Anda di halaman 1dari 18

ALAT MULUT DAN ANTENA SERANGGA

Oleh :
Inas Fahira Ramadani B1A018135
Luluk Wijayanti Z1B021008
Ahmad Migi Fatoni Z1B021022

Kelompok :6
Asisten : Muna Tia Nihayatun Zen

LAPORAN PRAKTIKUM ENTOMOLOGI

KEMENTRIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET DAN TEKNOLOGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2021
I. PENDAHULUAN

Serangga merupakan kelompok hewan yang dominan di muka bumi dengan


jumlah spesies hampir 80 persen dari jumlah total hewan di bumi. Dari 751.000
spesies golongan serangga, sekitar 250.000 spesies terdapatdi Indonesia. Serangga di
bidang pertanian banyak dikenal sebagai hama. Sebagian bersifat sebagai predator,
parasitoid, atau musuh alami (Purnomo & Priyati, 2006).
Serangga adalah hewan yang teramsuk kedalam kelompok utama hewan beruas
Arthopoda yang memiliki tungkai enam atau tiga pasang. Dalam bahasa Yunani
disebut Hexapoda yang artinya berkaki enam. Kajian ilmu yang mempelajari tentang
kehidupan serangga disebut Entomologi. Serangga merupakan hewan beruas dengan
tingkat adaptasi yang sangat tinggi. Lebih dari 800.000 spesies insekta sudah
ditemukan. Sebanyak 500 spesies bangsa capung (Ordata), 20.000 spesies bangsa
belalang (Orthopetra), 170.000 spesies bangsa kupu-kupu dan ngengat (Lepidoptera).
120.000 bangsa lalat dan jenis lainnya (Diptera), 82.000 spesies bangsa kepik
(Hempitera). 360.000 spesies bangsa kumbang (Coleptera), dan 110.000 bangsa
lebah dan semut (Hymenoptera) (Nurhayati & Anwar, 2015).
Ciri-ciri umum serangga adalah mempunyai appendage atau alat tambahan yang
beruas, tubuhnya bilateral simetri yang terdiri dari sejumlah ruas, tubuh terbungkus
oleh zat khitin sehingga merupakan eksoskeleton. Biasanya ruas-ruas tersebut ada
bagian yang tidak berkhitin, sehingga mudah untuk digerakkan. System syaraf
tangga tali, coclom pada serangga dewasa bentuknya kecil dan merupakan suatu
rongga yang berisi darah (Hadi et al., 2009). Serangga menyusun sekitar 64 %
(950.000 spesies) dari total spesies flora dan fauna yang diperkirakan ada dibumi ini
(Jumar, 2000). Dengan jumlah 10 spesies dan individu yang begitu besar maka
serangga memegang peranan yang sangat penting dalam suatu ekosistem. Diantara
peran tersebut adalah: herbivori, predasi. Parasitisme, dekomposisi, penyerbukan,
dan sebagainya.
Serangga memiliki tingkat adaptasi yang sangat tinggi. Ukuran tubuh serangga
relatif kecil. Pada umunya serangga mengalami metamorfosis sempurna, yaitu siklus
hidup dengan beberapa tahapan yang berbeda: telur, larva, pupa, dan imago. Ordo
Lepidoptera, Diptera, Coleoptera, dan Hymenoptera adalah tipe ordo yang
mengalami metamorphosis secara sempurna. Adapula yang disebut dengan
metamorphosis tidak sempurna. Siklus tumbuh metamorfosis tidak sempurna dengan
tahapan: telur, nimfa, dan imago. Pada siklus ini tidak terjadi tahapan larva (Wigena,
1994).
Adaptasi morfologi pada serangga dapat kita lihat pada tipe mulutnya. Bagian
mulut serangga pada dasarnya terdiri atas satu bibir atas, sepasang rahang, satul
hipofaring, sepasang maksila dan satu bibir bawah.
Jenis alat mulut serangga menentukan jenis makanan dan dampak kerusakan
yang ditimbulkan Alat mulut pada serangga dapat digolongkan menjadi menggigit
mengunyah, menusuk-mengisap, mengisap dan menjilat-mengisap. Bagian-bagian
alat mulut serangga secara umum terdiri atas labrum atau bibir atas adalah gelambir
yang lebar yang terletak di bawah pada sisi anterior kepala di depan bagian-bagian
alat mulut lainnya, labrum dapat digerakkan dan digunakan untuk membantu meme
dan memasukkan makanan kedalaman rahang. Labrum terdapat pada daerah yang
membengkak yang dinamakan epifaring. Sepasang mandible adalah rahang yang
jumlahnya sepasang, sangat bersklerotisasi dan tidak beruas. Mandibel terletak tepat
dibelakang labrum, pangkal mandibel berbentuk segitiga dan secara bertahap
memipih kearah luar, pada bidang untuk menggigit ada daerah insisor (gigi seri) pada
daerah molar (geraham). Maksila adalah struktur yang berpasangan dan terletak di
belakang. mandible dan digunakan untuk memegang dan mengunyah makanan,
maksila terdiri dari beberapa bagian yaitu kardo (pangkal maksila yang berbentuk
segitiga, tempat maksila melekat pada kepala), stipes (adalah ruas kedua), palpifer
(gelambir stipes tempat timbulnya palpus), lasinia (struktur yang memanjang seperti
geraham dan golea (struktur seperti gelambir) adalah dua julur yang keluar pada
ujung stipes) dan palpus maksila adalah bagian yang berfungsi sebagai organ
perangsang. Labium terletak pada bagian belakang alat mulut dan membentuk bibir
bawah. Labium terbentuk dari sepasang embelan yang bersatu. Labium terdiri dari
bagian-bagian yaitu submentum, mentum dan ligula (Pedigo, 1989).
Menurut Pedigo (1989) mulut serangga dibagi menjadi lima tipe, yaitu
a. Mulut Penghisap
Merupakan tipe yang khusus, yaitu labrum yang sangat kecil, dan maksila
palpusnya berkembang tidak sempurna. Labium mempunyai palpus labial yang
berambut lebat dan memiliki tiga segmen. Bagian alat mulut ini yang dianggap
penting dalam tipe alat mulut ini adalah probosis yang dibentuk oleh maksila dan
galea menjadi suatu tabung yang sangat memanjang dan menggulung. Contohnya:
Ordo Lepidoptera, yaitu ngengat dan kupu-kupu dewasa.
b. Mulut Penusuk Penghisap
Gejala serangan pada bagian tanaman akan ditemukan bekas tusukan silet yang
akan menyebabkan terjadinya perubahan warna atau perubahan bentuk pada bagian
tanaman yang diserang.
c. Mulut Penggigit Pengunyah
Terdiri dari sepasang bibir, organ penggiling untuk menyobek dan menghancur
serta organ tipis sebagai penyobek. Makanan disobek kemudian dikunyah lalu
ditelan. Secara struktural alat makan jenis ini terdiri dari:
1) Labrum, fungsinya untuk memasukkan makanan ke dalam rongga
mulut.
2) Epifaring, fungsinya sebagai pengecap.
3) Mandibel, fungsinya untuk mengunyah, memotong dan
melunakkan makanan
4) Maksila, alat bantu untuk mengambil makanan 5. Labium,
fungsinya untuk menutup/membuka mulut.
d. Mulut Penjilat Penghisap
Pada mulut lalat (diptera), bahan pangan padat menjadi lembek dan buruk akibat
saliva yang dikeluarkan hama ini untuk melunakkan makanan, kemudian baru
dihisap.
e. Mulut Penggigit penghisap
Tipe mulut ini memiliki tiga bagian yaitu mandibula, maksila dan labium
mengalami modifikasi seperti sendok. Maksila terdiri dari kardo kecil, stipes agak
membesar, serta galea dan palpus maksilaris membentuk tonjolan kecil labium
memanjang.
Dan selanjutnya adalah serangga memiliki ciri-ciri yaitu mempunyai antenna.
Semua serangga dewasa dan nimfa kecuali protura memiliki sepasang antena yang
terletak pada bagian anterior kepala, dekat dengan mata majemuk. Beberapa
serangga pada bentuk larva, antenanya ada yang tereduksi. Fungsi utama antena
adalah sebagai indera dan pembau. Berabagai tipe rambut yang terletak pada antena
bertindak sebagai rangsangan fisik, pembau, suhu, kelembaban dan penerima suara.
Antena sering menjadi bagian dari proses birahi (mating) pada banyak serangga,
contohnya antena yang menyerupai sisir pada ngengat jantan, merasakan bau
(feromon) yang dipancarkan oleh ngegat betina pada spesies yang sama. Dimorfisme
seksual serangga di antena merupakan hal umum, antena jantan lebih kompleks
dibandingkan dengan betina. Antena digunakan sebagai suatu ciri taksonomi dalam
identifikasi serangga karena variasi yang dapat dibedakan dalam ukuran mapun
bentuknya. Tipe-tipe antena diantaranya adalah setaseus, moniliform, filiform.
clavatus, geniculatus, pectinatus (Hadi et al., 2009).
Antena pada serangga bervariasi bentuknya dengan fungsi sebagai alat sensor.
Borror et al. (1992) menyatakan bahwa fungsi antena pada serangga merupakan alat
perasa dan bertindak sebagai organ-organ pengecap, organ pembau, serta organ
untuk mendengar. Antena memiliki segmen scape pada segmen pertama yang
langsung berhubungan dengan kepala, pedisel pada segmen kedua dan flagella pada
segmen berikutnya. Bervariasinya bentuk antena ini juga merupakan satu
karakteristik pembeda yang penting dalam serangga (Arora & Dhaliwal, 1999).
Antena serangga sangat berperan penting dalam menerima sinyal dari serangga
lainnya dalam komunikasi elektromagnetik (Abdolali et al., 2013).
Tujuan dari praktikum ini adalah menjelaskan 5 tipe mulut pada serangga,
menggambar dan menjelaskan bagian-bagian alat mulut tipe penusuk dan penghisap,
menggambar dan menjelaskan bagian-bagian alat mulut tipe penjilat dan penghisap,
menggambar dan menjelaskan bagian-bagian alat mulut tipe penggigit dan
pengunyah, menggambar dan menjelaskan bagian-bagian alat mulut tipe penghisap,
menggambar dan menjelaskan bagian-bagian alat mulut tipe penggigit dan
penghisap, menjelaskan tipe-tipe dan bagian-bagian antena pada serangga, serta
menggambar dan menjelaskan bagian-bagian antena serangga.
II. MATERI DAN METODE

A. Materi

1. Alat

Alat yang digunakan dalam praktikum adalah laptop, alat tulis dan
lembar kerja praktikum.
2. Bahan

Bahan yang digunakan dalam praktikum adalah materi bahan


pembelajaran.

B. Metode

1. Gambar pada materi pembelajaran diamati.


2. Perbedaan antara masing-masing tipe alat mulut diamati, bagian-bagian alat
mulut yang mengalami modifikasi diperhatikan.
3. Tipe mulut serangga digambar pada lembar kerja.
4. Tipe-tipe antena serangga digambar pada lembar kerja.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Serangga secara umum merupakan kelompok hewan yang memiliki kaki enam
(hexapoda), badannya tersusun atas tiga bagian yaitu kepala, dada dan perut.
Serangga berperan bagi manusia yaitu sebagai penyerbuk, pengontrol hama,
pemakan bahan organik yang membusuk, dan sebagai penghasil produk
perdagangan. Serangga memiliki bentuk mulut yang berbeda-beda sesuai dengan
jenis makanan yang mereka makan. Adapun beberapa tipe mulut serangga yaitu tipe
mulut penggigit dan pengunyah, tipe penusuk-penghisap, tipe penjilat – penghisap,
tipe penghisap, dan tipe penggigit – penghisap (Valinta et al., 2021).

Gambar 3.1. Belalang (Valanga nigricornis)


Tipe penggigit dan pengunyah dimana terdiri dari sepasang bibir, organ
penggiling untuk menyobek dan menghancur serta organ tipis sebagai penyobek.
Makanan disobek kemudian dikunyah lalu ditelan. Serta struktural alat makan jenis
ini terdiri dari labrum yang fungsinya untuk memasukkan makanan ke dalam rongga
mulut. Efifaring yang fungsinya sebagai pengecap. Mandibel, fungsinya untuk
mengunyah, memotong dan melunakkan makanan. Maksila yang fungsinya sebagai
alat bantu untuk mengambil makanan. Labium yang fungsinya untuk
menutup/membuka mulut Tipe mulut ini yang diambil sebagai contoh dalam
praktikum yaitu pada belalang (Valanga nigricornis) yang dapat dilihat pada gambar
diatas (Yamin et al., 2021). Berikut klasifikasi dari Valanga nigricornis.
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Insecta
Order : Orthoptera
Family : Acrididea
Genus : Valanga
Species : Valanga nigricornis

Gambar 3.2. Nyamuk (Culex sp.)


Tipe penusuk-penghisap dimana tipe mulut ini termodifikasi untuk menembus
penghalang luar dari inang dan cairan dikeluarkan dari tubuh untuk mempermudah
proses penyerapan makanan. Alat mulut ini terdiri dari sebuah labium yang berperan
sebagai pipa pengisap atau untuk mengeluarkan zat anti penggumpalan darah. Ada
juga “sarung” yang terdiri dari maksila, mandibula, dan labrum. Nyamuk dengan tipe
mulut ini biasanya berperan sebagai vektor penyakit, contohnya nyamuk dapat dilihat
pada gambar di atas (Rengkuan et al., 2020). Berikut klasifikasi dari Culex sp.
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Insecta
Order : Diptera
Family : Culicidae
Genus : Culex
Species : Culex sp.

Gambar 3.3. Lalat rumah (Musca domesctica)


Tipe penjilat – penghisap misalnya pada lalat (Diptera). Pada bagian bawah
kepala terdapat labium yang bentuknya berubah menjadi tabung yang bercelah. Ruas
pangkal tabung disebut rostrum dan ruas bawahnya disebut haustelum. Ujung dari
labium ini berbentuk khusus yang berfungsi sebagai penghisap yang disebut dengan
labellum. Pada permukaannya juga terdapat banyak sekali rambut-rambut dan
lubang-lubang kecil untuk mengisap cairan pakannya. Fungsi tipe mulut menjilat
menghisap bagi lalat adalah mengubah makanan yang memiliki tekstur keras
menjadi lebih lunak. Proses ini dilakukan lalat dengan mengeluarkan air liurnya.
Setelah makanan menjadi lunak, lalat kemudian menghisapnya (Wahyudin et al.,
2021). Berikut klasifikasi dari Musca domestica.
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Insecta
Order : Diptera
Family : Muscidae
Genus : Musca
Species : Musca domestica

Gambar 3.4. Kupu – Kupu (Euploea sp.)


Tipe mulut penghisap memiliki bagian – bagian dengan bentuk seperti probosis
yang dibentuk oleh maksila dan galea menjadi suatu tabung yang memanjang dan
menggulung melalui alat itu serangga makanan yang cair dihisap. Mandibel pada
bagian mulut penghisap memungkinkan untuk memanjang dan berbentuk stilet. Tipe
alat mulut ini biasanya terdapat pada ngengat dan kupu – kupu dewasa dan
merupakan tipe yang khusus yaitu labrum yang sangat kecil dan maksila palpusnya
berkembang tidak sempurna. Labium mempunyai palpus labial yang berambut lebat
dan memiliki tiga segmen (Nuraeni, 2019). Berikut klasifikasi dari Euploea sp.
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Insecta
Order : Lepidoptera
Family : Nymphalidae
Genus : Euploea
Species : Euploea sp.

Gambar 3.5. Tawon (Megalara garuda)


Tipe penggigit – penghisap dimana terdiri dari tiga bagian yaitu mandibula, maksila,
dan labium. Biasanya terdapat pada tawon. Pada tipe ini mulut dilengkapi flabellum
sebagai alat penghisap (Nuraeni, 2019). Berikut klasifikasi dari Euploea sp.
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Insecta
Order : Hymenoptera
Family : Crabronidae
Genus : Megalara
Species : Megalara garuda
Antena adalah organ sensor yang terletak pada kepala, biasanya diatas atau
diantara kedua mata serangga. Semua jenis serangga mempunyai sepasang antena
kecuali laba-laba. Antena serangga mempunyai fungsi yang berbeda-beda, secara
umum fungsi antena untuk mendeteksi bau, rasa, arah dan kecepatan angin, panas
dan kelembaban, bahkan sentuhan dan pendengaran. Berdasarkan bentuknya antenna
serangga digolongkan menjadi 10 yaitu setaceus, filiform, moniliform, clavata,
kapitata, serrata, pektinata, plumose, aristata, dan genikulata (Chamutiova et al.,
2020).
Tipe antenna setaceus berbentuk bulu, meruncing dari pangkal ke ujungnya.
Berbentuk seperti duri, ruas-ruasnya lebih mengecil pada bagian ujung. Seperti
rambut kaku (Seta), makin ke ujung ruas-ruas antena makin ramping, misalnya
Isoptera. Tipe antenna filiform berbentuk seperti benang, setiap ruas memiliki ukuran
yang hampir sama dan biasanya berbentuk silindris, menyerupai tambang, tiap-tiap
segmen yang membentuk antena ukurannya sama. Tipe antenna moniliform
berbentuk seperti untaian tasbih, ukuran ruas-ruasnya sama dan relatif berbentuk
bulat, seperti manik-manik, ruas-ruas antena berukuran sama dan berbentuk bulat.
Tipe antenna clavata seperti moniliform tapi agak membesar kebagian ujungnya.
Tipe antenna kapitata ruas-ruas di sebelah ujung antena meningkat garis tengahnya
dan peningkatannya terjadi secara tiba-tiba, seperti clavate tetapi perbesaran ruas-
ruas terakhir tiba-tiba membesar. Tipe antenna serrata berbentuk seperti gergaji,
ruas-ruas terutama yang terdapat pada setengah ataudua pertiga dari ujung antena
berbentuk segitiga, tiap-tiap segmennya berbentuk seperti gigi. Tipe antenna
pektinata berbentuk seperti sisir, sebagian besar ruas-ruas memiliki juluran lateral
langsing dan panjang, setiap segmen memanjang ke arah samping seperti sisir. Tipe
antenna plumose berbentuk seperti bulu, kebanyakan ruas-ruasnya memiliki rambut-
rambut panjang, setiap segmen berambut lebat dan panjang. Tipe antenna aristata
ruas terakhir biasanya membesar dan mengandung bulu-bulu dorsal yang banyak,
yaitu arista, seakan-akan dari segmen antena keluar lagi antenna. Tipe genikulata
berbentuk siku, dengan ruas pertama panjang dan ruas-ruas berikutnya kecildan
membengkok pada satu sudut dengan yang pertama. Segmen pertama berukuran
panjang diikuti oleh satu segmen yang lebih kecil yang membentuk sudut dengan
segmen pertama (Wati, 2021).

Gambar 3.6. Antena Culex sp.


Culex sp. atau biasa disebut dengan nyamuk. Tubuh nyamuk terbagi menjadi 3
bagian yaitu kepala,dada, dan perut. Di bagian kepala terdapat sungut (antenna).
Nyamuk pada umumnya aktif mencari darah pada waktu malarn hari. Tipe antenna
Culex sp. yaitu plumosa dapat dilihat pada gambar 3.6. Antena tipe ini berbentuk
seperti bulu, kebanyakan ruas-ruasnya memiliki rambut-rambut panjang, setiap
segmen berambut lebat dan panjang. Antenna pada nyamuk jantan berambut
banyak,sedangkan pada nyakum betina berambut sedikit (Wati, 2021). Berikut
klasifikasi dari Culex sp.
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Insecta
Order : Diptera
Family : Culicidae
Genus : Culex
Species : Culex sp.

Gambar 3.7. Antena Apis mellifera


Apis mellifera atau lebah madu merupakan insekta yang hidup berkoloni serta
merupakan serangga sosial. Pada setiap koloni terdapat hanya satu ratu (queen),
beberapa ratus lebah jantan (drones), beberapa puluh ribu lebah pekerja (worker
bees) ditambah penghuni dalam bentuk telur, larva dan pupa. Ketiga kasta lebah
dewasa dapat dibedakan dengan jelas dari ukuran tubuh dan yang paling besar adalah
ratu, diikuti oleh jantan dan yang paling kecil adalah lebah pekerja. Masing - masing
kastatersebut memiliki tugas yang berbeda-beda sesuai dengan fungsi dan anatomi
tubuhnya. Jenis antenna yang dimiliki oleh spesies ini adalah jenis genikulata dapat
dilihat pada gambar 3.7 karena ruas-ruas bagian flagelum membentuk sudut siku-
siku dengan ruas bagian skape (Wati, 2021). Berikut klasifikasi dari Apis mellifera.
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Insecta
Order : Hymenoptera
Family : Apidae
Genus : Apis
Species : Apis mellifera
Gambar 3.8. Antena Periplaneta americana
Periplaneta americana disebut dengan kecoa. Tubuh kecoa berbentuk oval
atau lonjong (pipihdorsoventral) dan berukuran sekitar 1 – 5 cm. Tubuhnya memiliki
lapisan kulitluar (integumen) yang halus dan berwarna dari coklat muda sampai tua
(gambir) atau kehitaman. Kecoa mempunyai tungkai (kaki) yang kokoh, sepasang
antena yang panjang dengan tipe setaseus dan mulut dengan gigi geraham yang kuat.
Tipe antenna setaceus berbentuk bulu, meruncing dari pangkal ke ujungnya.
Berbentuk seperti duri, ruas-ruasnya lebih mengecil pada bagian ujung. Seperti
rambut kaku (Seta), makin ke ujung ruas-ruas antena makin ramping (Wati, 2021).
Berikut klasifikasi dari Periplaneta americana.
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Insecta
Order : Blattodea
Family : Blattidae
Genus : Periplaneta
Species : Periplaneta americana

Gambar 3.9. Antena Musca domestica


Musca domestica biasanya dikenal dengan sebutan lalat rumah. Antena terdiri
dari 3 ruas yang terletak di fossa antenna dan merupakan alat sensori yang penting
untuk mendeteksi kondisi lingkungan sepertisuhu dan kelembaban serta bau-bauan.
Antenna pada Musca domestica sama seperti pada lalat tipe mysca lainnya, yaitu tipe
antenna yang mengalami reduksi dengan ujung distal yang menumpul dan terdiri atas
3 segmen dapat dilihat pada gambar 3.9. Dua segmen pertama pendek dan segmen
ketiga panjang yang ditandai dengan bulu-bulu disekitarnya. Tipe ini biasanya
disebut sebagai tipe aristata (Wati, 2021). Berikut klasifikasi dari Musca domestica.
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Insecta
Order : Diptera
Family : Muscidae
Genus : Musca
Species : Musca domestica

Gambar 3.10. Antena Valanga nigricornis


Valanga nigricornis atau disebut dengan belalang kayu memiliki ciri-ciri
antara lain memiliki antena pendek, organ pendengaran terletak pada ruas abdomen
serta alat petelur yang pendek. Kebanyakan warnanya kelabu ataukecoklatan dan
beberapa mempunyai warna cemerlang pada sayap belakang. Serangga ini termasuk
pemakan tumbuhan dan sering kali merusak tanaman. Tipe antenna pada belalang ini
yaitu filiform. Tipe antenna filiform berbentuk seperti benang, setiap ruas memiliki
ukuran yang hampir sama dan biasanya berbentuk silindris, menyerupai tambang,
tiap-tiap segmen yang membentuk antena ukurannya sama (Wati, 2021). Berikut
klasifikasi dari Valanga nigricornis.
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Insecta
Order : Orthoptera
Family : Acrididea
Genus : Valanga
Species : Valanga nigricornis
IV. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa :


1. Tipe mulut pada serangga terdiri dari tipe penusuk dan penghisap, tipe
penjilat dan penghisap, tipe penggigit dan pengunyah, tipe penjilat dan
penghisap, dan tipe penggigit dan penghisap.
2. Tipe penusuk-penghisap dimana tipe mulut ini termodifikasi untuk
menembus penghalang luar dari inang dan cairan dikeluarkan dari tubuh
untuk mempermudah proses penyerapan makanan.
3. Tipe penjilat – penghisap bagian bawah kepala terdapat labium yang
bentuknya berubah menjadi tabung yang bercelah.
4. Tipe penggigit dan pengunyah dimana terdiri dari sepasang bibir, organ
penggiling untuk menyobek dan menghancur serta organ tipis sebagai
penyobek.
5. Tipe mulut penghisap memiliki bagian – bagian dengan bentuk seperti
probosis yang dibentuk oleh maksila dan galea menjadi suatu tabung yang
memanjang dan menggulung melalui alat itu serangga makanan yang cair
dihisap.
6. Tipe penggigit – penghisap dimana terdiri dari tiga bagian yaitu mandibula,
maksila, dan labium, mulut dilengkapi flabellum sebagai alat penghisap.
7. Antenna serangga digolongkan menjadi 10 yaitu setaceus, filiform,
moniliform, clavata, kapitata, serrata, pektinata, plumose, aristata, dan
genikulata.
8. Tipe antenna setaceus berbentuk bulu. Tipe antenna filiform berbentuk seperti
benang. Tipe antenna moniliform berbentuk seperti untaian tasbih. Tipe
antenna clavata seperti moniliform tapi agak membesar kebagian ujungnya.
Tipe antenna kapitata ruas-ruas di sebelah ujung antena meningkat garis
tengahnya dan peningkatannya terjadi secara tiba-tiba. Tipe antenna serrata
berbentuk seperti gergaji. Tipe antenna pektinata berbentuk seperti sisir. Tipe
antenna plumose berbentuk seperti bulu. Tipe antenna aristata ruas terakhir
biasanya membesar dan mengandung bulu-bulu dorsal yang banyak. Tipe
genikulata berbentuk siku.
B. Saran

Saran kami sebagai praktikan yaitu agar praktikan lebih serius lagi dalam
menerima arahan dari asisten agar praktikum berjalan dengan baik dan lancar.
DAFTAR REFERENSI

Abdolali, A., Hasanzade, H., Salary, M.M., 2013. The Antenna Analysis of Insects
Antennae. World Journal of Modelling and Simulation, 9(3), pp.235-240.

Arora, R., & Dhaliwal, G.S., 1999. The Insect diversity, Habits and Management.
India: Punjab Agricultur University.

Borror, D.J., Triplehom, C.A., & Johnson, N.F., 1992. An Introduction to the Study
of Insect. Callifornia : Harcourt Brace College Publishers.

Chamutiova, T., Hamerlik, L., & BituŠÍk, P., 2020. Subfossil chironomids (Diptera,
Chironomidae) of lakes in the Tatra Mountains: an illustrated
guide. Zootaxa, 4819(2), pp.216-264.

Hadi. M., Tarwotjo, U., & Rahardian, R., 2009. Biologi Insekta: Etomologi.
Yogyakarta : Graha Ilmu.

Jumar., 2000. Entomologi Pertanian. Jakarta: Rineka Cipta.

Nuraeni, S., 2019. Perlindungan dan Pengamanan Hutan. Makasar : Fakultas


Kehutanan Universitas Hasanuddin.

Nurhayati, A., & Anwar, R., 2015. Prevalensi Cendawan Entomopatogenik,


Neozygites Fumosa (Speare) Remaudie're & Keller (Zygomycetes:
Entomophthorales) pada Populasi Kutu Putih. Paracoccus marginatus Williams
& Granara De Willink (Hemiptera: Pseudococcidae) di wilayah Bogor. Jurnal
Entomologi Indonesia, 9(2), pp.71-79.

Pedigo, L.P., 1989. Entomology and Pest Management. New York : McMillan
Publishing Company.

Purnomo, B., & Priyati, N., 2006. Materi Kuliah Dasar Perlindungan Tanaman.
Bengkulu : Universitas Bengkulu.

Rengkuan, M., Manuhutu, J., & Tumbel, F.M., 2020. Efektivitas Perangkap Hama
Kutu Daun Pada Pertanaman Stroberi (Fragaria Sp.) di Kelurahan Rurukan
Satu, Kota Tomohon. NUKLEUS BIOSAINS, 1(1), pp.31-36.

Valinta, S., Rizal, S., & Mutiara, D., 2021. Morfologi Jenis-jenis Serangga pada
Tanaman Padi (Oryza sativa) di Desa Perangai Kec. Merapi Selatan Kab.
Lahat. Indobiosains, 3(1), pp.26-30.

Wahyudin, D., Indarwati, I., Arsi, A., Astuti, T., Budiarti, L., Ramdan, E.P.,
Junairiah, J., Wulansari, N.K., Ginting, M.S., Wati, C., & Malik, A.F.,
2021. Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman. Medan : Yayasan Kita Menulis.

Wati, C., Rahmawati, R., Hartono, R., Haryati, P.W., Riyanto, R., Anggraini, E.,
Rizkie, L., Melani, D., Septiarini, D., & Karenina, T., 2021. Entomologi
Pertanian. Medan : Yayasan Kita Menulis.
Wigena, S., 1994. Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman. Jakarta : Universitas
Terbuka.

Yamin, M.R., Kariimah, S.A.U., Ramadhanti, N.R.N., & Wulandari, I.A.I., 2021.
Distribusi Temporal dan Spatial Arthropoda Pada Berbagai Jenis Tumbuhan
Liar di Agroekosistem. Bionature, 22(1), pp.15-28.

Anda mungkin juga menyukai