Anda di halaman 1dari 36

DOKUMEN RENCANA KEBUTUHAN TAHUNAN

PERENCANAAN KEBUTUHAN SUMBER DAYA


MANUSIA KESEHATAN ( SDMK )
KABUPATEN SITUBONDO
TAHUN 2017

DINAS KESEHATAN KABUPATEN SITUBONDO


TAHUN 2017

Perencanaan Kebutuhan SDM Kesehatan Kabupaten / Kota Situbondo Tahun 2017 1


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena atas perkenaan-Nya Dinas
Kesehatan Kabupaten Situbondo dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Perencanaan
Kebutuhan SDM Kesehatan Kabupaten/Kota Situbondo Tahun 2017, walaupun dengan penuh
keterbatasan dan kekurangan namun dapat diselesaikan sesuai dengan waktu yang telah
ditetapkan.

Perencanaan Kebutuhan SDMK selama ini masih berupa estimasi atau perkiraan yang
bersifat subjektif sehingga output yang dihasilkan masih belum dapat memenuhi kebutuhan
SDMK yang tepat dan sesuai. Dengan adanya peraturan Menteri Kesehatan Nomor 33 Tahun
2015 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Kebutuhan SDMK, maka hal ini sangat membantu
dalam penyusunan kebutuhan SDMK di Tingkat Kabupaten. Selain itu kemudahan penerapan
pedoman Renbut tersebut dalam aplikasi sistem informasi teknologi memudahkan bagi para
pengolah SDMK dan pengambil kebijakan di tingkat Kabupaten untuk menghitung dan
menyusun perencanaan kebutuhan SDMK yang sesuai standar, yaitu dengan metode Analisa
Beban Kerja dan Standar Minimal Ketenagaan.

Penyusunan laporan ini dapat terlaksana atas kontribusi semua pihak. Oleh karena itu,
ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kami sampaikan kepada :

1. Pusrengun Kemenkes RI beserta Tim Konsultasn Aplikasi yang telah membimbing dan
mendampingi proses pelaksanaan Penyusunan Rencana Kebutuhan SDMK
2. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur selaku koordinator dalam pengelola aplikasi
Perencanaan Kebutuhan SDMK Tingkat Jawa Timur
3. Pengelola Kepegawaian SDMK Kabupaten Situbondo yang telah bekerja keras dalam
menyusun perencanaan Kebutuhan SDMK di masing-masing unit kerja
4. Pihak-pihak lain yang turut serta membantu proses penyusunan pelaksanaan pelaporan
tersebut di Kabupaten Situbondo Tahun 2017.

Penyusunan dokumen rencana kebutuhan SDMK Kabupaten Situbondo tahun 2017 ini
dilakukan dengan metode perhitungan Analisis Beban Kerja (ABK) dan Standar Ketenagaan
Minimal sesuai Permenkes No.75/2014 tentang Puskemas dan Permenkes 56/2014 tentang
Rumah Sakit dengan memanfaatkan aplikasi sistem informasi sumber daya manusia kesehatan
atau Human Resource for Health Information System (HRIS). Semoga penyusunan dokumen
rencana kebutuhan SDMK Kabupaten Situbondo tahun 2017 ini dapat mempermudah
Pemerintah Daerah menyusun perencanaan pengadaan formasi pegawai untuk pemenuhan
kebutuhan SDM Kesehatan di Kabupaten Situbondo.

Di dalam penyusunan laporan hasil perencanaan kebutuhan SDMK Kabupaten


Situbondo ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu, kritik, saran semua pihak
kami harapkan untuk perbaikan atau penyusunan dalam penyusunan di masa mendatang.

Perencanaan Kebutuhan SDM Kesehatan Kabupaten / Kota Situbondo Tahun 2017 2


Akhir kata, semoga Penyusunan Dokumen Perencanaan Kebutuhan SDMK
Kabupaten Situbondo ini bermanfaat bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Situbondo dan
juga pihak –pihak yang berkepentingan dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan
publik sesuai dengan kebutuhan dan harapan masyarakat.

Situbondo, 28 September 2017

KEPALA DINAS KESEHATAN


KABUPATEN SITUBONDO

Drs. H. ABU BAKAR ABDI, Apt.M.Si


Pembina Utama Muda
NIP. 19650525 199403 1 009

DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR................................................................................... 2
Perencanaan Kebutuhan SDM Kesehatan Kabupaten / Kota Situbondo Tahun 2017 3
DAFTAR ISI................................................................................................. 4
BAB 1. PENDAHULUAN........................................................................... 5
1.Latar Belakang.............................................................................. 5
1.1 Gambaran umum Kab. Situbondo.............................................. 5
1.3.Tujuan......................................................................................... 5
a.Keadaan Geografis................................................................. 5
b.Kependudukan........................................................................ 6
c. Visi dan Misi.......................................................................... 7
d. Situasi Derajat Kesehatan..................................................... 8
e. Situasi Sumber Daya Manusia Kesehatan............................. 14
BAB 2. TUJUAN.......................................................................................... 17
2.1 Tujuan Umum............................................................................ 17
2.2 Tujuan Khusus............................................................................ 17
BAB 3. KEADAAN SDM KESEHATAN (SDMK) ............................... 18
1. Dinas Kesehatan............................................................................... 18
2. Puskesmas........................................................................................ 19
3. Rumah Sakit Pemerintah.................................................................. 24
4. Keadaan SDMK UPTD GFK dan Labkesda.................................... 26
5. Keadaan SDMK RS Swasta............................................................. 28
BAB 4. RENCANA KEBUTUHAN SDMK KESEHATAN...................... 30
Metode Penghitungan Kebutuhan SDM Kesehatan
yang digunakan................................................................................ 30
Hasil Perhitungan Kebutuhan SDMK.............................................. 30
BAB 5. PENUTUP........................................................................................ 31
Kesimpulan...................................................................................... 31
Rekomendasi.................................................................................... 31

BAB. I
PENDAHULUAN

I. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan merupakan bagian dari pembangunan nasional yang
bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat Indonesia
untuk hidup dalam pola yang sehat. Masyarakat juga diharapkan memiliki kemampuan untuk
menjangkau pelayanan kesehatan yang berkualitas secara merata dan adil di setiap wilayah
negara Indonesia. Semua hal tersebut diupayakan guna mewujudkan derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya. Pembangunan kesehatan itu sendiri tentunya harus
diupayakan oleh seluruh potensi bangsa suatu negara, baik masyarakat maupun oleh pemerintah.
Gambaran masyarakat Indonesia di masa depan yang ingin dicapai melalui
pembangunan kesehatan yakni berupa masyarakat, bangsa, dan negara yang ditandai oleh
penduduknya hidup dalam lingkungan dengan perilaku sehat, memiliki kemampuan untuk
menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya di seluruh wilayah Republik Indonesia. Munculnya berbagai

Perencanaan Kebutuhan SDM Kesehatan Kabupaten / Kota Situbondo Tahun 2017 4


permasalahan kesehatan yang masih cukup tinggi diantaranya angka kematian ibu dan angka
kematian bayi, prevalensi gizi buruk (stunting), prevalensi penyakit menular dan tidak menular,
sanitasi lingkungan dan perilaku hidup bersih dan sehat masih menjadi tantangan dalam upaya
pencapaian tujuan pembangunan kesehatan baik ditingkat pemerintah pusat, provinsi dan
kabupaten/ kota.

I.1. Gambaran Umum Kabupaten Situbondo


a. Keadaan Geografis
Kabupaten Situbondo merupakan salah satu kabupaten di Jawa Timur yang cukup
dikenal dengan sebutan Daerah Wisata Pantai Pasir Putih. Kabupaten Situbondo terletak di
posisi antara 7°35’ - 7°44’ Lintang Selatan dan 113°30’ – 114°42’ Bujur Timur dengan batas
wilayah:

 Sebelah utara : Selat Madura


 Sebelah timur : Selat Bali
 Sebelah selatan : Kabupaten Bondowoso dan Banyuwangi
 Sebelah barat : Kabupaten Probolinggo

Gambar 2.1. Peta Kabupaten Situbondo

Perencanaan Kebutuhan SDM Kesehatan Kabupaten / Kota Situbondo Tahun 2017 5


Luas Kabupaten Situbondo adalah 1.638,50 km² atau 163.850 Ha, dan bentuknya
memanjang dari barat ke timur kurang lebih 150 Km. Pantai utara umumnya merupakan
dataran rendah dan di sebelah selatan merupakan dataran tinggi dengan rata-rata lebar
wilayah kurang lebih 11 km.
Dari 17 kecamatan yang ada, diantaranya terdiri dari 13 kecamatan memiliki
pantai dan 4 kecamatan tidak memiliki pantai, yaitu Kecamatan Sumbermalang,
Kecamatan Jatibanteng, Kecamatan Situbondo, dan Kecamatan Panji

b. Kependudukan
Dari jumlah penduduk yang tersebar di 17 kecamatan di Kabupaten Situbondo,
tiga kecamatan dengan jumlah penduduk terbanyak adalah Kecamatan Panji (70.791 jiwa),
Kecamatan Besuki (63.284 jiwa) dan Kecamatan Banyuputih (56.008 jiwa). Sedangkan
tiga kecamatan dengan jumlah penduduk terkecil adalah Kecamatan Jatibanteng (22.812
jiwa), Kecamatan Mlandingan (23.440 jiwa), dan Kecamatan Banyuglugur (23.298 jiwa).
Komposisi Penduduk Menurut Golongan Umur Kabupaten Situbondo Tahun 2016
dapat dilihat pada Gambar 2.2 berikut.

Gambar 2.2 Piramida Penduduk Menurut Golongan Umur Kabupaten Situbondo Tahun 2016

Perencanaan Kebutuhan SDM Kesehatan Kabupaten / Kota Situbondo Tahun 2017 6


Sumber: BPS Situbondo

Dari grafik piramida di atas diketahui bahwa komposisi penduduk terbesar adalah
kelompok umur 15-19 tahun (7,92%) dan kelompok umur 35-39 tahun (7,79%). Sedangkan
komposisi penduduk paling sedikit adalah kelompok usia 75+ tahun (2,13%) dan kelompok
umur 70-74 tahun (2,28%).

c. Visi dan Misi Dinas Kesehatan Kabupaten Situbondo

Untuk mencapai sasaran pembangunan kesehatan pada akhir tahun 2021 seperti
telah ditetapkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Kabupaten Situbondo tahun 2016-2021 pada misi ketiga “Meningkatkan kualitas hidup
yang sehat, sejahtera, dan berkeadilan” maka sasaran kebijakan Dinas Kesehatan
Kabupaten Situbondo, yaitu: 1) meningkatnya derajat kesejahteraan masyarakat, 2)
Meningkatnya mutu pelayanan rumah sakit dan puskesmas, 3) Meningkatnya pelayanan
terhadap pasangan usia subur, 4) terpenuhinya kebutuhan pelayanan KB dan menurunnya
angka kematian pada kelahiran

Dengan mempertimbangkan perkembangan masalah serta berbagai kecenderungan


masalah kesehatan ke depan maka Visi Dinas Kesehatan Kabupaten Situbondo mengikuti
Visi Kepala Daerah yang ada di Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
( RPJMD ) tahun 2016 – 2021, yakni “Masyarakat Situbondo yang Mandiri untuk Hidup
Sehat”. Visi tersebut ditetapkan dengan mempertimbangkan bahwa kemandirian masyarakat
untuk berperilaku hidup sehat merupakan faktor yang sangat penting untuk meningkatkan
derajat kesehatan di Situbondo. Masyarakat yang mandiri untuk hidup sehat adalah suatu
kondisi dimana masyarakat Situbondo menyadari, mau, dan mampu untuk mengenali,
Perencanaan Kebutuhan SDM Kesehatan Kabupaten / Kota Situbondo Tahun 2017 7
mencegah dan mengatasi permasalahan kesehatan yang dihadapi, sehingga dapat bebas
dari gangguan kesehatan, baik yang disebabkan karena penyakit termasuk gangguan
kesehatan akibat bencana, maupun lingkungan dan perilaku yang tidak mendukung untuk
hidup sehat.

Misi mencerminkan peran, fungsi dan kewenangan seluruh jajaran organisasi


kesehatan di seluruh wilayah Kabupaten Situbondo, yang bertanggung jawab secara teknis
terhadap pencapaian tujuan dan sasaran pembangunan kesehatan Kabupaten Situbondo.
Untuk mewujudkan visi tersebut ada empat misi yang diemban oleh seluruh jajaran/petugas
kesehatan di masing-masing jenjang administrasi pemerintahan, yaitu:

1. Mendorong terwujudnya kemandirian masyarakat untuk hidup sehat dan kemitraan


dalam pelayanan kesehatan masyarakat
2. Mewujudkan, memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata
dan terjangkau
3. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan dan meningkatkan upaya
pengendalian penyakit serta penanggulangan masalah kesehatan
4. Meningkatkan, mendayagunakan sumberdaya dan manajemen kesehatan.

d. Situasi Derajat Kesehatan

Situasi derajat kesehatan di Kabupaten Situbondo dapat digambarkan dengan


indikator, kematian (mortalitas), angka kesakitan (morbiditas), angka harapan hidup dan status
gizi.

a) Angka Kematian
1. Angka Kematian Ibu
Kematian ibu yang dimaksud adalah kematian seorang ibu yang disebabkan oleh
kehamilan, melahirkan atau nifas, bukan karena kecelakaan. Angka Kematian Ibu (AKI)
dihitung per 100.000 kelahiran hidup (kh). Berdasarkan Laporan Kematian Ibu dari
Puskesmas se Kabupaten Situbondo tahun 2016 jumlah kematian ibu adalah 17 kasus
dengan masa kematian pada masa hamil 35,29% (6 kasus), masa persalinan sebesar
29,4% (5 kasus) dan masa nifas 35,29% (6 kasus). Dengan kelahiran hidup pada tahun
2016 sebesar 8.961 bayi, maka AKI kabupaten Situbondo tahun 2016 adalah 189,71 per
100.000 kelahiran hidup, sedangkan target yang ditetapkan pada tahun 2016 adalah
132/100.000 kelahiran hidup.

Dari 17 kecamatan yang ada di Kabupaten Situbondo, 10 di antaranya ada kasus


kematian ibu dengan kasus terbanyak ada di Kecamatan Besuki, yakni sebanyak 3
kasus (Lampiran Profil Tabel 6). Sebaran Kematian Ibu di Kabupaten Situbondo Tahun
2016 per kecamatan disajikan pada Gambar 3.1 berikut.
Perencanaan Kebutuhan SDM Kesehatan Kabupaten / Kota Situbondo Tahun 2017 8
Gambar 3.1 Sebaran Kematian Ibu Di Kabupaten Situbondo Tahun 2016

2. Angka Kematian Bayi


Kematian bayi adalah kematian yang terjadi antara saat bayi lahir sampai satu
hari sebelum ulang tahun pertama. Angka Kematian Bayi (AKB) atau Infant Mortality
Rate adalah banyaknya bayi yang meninggal sebelum mencapai usia satu tahun per
1.000 kelahiran hidup (KH). Jumlah kematian bayi di Kabupaten Situbondo pada tahun
2016 adalah sebanyak 106 bayi dari 8.961 kelahiran hidup, sehingga angka kematian
bayi tahun 2016 adalah 11,83 per 1000 kelahiran hidup. Dari 106 kematian bayi tersebut
62 bayi diantaranya adalah laki-laki dan sisanya 44 bayi perempuan. Jumlah kematian
bayi terbanyak ada di Kecamatan Mlandingan, yakni sebanyak 9 bayi dan kematian bayi
terendah di Kecamatan Jatibanteng, Suboh dan Panji masing-masing sebanyak 2 bayi.
Berdasarkan kelompok usianya, kematian bayi di Kabupaten Situbondo tahun 2016
banyak terjadi pada usia 0-7 hari (63,2% tau 67 kematian), kemudian disusul 29 hari -11
bulan (26,4% atau 28 kematian) dan usia 8-28 hari (10,4% atau 11 kematian). Usia 0-7
hari merupakan usia yang sangat rentan terutama pada bayi premature dan BBLR.
Penyebab kematian bayi di Kabupaten Situbondo tahun 2014 dan 2015 terlihat pada
Gambar 3.6 di bawah ini.

Gambar 3.6 Penyebab Kematian Bayi di Kabupaten Situbondo Tahun 2016

Perencanaan Kebutuhan SDM Kesehatan Kabupaten / Kota Situbondo Tahun 2017 9


b) Angka Kesakitan
Angka kesakitan (Morbiditas) pada penduduk berasal dari community based data yang
diperoleh melalui pengamatan (surveilans), terutama yang diperoleh dari fasilitas pelayanan
kesehatan melalui sistem pencatatan dan pelaporan rutin serta insidentil.
1. Penyakit Menular Langsung
Tuberculosis (TB), Angka penemuan kasus baru atau Case Detection Rate (CDR) TB
Paru Kabupaten Situbondo pada tahun 2016 adalah 82,08% dengan jumlah kasus TB
BTA positif sebanyak 596 penderita yang terdiri dari 337 pasien laki-laki dan 259 pasien
perempuan. Pencapaian CDR Kabupaten Situbondo selama empat tahun terakhir terus
mengalami peningkatan. Tahun 2016 cakupan CDR Kabupaten Situbondo kembali
meningkat 2,02 poin, yakni dari 80,06% pada tahun 2015 menjadi 82,08% pada tahun
2016. Capaian CDR TB Kabupaten Situbondo tahun 2016 masih belum mencapai target
yang ditetapkan.

Kusta, Data Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur tahun 2015 menunjukkan bahwa
Kabupaten Situbondo merupakan salah satu daerah endemis kusta peringkat ke-6 dari 38
Kabupaten/Kota di Jawa Timur dengan prevalensi sebesar 2,5 per 10.000 penduduk
setelah Kabupaten Probolinggo (2,56 per 10.000 penduduk), Pamekasan (2,67 per 10.000
penduduk), Bangkalan (3,19 per 10.000 penduduk), Kabupaten, Sampang (3,69 per
10.000 penduduk), dan Sumenep (4,38 per 10.000 penduduk). Pada tahun 2016 di
Kabupaten Situbondo terdapat 190 kasus kusta baru yang terdiri dari 49 kasus kusta PB
(Pausi Basiler/kusta kering) dan 141 kasus kusta MB (Multi Basiler/kusta basah).
Dengan demikian, angka penemuan kasus kusta baru (NCDR/New Case Detection Rate)
tahun 2016 adalah sebesar 28,22 per 100.000 penduduk dan meningkat 3,73 poin
dibandingkan tahun 2015 yang hanya sebesar 24,49

HIV/AIDS, AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome) merupakan kumpulan gejala


penyakit akibat menurunnya kekebalan tubuh yang disebabkan virus HIV (Human
Immunodeficiency Virus). Akibat dari penurunan daya tahan tersebut penderita jadi
mudah terserang berbagai macam penyakit infeksi (Infeksi Oportunistik). Di kabupaten
Situbondo pada tahun tahun 2016 tercatat 154 kasus HIV dan 52 kasus AIDS (Lampiran

Perencanaan Kebutuhan SDM Kesehatan Kabupaten / Kota Situbondo Tahun 2017 10


Profil Tabel 11). Angka tersebut sesungguhnya jauh lebih kecil dibandingkan angka yang
sebenarnya terjadi (fenomena gunung es). Kasus HIV dan AIDS diperoleh dari laporan
klinik Voluntary Counseling and Testing (VCT) di Rumah Sakit Abdoer Rahem serta
klinik PITC (Provider Initiative Testing and Conseling). Berdasarkan proporsi kelompok
umur, kasus HIV/AIDS di Kabupaten Situbondo didominasi oleh kelompok umur seksual
aktif dengan kasus terbanyak pada kelompok usia 25-49 tahun, yakni sebesar 78,64%
(162 kasus), kemudian usia 20-24 tahun 8,74% (18 kasus), usia ≥50 tahun 7,77% (16
kasus), dan sisanya adalah usia ≤ 4 tahun 3,88% (8 kasus)

Pneumonia Balita, Jumlah penderita Pneumonia balita yang ditangani di Kabupaten


Situbondo pada tahun 2016 sebanyak 2909 kasus, yakni 143,9% dari 2021 perkiraan
kasus. Jumlah penderita Pneumonia balita yang ditangani di Kabupaten Situbondo pada
tahun 2016 sebanyak 2909 kasus, yakni 143,9% dari 2021 perkiraan kasus. Selama lima
tahun terakhir, angka penemuan dan penanganan Pneumonia Balita terus mengalami
peningkatan, yakni 37,05 pada tahun 2012, kemudian meningkat menjadi 44% pada
tahun 2013, kembali mengalami peningkatan di tahun 2014 menjadi 50,02%, tahun
2015 meningkat lagi menjadi 63,56% dan puncaknya di tahun 2016 mencapai 143,94%.
Peningkatan cakupan yang sangat tajam di tahun 2016 dikarenakan adanya penurunan
data sasaran target perkiraan balita Pneumonia yang semula 10% menurun menjadi
4,45%. Capaian program Pneumonia Balita di tahun 2016 sudah mencapai target yang
ditetapkan, yakni sebesar 100%.

Diare, Jumlah perkiraan kasus diare pada tahun 2016 sebanyak 18.179 penderita,
sedangkan jumlah penderita diare yang di tangani di sarana kesehatan sebesar 24.162
kasus atau sebesar 132,91%. Dengan demikian, cakupan penangan diare tahun 2016
sudah mencapai target yang ditetapkan, yakni sebesar 100%. Selama 4 tahun terakhir,
kasus Diare di Kabupaten Situbondo mengalami penurunan setelah tahun sebelumnya
mengalami peningkatan yang cukup signifikan, yakni dari 35.373 kasus pada tahun
2012 menjadi 35.686 kasus pada tahun 2013. Kemudian di tahun 2014 sedikit menurun
menjadi 32.003 kasus, menurun lagi menjadi 25.668 kasus di tahun 2015 dan di tahun
2016 kembali mengalami penurunan kasus menjadi 24.162. Hal ini cukup
menggembirakan mengingat kasus Diare tidak lepas dari pengaruh kesehatan
lingkungan. Hal ini berarti bahwa besar kemungkinan hygene sanitasi masyarakat
semakin menuju ke arah perbaikan.

2. Penyakit Bersumber Binatang

Perencanaan Kebutuhan SDM Kesehatan Kabupaten / Kota Situbondo Tahun 2017 11


Demam Berdarah Dengue (DBD), Insidens Rate DBD Kabupaten Situbondo tahun
2016 sangat tinggi dan melebihi target nasional (52 per 100.000 penduduk), yakni
sebesar 129,7 per 100.000 penduduk dengan jumlah kasus sebanyak 873 kasus.
Kecamatan dengan kasus DBD tertinggi tahun 2016 terjadi di Kecamatan Panarukan
yang mencapai 84 kasus dan yang terendah di Kecamatan Arjasa sebanyak 25 kasus.
Dari 873 kasus tersebut ada 13 kasus kematian yang terjadi di Kecamatan Besuki (1
kasus), Suboh (1 kasus), Panarukan (2 kasus), Situbondo (1 kasus), Panji (2 kasus),
Jangkar (4 kasus) dan Banyuputih (2 kasus). Dengan demikian, CFR (Case Fatality
Rate) Kabupaten Situbondo tahun 2016 tergolong tinggi karena sudah melampaui target
≤1% yang ditetapkan, yakni sebesar 1,5%. Hal ini menunjukkan bahwa perlu adanya
peningkatan diagnosa dini dan tata laksana kasus DBD yang adekuat di fasilitas
kesehatan serta sosialisasi tentang gejala penyakit DBD kepada masyarakat perlu
ditingkatkan.

Filariasis, Filariasis (penyakit kaki gajah) adalah penyakit menular kronik yang disebabkan
sumbatan cacing filaria di kelenjar / saluran getah bening, menimbulkan gejala klinis akut
berupa demam berulang, radang kelenjar / saluran getah bening, edema dan gejala kronik
berupa elefantiasis. Jumlah penderita Filariasis di Kabupaten Situbondo sampai dengan tahun
2016 sebanyak 7 orang dengan komposisi 2 penderita laki-laki dan 5 penderita perempuan

3. Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I)


Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) yang terjadi pada tahun 2016
diantaranya terdiri dari : Kasus campak di Kabupaten di tahun 2016 sebanyak 35 kasus
meningkat dari tahun sebelumnya yang hanya 11 kasus, Difteri sebanyak 7 kasus,
Tetanus Neonatorum sebanyak 1 kasus, dan AFP (Acute Flaccid Paralysis) sebanyak 6
kasus.

c) Status gizi
Status gizi masyarakat dapat diukur melalui indikator-indikator, antara lain bayi
dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), status gizi balita, Anemia Gizi Besi (AGB)
pada ibu dan pekerja wanita, Kurang Vitamin A (KVA) dan Gangguan Akibat Kekurangan
Yodium (GAKY).
1. Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)

Jumlah BBLR di Kabupaten Situbondo pada tahun 2016 sebesar 7,8%, yakni 699
bayi dari bayi baru lahir ditimbang. Kasus BBLR tertinggi terjadi di Kecamatan
Sumbermalang (11,1%) dan Banyuglugur (11%), sedangkan kecamatan dengan kasus
BBLR terendah adalah Kecamatan Arjasa, yakni 5,1%. Pada tahun 2016 di Kabupaten
Situbondo kasus BBLR masih menjadi penyebab utama kematian bayi, yakni sebesar
38,6% karena BBLR. Besarnya kematian karena BBLR banyak disebabkan karena

Perencanaan Kebutuhan SDM Kesehatan Kabupaten / Kota Situbondo Tahun 2017 12


ANC yang kurang berkualitas serta kompetensi petugas dalam manajemen BBLR yang
masih kurang. Pada tahun 2016 di Kabupaten Situbondo kasus BBLR masih menjadi
penyebab utama kematian bayi, yakni sebesar 38,6% karena BBLR. Besarnya kematian
karena BBLR banyak disebabkan karena ANC yang kurang berkualitas serta
kompetensi petugas dalam manajemen BBLR yang masih kurang.

2. Status Gizi Balita


Status gizi balita dapat diukur berdasarkan umur, berat badan (BB) dan tinggi badan
(TB). Ketiga variabel ini disajikan dalam bentuk tiga indikator antropometri, yaitu :
Berat Badan menurut Umur (BB/U), Tinggi Badan menurut Umur (TB/U) dan Berat
Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB). Kasus gizi buruk (Berat Badan sangat kurang)
di Kabupaten Situbondo tahun 2016 menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan
setelah sebelumnya selama empat tahun berturut-turut mengalami trend penurunan,
yakni 4,7% pada tahun 2010 menjadi 1,8% pada tahun 2015. Sebaliknya kasus gizi
kurang (Berat Badan Kurang) tahun 2016 mengalami penurunan setelah mencapai
klimaksnya di tahun 2015 (24,4%). Prevalensi Kurang Energi Protein (KEP) adalah
penjumlahan kasus Berat Badan sangat kurang dan Berat Badan Kurang. Dengan
demikian, Prevalensi KEP Kabupaten Situbondo tahun 2016 menunjukkan penurunan
dibandingkan tahun sebelumnya, yakni dari 26,4% pada tahun 2015 menjadi 21,7%
pada tahun 2016.

d) Gambaran Penyakit Terbanyak di Puskesmas


Sepuluh Penyakit Terbanyak di Puskesmas Kabupaten Situbondo Tahun 2016 sebagaimana
gambar berikut ini :

Gambar 3.23 Sepuluh Penyakit Terbanyak di Puskesmas Kabupaten Situbondo Tahun 2016

Sumber: Laporan LB1 Puskesmas Se-Kabupaten Situbondo Tahun 2016

e. Situasi Sumber Daya Manusia (SDM) Kesehatan

Perencanaan Kebutuhan SDM Kesehatan Kabupaten / Kota Situbondo Tahun 2017 13


Dalam rangka mencapai tujuan pembangunan kesehatan, Pemerintah wajib
menyediakan pelayanan kesehatan yang berkualitas bagi masyarakat. Pelayanan kesehatan yang
berkualitas tidak lepas dari ketersediaan tenaga kesehatan yang juga berkualitas baik dari segi
jenis, jumlah, dan kualifikasi SDMK yang memadai sesuai dengan kondisi di masing-masing
daerah. Namun kenyataannya, proses pemenuhan kebutuhan SDMK di tingkat Kabupaten/Kota
masih menghadapi banyak kendala, diantaranya meliputi penafsiran mengenai para pemangku
kepentingan yang seringkali berbeda sehingga memunculkan keraguan dalam menggunakan
metode perhitungan kebutuhan SDMK, belum optimalnya kapasitas para perencana SDMK
dalam merencanakan kebutuhan SDMK di berbagai tingkat administrasi pemerintahan. Selain
itu, perencanaan SDMK masih kurang didukung oleh sistem informasi manajemen SDMK yang
terintegrasi antar pemangku kepentingan. Semua hal tersebut juga makin diperburuk dengan
belum optimalnya keberadaan tim perencana SDMK di daerah, pembinaan perencanaan SDMK
secara berjenjang yang kurang terintegrasi dan belum berkesinambungan, serta implementasi
perencanaan kebutuhan SDMK yang kurang didukung oleh kebijakan lokal.
Proses perencanaan kebutuhan SDMK yang mengalami banyak kendala pastinya
berdampak buruk terhadap ketersediaan SDMK di tingkat Kabupaten. Kenyataannya, saat ini
ketersediaan SDMK yang ada masih belum merata baik secara jenis, jumlah maupun
kualifikasinya. Hal ini menyebabkan beban kerja SDMK yang tidak merata. Keadaan yang ada,
banyak tenaga kesehatan yang merasa bekerja dalam tekanan sangat tinggi dikarenakan jenis dan
jumlah tenaga yang sangat terbatas di suatu wilayah tertentu dengan beban tugas / kegiatan yang
sangat tinggi. Selain itu, di daerah lain bisa jadi jenis dan jumlah tenaga yang tersedia melebihi
dari beban tugas / kegiatan yang dilaksanakan. Hal ini tentunya menjadi suatu keadaan yang
tidak ideal karena seharusnya jenis dan jumlah tenaga harus sebanding dengan beban dan tugas
yang dikerjakan. Beban kerja berhubungan dengan mutu atau kualitas dari pelayanan kesehatan.
Tenaga kesehatan dengan beban kerja yang sangat tinggi terbukti menyebabkan kurangnya
waktu yang dimiliki untuk menyelesaikan seluruh pekerjaannya sehingga menyebabkan
kelelahan, stress, dan motivasi kerja yang menurun. Semua hal tersebut dapat membuat tenaga
kesehatan memberikan pelayanan yang tidak berdasarkan pengetahuan yang benar, sehingga
meningkatkan resiko terjadinya human error. Sedikitnya waktu yang dimiliki untuk
mengerjakan tugasnya membuat tenaga kesehatan memberikan pelayanan tidak sesuai dengan
SOP (tidak standar) sehingga dapat dikatakan pelayanan kesehatan yang diberikan tidak
bermutu.
Jumlah SDM Kesehatan di Kabupaten Situbondo sebanyak 2.977 orang yang
tersebar di tingkat Dinas Kesehatan dan Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) yaitu 17
Puskesmas, 3 Rumah Sakit Pemerintah, Gudang Farmasi Kabupaten, Laboratorium Kesehatan
Daerah dan 2 RS Swasta (RS. Elizabeth dan RS Mitra Sehat). Dari jumlah tersebut, jenis
ketenagaan sesuai standar fasilitas pelayanan kesehatan belum seluruhnya tersedia secara
lengkap dan sesuai standar, yaitu diantaranya :

Perencanaan Kebutuhan SDM Kesehatan Kabupaten / Kota Situbondo Tahun 2017 14


 Tenaga dokter spesialis di Rumah Sakit khususnya pada 2 (dua) Rumah Sakit Pemerintah
tipe D (Besuki dan Asembagus), masih belum seluruhnya terpenuhi dan masih merupakan
tenaga kontrak paruh waktu
 Tenaga medis khususnya dokter umum yang ada 14 Puskesmas masih belum sesuai standar
Permenkes 75/2014 yaitu rata-rata masih berjumlah 1 orang per Puskesmas kecuali
Puskesmas Mangaran, Mlandingan dan Panarukan
 Terdapat 5 (lima) puskesmas yang belum memiliki tenaga perawat gigi yaitu Besuki, Suboh,
Bungatan, Mangaran dan Kendit
 Terdapat 4 (empat) puskesmas yang belum memiliki tenaga teknik kefarmasian yaitu :
jatibanteng, Besuki, Mlandingan dan Bungatan
 Terdapat 15 (lima belas) puskesmas yang belum memiliki tenaga Apoteker kecuali
Panarukan dan Kendit
 Terdapat 5 (lima) puskesmas yang belum memiliki tenaga kesehatan lingkungan yaitu
Besuki, Mlandingan, Bungatan, Kendit dan Panji
 Terdapat 5 (lima) puskesmas yang belum memiliki tenaga ahli laboratorium medik yaitu :
Banyuputih, Mlandingan, Kendit, Kapongan

Selain dari sisi pemenuhan ketenagaan sesuai standar, permasalahan terkait distribusi
ketenagaan juga masih belum merata untuk tenaga kesehatan yang ada, sehingga pelayanan
kesehatan yang dilakukan seringkali dilakukan oleh tenaga kesehatan lain yang mendapatkan
pendelegasian kewenangan untuk pelaksanaan tugasnya, sehingga berakibat beban kerja bagi
tenaga kesehatan yang ada menjadi lebih tinggi.
Ketersediaan tenaga non kesehatan yaitu tenaga manajemen dan administrasi juga
perlu menjadi pertimbangan dalam pemenuhannya di fasilitas pelayanan kesehatan, karena
keterbatasan jumlah tenaga tersebut di fasilitas pelayanan kesehatan, seringkali tugas tersebut
dibebankan juga kepada tenaga kesehatan, sehingga berdampak pada fungsi pelayanan yang
tidak bisa berjalan secara optimal.
Atas dasar hal tersebut, maka diperlukan adanya perencanaan kebutuhan SDMK
yang baik sehingga dapat mengantisipasi kebutuhan lokal, nasional dan maupun kebutuhan
persaingan secara global. Adapun proses pemenuhan kebutuhan tenaga kesehatan, harus
dilakukan secara berjenjang berdasarkan ketersediaan tenaga kesehatan dan kebutuhan
penyelenggaraan pembangunan daerah. Perencanaan SDM Kesehatan harus dibuat sebaik
mungkin berdasarkan perhitungan yang tepat. Oleh karena itu harus tersedia data yang akurat
mengenai keadaan SDM Kesehatan yang dapat dipertanggungjawabkan keabsahannya. Data
tersebut nantinya akan dijadikan sebagai dasar perhitungan kebutuhan SDM Kesehatan di
masing-masing wilayah Kabupaten / Kota.

Perencanaan Kebutuhan SDM Kesehatan Kabupaten / Kota Situbondo Tahun 2017 15


Perencanaan Kebutuhan SDM Kesehatan Kabupaten / Kota Situbondo Tahun 2017 16
BAB. II
TUJUAN

A. Tujuan Umum
Melaksanakan penyusunan pedoman perencanaan Kebutuhan Sumber Daya
Manusia Kesehatan sesuai kebutuhan di Kabupaten Situbondo berdasarkan
metode perencanaan kebutuhan SDMK dalam rangka mencapai tujuan
pembangunan kesehatan .

B. Tujuan Khusus:
1. Memberikan gambaran ketersediaan Sumber Daya Manusia Kesehatan
(SDMK) menurut jenis dan jumlahnya pada fasilitas pelayanan kesehatan di
Kabupaten Situbondo
2. Memberikan gambaran kecukupan jenis dan jumlah SDM Kesehatan
dibandingkan dengan hasil perhitungan perencanaan kebutuhan SDMK dengan
menggunakan metode Analisa Beban Kerja (ABK) Kesehatan dan Standar
Minimal Ketenagaan
3. Menjadi acuan dalam upaya pemenuhan kebutuhan SDM Kesehatan melalui
rekrutmen PNS, penugasan khusus, kontrak, sesuai peraturan terkait ASN
4. Menjadi acuan dalam meningkatkan pemerataan SDM Kesehatan.
5. Menjadi acuan dalam meningkatkan mutu SDM Kesehatan.
6. Menjadi acuan dalam penyesuaian kapasitas pendidikan tenaga kesehatan

BAB III
KEADAAN SDM KESEHATAN

Perencanaan Kebutuhan SDM Kesehatan Kabupaten / Kota Situbondo Tahun 2017 17


I. Dinas Kesehatan
Dinas Kesehatan Kabupaten Kota mempunyai tugas dalam kegiatan
perencanaan dan pengambil kebijakan terkait pelaksanaan program kesehatan di
tingkat Kabupaten, sehingga di dalam struktur organisasinya perlu di dukung oleh
SDMK yang memiliki kompetensi dan kualifikasi keahlian yang dapat memenuhi
standar kebutuhan tersebut. Gambaran keadaan SDMK di Dinas Kesehatan Kabupaten
Situbondo sebagaimana terlihat dalam tabel 1 berikut ini :

Tabel 3.1
Keadaan SDM Kesehatan di Dinkes Kab/kota Situbondo Tahun 2017
No. Jenis SDMK Dinkes Kab/kota
PNS PPPK Lainnya Jumlah Keterangan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1 Eselon II 1 1
2 Eselon III 5 5
3 Eselon IV 15 15
4 Pengelola 35 2 8 45
5 Bendaharawan 2 2
6 Pengemudi 8 1 9
7 Pengaman 3 3 6
8 Administrasi 13 13
9 Penyimpan 1 1
10 Juru 2 2
11 Pengolah 5 28 33
12 Analis 2 2
13 Penyusun 1 1
14 Tenaga Sanitasi 1 1
15 Pembimbing 1 1
Kesehatan Kerja
Jumlah 95 2 40 137
Sumber : Laporan Metode ABK Dinas Kesehatan Kab. Situbondo Tahun 2017

Berdasarkan data tabel di atas, jumlah SDMK yang bekerja di Dinas Kesehatan
Kabupaten Situbondo adalah sebanyak 137 orang, dengan rincian : PNS 95 orang,
kontrak 2 orang dan tenaga lainnya (tenaga pengabdian) sebanyak 40 orang. Sesuai
dengan UU ASN No. 5/2014 tentang jenis jabatan fungsional pegawai, maka jumlah
jabatan struktural di Dinas Kesehatan Kabupaten Situbondo yaitu sebesar 23 orang
dan 114 orang jabatan fungsional (fungsional umum dan fungsional tertentu). Pada
tahun 2017 terdapat jabatan fungsional tertentu yang berada di Dinas Kesehatan
Kabupaten Situbondo yaitu Pembimbing Kesehatan Kerja sebanyak (1 orang).

Perencanaan Kebutuhan SDM Kesehatan Kabupaten / Kota Situbondo Tahun 2017 18


II. Puskesmas

Puskesmas merupakan unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan yang melaksanakan upaya pelayanan kesehatan di masing-masing
wilayah kerjanya. Sebagai unit kerja yang melaksanakan upaya pelayanan kesehatan (promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif), maka
telah diatur standar kebutuhan SDMK di Puskesmas sesuai dengan dan beban kerja

Tabel 3.2
Keadaan SDM Kesehatan di Puskesmas-Puskesmas
se Kab/kota Situbondo Tahun 2017
No. Jenis SDMK Puskesmas Sumbermalang Puskesmas Jatibanteng Puskesmas Banyuglugur Puskesmas Besuki Puskesmas Suboh

PNS PPPK Lain ∑ PNS PPPK Lain ∑ PNS PPPK Lain ∑ PNS PPPK Lain ∑ PNS PPPK Lain ∑
nya nya nya nya nya

1 Dokter Umum 1 1 2 0 2 0 1 1 2 4 6 0 1 1

2 Dokter Gigi 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

3 Perawat 3 13 16 6 11 17 3 9 12 5 16 21 4 16 20

4 Perawat Gigi 1 1 1 1 1 1 0

5 Bidan 9 10 19 9 11 20 6 20 26 17 17 34 6 18 24

6 Apoteker 0 0 0 0

7 AA 1 1 0 1 1 0 2 2

Perencanaan Kebutuhan SDM Kesehatan Kabupaten / Kota Situbondo Tahun 2017 19


8 Promkes 1 1 1 1 1 1 0 1 1

9 Sanitasi 1 1 1 1 1 1 0 1 1

10 Nutrisionis 1 1 2 2 1 1 1 1 2 1 2

11 Perekam Medis 0 0 0 0 1 1

12 ATLM 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1

13 Adminkes 0 0 0 0

14 Eselon III 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1

15 Eselon IV 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

16 Pengaman 1 1 1 1 1 1 1 2 3 1 1

17 Pengelola 1 1 0 0 0 2 2

18 Administrasi 1 1 2 1 0 1 2 2 1 6 7 2 3 5

19 Pengelola Data 2 2 1 2 3 1 1 2 0
Belanja dan Lap.
Keuangan
20 Juru 1 1 1 1 4 4 3 3 9 9

21 Pengolah 1 1 0 0 0 1 1

22 Pengemudi 1 1 1 1 1 1 0 2 2

Perencanaan Kebutuhan SDM Kesehatan Kabupaten / Kota Situbondo Tahun 2017 20


23 Akupuntur 0 0 0 0

Jumlah (Kab/Kota 22 0 31 53 26 0 29 55 18 0 40 58 31 0 50 81 19 0 56 75
Situbondo )

No. Jenis SDMK Puskesmas Mlandingan Puskesmas Bungatan Puskesmas Kendit Puskesmas Panarukan Puskesmas Situbondo

PNS PPPK Lain ∑ PNS PPPK Lain ∑ PNS PPPK Lain ∑ PNS PPPK Lain ∑ PNS PPPK Lain ∑
nya nya nya nya nya

1 Dokter Umum 2 0 2 1 1 1 2 1 5 6 1 1

2 Dokter Gigi 1 1 1 1 1 1 3 3 1 1

3 Perawat 3 28 31 3 16 18 18 18 11 8 19 6 12 18

4 Perawat Gigi 1 1 1 1 1 1

5 Bidan 9 20 29 7 17 23 7 5 12 9 29 31 8 15 23

6 Apoteker 0 1 1

7 AA 0 1 1 2 2 1 1

8 Promkes 1 1 1 1 1 1 1 1 1

9 Sanitasi 0 1 1 1 1

10 Nutrisionis 1 1 2 2 2 2 2 1 1 2 1 1

Perencanaan Kebutuhan SDM Kesehatan Kabupaten / Kota Situbondo Tahun 2017 21


11 Perekam Medis 0 0 2 1 1 1 1

12 ATLM 0 0 1 1 1 1 1 1

13 Adminkes 0

14 Eselon III 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

15 Eselon IV 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

16 Pengaman 4 4 1 1 1 1

17 Pengelola 1 1 2 2 2 2 2 2

18 Administrasi 6 6 6 6 2 2 13 5 18 6 6

19 Bendaharawan 1 1 2 1 2 3 3 3 3 3 3

20 Juru 2 2 2 2 3 3 6 5 5 1 1

21 Pengolah 0

22 Pengemudi 1 1 1 1 2 2 4

23 Akupuntur 0 0 0

Jumlah (Kab/Kota 20 0 65 85 17 0 49 62 24 0 27 52 58 0 56 92 34 0 30 64
Situbondo )

Perencanaan Kebutuhan SDM Kesehatan Kabupaten / Kota Situbondo Tahun 2017 22


No. Jenis SDMK Puskesmas Mangaran Puskesmas Panji Puskesmas Kapongan Puskesmas Arjasa Puskesmas Jangkar

PNS PPPK Lain ∑ PNS PPPK Lain ∑ PNS PPPK Lain ∑ PNS PPPK Lain ∑ PNS PPPK Lain ∑
nya nya nya nya nya
-1 -2 -3 -4 -5 -6 -7 -8 -9 -10 -11 -12 -13 -14 -15 -16 -17 -18 -19 -20 -21 -22
1 Dokter Umum 2 5 7 1 1 1 1 1 1 1 1
2 Dokter Gigi 1 1 1 1 2 1 1 1 1 0
3 Perawat 4 16 20 6 27 33 4 19 23 6 21 27 7 21 28
4 Perawat Gigi 0 1 1 1 1 1 1 1 1
5 Bidan 5 14 19 15 27 42 10 25 35 10 23 33 11 24 35
6 Apoteker 0 0 0 0 0
7 AA 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
8 Promkes 1 1 1 1 2 2 1 1 1 1
9 Sanitasi 1 1 1 1 2 2 1 1 1 1
10 Nutrisionis 1 1 2 1 1 2 1 1 2 1 1 1 1
11 Perekam Medis 1 0 0 0 0 1 1
12 ATLM 1 1 1 1 0 1 1 1 1
13 Adminkes 0 0 0 0 0
14 Eselon III 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
15 Eselon IV 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
16 Pengaman 1 1 0 1 1 1 1 0
17 Pengelola 2 2 0 0 0 1 1 1 1 0
18 Administrasi 2 1 3 1 9 10 2 2 6 1 7 1 2 3
19 Bendaharawan 3 3 4 1 5 3 1 4 1 1 2 1 3
20 Juru 2 2 0 1 6 7 13 13 2 2
21 Pengolah 1 1 0 1 1 2 0 0
22 Pengemudi 1 1 1 1 0 1 1 1 1
23 Akupuntur
Jumlah (Kab/Kota 24 0 45 68 36 0 67 103 29 0 58 87 32 0 62 94 29 0 53 82
Situbondo )

Perencanaan Kebutuhan SDM Kesehatan Kabupaten / Kota Situbondo Tahun 2017 23


No. Jenis SDMK Puskesmas Asembagus Puskesmas Banyuputih TOTAL

PNS PPPK Lainnya ∑ PNS PPPK Lainnya ∑ PNS PPPK Lainnya ∑

-1 -2 -3 -4 -5 -6 -7 -8 -9 -10 -19 -20 -21 -22

1 Dokter Umum 1 1 1 1 18 0 17 35

2 Dokter Gigi 1 1 1 1 16 0 3 19

3 Perawat 8 15 23 14 9 23 93 0 275 368

4 Perawat Gigi 1 1 1 1 10 0 2 12

5 Bidan 10 23 33 11 26 37 159 0 324 483

6 Apoteker 0 0 0 0 1 1

7 AA 1 1 1 1 11 0 4 15

8 Promkes 1 1 1 1 0 0 17 17

9 Sanitasi 1 1 1 1 12 0 2 14

10 Nutrisionis 1 0 1 1 11 0 15 26

11 Perekam Medis 1 0 0 0 0 6 6

12 ATLM 1 1 0 8 0 6 14

Perencanaan Kebutuhan SDM Kesehatan Kabupaten / Kota Situbondo Tahun 2017 24


13 Adminkes 0 0 0 0 0 0

14 Eselon III 1 1 1 1 16 0 0 16

15 Eselon IV 1 1 1 1 17 0 0 17

16 Pengaman 1 1 1 1 1 0 17 18

17 Pengelola 1 1 1 1 13 0 4 17

18 Administrasi 2 4 6 8 3 11 48 0 49 97

19 Bendaharawan 3 3 4 1 5 35 0 9 44

20 Juru 5 5 1 2 3 11 0 58 69

21 Pengolah 0 2 2 1 0 6 7

22 Pengemudi 1 1 2 2 18 0 2 20

23 Akupuntur 0 0 0 0

Jumlah (Kab/Kota Situbondo ) 31 0 53 82 48 0 46 94 498 0 814 1315

Sumber : Laporan Metode ABK Puskesmasdi Kab. Situbondo Tahun 2017

Dari data tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah SDMK di 17 Puskesmas se- Kabupaten Situbondo adalah sebanyak 1.315 orang, dengan
rincian : PNS 498 orang dan Non PNS / tenaga lainnya (tenaga kontrak BLUD, tenaga kontrak APBD I dan II serta tenaga pengabdian) 814

Perencanaan Kebutuhan SDM Kesehatan Kabupaten / Kota Situbondo Tahun 2017 25


orang. Melihat dari data SDMK yang ada, secara kuantitas jumlah tersebut relatif besar untuk
ketersediaan SDMK di tingkat Kabupaten, namun apabila dilihat dari jenis ketenagaannya maka
jumlah yang ada di dominasi oleh tenaga perawat dan bidan yang berasal dari tenaga
pengabdian. Sedangkan untuk kebutuhan tenaga lainnya, masih belum dapat terpenuhi
dikarenakan Kabupaten Situbondo termasuk dalam katagori Kabupaten yang kurang diminati
oleh tenaga kesehatan yang akan bekerja di Kabupaten Situbondo dan keterbatasan terkait
alokasi anggaran daerah untuk pengadaan ketenagaan dari jalur CPNS maupun kontrak daerah.

Sebagai upaya pemenuhan kebutuhan tenaga kesehatan di Kabupaten Situbondo, terdapat


beberapa kebijakan yang telah dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten Situbondo yaitu
diantaranya :

1. Pemenuhan kebutuhan tenaga medis dan keperawatan, yaitu :


 Pengadaan tenaga dokter umum dan dokter gigi kontrak daerah dari dana APBD I dan
APBD II sebanyak 10 orang
 Program Internship Dokter Indonesia Kementerian Kesehatan Republik Indonesia di 4
wahana Kabupaten Situbondo (Puskesmas Panarukan, Puskesmas Besuki, Puskesmas
Jangkar, Pusk. Mangaran) sejak periode tahun 2013 – sekarang
 Pemenuhan tenaga keperawatan melalui tenaga kontrak perawat ponkesdes sebanyak
86 orang
 Pemenuhan tenaga kebidanan melalui pengangkatan bidan CPNS dari bidan PTT Pusat
sebanyak 71 orang

2. Pemenuhan kebutuhan tenaga penunjang medis :


 Pemenuhan tenaga promosi kesehatan melalui dana Bantuan Operasional Kesehatan
(BOK) Dana Alokasi Kesehatan (DAK) di 17 Puskesmas selama periode 2015 -
sekarang
 Pemenuhan tenaga Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) Dana Bantuan
Operasional Kesehatan (BOK) Dana Alokasi Kesehatan (DAK) sebanyak 1 orang di
Dinas Kesehatan
 Pengadaan tenaga penunjang medis kontrak BLUD di Rumah Sakit dan Puskesmas
BLUD

Perencanaan Kebutuhan SDM Kesehatan Kabupaten / Kota Situbondo Tahun 2017 26


3. Pemenuhan kebutuhan tenaga non kesehatan


 Pemenuhan tenaga pengelolaan keuangan di Puskesmas BLUD dan Dinas Kesehatan sebanyak 20 orang tenaga Akuntan
 Pemenuhan tenaga pengelola Informasi Teknologi di Puskesmas dan Dinas Kesehatan melalui kontrak kerja dengan 18 tenaga operator
komputer

III. Rumah Sakit Umum se Kabupaten Situbondo

Tabel 3.3
KeadaanSDM Kesehatan di RSU Kab/kota Situbondo Tahun 2017
No. Jenis SDMK RSUD dr. Abdoer Rahem RSUD Besuki RSUD Asembagus Jumlah

PNS PPPK Lainnya ∑ PNS PPPK Lainnya ∑ PNS PPPK Lainnya ∑ PNS PPPK Lainnya ∑
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 19 20 21 22
1 Dokter Umum 9 2 11 2 3 5 5 1 6 15 0 17 32
2 Dokter Gigi 5 2 7 1 1 2 0 1 1 7 0 3 10
3 Perawat 120 103 223 6 59 65 9 78 87 119 0 397 397
4 Perawat Gigi 1 2 3 1 0 1 0 0 0 1 0 1 2
5 Bidan 14 51 65 4 56 60 4 41 45 23 0 218 218
6 Apoteker 2 3 5 0 2 2 1 1 2 3 0 5 8
7 AA 7 13 20 1 2 3 0 1 1 8 0 15 23
8 Promkes 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 2
9 Sanitasi 2 0 2 1 0 1 1 0 1 4 0 0 4
10 Nutrisionis 4 4 8 0 1 1 2 0 2 5 0 0 5
11 Perekam 2 2 4 0 1 1 0 1 1 2 0 1 3
Medis
12 ATLM 5 5 10 1 3 4 2 0 2 8 0 3 11
13 Adminkes 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
14 Eselon III 4 0 4 1 0 1 1 0 1 3 0 0 3
15 Eselon IV 9 0 9 3 0 3 3 0 3 12 0 0 12
16 Pengaman 0 6 6 3 13 16 0 9 9 9 0 16 25
17 Pengelola 0 3 3 1 22 23 0 3 3 1 0 0 1
18 Administrasi 90 43 133 0 12 12 3 49 52 94 0 259 353

Perencanaan Kebutuhan SDM Kesehatan Kabupaten / Kota Situbondo Tahun 2017 27


19 Bendaharawan 6 6 12 2 9 11 0 1 1 5 0 0 5
20 Juru 22 47 69 3 33 36 1 6 7 31 0 58 89
21 Pengolah 0 0 0 1 0 1 0 0 0 6 0 0 6
No. Jenis SDMK RSUD RSUD RSUD Jumlah No. Jenis RSUD RSU RSUD Jumlah No. Jenis RSUD RSUD RSUD Jumlah
dr. Besuki Asemba SDM dr. D Asembag SDMK dr. Besuki Asembag
Abdoer gus K Abdoer Besuk us Abdoer us
Rahem Rahem i Rahem

22 Pengemudi 7 3 10 1 5 6 0 4 4 4 0 7 11
23 Eselon II 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3 0 0 3
24 Penyusun 2 1 3 1 0 1 0 0 0 2 0 0 2
25 Analis 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 2 4
26 Penginventaris 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4 0 1 5
27 Radiografer 2 0 2 0 0 0 0 1 1 2 0 6 8
28 Dokter 12 7 19 0 2 2 0 2 2 19 0 4 23
Spesialis
29 Fisioterapis 2 0 2 0 0 0 0 0 0 2 0 0 2
30 Akupuntur 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 2 2
31 Psikologi 0 1 1 0 0 0 0 0 0 3 0 0 3
klinis
32 Elektromedis 3 1 4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
33 Jumlah 330 0 306 636 40 248 288 31 188 219 399 0 875 1274
(Kab/Kota
Situbondo )

Sumber : Laporan Metode ABK Rumah Sakitdi Kab. Situbondo Tahun 2017

Ketenagaan kesehatan pada Rumah Sakit di Kabupaten Situbondo, masih belum seluruhnya memenuhi standar dari Peraturan Menteri
Kesehatan RI No. 56 tahun 2014, dan sebagian besar tenaga kesehatan strategis seperti dokter spesialis, dokter umum dan dokter gigi,
sebagian besar berada dan merupakan tenaga purna waktu/ PNS dari RS. Abdoer Raheem (tipe C). Dari data di tabel dapat dilihat bahwa
dari 23 orang dokter spesialis di RS Pemerintah, 19 orang adalah dokter spesialis yang berasal dari RS Abdoer Raheem, sehingga sedangkan
4 orang milik RS Pemerintah lainnya. Faktor yang melatarbelakangi kekurangan tenaga dokter spesialis dan dokter umum di Rumah Sakit
Kabupaten Situbondo tidak jauh berbeda dengan di Puskesmas terkait dengan minimnya minat tenaga dokter spesialis bekerja di Kab.
Situbondo dan kemampuan pendanaan untuk pengadaan tenaga tersebut. Upaya yang telah ditempuh oleh Pemerintah Kabupaten Situbondo
untuk mengatasi kekurangan tenaga tersebut yaitu melalui :
 Pemenuhan kebutuhan tenaga dokter spesialis di Rumah Sakit melalui penugasan Wajib Kerja Dokter Spesialis (WKDS) Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia sebanyak 4 orang dokter spesialis di wahana Rumah Sakit Pemerintah

Perencanaan Kebutuhan SDM Kesehatan Kabupaten / Kota Situbondo Tahun 2017 28


 Program Internship Dokter Indonesia Kementerian Kesehatan Republik Indonesia di 4 wahana Kabupaten Situbondo (RS Abdoer Rahem,
RS Besuki, RS. Asembagus, RS. Elizabeth) sejak periode tahun 2013 – sekarang
 Kerja sama dengan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Surabaya sebagai wahana bagi dokter residen senior yang sedang
mengikuti program pendidikan dokter spesialis
 Program tugas belajar melalui dana Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dan APBD II Kabupaten Situbondo bagi dokter/ dokter
gigi yang akan melanjutkan ke jenjang dokter spesialis

IV. Keadaan SDM Kesehatan UPTD se Kabupaten Situbondo

Tabel 3.4
Keadaan SDM Kesehatan di UPTD Labkesda dan GFK
Kabupaten/kota Situbondo Tahun 2017
No. Jenis SDMK UPTD Laborat Kesehatan Daerah UPTD Gudang Farmasi Kesehatan
PNS PPPK Lainnya Jumlah PNS PPPK Lainnya Jumlah Keterangan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)
1 Eselon III 0 0 0 0 0 0
2 Eselon IV 1 0 1 2 0 2
3 Ahli Teknik 1 0 1 0 0 0
Laboratorium Medik
4 Keamanan 0 1 1 0 1 1
5 Asisten Apoteker 0 0 0 3 0 3
6 Administrasi 3 2 5 0 2 2
Jumlah 5 3 8 5 3 8

Sumber : Laporan SI SDMK Dinkes Kab. Situbondo Tahun 2017

Laboratorium Kesehatan Daerah dan Gudang Farmasi Kabupaten merupakan unit pelaksana teknis dinas yang memiliki
fungsi sebagai sarana penunjang teknis program dan kegiatan di Dinas Kesehatan Kabupaten Situbondo. Pada tahun 2017 jumlah
tenaga kesehatan fungsional yang ada di Laboratorium Kesehatan Daerah yaitu Ahli Teknologi Laboratorium Medik (ATLM) hanya
ada 1 orang, dimana jumlah tersebut apabila dibandingkan dengan standar analisa beban kerja masih belum memenuhi kebutuhan

Perencanaan Kebutuhan SDM Kesehatan Kabupaten / Kota Situbondo Tahun 2017 29


tenaga ATLM. Pelayanan yang diberikan di Laboratorium Kesehatan Daerah tidak hanya berupa pemeriksaan klinis tetapi juga
pemeriksaan kesehatan lingkungan, sehingga dibutuhkan tambahan tenaga fungsional kesehatan terkait tugas pelayanan tersebut.

Perencanaan Kebutuhan SDM Kesehatan Kabupaten / Kota Situbondo Tahun 2017 30


Sedangkan untuk Gudang Farmasi Kabupaten, yang memiliki tugas teknis dalam hal
penyimpanan dan pendistribusian obat farmasi, alat-alat kesehatan dan perbekalan
kesehatan,saat ini telah memiliki 1 Apoteker sekaligus pimpinan di Gudang Farmasi
Kabupaten dan 3 orang tenaga teknik kefarmasian atau asisten apoteker. Dimana
jumlah ini apabila dibandingkan dengan standar analisa beban kerja (ABK) maka,
jumlah tenaga yang ada sudah memenuhi kebutuhan yang ada di unit tersebut.

Perencanaan Kebutuhan SDM Kesehatan Kabupaten / Kota Situbondo Tahun 2017 31


V. Keadaan SDM Kesehatan Fasyankes se Kabupaten Situbondo

Tabel 3.5
KeadaanSDM Kesehatan di Fasyankes Swasta (Rumah Sakit, Klinik Bersalin, Balai
Pengobatan, dll)di Kab/Kota Situbondo tahun 2017
No. Jenis SDMK RS Elizabeth RS. Mitra Sehat Jumlah
PTPN IX
Tetap Tidak Tetap Tidak
Tetap Tetap
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1 Dokter Umum 1 3 3 4 11
2 Dokter Gigi 1 1 1 0 3
3 Perawat 16 22 8 22 68
4 Perawat Gigi 0 0 0 0 0
5 Bidan 4 5 2 11 22
6 Apoteker 1 0 0 7 8
7 AA 2 3 0 0 5
8 Promkes 0 0 0 0 0
9 Sanitasi 0 0 0 0 1
10 Nutrisionis 1 1 0 1 4
11 Perekam Medis 0 1 0 2 8
12 ATLM 0 2 0 7 11
13 Adminkes 1 0 2 7 1
14 Eselon III 1 0 0 0 1
15 Eselon IV 0 0 0 0 0
16 Pengaman 4 0 0 0 4
17 Pengelola 0 0 0 0 0
18 Administrasi 6 2 0 0 8
19 Bendaharawan 0 0 0 0 0
20 Juru 4 2 0 0 6
21 Pengolah 0 0 0 0 0
22 Pengemudi 0 0 0 0 0
23 Eselon II 0 0 0 0 0
24 Penyusun 0 0 0 0 0
25 Analis 1 0 0 0 1
26 Penginventaris 0 0 0 0 0
27 Radiografer 2 0 0 0 2
28 Dokter 0 19 2 11 32
Spesialis
29 Fisioterapis 2 0 0 0 2
30 Akupuntur 0 0 0 0 0
31 Teknisi 0 0 0 0 0
32 Elektromedis 0 0 0 0 0
Jumlah (Kab/Kota 47 61 18 72 198
Situbondo)

Perencanaan Kebutuhan SDM Kesehatan Kabupaten / Kota Situbondo Tahun 2017 32


Sumber : Laporan Metode ABK Klinik/Saryankes Swastadi Kab. Situbondo Tahun 2017

Dari data tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah SDMK di Fasyankes swasta di
Kabupaten Situbondo adalah sebanyak 198 orang, terdiri dari tenaga purna waktu 65 orang,
tenaga paruh waktu 133 orang. Untuk ketenagaan medis yang ada di fasyankes swasta pada
umumnya adalah tenaga purna waktu yang berasal dari RS Pemerintah yang menempatkan
ijin praktek ke -2 dan ke -3 di rumah sakit swasta, sehingga pelayanan yang diberikan
biasanya diluar jam pelayanan di tempat kerja purna waktunya (RS Pemerintah).

Perencanaan Kebutuhan SDM Kesehatan Kabupaten / Kota Situbondo Tahun 2017 33


BAB IV

RENCANA KEBUTUHAN SDM KESEHATAN

1. Metode PerhitunganKebutuhan SDM Kesehatan yang digunakan

a. Metode Analisis Beban Kerja Kesehatan (ABK kes) (Permenkes No. 33 Tahun 2015 /
PermenPANRB No. 26 tahun 2011 / Permendagri No.12 tahun 2008)
b. Metode Standar Ketenagaan Minimal (Permenkes No. 56 tahun 2014 (Untuk RS umum),
Permenkes No. 340 Tahun 2010 (Untuk RS khusus), Permenkes No.75 tahun 2014,
PermenPANRB No. 26 tahun 2011)

2. Hasil perhitungan kebutuhan SDMK

a. Berdasarkan ABK Kesehatan ( data terlampir )

b. Berdasarkan Standar Ketenagaan Minimal ( data terlampir )

Perencanaan Kebutuhan SDM Kesehatan Kabupaten / Kota Situbondo Tahun 2017 34


BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan
1. Ketersediaan SDM Kesehatan yang ada di Kabupaten Situbondo yaitu sebesar 2.940
orang, terdiri dari 137 tenaga di Dinas Kesehatan Kabupaten Situbondo, 1.315 tenaga di
17 UPTD Puskesmas, 1.274 tenaga di 3 Rumah Sakit Pemerintah, 16 tenaga di UPTD
Laboratorium Kesehatan Daerah dan Gudang Farmasi Kabupaten serta 198 orang di 2
Rumah Sakit Swasta.

2. Berdasarkan hasil penghitungan rencana kebutuhan SDMK Kabupaten Situbondo


dengan metode Analisa Beban Kerja diketahui bahwa terdapat kesenjangan
ketersediaan dengan kebutuhan tenaga di fasilitas pelayanan kesehatan yaitu jumlah
kebutuhan sebesar 1.162 orang terdiri dari 818 tenaga di UPTD Puskesmas ( 543
tenaga fungsional kesehatan dan 275 tenaga fungsional umum ); 344 tenaga di Rumah
Sakit (274 tenaga fungsional kesehatan dan 170 tenaga fungsional umum )

3. Ketersediaan Sumber Daya Manusia Kesehatan (SDMK) di Kabupaten Situbondo


dilihat dari sisi kuantitas sudah cukup besar terutama untuk profesi Bidan dan Perawat.
Untuk tenaga fungsional lainnya seperti Tenaga Dokter Umum, Tenaga Kefarmasian,
Teknisi Gigi, Ahli Kesehatan Lingkungan, Nutrisionis dan Ahli Tenaga Laboratorium
Medik masih kurang dan belum memenuhi standar ketenagaan sebagaimana dalam
Permenkes No. 75 Tahun 2014 dan Permenkes No. 56 Tahun 2014.

4. Kendala dalam pemenuhan kebutuhan tenaga fungsional kesehatan yang ada


disebabkan Kabupaten Situbondo termasuk dalam katagori kurang diminati dimana
kemampuan daerah terkendala terkait keterbatasan anggaran daerah dalam hal
pengadaan ketenagaan melalui jalur CPNS dan kontrak daerah .Namun sudah dilakukan
beberapa upaya untuk pengadaan dan pemenuhan kebutuhan tenaga tersebut
diantaranya yaitu : Tenaga kontrak daerah (untuk tenaga dokter umum, dokter spesialis,
perawat, tenaga promkes, tenaga teknologi informasi, tenaga Akuntan), program
internship dokter Indonesia (untuk 4 wahana), Wajib Kerja Dokter Spesialis (WKDS)
pada Rumah Sakit serta pengangkatan CPNS jalur khusus bagi Bidan PTT Pusat.

5. Sedangkan untuk pendistribusian SDMK pada tahun 2017 masih terdapat beberapa
tenaga yang jumlahnya berlebih di beberapa fasyankes (berdasarkan hasil perhitungan

Perencanaan Kebutuhan SDM Kesehatan Kabupaten / Kota Situbondo Tahun 2017 35


Renbut SDMK) sehingga perlu dilakukan pemerataan pada puskesmas yang
memerlukan tambahan ketenagaan sesuai standar kebutuhan yang ada.

B. Rekomendasi

- Pemenuhan kebutuhan ketenagaan di fasilitas pelayanan kesehatan baik Puskemas


maupun Rumah Sakit tidak hanya berpedoman pada standar ketenagaan minimal namun
juga beban kerja pada masing-masing fasilitas pelayanan kesehatan

- Pengadaan ketenagaan terutama melalui jalur CPNS atau kontrak daerah dipenuhi
berdasarkan hasil perhitungan Renbut SDMK, sehingga kebutuhan untuk tenaga strategis
lainnya bisa terpenuhi

- Adanya program pengelolaan keuangan BLUD Puskesmas dan Rumah, memberikan


peluang dapat mengadakan tenaga kontrak secara mandiri

- Melakukan distribusi dan redistribusi tenaga kesehatan sesuai kebutuhan

Perencanaan Kebutuhan SDM Kesehatan Kabupaten / Kota Situbondo Tahun 2017 36

Anda mungkin juga menyukai