PENDAHULUAN
Anemia merupakan masalah medis dan masalah kesehatan utama masyarakat yang sering
di jumpai di dunia, terutama negara berkembang , seperti Indonesia. Kejadian ini merupakan
pemyebab debilitas kronik yang mempunyai dampak besar terhadap kesehatan, ekonomi dan
kesejahteraan sosial. Diperkirakan lebih dari 30% penduduk dunia atau 1,5 miliar orang
menderita anemia dengan sebagian besar diantaranya tinggal di daerah tropis. 1 Prevalensi
anemia secara global sekitar 51%. Menurut Departemen Kesehatan tahun 2014, prevalensi
anemia pada remaja dan usia produktif sekitar 17-18%. 2 Anemia merupakan penurunan kadar
hemoglobin, hitung eritrosit dan hematokrit sehingga jumlah eritrosit dan/atau kadar
hemoglobin yang beredar tidak memenuhi fungsinya untuk menyediakan oksigen bagi
seluruh tubuh.4 Biasanya anemia di tandai dengan penurunan kadar hemoglobin kurang dari
13,5g/dl pada pria dewasa dan kurang dari 11,5g/dl pada wanita dewasa. Penyebab terjadinya
anemia yaitu : asupan yang tidak adekuat, hilangnya sel darah merah yang di sebabkan oleh
trauma, infeksi, perdarahan kronis, menstruasi dan penurunan atau kelaina pembentukan sel
dihidrogenase.5
Besi (Fe) merupakan zat mikro yang diperlukan tubuh. Umumnya zat besi dihasilkan dari
sumber pangan nabati ( non heme ) seperti : kacang dan sayur yang mempunyai proporsi
absorbsi yang rendah dibandingkan dengan zat besi yang berasal dari sumber pangan hewani
( heme ) seperti : daging, telur dan ikan.6 Menurut World Health Organization ( WHO )
kekurangan zat besi merupakan satu dari sepuluh masalah kesehatan yang paling serius.7
Remaja adalah salah satu kelompok yang rentan terhadap defisiensi zat besi dan dapat
mengenai semua kelompok status ekonomi terutama ekonomi rendah.8 Menurut Riset
Kesehatan Daerah ( Riskesdas ) yang dilakukan pada tahun 2013 didapatkan bahwa
prevalensi anemia zat besi pada remaja menurut jenis kelamin, yaitu : pada anak perempuan
sekitar 22,7% dan anak laki-laki sekitar 12,4% sedangkan menurut tempat tinggal, yaitu :
pedesaan 18,5% dan perkotaan 17,3%.9 Penelitian yang dilakukan Manipiring Survei di
empat provinsi ( Bengkulu, Sumatera Barat, Riau dan Lampung ) ditemukan bahwa anak usia
sekolah termasuk remaja `yang menderita anemia sebanyak 54,31%.10 Menurut Dinas
Kesehatan Provinsi Sumatera Barat tahun 2014 terdapat 1.833 murid SMP dan 1.718 murid
SMA yang menderita anemia. Data ini di ambil dari penjaringan beberapa kota di Provinsi
Sumatera Barat.11 Menurut Riskesdas tahun 2013 penduduk Provinsi Sumatera Barat usia >10
tahun kurang makan sayur dan buah dengan proporsi sebesar 97,5%.
Data prevalensi anemia pada remaja putri untuk Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera
Barat belum ada, begitu juga prevalensi untuk kota Pariman, hal ini kemungkinan di
sebabkan karena kegiatan pemantauan kejadian anemia secara rutin belum sepenuhnya
dilakukan. Namun jika dilihat berdasarkan hasil pemeriksaan kadar hemoglobin (Hb) yang
dilakukan oleh petugas Puskesmas Kurai taji pada remaja putri di 3 sekolah menengah
pertama dan sederajat di wilayah kerja puskesmas Kurai taji di dapatkan 28,2% di SMP 3
Pariaman, 17,1% di MTSN 2 Kota Pariaman dan 52,4% di MTSN Muhammadyah menderita
anemia. Berdasarkan hasil pemeriksaan tersebut tampak angka tertinggi terdapat pada MTSN
dilakukan intervensi siswi di berikan kuesioner mengenai pengetahuan tentang anemia dan
penggunaan tablet besi namun hasil yang di dapatkan relatif rendah sehingga hal ini semakin
menguatkan alasan untuk melakukan intervensi berupa penyuluhan, pembagian tablet besi,
pembagian kartu kontrol Tablet Tambah Darah (TTD) dan pemilihan duta anti anemia.