sebagai
predator dan parasit beberapa jenis hama tanaman, dan ini sangat bennanfaat dalam kegiatan
pengendalian hama tanaman. Beberapa tahun terakhir, mungkin kita juga mendengar tentang
pemanfaatan serangga untuk mengendalikan gulma yang merugikan.

Sebaliknya, banyak jenis serangga yang menimbulkan kerugian bagi manusia. Misalnya,
serangga hama yang menyebabkan kerusakan pada tanaman yang dibudidayakan oleh manusia. Hal
ini dapal dimengerti karena hampir 50% dari serangga adalah pemakan tumbuh- tumbuhan
(fitofagus), selebihnya adalah pemakan serangga lain (entomofagus), binatang lain atuu sisa-sisa
tanaman dan binatang. Serangga tenarik pada tanaman, baik untuk makan atau sebagai tempat
berlindung. Bagian-bagian tanaman yang dapat dimanfaatkan oleh serangga seperti daun, tangkai,
ranting maupun barang: Juga nekstar, bunga dan cairan tanaman. Beberapa bagian tanaman
dimanfaatkan untuk membuat Kokon ataupun tempat untuk berlindung.

Serangga juga dapat berperan sebagai vektor suatu jenis penyakit pada tanaman. Misalnya:
penyakit mosaik kacang dan timuun yang ditularkan oleh aphid. Myzus periscae. Vektor beberapa
penyakit bagi manusia dan hewan, misalnya penyakit malaria yang ditularkan oleh nyamuk genus
Anopheles, penyakit pes yang ditularkan oleh pinjal tikus, Xenopsylla cheopis, dan demam sapi Texas
beberapa jenis serangga yang berperan sebagai hama produk dalam simpanan hama gudang).

Secara garis besar peranan serangga dalam kehidupan mansia ada dua, yakni menguntungkan dan
merugikan. Peranan serangga yang menguntungkan (berguna) tersebut antara lain:

a. Serangga sebagai penyerbuk tanaman. madu, lilin. sutra.


b. Serangga sebagai penghasil produk (seperti: madu, lilin, sutera, bahan lac, dan lain-lain)
c. Serangga yang bersifat entomofagus (predator dan parasitoid)
d. Serangga pemakan bahan organik.
e. Serangga pemakan gulma .

1
f. Serangga sebagai bahan penelitian.

Sedangkan peranan serangga yang merugikan (merusak), antara lain:

a. Serangga perusak taraman di lapangan, baik buah, daun, ranting, cabang, batang akar
maupun bunga.
b. Serangga perusak produk dalam simpanan (hama gudang)
c. Serangga sebagai vektor penyakit bagi tanaman, hewan maupun manusia.

Ringkasan

Dari sekian banyak jenis serangga yang ada di alam. sekitar 50% pemakan tanaman (fitofagus), dan
selebihnya pemakan serangga lain (entomofagus), pemakan binatang lain dan sisa-sisa tanaman dan
binatang.

Peranan serangga dalam kehidupan manusia secara garis besar ada dua yakni menguntungkan
(berguna) dan merugikan (merusak).

Bab selanjutnya akan menjelaskan tentang komponen-komponen dari serangga dan akan
menjelaskan lebih rinci dari ordo isoptera.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
Anatomi
Dalam pengamatan penampilan umum serangga satu mempunyai kesamaan dengan
serangga lainnya akan tetapi mereka menunjukan keragaman yang sangat besar tentunya. Oleh
karena itu untuk membahas bentuk/morfologi dari anatomi serangga. Beberapa istiah berikut sering
digunakan untuk menunjukan arah dan bagian tertentu dari tubuh serangga yaitu :
1. Anterior : mengarah atau berhubungan dengan bagian depan atau kepala serangga.
2. Pasterior : mengarah atau berhubungan dengan bagian belakang atau ujung
apdomen serangga.
3. Porsal : mengarah atau berhubungan dengan bagian atas labah atau punggung serangga.
4. Ventral : mengarah atau berhubungan dengan bagian bawah tubuh atau perut serangga.
5. Lateral : mengarah atau berhubungan dengan bagian sisi tubuh serangga.
6. Mesal : mengarah atau berhubungan dengan bagian tengah tubuh serangga.

Kepala
Bentuk umum kepala serangga berupa struktur seperti kotak. Pada kepala terdapat alat mulut
antara, mata majemuk dan mata tunggal (oselus). Permukaan belakang kepala serangga sebagian
besar berupa lubang melalui lubang ini berjalan urat syaraf fentral, trakea, sistem saluran
pencernaan, urat daging, atau kadang – kadang.
Contoh gambar .

a. Pandangan anterior
b. Pandangan lateral
c. Pandangan posterior

3
Posisi kepala serangga berdasarkan letak arah mulut dapat di bedakan menjadi:
1. Hypognatus (vertikal)
Apa bila arah mulut serangga menghadap ke bawah dan segmen – segmen kepala ada dalam
posisi yang sama dengan tangkai, contohnya : belalang ortoktera
2. Prognatus (horizontal)
Apabila bagian dari arah mulut menghadap kedepan dan biasanya serangga ini aktif mangsa,
contoh : coccinella arcuta (ordo coleoptera).
3. Opistognatus (obligue)
Apabila bagian dari arah mulut mengarah kebelakang dan terletak diantara sela – sela pasangan
tungkai, contoh : walang sangit, Neptokorixa acuta (ordo meunitera).

Antena
Serangga mempunyai sepasang antena yang terletak pada kepala dan biasanya tampak
seperti “benang” memanjang. Antena merupakan organ penerima rangsangan seperti bau, rasa,
raba dan panas. Pada dasarnya, antena serangga terdiri atas tiga ruas. Ruas dasar disebut scape.
Scape ini masuk kedalam daerah yang menyelaput (membraneur) pada kepala. Ruas kedua
dinamakan pedisel dan ruas berikutnya secara keseluruhan dinamakan flagela (tunggal) = flagelum.
Bentuk umum antena serangga adalah sebagai berikut:

Antena serangga berfariasi baik dalam bentuk maupun dan ukuran dan ini penting untuk
identifikasi. Variasi bentuk antena serangga diuraikan sebagai berikut:
1. Setaseus

4
2. Filiform

3. Moniliform

4. Serrate

5
5. Pektinat

6. Clavate

7. Capitate

8. Lamelate

6
9. Plumosa

10. Aristate

11. Stylate

1. Setaseus : seperti duri atau rambut kaku dan ruas – ruas menjadi lebih langsing kearah ujung.
Misalnya pada capung.
2. Filiform : seperti benang, ruas – ruasnya berukuran hampir sama dari pangkal keujung dan
bentuknya membulat. Misalnya kumbang tanah.
3. Moniliform : seperti manik – manik, ruasnya berukuran sama dan bentuknya bulat. Misalnya
kumbang keriput kayu.
4. Serrate : seperti gergaji, ruas – ruas antena berbentuk segitiga, terutama pada bagian
pertengahan atau dua pertiga ujungnya. Misalnya loncat balik.
5. Pektinat : sepert sisi, segmen memanjang kearah distal lateral, langsia dan panjang. Misal
kumbang warna api.

7
6. Bentuk gada : ruas – ruas meningkat garis tengahnya kearah distal atau semakin keujung
semakin besar.
a. Clavate : bila peningkatan besar kearah ujung secara bertahap. Misal Tenebrionidae..
b. Kapitate : bila ruas – ruas ujungnya meluas tiba – tiba membesar. Misal Nitidulidae.
c. Lamelate : bila ruas – ruas ujungnya meluas kesamping membentuk semacam pelat – pelat.
Misal kumbang juni.
d. Flabelate : bila ruas – ruas ujungnya memiliki pelebaran kesamping dan berbentuk lembaran
– lembaran panjang. Misal kumbang sedar.
7. Genikulate : berbentuk siku, ruas pertama panjang ruas – ruas berikutnya kecil dan membentuk
sudut dengan ruas pertama. Misal semut.
8. Plumosa : seperti bulu, kebanyakan ruasnya dengan rambut – rambut panjang. Misal nyamuk
jantan.
9. Aristate : ruas terakhir biasanya membesar dan memiliki semacam rambut kaku yang disebut
arista. Misal lalat rumah.
10. Stilate : pada ujung ruas terakhir terdapat struktur seperti jari memanjang yang disebut stilus
atau stili. Misal lalat penyelinap.
Contoh gambar Antena isoptera.

Mata
Serangga dewasa memiliki dua jenis mata, yaitu mata tunggal dan mata majemuk. Mata
tunggal dinamakan osellus. Mata tunggal dapat dijumpai pada larva. Nimfa maupun pada serangga
dewasa. Mata majumuk dijumpai pada serangga dewasa dan biasanya berjumlah sepasang, dengan

8
letak pada masing – masing sisi kepala dan posisinya sedikit menonjol keluar, sehingga mata
majemuk ini mampu menampung semua pandangan dari berbagai arah.
Mata majemuk atau mata faset, terdiri atas sejumlah (bisa sampai beberapa ribu) satuan –
satuan yang dinamakan ommatidia.
 Kornea : bagian kutikula yang bening, berbentuk lensa segi enam, cembung dibagian luar dan
membentuk faset – faset mata.
 Lapisan korniage : terdiri atas dua sel yang terletak dibagian bawah kornea.
 Sel kerucut : empat sel berkelompok dan terdapat dibawah lapisan korneagen, dapat
membentuk kerucut kristal yang terletak dibawah kornea pada mata yang tidak menpunyai
lapisan korneagen.
 Sel pigmen primer : sel yang mengandung pigmen dan terletak sekitar kerucut kristal.
 Petinula : bagian dasar ommatidium ; biasanya terdiri atas tujuh sel pelihat yang masing –
masing berhubungan langsung dengan saraf penglihat.
 Rabdom : suatu struktur yang dihasilkan oleh sel pelihat dan terletak ditengah – tengah
kumpulan sel pelihat tersebut.
 Sel pigmen sekunder : sel pigmen yang menyelimuti sebagian dari sel pigmen primer dan
reticula.
 Ragam dari mata majemuk adalah dalam bentuk ukuran dan banyak fasetnya. Sebagai contoh,
capung (Ordo odonata) mempunyai mata majemuk yang berukuran besar serta memiliki banyak
faset.

Contoh tipe mata Majemuk.

9
Alat Mulut
Serangga berhasil menyesuaikan diri pada hampir semua jenis lingkungan, yang dicapai
dengan sejumlah modifikasi bagian – bagian tubuhnya. Salah satu modifikasi tersebut berkaitan
dengan alat mulutnya. Jenis alat mulut serangga menentukan jenis makanan dan semacam
kerusakan yang ditumbulkannya.
Bagian – bagian alat mulut serangga secara umum terdiri atas sebuah labrum, sepasang mandibel,
sepasang maksila, dan sebuah labium serta hipofaring.
Pada dasarnya alat mulut serangga dapat digolongkan menjadi :
1. Menggigit- mengunyah, seperti pada ordo Orthoptera, Coleoptera, Isoptera, dan larva atau
ulat.
2. Menusuk-mengisap, seperti pada ordo Homoptera dan Hemiptera.
3. Mengisap, seperti pada ordo Lepidoptera (imagonya).
4. Menjilat-mengisap, seperti pada ordo Diptera.

Alat mulut serangga pada ordo isoptera : menggigit-mengunyah (Mandibulata)

Tungkai
Tungkai atau kaki merupakan salah satu embelan pada toraks serangga selain sayap. Tungkai
serangga terdiri atas beberapa ruas (segmen). Ruas pertama disebut koksa (coxa) merupakan bagian
yang melekat langsung pada toraks. Ruas kedua disebut trokhanter (trochanter), berukuran lebih
pendek dari pada koksa dan sebagian bersatu dengan ruas ketiga. Ruas ketiga disebut femur
merupakan ruas yang terbesar. Selanjutnya, ruas keempat disebut fibia, biasanya lebih ramping
tetapi kira – kira sama ratanya panjangnya dengan femur. Pada bagian ujung fibia ini biasanya
terdapat duri – duri atau taji. Ruas terakhir disebut tarsus – tarsus ini biasanya terdiri atas 1 sampai 5
ruas. Diujung ruas terakhir tarsus terdapat pretarsus yang terdiri dari sepasang kuku tarsus. Kuku
tarsus ini disebut claw. Diantara kuku tersebut terdapat struktur seperti bantalan yang disebut
arolium.
Serangga dewasa dan beberapa serangga muda (pradewasa) memiliki tungkai pada bagian
toraksnya. Akan tetapi terdapat serangga muda apodous (tidak bertangkai), seperti larva lalat (sering
disebut tempayak). Bahkan ada serangga dewasa yang tidak bertungkai secara jelas, misalnya kutu
penisai betina. Sesungguhnya, tungkai serangga banyak yang mengalami modifikasi dari bentuk yang
umum dengan fungsi sebagai pejalan. Sejumlah bentuk tungkai serangga yang khas beserta
fungsinya dijelaskan sebagai berikut :
a. Tipe cursorial, adalah tungkai yang digunakan untuk berjalan dan berlari.

10
b. Tipe fossorial, adalah tungkai yang digunakan untuk menggali, ditandai dengan adanya kuku
depan yang keras.
c. Tipe saltatorial, adalah tungkai yang berfungsi untuk meloncat, ditandai dengan pembesaran
femur tungkai belakang.
d. Tipe raptorial, adalah tungkai yang berfungsi untuk menangkap dan mencengkram mangsa,
ditandai dengan pembesaran femur tungkai depan.
e. Tipe natatorial, adalah tungkai yang berfungsi untuk mendorong/berenang, ditandai dengan
bentuk yang tipis serta adanya sekelompok “rambut – rambut” renang yang panjang.
f. Tipe ambolatorial, tungkai yang berfungsi untuk berjalan ditandai dengan femur dan fibia yang
lebih panjang dari bagian tungkai lain. Seperti gambar di bawah ini:
Tungkai pada beberapa jenis khusus serangga memiliki struktur khusus yang sesuai dengan
fungsinya. Beberapa struktur tersebut antara lain :
a. Kurbikulum terdapat pada tungkai lebah madu, merupakan wadah tepung sari.
b. Timpanum terdapat pada fibia tungkai depan dari belakang berantena panjang dan jangkrik.
c. Pada beberapa jenis serangga terdapat berbagai struktur alat undera pada tungkainya, misalnya
: sesilli pada tarsi tungkai depan lalat rumah yang berfungsi untuk merasakan makanan.
Contoh tungkai tipe fossorial:

Sayap
Serangga merupakan satu – satunya binatang inverbrata yang memiliki sayap. Adanya sayap
memungkinkan serangga dapat lebih cepat menyebar (mobilitas) dari suatu tempat ketempat lain
dan menghindar dari bahaya yang mengancamnya.
Sayap merupakan tonjolan integumen dari bagian meso dan metoraksi. Tiap sayap tersusun
atas permukaan atas dan bawah yang terbuat dari bahan khitin tipis. Bagian – bagian tertentu dari
sayap yang tampak sebagai garis tebal disebut pembuluh yang atau rangka sayap pembuluh atau
rangka sayap memanjang disebut rangka sayap membujur (longitudinal) dan yang melintang disebut
rangka sayap melintang. Sedangkan, bagian atau daerah yang dikelilingi pembuluh atau rangka sayap
disebut sel.
Tidak semua serangga memiliki sayap. Serangga yang tidak bersayap digolongkan kedalam
subkelas aptery gota, sedangkan serangga yang memiliki sayap digolongkan kedalam subkelas ptery
gota.
Sayap serangga terletak pada mesotoraks, apabila serangga memiliki dua pasang sayap. Jika
serangga hanya memiliki satu sayap, maka sayap tersebut terletak pada mesotoraks dan pada

11
metatoraks terdapat sepasang halter. Halter ini berfungsi sebagai alat keseimbangan pada saat
serangga tersebut terbang.
Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya, pada sayap serangga terdapat pembuluh
sayap atau rangka sayap. Pola rangka sayap berbeda untuk setiap jenis serangga, dan ini penting
dalam identifikasi. Hingga sekarang, akan tetapi yang paling umum dan luas digunakan adalah sistem
pola rangka sayap menurut comstock-Needham.

Abdomen
Abdomen pada serangga primitif tersusun atas 11-12 ruas yang dihubungkan oleh bagian
seperti Selaput (membran). Jumlah ruas untuk tiap spesies tidak sama. Pada serangga primitif
(belum mengalami evolusi) ruas abdomen berjumlah 12. Perkembangan evolusi serangga
menunjukkan adanya tanda – tanda bahwa evolusi menuju kepengurangan banyaknya ruas
abdomen.
Sebagian besar ruas abdomen tampak jelas terbagi menjadi tergum (bagian atas)
dan sternum (bagian bawah), sedangkan pleuron (bagian tengah) tidak tampak, sebab sebagian
bersatu dengan tergum. Perbedaan kelamin jantan dan betina dapat dilihat jelas pada bagian
abdomen ini. Pada abdomen serangga betina terdapat 10 ruas tergum dan 8 ruas sternum,
sedangkan pada serangga jantan terdapat 10 ruas tergum dan 9 ruas sternum. Ruad ke-11 abdomen
pada belalang betina tinggal berupa pelat dorsal berbentuk segitiga yang dinamakan epiprok dan
sepasang pelat lateroventral yang dinamakanparaprok. Di antara ujung – ujung epiprok dan
paraprok terdapat lubang anus. Tergum ruas ke-11 memiliki sepasang embelan yang
dinamakan cerci (tunggal : cercus). Pada serangga betina embelan – embelan termodifikasi pada
ruas abdomen kedelapan dan kesembilan membentuk ovipositor (alat peletakkan telur) di mana
terdiri atas dua pasang katub yang dinamakan valvifer dan selanjutnya
menyandang valvulae (sepasang pada ruas kedelapan dan dua pasang pada ruas kesembilan). Alat
kopulasi pada serangga jantan biasanya terdapat pada ruas abdomen kesembilan.

12
Pada kedua sisi ruas abdomen pertama terdapat lubang yang cukup besar dan tertutup oleh
selaput tipis yang disebut timpanum (alat pendengaran pada belalang).Spirakel (lubang pernapasan)
pada abdomen terletak di depan timpanum, dan spirakel lainnya terletak pada ruas abdomen kedua
sampai kedelapan pada sebelah bawah dari tergum. Pada serangga betina yang mempunyai
ovipositor, struktur dari alat ini sangat beragam, tergantung dari telur – telur yang akan diletakkan.
Sebagai gambaran, diberikan beberapa bentuk ovipositor serangga, sebagai berikut:
(a) Ovipositor Cicada yang meletakkan telur di bawah kulit kayu pada cabang – cabang pohon
berbentuk pisua tajam dan kaku.
(b) Belalang pedang (Sexava spp) memiliki ovipositor berbentuk pedang sehingga dapat meletakkan
telur – telurnya di bawah permukaan tanah.
(c) Tabuhan parasitik dari famili Icneumonidae (Hymenoptera) memiliki ovipositor yang sangat
panjang, sehingga dapat menembus kulit batang padi untuk meletakkan telurnya pada larva
penggerek batang padi.
Serangga betina dewasa yang tergolong apterygota, seperti Thysanura, memiliki ovipositor
yang primitif di mana bentuknya terdiri dari dua pasang embelan yang terdapat pada bagian bawah
ruas abdomen kedelapan dan kesembilan. Sesungguhnya, terdapat sejumlah serangga yang tidak
memiliki ovipositor, dengan demikian serangga ini menggunakan cara lain untuk meletakkan

13
telurnya. Jenis serangga tersebut terdapat dalam ordo Thysanoptera, Mecoptera,Lepidoptera,
Coleoptera, dan Diptera. Serangga ini biasanya akan menggunakan abdomennya sebagai ovipositor.
Beberapa spesies serangga dapat memanfaatkan abdomennya yang menyerupai teleskop sewaktu
meletakkan telur – telurnya.

Isoptera

Isooptera berasal dari kata isos (sama)dan pteron (sayap). Anai – anai atau rayap adalah
serangga-serangga sosial pemakan selolusa yang berukuran sedang merupakan ordo Isoptera, secara
relatif kelompok kecil dari serangga yang terdiri kira-kira 1900 jenis di dunia. Mereka hidup dalam
masyarakat-masyarakat dengan organisasi yang tinggi dan terpadu , atau koloni – koloni, dengan
individu – individu yang secara morfologi dibedakan menjadi bentuk –bentuk berlainan atau kasta –
kasta yaitu reproduktif, pekerja, dan serdadu yang melakukan fungsi – fungsi biologi yang berbeda
(Borror et al, 1992). Rayap adalah serangga social yang hidup dalam suatu komunitas yang disebut
koloni.Mereka tidak memiliki kemampuan untuk hidup lebih lama bila tidak berada dalam
koloninya.Komunitas tersebut bertambah efisien dengan adanya spesialisasi (kasta) dimana masing-
masing kasta mempunyai bentuk dan peran yang berada dalam kehidupannya. Dibandingkan dengan
serangga social lainnya dalam hal ini semut, rayap memiliki beberapa kemiripan. Oleh karena itu,
beberapa orang kerap kali menyebut rayap sebagai ”semut putih”. Namun demikian perbedaan
antara organisme tersebut sesungguhnya cukup banyak, bahkan semut merupakan salah satu musuh
utama rayap. Secara morfologi antara keduanya juga relative mudah dibedakan.

Sayap

Ordo ini memiliki sayap 2 pasang dan bermembran. Sayap depan dan belakang memiliki bentuk dan
ukuran yang sama. Namun, ada beberapa serangga tidak memiliki sayap.

Mulut
Tipe alat mulut ordo ini adalah penggigit dan pengunyah serta memiliki cerci 2 ruas.
Perilaku
Ordo ini memiliki sistem yang unik, yaitu sistem kasta, yang terdiri dari ratu, pejantan, pekerja, dan
tentara. Hanya ratu yang mampu bereproduksi, sedangkan tipe tentara jantan maupun betina sama-
sama steril, namun dilengkapi dengan kepala yang kuat.

Habitat
Ordo ini biasanya membuat sarang di atas atau bawah tanah, di pohon ataupun kayu-kayuan.

14
Sebagian besar serangga dalam ordo ini memakan bagian tanaman yang mati, meskipun beberapa
ditemukan pada tanaman yang masih hidup. Kemampuan memakannya dapat menjadi beberapa
masalah karena dapat merusak jembatan kayu, almari, dan sebagainya. Apabila koloni dalam jumlah
besar, lubang-lubang pencarian makanan dapat sangat banyak. Sarang yang dibangun juga dapat
lebih besar dengan membentuk gundukan-gundukan di atas tanah.

Peran
Serangga dalam ordo Isoptera ini seringkali dianggap merugikan manusia karena merusak beberapa
benda yang terbuat dari kayu. Namun sebagian juga dapat bermanfaat karena membantu pelapukan
tanaman yang telah mati.

Famili
Ordo Isoptera memiliki 4 famili yaitu Termitidae, Kalotermitidae, Rhinotermitidae, dan
Hodotermitidae.

Famili Termitidae
 Ciri-ciri : Morfologi atau kenampakan luar hampir sama dengan famili Rhinotermitidae. Famili
ini memiliki kemampuan berkembangbiak dengan cepat, sehingga koloni atau populasinya
dapat sangat besar.

 Habitat : Serangga dalam famili ini dikenal memilih sarang di ketinggian, baik di pohon-pohon
tinggi maupun di genting rumah. Namun beberapa juga membuat sarang di dalam tanah atau di
tanggul-tanggul. Sarang yang dibuat berbentuk bukit dengan ketinggian dapat mencapai 3 m.

 Peran : Secara umum dikenal sebagai perusak lingkungan sekitarnya. Beberapa dapat
menyerang persemainan tanaman, seperti pada persemaian padi.

15
Famili Rhinotermitidae

 Ciri-ciri : Imago berbentuk silindris, sayap berwarna hitam coklat dengan warna keperakan.
Pada serangga yang menjadi pekerja/tentara, tubuhnya berbentuk ramping, sedangkan
serangga betina berukuran lebih kecil dibanding jantan.

 Habitat : Pada umumnya hidup di bawah permukaan tanah. Seringkali ditemukan membangun
sarang di batang pohon yang mati, baik yang terdapat di permukaan tanah maupun di dalam
tanah. Apabila populasi serangga ini sudah sangat banyak, maka sarang dapat menutupi seluruh
permukaan kulit batang pohon hingga ketinggian 2-3 m. Hal ini menyebabkan pohon yang
ditempati dari jauh tampak memiliki permukaan yang bergelombang.

 Peran : Umumnya serangga dalam famili ini dikenal sebagai perusak berbagai tanaman seperti
kapuk, randu, karet, kelapa, buah-buahan, dan ketela pohon. Tanaman kapok dan randu
seringkali mengalami kerusakan cukup serius dikarenakan serangga dalam famili ini. Bahkan, di
Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi pernah dilaporkan bahwa serangga-serangga ini merusak
kabel-kabel yang ada di dalam tanah.

Klasifikasi

Rayap

Kingdom : Animalia

Phylum :Arthropoda

Kelas : Insecta

Ordo : Isoptera

Family : Rhinotermitidae

Genus : Coptotermes

Spesies : Coptotermes curvignatus L.

16
Laron

Kingdom : Animalia

Phylum : Arthropoda

Kelas : Insecta

Ordo : Isoptera

Family : Rhinotermitidae

Genus : Macrotermes

Sepsies : Macrotermes Gilvus L.

Gambar

17
18
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Kesimpulan Dari penjelasan makalah di atas mengenai ordo isoptera dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
Ordo Isoptera dicirikan dengan kepala yang prognatik (prognathous head, yaitu posisi alat mulut
searah dengan arah bidang tubuh atau mengarah ke depan). Di belakang kepala terdapat toraks,
terdiri dari.Pleuron nyata tapi sternit sangat kecil. Memiliki mata majemuk. Antena berbentuk
manik-manik (moniliform) panjang, multisegmen dari 11 sampai dengan 31 segmen.Alat mulut
bertipe menggigit-mengunyah (mandibulata) yang berkembang sesuai dengan tipe kastanya.Sayap
hanya dimiliki oleh kasta reproduktif Bagian badan yang terdapat abdomen (perut).Tarsi terdiri dari
tiga sampai dengan lima segmen. Cerci pendek terbagi dalam satu sampai lima.
Taksonomi atau penggolongan jenis-jenis rayap merupakan salah satu misteri dunia insekta karena
tingginya tingkat kemiripan antar jenis rayap dalam masing-masing famili.
Rayap merupakan serangga dengan metamorfosis tidak sempurna. Siklus hidup rayap terdiri dari
telur --> nympa --> dewasa.
Koloni rayap yang merupakan jenis serangga sosial terbagi atas tiga kasta yang memiliki bentuk dan
fungsi yang berbeda. Ketiga kasta tersebut adalah kasta reproduksi, kasta prajurit, dan kasta pekerja.
Tidak kurang dari 80-90% populasi koloni rayap merupakan kasta pekerja.
Peranan dari rayap sendiri yaitu biogeochemical (dekomposer bahan organik), mampu memengaruhi
bentuk vegetasi yang tumbuh dan berkembang di sekitar, di daerah Gurun Afrika Selatan, rayap
Hodotermes berperan dalam proses siklus nutrisi tanah. Di daerah berpasir, rayap mampu
meningkatkan infiltrasi air dan mengembalikannya ke bagian atas tanah. Mengakibatkan kerusakan
pada bangunan, seperti: perumahan, perkantoran, gedung olahraga dan lain sebagainya. Selain itu
rayap juga dapat merusak tanaman, buku, arsip ataupun dokumen lainnya karena mereka dapat
mencerna atau menguraikan selulosa.

19
DAFTAR PUSTAKA

Ananda, K. 1978. Taksonomi serangga Yayasan Pembina Fakultas Pertanian. Universitas Gadjah
Mada. Yogyakarta.

Anonim. 1989. Rekomendasi Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman Padi dan Palawija di
Indonesia, Direktorat Jenderal Pertanian Tanaman Pangan, Depanemen Pertanian. Jakarta.

Anonim. 1991. Cara Koleksi Serangga. Program Nasional Pelatihan dan Pengembangan Pengendalian
Hama Terpadu. Proyek Pra-sarana Fisik Bapenas. Jakarta.

Anonim. 1992. Kunci Determinasi Serangga. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Anonim. 1997. Paket Teknologi Penghasil Teh dalam Tru bus No. 330 Tahun XXVIII.

Arief A., 1994. Perlindungan Tanaman, Hama Penyakit dan Gulma. Usaha Nasional. Surabaya.

Baehaki., 1992. Berbagai Ham serangga Tanaman Padi. Pencrbit Angkasa. Bandung.

Bomor, DJ., CA. Triplehom, dan N.F Johnson. 1992. Pengenalan Pelajaran Seran Edisi keenam.
(Teriemahan) Universitas Gadjah Mada Press. Yogyakarta. 233 Daftar Pustaka

https://fandrio.wordpress.com/serangga/ordo-isoptera/

https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons

Jumar, 1995. Diktat Entomologi Pertanian, Fakultas Pertanian. Universitas Lambung Mangkurat.
Banjarbaru.

Kalshoven, LGE. 1981. Hama tanaman pangan di Indonesia. Direvisi dan Diterjemahkan oleh Van Der
Laan. PA. PT Ichtiar Baru-Van Hoeve. Jakarta.

Kartasapoetra, A.G. 1990. Hama Tanaman Pangan dan Per kebunan, Bumi Aksara. Jakarta.

Lewis, T. 1973. Thrips: Biologi, Ekologi, dan Inportance Ekonomi mereka. Dalam Harahap, LS, 1982.
Penunnun Prakiiku Ilmu Hama Tumbuhan, Pusat Antar Universitas Ilmu Hayati. Institut
Pertanian Bogor, Bogor.

Mahrub, E. dan Soeprapto Mangoendihardjo. 1989. Pengendalian Hayati. Pendidikan Program


Diploma Satu Pengendalian Hama Terpadu. Yogyakarta.

Mangoendihardjo, S. 1978. Hama Hama Tanaman Pertanian di Indonesia. Jilid III (pada Bahan dalam
Simpanan Yayasan Pembina Fakultas Perianian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

20
Mangoendihardjo, S. dan Eddy Mahrub 1983/1984 Pengendalian Hayati. Pengembangan Pergunuan
Tinggi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Natawigena, H. 1985. Pestisida dan Kegunaannya
Amico Bandung

Natawigena, H. 1994. Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman PT Trigenda Karya Bandung Nolan, T.


1970. Serangga Australia Commonwealth Scien- tific dan Organisasi Riset Industri Melboume
University Press 33. Oka, LN 1995. Pengendalian Hama Terpadu dan Implemen tasinya di
Indonesia Gadjah Mada University Press

21

Anda mungkin juga menyukai