Anda di halaman 1dari 13

ALAT MULUT SERANGGA

Oleh :
Nama : Edwin Muttaqin
NIM : B1J014132
Rombongan ` : III
Kelompok :5

LAPORAN PRAKTIKUM ENTOMOLOGI

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2017
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Serangga memiliki keanekaragaman luar biasa dalam ukuran, bentuk dan


perilaku. Kesuksesan eksistensi kehidupan serangga di bumi ini diduga berkaitan erat
dengan rangka luar (eksoskeleton) yang dimilikinya, yaitu kulitnya yang juga
merangkap sebagai rangka penunjang tubuhnya, dan ukurannya yang relatif kecil,
kemampuan terbang sebagian besar jenis serangga serta bentuk adaptasi dari
modifikasi alat mulutnya. Ukuran badannya yang relatif kecil menyebabkan
kebutuhan makannya juga relatif sedikit dan lebih mudah memperoleh perlindungan
terhadap serangan musuhnya. Serangga juga memiliki kemampuan bereproduksi lebih
besar dalam waktu singkat, dan keragaman genetik yang lebih besar. Dengan
kemampuannya untuk beradaptasi, menyebabkan banyak jenis serangga merupakan
hama tanaman budidaya, yang mampu dengan cepat mengembangkan sifat resistensi
terhadap insektisida (Jumar, 2000).
Serangga berhasil menyesuaikan diri pada hampir semua jenis lingkungan, yang
dicapai dengan sejumlah modifikasi bagian-bagian tubuhnya. Salah satu modifikasi
tersebut berkaitan dengan alat mulutnya. Jenis alat mulut serangga menentukan jenis
makanan dan macam kerusakan yang ditimbulkannya (Ahmad, 1995).
Alat mulut adalah pintu gerbang bagi serangga untuk mendapatkan pakannya.
Secara umum, alat mulut serangga terletak di bagian depan-bawah kepala, dan
terbentuk dari beberapa bagian. Secara umum, ada dua tipe alat mulut serangga, yang
disesuaikan dengan jenis pakannya, yaitu tipe penggigit-pengunyah dan penusuk-
pengisap. Oleh para ahli biologi serangga, tipe alat mulut ini dipelajari secara teliti
terutama untuk mengidentifikasi jenis serangga dengan cara melihat bentuk luka pada
tumbuhan atau benda-benda lain yang menjadi pakan dari serangga. Misalnya,
kerusakan berupa hilangnya beberapa bagian dari tubuh tumbuhan dapat diartikan
sebagai kerusakan akibat serangan serangga dengan alat mulut penggigit-pengunyah
(Riordi, 2009).
Serangga memiliki daya merusak yang terdiri dari berbagai macam cara, yaitu
menghisap, menggigit, menggerek, dan merusak titik tumbuh. Serangga juga terbagi
dalam beberapa ordo, yang mana masing-masing ordo mempunyai ciri khas yang
berbeda satu sama lain yang secara sederhana dapat digunakan untuk mengenali atau
menentukan kelompok serangga tersebut. Ordo-ordo serangga seringkali dicirikan
oleh tipe metamorfosisnya (Ahmad, 1995).

B. Tujuan

Tujuan dari praktikum alat mulut serangga adalah menjelaskan 5 tipe mulut
pada serangga, menggambar dan menjelaskan 5 tipe alat mulut pada serangga.
II. TINJAUAN PUSTAKA

Kepala berisi mulut. Tipe mulut pengunyah, seperti belalang, kumbang dan lain-
lain, terdiri dari labrum (bibir atas) dan di bawah labrum adalah sepasang struktur
rahang. Bawah rahang dihubungkan oleh palpus maxillary. Maxilla berisi rambut
sensoris dengan indra pengecap, rangsangan gustatory, dan fingerlike palps rahang
atas analog dengan jari dan digunakan untuk menyodok makanan ke dalam mulutnya.
Kemudian mulut bagian bawah adalah sepasang segmen menyatu yang membentuk
labium (bibir bawah), yang dihubungkan oleh palpus labialis, yang membantu
mendorong makanan di rahang atas. Pada Hemiptera, labrum adalah tabung
membentuk flap vestigial, memiliki rahang dan maxilla bersarang, stilet, dan labium
(Elzinga, 1981).
Alat mulut merupakan salah satu alat tubuh yang mendukung kemampuan
serangga untuk bertahan di alam yang bentuk dan ukurannya sangat bermacam-
macam. Dengan tipe alat mulut tertentu, serangga hama dalam merusak tanaman akan
mengakibatkan gejala kerusakan yang khas pada tanaman yang diserangnya. Karena
itu, dengan mempelajari berbagai tipe gejala ataupun tanda serangan akan dapat
membantu dalam mengenali jenis-jenis hama penyebab yang dijumpai di lapangan.
Selain itu, tipe alat mulut dapat pula digunakan untuk menduga cara hidup ataupun
untuk menaksir populasi hama yang bersangkutan. Tipe alat mulut serangga
tergantung dari (1) stadium perkembangan; (2) bentuk makanan; dan (3) jenis
makanannya (Jumar, 2000).
Sebagian besar serangga adalah pemakan tumbuhan, termasuk biji-bijian yang
disimpan di gudang atau lumbung. Sebagian lagi adalah pemakan serangga dan
binatang kecil lainnya. Beberapa jenis hidup dengan menghisap darah manusia atau
binatang, dan beberapa jenis hidup parasit pada binatang menyusui serta burung,
memakan bulu-bulunya. Serangga tanah merupakan pemakan serasah busuk dan
pohon tumbang, serta lumut, jamur, dan kapang (Siregar, 2009).
Bagian mulut serangga pada dasarnya terdiri atas satu bibir atas, sepasang
rahang, satu hipofaring, sepasang maksila dan satu bibir bawah. Bagian-bagian mulut
serangga dapat diklasifikasikan menjadi dua tipe umum, yaitu mandibulata
(pengunyah) dan haustelata (penghisap), tipe alat mulut pengunyah, mandibula
bergerak secara transversal yaitu dari sisi ke sisi, dan serangga tersebut biasanya
mampu menggigit dan mengunyah makanannya. Pada belalang, jangkrik dan kecoa
mulutnya dilengkapi dengan rahang atas dan rahang bawah yang sangat kuat. Tipe
mulut seperti pada serangga tersebut dinamakan tipe mulut penggigit. Kutu dan
nyamuk mulutnya mempunyai rahang yang panjang dan runcing, sehingga
memungkinkan untuk menusuk kulit manusia atau hewan lain. Tipe mulut seperti itu
dinamakan tipe mulut penusuk pengisap. Kupu-kupu mulutnya dilengkapi dengan alat,
seperti belalai yang panjang dan dapat digulung. Tipe mulut seperti pada kupu-kupu
tersebut dinamakan tipe mulut pengisap. Lebah madu dan lalat mulutnya dilengkapi
dengan alat untuk menjilat atau bibir. Tipe mulut seperti itu disebut tipe mulut
pengisap penjilat (Jumar, 2000).
III. MATERI DAN METODE

A. Materi

1.1. Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum alat mulut serangga adalah botol,
pinset, dan mikroskop.
1.2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum alat mulut serangga adalah
kloroform, formalin, kupu-kupu (Saturnia sp.), nyamuk (Anopheles sp.), lalat
rumah (Musca domestica), lebah madu (Apis mellifera), dan belalang kayu
(Valanga nigricornis).

B. Metode

Alat dan bahan dipersiapkan

Serangga dimatikan dengan cara


memasukkannya ke dalam botol
yang berisi campuran kloroform :
formalin (1:1)

Serangga diambil lalu dipotong


caputnya

Bagian alat mulut serangga diamati


di bawah mikroskop
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Gambar 4.1. Tipe Mulut Belalang Gambar 4.2. Tipe Mulut Kupu-
Kupu

Gambar 4.4. Tipe Mulut Tawon


Gambar 4.3. Tipe Mulut Lalat

Gambar 4.5. Tipe Mulut Nyamuk


B. Pembahasan

Menurut Elzinga (1981), alat-alat mulut serangga terdiri dari :


1. Labrum (bibir atas)
2. Sepasang mandibula (geraham pertama)
3. Sepasang maxilla (geraham kedua)
4. Labium (bibir bawah)
5. Epifaring (lidah)
Labrum atau bibir atas terletak di sisi ventral clypeus. Disebelah bawah labrum
terdapat organ yang bentuknya seperti lidah yaitu hypopharynx. Di setiap sisinya
terdapat rahang keras mandibula. Permukaan rahang ini bergigi untuk menggigit
makanan. Di sebelah bawah mandibula terdapat sepasang maxilla. Setiap maxilla
terdiri atas cardo (bagian basal), stipes (bagian tengah), lacinia (berbentuk kurva
panjang), galea (bentuknya panjang sedikit bulat), dan palpus maxillary. Labium atau
bibir bawah terdiri atas submentum (bagian basal), mentum (bagian tengah), ligula
(berjumlah dua, merupakan penutup yang dapat bergerak), dan palpus labial yang
terdapat di setiap sisinya. Labrum dan labium berperanan memegang makanan
diantara mandibula dan maxilla yang bergerak secara lateral untuk menggiling
makanan tersebut. Sedangkan palpus maxillary dan palpus labial berfungsi untuk
membedakan jenis makanan karena adanya organ-organ indera. serangga predator
adalah serangga yang mengkonsumsi organisme lain dengan menggunakan berbagai
strategi untuk menangkapnya. Predator menggunakan beragam strategi untuk
menangkap mangsa, termasuk bagian dan perilaku mulut yang dimodifikasi. (Ramirez,
2014)
Berdasarkan tipenya, alat mulut serangga dibagi menjadi 5 menurut (Pedigo, 1989),
yaitu:
1. Tipe mulut penggigit dan pengunyah
Tipe mulut ini paling primitif karena bagian-bagiannya belum termodifikasi,
terdiri dari sepasang bibir, organ penggiling untuk menyobek dan menghancur serta
organ tipis sebagai penyobek. Makanan disobek kemudian dikunyah lalu ditelan. Serta
struktural alat makan jenis ini terdiri dari:
(a) Labrum, berfungsi untuk memasukkan makanan ke dalam rongga mulut.
(b) Epifaring, berfungsi sebagai pengecap.
(c) Mandibula, berfungsi untuk mengunyah, memotong, atau melunakkan makanan.
(d) Maxilla, merupakan alat bantu untuk mengambil makanan. Maxila memiliki empat
cabang, yaitu kardo, palpus, laksinia, dan galea.
(e) Hipofaring, serupa dengan lidah dan tumbuh dari dasar rongga mulut.
(f) Labium, sebagai bibir bawah bersama bibir atas berfungsi untuk menutup atau
membuka mulut. Labium terbagi menjadi tiga bagian, yaitu mentum, submentum, dan
ligula. Ligula terdiri dari sepasang glosa dan sepasang paraglosa. Contoh serangga
dengan tipe alat mulut ini yaitu ordo Coleoptera, Orthoptera, Isoptera, dan
Lepidoptera.
2. Tipe alat mulut pengunyah dan penghisap
Tipe alat mulut ini diwakili oleh tipe alat mulut kumbang kayu (Xylocopa) dan
lebah madu Apis cerana (Hymenoptera, Apidae) merupakan tipe kombinasi yang
struktur labrum dan mandibulanya serupa dengan tipe alat mulut penggigit dan
pengunyah, tapi maxilla dan labiumnya memanjang dan menyatu. Glosa merupakan
bagian dari labium yang berbentuk memanjang sedangkan ujungnya menyerupai lidah
yang berbulu disebut flabelum yang dapat bergerak menyusup dan menarik untuk
mencapai cairan nektar yang ada di dalam bunga.
3. Tipe alat mulut penjilat dan penghisap
Tipe alat mulut ini misalnya pada alat mulut lalat (Diptera). Pada bagian bawah
kepala terdapat labium yang bentuknya berubah menjadi tabung yang bercelah. Ruas
pangkal tabung disebut rostrum dan ruas bawahnya disebut haustelum. Ujung dari
labium ini berbentuk khusus yang berfungsi sebagai pengisap, disebut labellum. Pada
mulut lalat, bahan pangan padat menjadi lembek dan buruk akibat ludah yang
dikeluarkan hama ini untuk melunakkan makanan, kemudian baru dihisap.
4. Tipe alat mulut pengisap
Tipe alat mulut ini biasanya terdapat pada ngengat dan kupu-kupu dewasa
(Lepidoptera) dan merupakan tipe yang khusus, yaitu labrum yang sangat kecil, dan
palpus maxillarisnya berkembang tidak sempurna. Labium mempunyai palpus labialis
yang berambut lebat dan memiliki tiga segmen. Bagian alat mulut ini yang dianggap
penting dalam tipe alat mulut ini adalah probosis yang dibentuk oleh maxilla dan galea
menjadi suatu tabung yang sangat memanjang dan menggulung.
5. Tipe alat mulut penusuk dan penghisap
Kepik, mempunyai alat mulut menusuk mengisap, misalnya Scotinophara
(Heteroptera). Alat mulut yang paling menonjol adalah labium, yang berfungsi
menjadi selongsong stilet. Ada empat stilet yang sangat runcing yang berfungsi
sebagai alat penusuk dan mengisap cairan tanaman. Keempat stilet berasal dari
sepasang maxilla dan mandibula ini merupakan suatu perubahan bentuk dari alat mulut
serangga pengunyah.
Alat mulut primitif merupakan alat mulut yang belum mengalami modifikasi.
Bagian-bagian alat mulut ini mudah dilihat. Labrum terletak di depan bagian-bagian
mulut yang lain. Sisi ventral labrum terdapat epifaring. Mandibula terletak di bagian
belakang labrum. Maksila terletak di belakang mandibula. Alat mulut tipe penggigit
dan pengunyah merupakan tipe primitif. Alat mulut yang sudah termodifikasi terjadi
pada tipe penusuk dan penghisap di mana maksila dan mandibula termodifikasi seperti
jarum yang berfungsi untuk menusuk contohnya pada nyamuk. Lalu, tipe penghisap
di mana maksila termodifikasi menjadi alat penghisap (galea). Tipe penggigit dan
penghisap mengalami modifikasi pada bagian mandibulanya yaitu berbentuk seperti
sendok. Mandibula pada tipe penjilat dan penghisap tereduksi dan maksila
termodifikasi menjadi alat penjilat dan penghisap (probosis) (Pedigo, 1989).
Klasifikasi lebah madu menurut (Radiopoetro, 1991):
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Insecta
Ordo : Hymenoptera
Family : Apidae
Genus : Apis
Species : Apis mellifera
Klasifikasi belalang kayu menurut (Jasin, 1989):
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Insecta
Ordo : Orthoptera
Family : Acrididea
Genus : Valanga
Species : Valanga nigricornis
Klasifikasi kupu-kupu menurut (Simpson, 1961):
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Insecta
Ordo : Lepidoptera
Family : Saturniidae
Genus : Saturnia
Species : Saturnia sp.
Klasifikasi lalat rumah sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Insecta
Ordo : Diptera
Family : Muscidae
Genus : Musca
Species : Musca domestica (Mayr, 1969).
Klasifikasi lalat rumah sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Insecta
Ordo : Diptera
Family : Culicidae
Subfamily : Anophelinae
Genus : Anopheles
Species : Anopheles sp. (Harbach, 2004).
V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa,


1. Tipe alat mulut serangga ada 5, yaitu alat mulut tipe penggigit dan pengunyah,
penjilat dan penghisap, penusuk dan penghisap, pengunyah dan penghisap, serta
alat mulut tipe penghisap.
2. Tipe mulut penggigit dan pengunyah paling primitif. Tipe alat mulut pengunyah dan
penghisap memiliki maxilla dan labium yang memanjang dan menyatu. Tipe alat
mulut penjilat dan penghisap pada bagian bawah kepala terdapat labium yang
bentuknya berubah menjadi tabung yang bercelah. Tipe alat mulut pengisap
memiliki labrum yang sangat kecil, dan palpus maxillarisnya berkembang tidak
sempurna. Tipe alat mulut penusuk dan penghisap memiliki 4 stilet yang sangat
runcing yang berfungsi sebagai alat penusuk dan mengisap cairan tanaman.

B. Saran

Sebaiknya praktikan lebih teliti saat mengamati preparat yang digunakan agar
lebih mudah dalam memahaminya.
DAFTAR REFERENSI

Ahmad, I. 1995. Entomologi dan Teknologi Pengendalian Serangga Hama yang


Berwawasan Lingkungan. Bandung: ITB.
Elzinga, R.J. 1981. Fundamental Entomology. New Jersey: Practice Hall Inc.
Harbach, R.E. 2004. The classification of genus Anopheles (Diptera: Culicidae): a
working hypothesis of phylogenetic relationships. Bulletin of Entomological
Research, 94: 537-553
Jasin, M. 1989. Sistematika Hewan (Invertebrata dan Vertebrata). Surabaya: Sinar
Wijaya.
Jumar. 2000. Entomologi Pertanian. Jakarta: Rineka Cipta.
Mayr, E. 1969. Principles of Systematic Zoology. New Delhi: Tata Mc Graw. Hill
Publishing Company.
Pedigo, L.P. 1989. Entomology and Pest Management. New York: Mac Millan
Publishing Company.
Radiopoetro. 1991. Zoologi. Jakarta: Erlangga.
Ramirez, Alonso., & Pablo E. Gutierrez-Fonseca., 2014. Functional feeding groups of
aquatic insect families in Latin America: a critical analysis and review of
existing literature. Rev. Biol. Trop. (Int. J. Trop. Biol. ISSN-0034-7744) Vol. 62
(Suppl. 2): 155-167.
Riordi. 2009. Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman. Bandung: Tri Ganda Karya.
Simpson, G.G. 1961. Principal of Animal Taxonomy. New York: Columbia University
Press.
Siregar, A.Z. 2009. Serangga Berguna Pertanian. Medan: USU Press.

Anda mungkin juga menyukai