Anda di halaman 1dari 13

`MORFOLOGI ALAT MULUT DAN ANTENA SERANGGA

Oleh:
Ghofari Sabilil Haq Taufiqurrahman B1B019042
Shafira Nurrusyifa B1B018045
Suningki Kopa Rihi Z1A021713

Kelompok 4
Asisten : Winda Rachmayani Caesarina

LAPORAN PRAKTIKUM ENTOMOLOGI

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET DAN TEKNOLOGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2021
I. PENDAHULUAN

Bagian-bagian mulut serangga secara umum terdiri dari sebuah labrum, sepasang
mandibula dan maksila, serta sebuah labium dan hipofaring. Susunan dan bagian-
bagian alat mulut pada serangga sangat bervariasi sesuai dengan cara serangga
mendapatkan makanannya. Menurut cara makan serangga, maka alat mulut pada
serangga dibagi menjadi Lima tipe, Penggigit dan pengunyah, Penusuk dan
penghisap, Penghisap, Penggigit dan penghisap, Penjilat dan penghisap. Tipe alat
mulut Penggigit dan pengunyah merupakan tipe yang paling primitif. Bagian-bagian
alat mulut ini mudah dilihat dengan jalan memisahkan bagian klipeus, labrum,
mandibula, maksila, dan labium. Labrum terletak di depan bagian-bagian mulut yang
lain. Pada sisi ventral labrum terdapat lobus membujur yang disebut epifaring.
Mandibula terletak di bagian belakang labrum. Pada mandibula terdapat gigi molar
yang digunakan untuk mengunyah makanan. Mandibula berhubungan dengan kepala
melalui perantaraan dua buah kondile. Maksila terletak di belakang mandibula yang
terdiri dari kardo, stipes, lacinia, galea, dan palpus maksilaris. Pangkal palpus
maksilaris disebut palpifer. Labium terdiri dari tiga bagian, yaitu post mentum,
prementum, dan ligula. Post mentum merupakan bagian basal yang terdiri dari dua
bagian, yaitu submentum dan mentum. Prementum merupakan bagian distal dari
mentum. Pada kedua sisi prementum terdapat palpus labialis. Pangkal palpus labialis
disebut palpiger. Ligula merupakan bagian paling ujung, terdiri dari glossa dan
paraglossa. Tipe alat mulut Penusuk dan penghisap merupakan tipe yang paling
banyak mengalami modifikasi dibandingkan dengan tipe penggigit dan pengunyah.
Pada tipe ini labium berubah menjadi bentuk alat yang menyerupai tabung dan
beruas-ruas. Palpus labialis tidak ada lagi. Bagian mulut yang lain diurut dari arah
depan adalah antiklipeus, klipeus, labrum, dan labium. Dalam labium terdapat
maksila dan mandibula yang berbentuk seperti jarum. Kedua maksila menjadi satu
membentuk saluran makanan dan saluran ludah. Tipe alat mulut Penghisap
menyerupai tabung yang panjang, menggantung, dan melekat pada pangkal anterior
kepala. Alat mulut jenis ini terdiri dari labrum, mandibula, maksila, dan labium.
Labrum hanya berupa sklerit kecil yang melintang dibawah klipeus. Mandibula
hanya tampak sebagai relief dan tidak berfungsi. Maksila terdiri dari kardo berukuran
kecil, stipes, dan galea. Galea sangat panjang dan berfungsi untuk menghisap nektar.
Palpus maksilaris umumnya tidak ada. Tipe alat mulut Penggigit dan penghisap
terdiri dari tiga bagian, yaitu mandibula, maksila, dan labium. Mandibula mengalami
modifikasi seperti sendok. Maksila terdiri dari kardo kecil, stipes agak membesar,
serta galea dan palpus maksilaris membentuk tonjolan kecil. Labium memanjang.
Tipe alat mulut Penjilat dan penghisap terdiri dari probosis yang kuat. Probosis dapat
dijulurkan dan ditarik masuk. Probosis terdiri dari tiga bagian, yaitu basi probosis
(rostrum), medi probosis (haustelum), dan disti probosis (oral disk). Rostrum
berbentuk kerucut terbalik. Haustelum terdiri dari tiga bagian, yaitu labrum epifaring,
hipofaring, dan labium. Diantara labrum epifaring dan hipofaring terdapat saluran
makanan. Disti probosis terdiri dari sklerit diskal dan dua buah labelum. Pada bagian
labelum terdapat cincin-cincin pseudotrakea.
Antena merupakan salah satu organ vital serangga dewasa yang jumlahnya
sepasang dan terletak di kepala. Lazimnya, antena berada di antara atau di bawah
mata majemuk serangga. Beberapa fungsi antena pada serangga, yaitu a) organ
perasa dan peraba material; b) organ untuk mencium bau, contohnya pada lalat
rumah; c) beberapa jenis serangga menggunakannya sebagai alat pendengar; d)
mendeteksi kelembapan, arah, dan kecepatan angin; e) merupakan karakter khas
pada Lepidoptera dan nyamuk jantan; f) organ yang digunakan untuk menemukan
makanan; g) organ untuk menemukan pasangannya, contohnya kupukupu Danaus
flexippus (monarch butterfly) jantan mendeteksi keberadaan serangga betina
berdasarkan partikel feromon seksual yang dikeluarkan oleh lawan jenisnya tersebut;
h) alat berkomunikasi anggota koloni satu dengan yang lainnya, contohnya pada
semut; i) merupakan organ chordotonal (organ pendengar suara) contohnya pada
nyamuk jantan untuk mendeteksi adanya nyamuk betina; j) organ untuk memegang
pasangannya saat terjadi perkawinan (kopulasi); dan k) organ untuk menangkap
mangsa, contohnya pada belalang sembah.

Tujuan dari acara praktikum ini adalah:


1. Menjelaskan 5 tipe mulut pada serangga
2. Menggambarkan dan menjelaskan bagian-bagian alat mulut tipe penusuk dan
penghisap
3. Menggambarkan dan menjelaskan bagian-bagian alat mulut tipe penjlat dan
penghisap
4. Menggambarkan dan menjelaskan bagian-bagian alat mulut tipe penggigit dan
pengunyah
5. Menjelaskan tipe-tipe dan bagian-bagian antenna pada serangga
6. Menggambarkan dan menjelaskan bagian-bagian antenna serangga
II. MATERI DAN METODE

A. Materi

1. Alat

Alat yang digunakan pada acara praktikum ini adalah laptop, alat
tulis, dan lembar kerja praktikum.

2. Bahan

Bahan yang digunakan pada acara praktikum ini adalah belalang


kayu (Valanga nigricornis), dan materi bahan pembelajaran.

B. Metode

1. Gambar dan materi pembelajaran tentang morfologi serangga diamati.


2. Morfologi serangga digambar dan diberi keterangan pada lembar kerja
yang sudah disediakan
III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 3.1 Tipe Mulut Penusuk dan Penghisap pada Nyamuk (Culex sp.)

Gambar 3.2 Tipe Mulut Penggit dan Pengunyah pada Belalang (Valanga

nigriconis)
Gambar 3.3 Tipe Mulut Penghisap pada Kupu-kupu (Euploea sp.)

Gambar 3.4 Tipe Mulut Penggigit dan Penghisap Tawon (Megalora garuda)

Gambar 3.5 Tipe Mulut Penjilat dan Penghisap pada Lalat Rumah (Musca

domestica)

Gambar 3.6 Antena Culex sp.


Gambar 3.7 Antena Apis melifera

Gambar 3.8 Antena Periplaneta Americana

Gambar 3.9 Antena Musca domestica


Gambar 3.10 Antena Valanga nigricornis

Alat mulut serangga adalah alat tambahan (appendages) yang terdapat pada
kaput (kepala) serangga. Alat mulut serangga sangat beragam dan memiliki bentuk
serta fungsi yang kompleks. Variasi alat mulut adalah bentuk adaptasi morfologi
terhadap beragam sumber, dan kebiasaan makan serangga. Berdasarkan hasil
praktikum didapatkan bahwa, alat mulut serangga umumnya meliputi labrum,
sepasang mandibula, sepasang maksila yang memiliki palpus maksilaris, labium
yang memiliki palpus labialis, serta hipofaring pada rongga preoral. Labrum adalah
sklerit berbentuk bulat yang terhubung dengan klipeus bagian bawah di bagian
frontal kaput (kepala). Labrum dapat digerakkan dan digunakan untuk membantu
memegang dan memasukkan makanan ke dalam rahang. Di belakang labrum, pada
segmen keempat kepala serangga terdapat sepasang mandibula yang memiliki fungsi
utama untuk menggigit serta mengunyah. Tepat di belakang mandibula, pada segmen
kelima terdapat sepasang maksilla yang berfungsi untuk memegang dan mengunyah
makanan, dan terdiri dari beberapa sklerit. Maksilla terhubung dengan kaput (kepala)
melalui sklerit basal yang disebut cardo. Sklerit kedua berupa stipes yang memiliki
palpus maksilaris. Palpus maksilaris berfungsi sebagai organ perangsang pada
serangga. Palpus maksilaris timbul di gelambir pada stipes yang disebut palpifer.
Selain itu juga terdapat dua julur yang keluar pada ujung stipes, yaitu lacinia yang
berstruktur memanjang seperti geraham, dan galea yang berstruktur seperti gelambir.
Umumnya lacinia mempunyai ujung yang tersklerotisasi dan berfungsi untuk
memegang makanan, dan pada galea umumnya terdapat sensilla dan menutupi alat
mulut bagian lateral. Di bagian belakang alat mulut, pada segmen keenam terdapat
labium yang terdiri dari beberapa sklerit dari segmen kepala terakhir yang homolog
dengan komponen pada maksila. Komponen basal labium yaitu posmentum (dalam
beberapa taksa dapat dibagi lagi menjadi submentum dan mentum) homolog dengan
cardine (tunggal: cardo) pada maksila, sedangkan prementum homolog dengan stipes
(Krenn, 2019).
Alat mulut serangga dapat dibedakan menjadi lima tipe. Tipe alat mulut paling
primitif yaitu tipe penggigit-pengunyah, dimana bagian-bagian alat mulutnya dapat
dilihat dan dibedakan dengan jelas. Tipe alat mulut ini ditandai dengan adanya
mandibula yang berfungsi untuk menggigit atau memotong bahan makanan dan
bersama-sama dengan bagian lain digunakan untuk mengunyah makanan. Labrum
bertindak sebagai dinding depan, mandibula dan maksilla sebagai dinding samping,
dan labium sebagai dinding belakang rongga mulut. Di dalam rongga terdapat lidah
yang tergantung, kelenjar ludah bermuara pada rongga ventral lidah. Diantara
hipofaring dan klipeus terdapat rongga cibarium yang dapat diubah volumenya
karena adanya kontraksi otot klipeus. Tipe mulut ini disebut juga tipe mandibulata.
Tipe alat mulut ini terdapat pada kumbang kotoran (Calosoma sp.), dan cocopet
(Euborelia sp.) (Simbolon et al., 2018).
Tipe alat mulut lainnya yaitu tipe penusuk-penghisap. Tipe mulut penusuk-
penghisap ini termodifikasi untuk mempenetrasi penghalang luar dari inang untuk
mempermudah proses penyerapan makanan yang berupa cairan. Alat-alat mulut ini
terdiri dari stilet, yaitu gabungan dari mandibula, maksila, dan kadang-kadang
hipofaring, serta labrum tertutup oleh lapisan pembungkus atau labium untuk
menjaga stilet tetap pada posisinya. Jumlah stilet ini bervariasi dari tiga seperti kutu
penghisap dan enam pada nyamuk. Stilet ini bergerak naik-turun menusuk jaringan
sampai menemukan tabung kapiler darah dan mengeluarkan cairan ludah yang
berfungsi sebagai cairan racun dan antikoagulan pada hewan. Contoh hewan dengan
tipe alat mulut ini adalah kutu daun pada Ordo Hemiptera (Filbert, 2021).
Tipe alat mulut selanjutnya yaitu tipe penjilat-penghisap yang teradaptasi pada
sumber makanan cair atau semi cair. Tipe mulut ini ditemukan pada lalat rumah dan
beberapa jenis lalat lainnya. Alat mulut jenis ini terdiri dari labrum epifaring,
maksila, labium dan hipofaring, dan umumnya mandibula sama sekali tidak ada
(Krenn, 2019). Labium, yaitu bibir bawah berkembang dengan baik dan
termodifikasi untuk membentuk probosis yang panjang, berdaging, dan dapat ditarik.
Tipe alat mulut selanjutnya yaitu tipe penghisap yang dimiliki oleh sebagian
besar Lepidopterans dewasa dan merupakan autapomorfi pada Subordo Glossata
(Guo et al., 2018). Tipe mulut ini teradaptasi untuk menghisap nektar bunga, dan sari
buah. Alat mulut terdiri dari labrum kecil, probosis melingkar, dan labium. Pada tipe
alat mulut ini mandibula berkembang secara rudimenter, dan ditemukan pada sisi
lateral labrum (Krenn, 2019). Hipofaring dan epifaring tidak ditemukan. Labrum
melekat pada bagian bawah klipeus, proboscis terbentuk oleh galea yang terdapat
pada maksila, dan membentuk saluran makanan. Probosis berbentuk melingkar
ketika tidak digunakan, namun memanjang sebagai respon terhadap stimulus
makanan.
Tipe alat mulut terakhir yaitu penggigit-penghisap yang dimodifikasi untuk
mengumpulkan nektar, dan serbuk sari dari bunga, serta membentuk lilin lebah
(material penyusun sarang lebah), seperti yang ditemukan pada lebah madu, dan
tawon. Alat mulut ini terdiri dari labrum, epifaring, mandibula, serta maksila.
Labrum terdapat pada bagian bawah klipeus, kemudian di bawah labrum terdapat
epifaring sebagai organ pengecap. Mandibula pendek, dan halus, berfungsi untuk
menyusun sarang lebah. Labiumnya tereduksi dan menyatu dengan glossa, dan
paraglossa menjadi lidah, yang diujungnya terdapat labellum. Di sisi-sisi labium
terdapat maksila dengan palpus maksilaris dengan galea yang memanjang. Palpus
labialis berbentuk memanjang. Galea dan palpus labialis membentuk tabung yang
menutupi glossa yang bergerak untuk mengumpulkan nektar. Labrum dan mandibula
digunakan untuk mengunyah makanan (Shi et al., 2017).
Antena merupakan salah satu organ vital serangga dewasa yang jumlahnya
sepasang dan terletak di kepala. Umumnya, antena berada di antara atau di bawah
mata majemuk serangga. Beberapa fungsi antena pada serangga, yaitu organ perasa
dan peraba material, organ untuk mencium bau (Wicher & Miazzi, 2021), contohnya
pada lalat rumah, beberapa jenis serangga menggunakannya sebagai alat pendengar,
mendeteksi kelembapan, arah, dan kecepatan angin, merupakan karakter taksonomik
pada Lepidoptera dan nyamuk jantan, organ yang digunakan untuk menemukan
makanan, organ untuk menemukan pasangannya, contohnya pada kupu-kupu raja
(Danaus plexippus) jantan mendeteksi keberadaan serangga betina berdasarkan
partikel feromon (Jayaweera & Barry, 2017), alat berkomunikasi anggota koloni satu
dengan yang lainnya, contohnya pada semut, organ untuk memegang pasangannya
saat kopulasi, dan organ untuk menangkap mangsa, contohnya pada belalang
sembah.
Secara umum antena serangga terdiri atas beberapa ruas dengan bagian-
bagiannya sebagai berikut: ruas pertama dinamakan scapus dan umumnya lebih
panjang bila dibandingkan dengan ruas lainnya, ruas kedua dinamakan pedicel,
dilengkapi dengan organ johnson yang digunakan oleh serangga untuk
mendengarkan suara, dan ruas selanjutnya sampai ke ujung dinamakan flagellum.
Antena serangga sangat bervariasi dalam ukuran dan bentuknya (Chakravartula &
Samiappan, 2018).
Ada beberapa tipe antenna serangga, antara lain setaseus berasal dari Bahasa
Latin seta yang berarti ‘bulu’. Antenanya berbentuk seperti bulu/duri dengan ruas
yang semakin mengecil pada bagian ujung, contohnya antena Ordo Ephemeroptera
dan Anisoptera (Walker, 2017). Antena filiform yaitu antena berbentuk benang
karena setiap ruasnya mempunyai ukuran yang hampir sama dan berbentuk silindris,
contohnya pada tawon kastanye betina (Dryocosmus kuriphilus) (Sevarika et al.,
2021). Antena moniliform berasal dari Bahasa Latin monile yang berarti ‘kalung’.
Ruasnya berbentuk seperti manik-manik, ukuran ruasnya relatif sama dan berbentuk
bulat, ditemukan pada rayap (Coptotermes sp.) (Chellapan, & ranjith., 2021). Antena
berikutnya yaitu antena clavata, berasal dari Bahasa Latin clava berarti ‘pentungan’.
Bentuk antena tipe ini semakin ke ujung secara bertahap makin membesar
menyerupai pentungan, ditemukan pada kepik emas (Plagiometriona clavata).
Antena kapitata berasal dari kata capitates yang berarti ‘kepala’ (caput). Pada ujung
antena terdapat tonjolan berbentuk bulat, contohnya pada kumbang berkelah
(Glischrochilus fasciatus). Antena serrata berasal dari bahasa Latin serra yang
berarti ‘gergaji’. Pada pertengahan antena sampai dekat ujung berbentuk segitiga
menyerupai mata gergaji, contohnya pada Famili Elateridae (Casari, 2017). Antena
pektinata berasal dari Bahasa Latin pectin yang berarti ‘sisir’. Antenanya berbentuk
seperti sisir, sebagian ruasnya memiliki juluran lateral langsing dan panjang,
contohnya pada beberapa spesies ngengat. Kemudian antena plumosa berasal dari
Bahasa Latin pluma yang berarti ‘bulu’. Ruas antena memiliki cabang yang halus
sehingga tampak seperti bulu, contohnya terdapat pada nyamuk (Aedes aegypti)
(Shettima et al., 2021). Antena aristata memiliki satu segmen besar yang berambut,
contohnya pada Famili Muscidae. Terakhir, yaitu antena genikulata berasal dari
Bahasa Latin genu yang berarti ‘lutut’ karena bentuknya tampak dibengkokkan
menyerupai sendi lutut atau siku, jenis antena ini terdapat pada Tribe Meliponini,
yaitu lebah tidak bersengat
IV. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa:


1. Menurut cara makannya, alat mulut serangga dibagi menjadi lima tipe,
diantaranya penggigit pengunyah, penusuk penghisap, penghisap,
penggigit penghisap, dan penjilat penghisap.
2. Tipe mulut penggigit pengunyah merupakan tipe yang paling primitif
karena bagianbagiannya belum termodifikasi.

B. Saran

Sebaiknya preparat pada tipe-tipe antenna lebih lengkap seperti tipe antenna

clavata pada serangga kumbang (Oryctes rhinoceros), sehingga terlihat variasi

tipe antenna pada serangga.


DAFTAR REFERENSI

Casari, S.A., 2017. A New Genus and Two New Species of Dicrepidiina
(Coleoptera: Elateridae: Elaterinae: Ampedini) from Brazil, with a Revised
Key to The Genera of The Subtribe. The Coleopterists Bulletin, 71(4), pp.753-
763.

Chakravartula, V., & Samiappan, D., 2018. Integrated Weather Monitoring Device
for Multi-Parameter Sensing Modelled on Insect Antennae. 2018 IEEE
International Conference on Advanced Networks and Telecommunications
Systems (ANTS), pp. 1-6.

Chellappan, M., & Ranjith, M.T., 2021. Polyphagous Pests of Crops. Singapore:
Springer.

Filbert, S., 2021. Sugarcane aphids in grain sorghum. Natural Sciences


Education, 50(1), pp. 1-3.

Guo, M., Chen, Q., Liu, Y., Wang, G., & Han, Z., 2018. Chemoreception of
Mouthparts: Sensilla Morphology and Discovery of Chemosensory Genes in
Proboscis and Labial Palps of Adult Helicoverpa armigera (Lepidoptera:
Noctuidae). Frontiers in physiology, 9, pp.1-15.

Jayaweera, A., & Barry, K.L., 2017. Male antenna morphology and its effect on
scramble competition in false garden mantids. The Science of Nature, 104(9),
pp.1-9.

Sevarika, M., Rossi Stacconi, M.V., & Romani, R., 2021. Fine Morphology of
Antennal and Ovipositor Sensory Structures of The Gall Chestnut Wasp,
Dryocosmus kuriphilus. Insects, 12(3), pp. 1-19.

Shettima, A., Joseph, S., Ishak, I.H., Abdul Raiz, S.H., Abu Hasan, H., & Othman,
N., 2021. Evaluation of Total Female and Male Aedes aegypti Proteomes
Reveals Significant Predictive Protein–Protein Interactions, Functional
Ontologies, and Differentially Abundant Proteins. Insects, 12(8), pp. 1-18.

Shi, G., Wu, J. and Yan, S., 2017. Drag reduction in a natural high-frequency
swinging micro-articulation: mouthparts of the honey bee. Journal of Insect
Science, 17(2), pp. 1-7.

Simbolon, A.S., Sembiring, M., & Sabrina, T., 2018. Deskripsi Makrofauna pada
Tanah Andisol di Kabupaten Karo dengan Berbagai Ketebalan Abu Vulkanik
Gunung Sinabung. Jurnal Pertanian Tropik, 5(1), pp.20-29.

Walker, E., 2017. The Odonata of Canada and Alaska. Toronto: University of
Toronto Press.

Wicher, D., & Miazzi, F., 2021. Functional Properties of Insect Olfactory Receptors:
Ionotropic Receptors and Odorant Receptors. Cell and Tissue Research, pp.1-
13.

Anda mungkin juga menyukai